Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu
menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-
12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi
di RLQ.1
Mortalitas dari Appendicitis di Amerika Serikat menurun terus dari 9,9%
per 100.000 pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor-
faktor yang menyebabkan penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis
adalah sarana diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan intravena yang semakin
baik, ketersediaan darah dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang
mendapat terapi tepat sebelum terjadi perforasi.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi
appendiks. Gejala klinik appendicitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi
appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul)
31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%,
dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti terlihat pada gambar dibawah
ini.4
4
di sekitar umbilicus.4
5
Gambar 4. Histologi Appendix – GALT.
2.3 Appendicitis
2.3.1 Definisi
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis
akibat adanya obstruksi pada lumen Appendix .3
Gambar 5. Appendicitis.
6
2.3.3 Etiologi
a. Peranan Lingkungandiet dan higiene
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendicitis. Konstipasi
akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon. Semuanya ini akan
mempermudah timbulnya appendicitis. Diet memainkan peran utama pada
pembentukan sifat feses, yang mana penting pada pembentukan fekalit. Kejadian
appendicitis jarang di negara yang sedang berkembang, dimana diet dengan tinggi
serat dan konsistensi feses lebih lembek. Kolitis, divertikulitis dan karsinoma
kolon adalah penyakit yang sering terjadi di daerah dengan diet rendah serat dan
menghasilkan feses dengan konsistensi keras.4
b. Peranan Obstruksi
7
mungkin tersangkut di apendiks untuk jangka waktu yang lama tanpa
menimbulkan gejala, namun cukup untuk menimbulkan risiko terjadinya
perforasi.4
8
appendicitis sama dengan penyakit kolon lainnya. Penemuan kultur dari cairan
peritoneal biasanya negatif pada tahap appendicitis sederhana. Pada tahap
appendicitis supurativa, bakteri aerobik terutama Escherichia coli banyak
ditemukan, ketika gejala memberat banyak organisme, termasuk Proteus,
Klebsiella, Streptococcus dan Pseudomonas dapat ditemukan. Bakteri aerobik
yang paling banyak dijumpai adalah E. coli. Sebagian besar penderita apendicitis
gangrenosa atau appendicitis perforasi banyak ditemukan bakteri anaerobik
terutama Bacteroides fragilis.4
2.3.4 Patofisiologi
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari
pertumbuhan bakteri yang cepat di Appendix. Sejalan dengan peningkatan
tekanan organ melebihi tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat
menyebabkan kongesti vaskular. Akan tetapi aliran arteriol tidak terhambat.
Distensi biasanya menimbulkan refleks mual, muntah, dan nyeri yang lebih nyata.
Proses inflamasi segera melibatkan serosa Appendix dan peritoneum parietal pada
regio ini, mengakibatkan perpindahan nyeri yang khas ke RLQ.3
9
Distensi Appendix menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral yang
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri
tumpul di dermatom T10. Distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual
dan muntah dalam beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual muntah
timbul mendahului nyeri perut, dapat dipikirkan diagnosis lain.2
10
leukositosis lebih 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien
dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga
lebih 48 jam tanpa perforasi. Perforasi yang terjadi pada anak atau remaja, lebih
memungkinkan untuk terjadi abscess. Abscess tersebut dapat diketahui dari
adanya massa pada palpasi abdomen pada saat pemeriksaan fisik.4
2.3.5 Bakteriologi
11
Coccus Gram (+) Coccus Gram (+)
1. Appendicitis Akut
12
edema, dan tidak ada eksudat serosa.3
b. Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme
yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan
infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
terdapat eksudat fibrinopurulen.3
Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas
di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri
dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.3
c. Appendicitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai
terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda
supuratif, appendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding appendiks
berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut
gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.3
2. Appendicitis Infiltrat
3. Appendicitis Abses
Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal,
dan pelvic.3
13
4. Appendicitis Perforasi
5. Appendicitis Kronis
14
Gambar 6. Nyeri berpindah pada appendicitis
Manifestasi Skor
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Suhu meningkat 1
15
Hasil laboratorium Leukositosis 2
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor lebih
dari 6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan. Variasi dari lokasi anatomi
Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri.4
Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan
iritasi peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak
spesifik.
Psoas sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang
lutut pasien dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian
tungkai kanan pasien digerakkan dalam arah anteroposterior. Nyeri
pada manuver ini menggambarkan kekakuan musculus psoas kanan
akibat refleks atau iritasi langsung yang berasal dari peradangan
Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat bila telah terjadi rigiditas
abdomen.
16
Gambar 7. Dasar Anatomis Psoas Sign
Obturator sign
17
Gambar 9. Dasar Anatomis Obturator Sign
Wahl’s sign
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat dilakukan
perkusi di RLQ, dan terdapat penurunan peristaltik di segitiga Scherren pada
auskultasi.
Baldwin’s test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat tungkai
kanannya ditekuk.
Defence musculare
18
Nyeri pada daerah cavum Douglasi
Nyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di cavum
Douglasi atau Appendicitis letak pelvis.
Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral. Jika
daerah infeksi dapat dicapai saat dilakukan pemeriksaan ini, akan memberikan
rasa nyeri pada arah jam 9 sampai jam 12.Maka kemungkinan apendiks yang
meradang terletak didaerah pelvis. Pada appendicitis pelvika kunci diagnosis
adalah nyeri terbatas pada saat dilakukan colok dubur. 1,7
19
menyatakan bahwa kombinasi antara kenaikan angka lekosit dan granulosit adalah
yang dipakai untuk pedoman menentukan diagnosa appendicitis akut.3
20
Kalau sudah terjadi peritonitis yang biasanya disertai dengan kantong-
kantong pus, maka akan tampak udara yang tersebar tidak merata dan usus-usus
yang sebagian distensi dan mungkin tampak cairan bebas, gambaran lemak
preperitoneal menghilang, pengkaburan psoas shadow. Walaupun terjadi ileus
paralitik tetapi mungkin terlihat pada beberapa tempat adanya permukaan cairan
udara (air-fluid level) yang menunjukkan adanya obstruksi. Foto x-ray abdomen
dapat mendeteksi adanya fecalith (kotoran yang mengeras dan terkalsifikasi,
berukuran sebesar kacang polong yang menyumbat pembukaan apendiks) yang
dapat menyebabkan appendicitis. Ini biasanya terjadi pada anak-anak. Foto polos
abdomen supine pada abses appendik kadang-kadang memberi pola bercak udara
dan air fluid level pada posisi berdiri/LLD (decubitus), kalsifikasi bercak rim-like
(melingkar) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari apendiks. Pada
appendicitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk mencari
appendikolit: kalsifikasi bulat lonjong, sering berlapis.4
21
3. Ultrasonografi
22
dilatasi usus, udara bebas, atau ileus. Hasil USG dikatakan kemungkinan
appaendik jika ada pernyataan curiga atau jika ditemukan dilatasi appendik di
daerah fossa iliaka kanan, atau dimana USG di konfirmasikan dengan gejala
klinik dimana kecurigaan appendicitis. 4
“Ultrasonogramshowing
longitudinal section (arrows) of
inflamed appendix”
23
CT-Scan
CT-Scan showing
showing enlarged
enlarged and
and inflamed
inflamed CT- scan showing cross-section of
appendix
appendix (A) extending from the
(A) extending from the cecum
cecum inflamed appendix(A) with
(C).
(C). appendicolith(a).
5. Laparoskopi (Laparoscopy)
6. Histopatologi
24
Definisi histopatologi appendicitis akut:
1. Sel granulosit pada mukosa dengan ulserasi fokal atau difus di lapisan epitel.
2. Abses pada kripte dengan sel granulosit di lapisan epitel.
3. Sel granulosit dalam lumen apendiks dengan infiltrasi ke dalam lapisan epitel.
4. Sel granulosit di atas lapisan serosa apendiks dengan abses apendikuler,
dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukusa.
5. Sel granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses mukosa dan
keterlibatan lapisan mukosa, bukan appendicitis akut tetapi periappendicitis.
2. Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan
dengan Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu infeksi
akut self limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare,
25
mual, dan muntah. Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare.
Hasil pemeriksaan laboratorium biasanya normal. 3
4. Diverticulitis Meckel
5. Intususepsi
26
6. Infeksi saluran kencing
7. Batu Urethra
8. Kelainan–kelainan ginekologi
Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah kanan
dapat menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu terjadi pada
pasien Appendicitis. Pada pasien PID hanya sekitar separuhnya.4
27
nyeri tekan agak difus. Leucositosis dan demam minimal atau tidak ada. Karena
nyeri ini terjadi pada pertengahan siklus menstruasi, sering disebut
mittelschmerz.4
2.3.10 Penatalaksanaan
Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah
meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang penyebabnya (operasi
appendektomi). Pasien biasanya telah dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai
6 jam sebelum operasi dan dilakukan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi
dehidrasi. Pembiusan akan dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan pembiusan
umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik konvensional operasi
pengangkatan usus buntu dengan cara irisan pada kulit perut kanan bawah di atas
daerah apendiks (Sanyoto, 2007).
Perbaikan keadaan umum dengan infus,
pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob,
dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan.2
Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara bedah
laparoskopi. Operasi ini dilakukan dengan bantuan video camera yang
dimasukkan ke dalam rongga perut sehingga jelas dapat melihat dan melakukan
appendektomi dan juga dapat memeriksa organ-organ di dalam perut lebih
lengkap selain apendiks. Keuntungan bedah laparoskopi ini selain yang disebut
diatas, yaitu luka operasi lebih kecil, biasanya antara satu dan setengah sentimeter
sehingga secara kosmetik lebih baik.2
28
Teknik operasi Appendectomy :3
a. Open Appendectomy
a. Pararectal/ Paramedian
29
Gambar 13. Sayatan pararectal/paramedian
b. Laparoscopic Appendectomy
30
2.3.11 Komplikasi
A. Komplikasi Appendicitis acuta
Appendicitis perforata
Appendicular infiltrat
Appendicular abscess
Peritonitis
Mesenterial pyemia
Septic shock
B. Komplikasi post operasi
Fistel
Hernia cicatricalis
Ileus
Sumbernya adalah echymosis dan erosi kecil pada gaster dan jejunum, mungkin
karena emboli retrograd dari sistem porta ke dalam vena di gaster atau
duodenum.4
2.3.12 Prognosis
Dengan diagnosis dan pembedahan yang cepat, tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Angka kematian lebih tinggi pada anak dan
orang tua. Apabila appendiks tidak diangkat, dapat terjadi serangan berulang.4
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis
akibat adanya obstruksi pada lumen Appendix.
Gejala klinis Appendicitis meliputi nyeri perut, anorexia, mual, muntah, nyeri
berpindah, dan gejala sisa klasik berupa nyeri periumbilikal, kadang demam yang
tidak terlalu tinggi. Tanda klinis yang dapat dijumpai dan manuver diagnostik
pada kasus Appendicitis adalah Rovsing’s sign, Psoas sign, Obturator sign,
Blumberg’s sign, Wahl’s sign, Baldwin test, Dunphy’s sign, Defence musculare,
nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga abdomen atau
Appendix letak pelvis, nyeri pada pemeriksaan rectal toucher.
32
DAFTAR PUSTAKA
33