Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SKULL DEFECT DENGAN TINDAKAN CRANIOPLASTY DI
RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER
oleh
Kurnia Juliarthi, S. Kep.
NIM 132311101012
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SKULL DEFECT DENGAN TINDAKAN CRANIOPLASTY
I. Konsep Teori
A. Anatomi dan Fisiologi Otak
Gambar 1. Otak
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran
koordinasi yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada
informasi somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak
dibandingkan output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional
yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian
lain dari sistem saraf pusat. Mengendalikan kontraksi otot-otot
volunter secara optimal. Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus
anterior, lobus medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004).
Gambar 4. Brainstem
d. Sistem limbik
Sistem limbik merupakan suatu pengelompokan fungsional yang
mencakup komponen serebrum, diensefalon, dan mesensefalon.
Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:
1) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada
tingkah laku individu.
2) Suatu respon sadar terhadap lingkungan.
3) Memberdayakan fungsi intelektual dari korteks serebri secara
tidak sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk
merespon keadaan.
4) Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali
simpanan memori yang diperlukan.
6
b) Sistem ventrikulus
Otak sangat lembut dan kenyal sehingga sangat mudah rusak.
Selain lapisan meninges, otak juga dilindungi oleh cairan
serebrospinal (CSS) di subarachnoid space. Cairan ini
menyebabkan otak dapat mengapung sehingga mengurangi
tekanan pada bagian bawah otak yang dipengaruhi oleh
gravitasi dan juga meilndungi otak dari guncangan yang
mungkin terjadi. CSS ini terletak dalarn ruang-ruang yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Ruang-ruang ini
disebut dengan ventrikel (ventricles). Ventrikel berhubungan
dengan bagian subarachnoid dan juga berhubungan dengan
bentuk tabung pada canal pusat (central canal) dari tulang
belakang. Ruang terbesar yang berisi cairan terutama ada pada
pasangan ventrikel lateral (lateral ventricle). Ventrikel lateral
berhubungan dengan ventrikel ketiga (third ventricle) yang
terletak di otak bagian tengah (midbrain). Ventrikel ketiga
dihubungkan ke ventrikel keempat oleh cerebral aqueduct
yang menghubungkan ujung caudal ventrikel keempat dengan
central canal. Ventrikel lateral juga membentuk ventrikel
pertama dan ventrikel kedua (Puspitawati, 2009).
CSS merupakan konsentrasi dari darah dan plasma darah yang
diproduksi oleh choroid plexus yang terdapat dalam keempat
8
e. Nervus Cranialis
1) Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
2) Nervus optikus
Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke otak.
3) Nervus okulomotoris
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola
mata) menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk
melayani otot siliaris dan otot iris.
4) Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata
yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
5) Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga
buah cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini
merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu:
- Nervus oltamikus: sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata
dan bola mata.
- Nervus maksilaris: sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir
atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus
maksilaris.
- Nervus mandibula: sifatnya majemuk (sensori dan motoris)
mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.
6) Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai
saraf penggoyang sisi mata.
10
7) Nervus fasialis
Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut motorisnya
mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam
saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis)
untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai mimik wajah
untuk menghantarkan rasa pengecap.
8) Nervus auditoris
Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan
dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsinya sebagai saraf
pendengar.
9) Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil
dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus fagus
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf
motorik, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-paru,
esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan
dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa.
11) Nervus asesorius
Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus
trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah.
Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung.
f. Anatomi peredaran darah otak
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak
sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus
terus dipertahankan. Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu
jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang,
berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin
11
suplai darah yang adekuat untuk sel. Otak memiliki kurang lebih 15
miliar neuron yang membangun substansia alba dan substansia grisea.
Otak merupakan organ yang sangat kompleks dan sensitife. Fungsinya
sebagai pengendali dan pengatur seluruh aktivitas, seperti : gerakan
motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Sel-sel otak bekerja bersama-
sama dan berkomunikasi melalui signal-signal listrik. Kadang- kadang
dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak teratur dari
sekelompok sel yang menghasilkan serangan. Darah merupakan
sarana transportasi oksigen, nutrisi, dan bahan-bahan lain yang sangat
diperlukan untuk mempertahankan fungsi penting jaringan otak dan
mengangkat sisa metabolit. Kehilangan kesadaran terjadi bila aliran
darah ke otak berhenti 10 detik atau kurang. Kerusakan jaringan otak
yang permanen terjadi bila aliran darah ke otak berhenti dalam waktu
5 menit.
1) Peredaran darah arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri
vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan
beranastosmosis membentuk circulus willisi. Arteri karotis interna
dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang berakhir
pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri
communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri
serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan
melalui arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan
kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari
aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris.
12
g. Selaput Meningen
Pearce (2008) mengatakan bahwa otak dan sumsum tulang belakang
diselimuti meningia yang melindungi struktur saraf yang halus itu,
membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan, yaitu:
cairan serebrospinal yang memperkecil benturan atau goncangan.
Selaput meningen menutupi terdiri dari 3 lapisan yaitu sebagai
berikut:
B. Pengertian
Skull defect merupakan suatu kelainan pada kepala ketika tidak
adanya tulang cranium/tulang tengkorak Skull defect menjadi suatu
masalah sejak awal periode kehidupan manusia. Skull defect sudah dapat
ditemukan pada jaman neolitikum.. Skull effect adalah adanya pengikisan
pada tulang cranium yang disebabkan oleh adanya pengikisan yang
disebabkan massa ekstrakranial atau intrakranial, atau juga bisa berasal
dari dalam tulang (Burgener & Kormano, 1997). Skull defect dapat terjadi
dari lahir atau kongenital pada bayi yang biasanya disebut dengan
anenchephaly dan juga skull defect yang dilakukan secara sengaja untuk
membantu pengeluaran cairan atau pendarahan atau massa yang ada di
kepala atau otak.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya skull defect diantara lain:
a. Fraktur cranium
b. Tumor
c. Penipisan tulang
d. Kelainan kongenital (enchephalocele)
e. Pengikisan massa ekstrakranial atau intrakranial
f. Post op trepanasi (Burgener & Kormano, 1997)
g. Trauma parah pada tengkorak dan tulang wajah
h. Reseksi tumor tengkorak
i. Hilangnya tulang akibat osteomyelitis (Ramamurthi, et al, 2007)
D. Patofisiologi/ Patologi
Berdasarkan patofisiologinya cedera kepala dapat digolongkan
menjadi 2 proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder.
Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan
kejadian trauma dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya
menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali
16
membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa mengalami
proses penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang terjadi pada waktu
benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi
alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan
dan trauma saat lahir yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada
seluruh sistem dalam tubuh.
Cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang
berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder dapat
terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada
pada area cedera. Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya,
bila trauma ekstrakranial akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada
kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai pembuluh
darah. Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat menyebabkan
hipoksia, hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan
permeabilitas kapiler, serta vasodilatasiarterial, semua menimbulkan
peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan
intrakranial (TIK), adapun, hipotensi namun bila trauma mengenai tulang
kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi perdarahan juga. Cidera
kepala intrakranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan
kerusakan jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf
kranial terutama motorik yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam
mobilitas.
E. Manifestasi Klinik
Gejala yang nampak pada pasien skull defect dapat berupa:
a. Bentuk kepala asimetris
b. Pada bagian yang tidak tertutup tulang teraba lunak
c. Pada bagian yang tidak tertutup tulang dapat dilihat adanya denyutan
atau fontanela
17
F. Pemeriksaan Penunjang
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil
pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan skull defect perlu dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu:
a. CT-Scan
Fungsi CT Scan ini adalah untuk mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Untuk
mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam
setelah injuri. Pada pasien dnegan skull defect diperoleh hasil CT scan
sebagai berikut:
18
H. Komplikasi
a. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut coma.
Pada situasi ini, secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau
minggu, setelah masa ini penderita akan terbangun, sedangkan
beberapa kasus lainya memasuki vegetative state atau mati penderita
pada masa vegetative statesering membuka matanya dan
mengerakkannya, menjerit atau menjukan respon reflek. Walaupun
demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyadari lingkungan
sekitarnya. Penderita pada masa vegetative state lebih dari satu tahun
jarang sembuh.
b. Seizure
Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-
kurangnya sekali seizure pada masa minggu pertama setelah cedera.
Meskipun demikian, keadaan ini berkembang menjadi epilepsy.
c. Infeksi
Faktur tengkorak atau luka terbuka dapat merobekan membran
(meningen) sehingga kuman dapat masuk. Infeksi meningen ini
22
2. Indikasi
Beberapa faktor yang dapat ditangani dengan tindakan cranioplasty adalah:
- Premature closing dari sutura tengkorak atau craniosynostosis
- Tengkorak yang tidak berkembang
- Faktor genetik yang mengakibatikan cacat lahir
- Trauma
- Cacat tengkorak lain yang mengakibatkan lubang atau daerah sensitif pada
tengkorak
- Kelainan tengkorak yang tidak diketahui penyebabnya yang
mempengaruhi penampilan
2. Pemeriksaan Fisik
Pada dasarnya dalam pemeriksaan fisik menggunakan pendekatan secara
25
f) Hidung
Kesemetrisan, kebersihan.
g) Telinga
Kesimetrisan, kebersihan dan tidaknya kelainan fungsi pendengaran.
h) Mulut dan bibir
Kesemetrisan bibir, kelembaban, mukosa, kebersihan mulut.
i) Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan, ada tidaknya peradangan
pada gusi, ada tidaknya caries.
j) Leher
Posisi trakea (deviasi trachea), ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid
atau vena jugularis.
k) Integumen
Meliputi warna, kebersihan, turgor, tekstur kulit, dan kelembaban,
perubahan bentuk dan warna pada kulit.
l) Thorax
Dikaji kesemetrisannya, ada tidaknya suara redup pada perkusi,
kesemetrisan ekspansi dada, ada tidaknya suara ronchi dan whezzing.
m) Abdomen
Ada tidaknya distensi abdomen, asites, nyeri tekan.
n) Ektremitas atas dan bawah
Kesemetrisannya, ada tidaknya oedema, pergerakan dan tonus otot,
serta kebersihan.
1 Nyeri akut NOC : kepuasan klien Kriteria hasil : NIC : 1. Meminimalkan rasa
berhubungan terkait manajemen nyeri a. Nyeri terkontrol Manajemen Nyeri (1400) nyeri yang dirasakan
dengan agens (3016) b. Mengambil tindakan 1. Berikan pereda nyeri pasien
cidera fisik Tujuan : Pasien dapat untuk mengurangi nyeri dengan manipulasi 2. Mengurangi rasa nyeri
(00132) mengubah tingkat persepsi c. Memberikan informasi lingkungan (misal lampu 3. Mengurangi rasa nyeri
positif terhadap perawatan tentang pembatasan ruangan redup, tidak ada 4. Pasien bisa mimilih
untuk mengurangi rasa sakit aktivitas kebisingan, tidak ada teknik yang tepat untuk
d. Informasi disediakan gerakan tiba-tiba). mengurangi nyeri
untuk mengurangi nyeri 2. Implementasikan 5. Dukungan keluarga
penggunaan pasien dapat memotivasi
terkontrol analgesik pasien
(PCA)
3. Gunakan pendekatan
multi disiplin ilmu untuk
manajemen nyeri
4. Gunakan strategi yang
dikenal pasien atau
gambarkan beberapa
strategi dan biarkan
pasien memilih.
5. Libatkan keluarga dalam
pemilihan strategi
36
2 Resiko cidera NOC : deteksi risiko (1908) Kriteria hasil : NIC : 1. Mencegah pasien untuk
akibat posisi Tujuan : pasien dapat a. Mengenali tanda dan Identifikasi risiko (6610) mengulangi hal yang
perioperatif mengidentifikasi ancaman gejala yang mengindikasi 1. Kaji ulang riwayat negatif
berhubungan kesehatan diri risiko kesehatan masa lalu dan 2. Menjaga lingkungan
dengan b. Mengidentifikasi dokumentasikan bukti untuk melindungi
disorientasi kemungkinan risiko yang menunjukkan pasien terjadi
(00087) kesehatan adanya penyakit medis peningkatan risiko
2. Identifikasi risiko cidera
biologis, lingkungan, dan 3. Mencegah terjadi
perilaku serta hubungan cedera
timbal balik
3. Implementasikan aktivitas
– aktivitas pengurangan
risiko
3 Hambatan NOC : Kepuasan klien Kriteria hasil : NIC : 1. Membantu memahami
komunikasi terkait komunikasi (3002) a. Staf mendengarkan klien Peningkatan komunikasi: maksutdan tujuan
verbal Tujuan : Pasien b. Pertanyaan dijawab kurang bicara (4976) komunikasi yang
berhubungan menunjukkan komunikasi dengan jelas dan lengkap 1. Kenali emosi dan perilaku dilakukan pasien
dengan verbal yang efektif. fisik (pasien) sebagai 2. Pesan yang dikirimkan
gangguan bentuk komunikasi oleh pasien agar mudah
fisiologis mereka dipahami oleh perawat
(00051) 2. Instruksikan pasien untuk 3. Mengetahui penyebab
bicara pelan terjadinya hambatan
3. Monitor proses kognitif, komunikasi pada pasien
anatomis, dan fisiologis 4. Memberikan dukungan
terkait dengan positif kepada pasien
kemampuan bicara untuk tetap melakukan
(bahasa) komunikasi
37
4. Sediakan penguatan
positif, dengan cara yang
tepat
4 Ansietas NOC : Kontrol Kecemasan Kriteria hasil : NIC : 1. Memberikan informasi
berhubungan diri (1402) a. Monitor intensitas Enhancement Coping selama perawatan yang
dengan Tujuan : Setelah dilakukan kecemasan (5230) didapatkan pasien
keberhasilan tindakan keperawatan b. Rencanakan strategi 1. Sediakan informasi yang 2. Memberikan rasa
tindakan operasi diharapkan kecemasan koping untuk sesungguhnya meliputi nyaman
(00146) hilang atau berkurang. mengurangi stress diagnosis, treatment dan 3. Memberikan rasa
c. Gunakan teknik relaksasi prognosis nyaman pada pasien
untuk mengurangi 2. Tetap dampingi kien 4. Mengurangi ansietas
kecemasan untuk menjaga
d. Kondisikan lingkungan keselamatan pasien dan
nyaman mengurangi
3. Instruksikan pasien untuk
melakukan ternik
relaksasi
4. Bantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
ansietas.
5 Defisiensi NOC : kepuasan pasien Kriteria hasil: NIC : 1. Meningkatkan kesiapan
pengetahuan terkait pengajaran (3012) c. Tanda dan gejala Pengarajan perioperatif dan mengurangi rasa
berhubungan Tujuan : dapat penyakit (5610) cemas
dengan meningkatkan persepsi d. Pilihan pengobatan yang 5. Informasikan perkiraan 2. Mengurangi tingkat
pemahaman positif terhadap instruksi tersedia lama operasi kecemasan yang
diagnosa dan yang diberikan oleh perawat e. Tahu kapan untuk 6. Jelaskan prosedur dialami pasien
prosedur operasi berupa pengetahuan, mendapatkan bantuan persiapan pre-operasi 3. Menambah
38
(00126) pemahaman, dan partisipasi dari seorang profesional 7. Jelaskan obat – obat yang pengetahuan pasien
dalam perawatan kesehatan diberikan, efek,dan alasan terkait obat – obatan
f. Tindakan – tindakan yang penggunaan yang digunakan untuk
perlu dilakukan pada saat 8. Diskusikan kemungkinan membantu proses
keadaan darurat nyeri yang akan dialami penyembuhan
9. Jelaskan peralatan dan 4. Menyiapkan diri untuk
perawatan pasca operasi nyeri yang akan dialami
10. Instruksikan mobilisasi 5. Mengurangi rasa cemas
setelah dioperasi 6. Melakukan mobilsasi
sesuai perintah atau
larangan
Intra Operasi
1 Resiko infeksi NOC : Kontrol infeksi Kriteria hasil : NIC : 1. Membersihkan kuman
berhubungan terkait proses infeksi (1924) c. Mengindentifikasi Kontrol infeksi: – kuman disekitar
dengan ancaman Tujuan : untuk mencegah strategi untuk melindungi Intraoperatif (6545) 2. Mencaga kesterilan dan
adanya port de atau mengurangi ancaman diri dari orang lain 1. Bersihkan debu dan keamanan alat – alat
entry kuman terkena infeksi d. Mempertahankan permukaan mendatar yang digunakan
pada area lingkungan yang bersih dengan pencahayaan di 3. Melindungi pasien dari
perlukaan e. Menggunakan alat ruang operasi ancaman bakteri sekitar
operasi (00004) pelindung diri 2. Monitor suhu ruangan 20- 4. Mengurangi atau
24 derajat celcius menghilangkan risiko
3. Monitor dan jaga infeksi nosokomial
kelembapan relatif antara 5. Menjaga pasien agar
20% dan 60% tetap terlindung
4. Batasi dan kontrol lalu 6. Melindungi diri
lalang pengunjung penolong dan pasien
5. Lakukan tindakan – 7. Mencegah terjadinya
39
Evaluasi
1. Tidak ada tanda peningkatan TIK
2. Pasien mampu bicara dengan jelas, menunjukkan konsentrasi, perhatian dan
orientasi baik
3. Peningkatan tingkat kesadaran (GCS 15, tidak ada gerakan involunter
4 . TTV dalam batas normal (TD: 120/80, RR 16-20x/mnt, Nadi 80-100x/mnt, Suhu
36,5-37,5oC)
5. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
6. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
7 . Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
8 . Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Discharge Planning
Selama dirawat di rumah sakit, pasien sudah dipersiapkan untuk perawatan di
rumah. Beberapa informasi penyuluhan pendidikan yang harus sudah
dipersiapkan/diberikan pada keluarga pasien ini adalah:
a. Pengertian dari penyakit skull defect
b. Penjelasan tentang penyebab skull defect
c. Manifestasi klinik yang dapat ditanggulangi/diketahui oleh keluarga
d. Pasien dan keluarga dapat pergi ke rumah sakit/puskesmas terdekat apabila ada gejala
yang memberatkan penyakitnya
e. Keluarga harus mendorong/memberikan dukungan pada pasien dalam menaati
program pemulihan kesehatan
44
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby:
Elsevier.
Burgener, Francis A & Kormano, Martti. 1997. Bone And Joint Disorder. New York:
Thieme.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby:
Elsevier.
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
45
SKULL DEFECT
DEFISIT
PENGETAHUAN