Вы находитесь на странице: 1из 11

MATRIK

NAMA : ADE NURZEN

NIM : 55517110031

FENOMENA : KECURANGAN LAPORAN KEUANAGAN

JUDUL :

NO JUDUL PAKAR PERNYATAAN MEDIA


1 Semester Moermahadi MERDEKA.COM
Dalam laporan ini, BPK
1-2017, Soerja 03 0KTOBER 2017
BPK Djanegara, menemukan 14.997
temukan
14.997 permasalahan keuangan yang
masalah berpotensi merugikan negara
keuangan
dan senilai Rp 27,39 triliun dalam
rugikan pemeriksaan selama semester
negara Rp
27,39 T 1 tahun 2017.

"Permasalahan tersebut
meliputi kelemahan sistem
pengendalian Internal (SPI),
ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan
perundang-undangan senilai
Rp 25,14 triliun serta
permasalahan
ketidakhematan,
ketidakefisienan, dan
ketidakefektifan senilai Rp
2,25 triliun," ungkap Ketua
BPK, Moermahadi Soerja
Djanegara, dalam Rapat
Paripurna, di DPR RI.

Permasalahan ketidakpatuhan
saja mengakibatkan kerugian
senilai Rp 1,81 triliun dan
potensi kerugian senilai Rp
4,89 triliun, serta kekurangan
penerimaan senilai Rp 18,44
triliun.

"Pada saat pemeriksaan,


entitas yang diperiksa telah
menindaklanjuti dengan
menyerahkan aset atau
menyetor ke kas negara
maupun daerah Rp 509,61
miliar," jelas dia.

Untuk diketahui, IHPS I


Tahun 2017 merupakan
ringkasan dari 687 Laporan
Hasil Pemeriksaan (LHP)
yang terdiri atas 113 LHP
pada Pemerintah Pusat, 537
LHP pada Pemerintah
Daerah, serta 37 LHP BUMN
dan badan lainnya.

Berdasarkan jenis
pemeriksaan, 687 LHP
tersebut terdiri atas 645 LHP
keuangan (94 persen), 9 LHP
kinerja (1 persen), dan 33
LHP dengan tujuan tertentu
(5 persen). [idr]

2 BPK Sebut Harry Azhar Badan Pemeriksa Keuangan TIRTO.ID


TVRI Azis (BPK) telah menyampaikan 05 OKTOBER 2016
Berpotensi laporan hasil pemeriksaan
Rugikan semester pertama di tahun
Negara 2016 kepada Presiden Joko
Rp400 Widodo (Jokowi), Rabu
Miliar (5/10/2016) di Istana Negara,
Jakarta. Dari laporan tersebut,
Presiden Jokowi menanggapi
dengan memperkuat sistem
pengendalian internal
sehingga rekomendasi BPK
dapat diselesaikan. Salah
satunya, disclaimer TVRI
selama empat tahun yang
disebut telah merugikan
negara.

“Presiden menanggapi secara


khusus soal TVRI, TVRI ini
sudah 4 tahun disclaimer dan
ada sekitar hampir Rp400
miliar potensi kerugian
negara di sana, dan Presiden
menanggapi secara khusus.
Mungkin akan menugaskan
kementerian terkait di situ,”
jelas Ketua BPK Harry Azhar
Azis, sebagaimana dilansir
laman setkab.go.id.

Menindaklanjuti tanggapan
Jokowi, Harry menjelaskan
pihaknya akan melakukan
pembicaraan dengan
Kementerian ESDM. Selain
terkait TVRI yang telah 4
tahun disclaimer, pertemuan
itu rencananya juga akan
membahas soal cost recovery,
terutama beban-beban yang
tidak perlu masuk di dalam
yang harus dibayar oleh
pemerintah.

Pada kesempatan itu pula,


BPK menyampaikan
permintaan supaya Presiden
mendukung undang-undang
perubahan, UU BPK Nomor
15 Tahun 2006, untuk
memperkuat pemeriksaan dan
kerugian negara.

“Presiden menyatakan
sekarang draf undang-undang
itu sudah ada di Polhukam,
mungkin nanti akan kembali
ke beliau baru dikirim ke
DPR dibicarakan nanti UU
itu. Yang lainnya soal tindak
lanjut, beliau mengatakan
bahwa akan kita tindak lanjuti
baik itu di pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah,”
tutupnya.

Berdasarkan temuan yang


dilaporkan, BPK mengakui
sudah 61% menindaklanjuti
permasalahan keuangan
tersebut sesuai rekomendasi
dan 26,5% masih dalam
proses. Selama periode 2003
sampai semester 1 2016, BPK
telah menyampaikan temuan
pemeriksaan yang berindikasi
unsur pidana kepada instansi
yang berwenang sebanyak
231 surat yang memuat 446
temuan pemeriksaan senilai
Rp44,62 triliun.
“Dari 446 temuan tersebut,
instansi berwenang, baik itu
KPK, Kepolisian, dan
Kejaksaan, telah
menindaklanjuti sebanyak
420 temuan senilai Rp42,237
triliun,” ungkap BPK dalam
laporannya.
3 Moermahadi Bisnis.com, JAKARTA - BISNOIS.COM
Soerja Badan Pemeriksa Keuangan 03 APRIL 2018
BPK Djanegara (BPK) akan menyerahkan
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester (IHPS) II 2017
Serahkan
kepada DPR dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD)
Hasil Audit pada Selasa (3/4/2018).

Penyerahan IHPS ini


IHPS II merupakan salah satu amanat
dalam Pasal 18 Undang-
2017 ke Undang No.15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung
DPR Jawab Keuangan Negara.

Dalam ketentuan ini lembaga


auditor negara itu dituntut
untuk menyerahkan laporan
hasil pemeriksaan kepada
pembaga perwakilan,
presiden, hingga kepala
daerah selambat-lambatnya
tiga bulan setelah berakhirnya
semester yang bersangkutan.

IHPS II 2017 merupakan


ikhtisar dari 499 laporan hasil
pemeriksaan (LHP) kepada
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah termasuk Badan
Usaha Milik Daerah
(BUMD), serta Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).

Dalam pemeriksaannya di
semester I 2017 BPK
menemukan 14.997
permasalahan senilai Rp27,39
triliun.

Permasalahan tersebut
meliputi kelemahan sistem
pengendalian intern (SPI),
ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-
undangan senilai Rp25,14
triliun, serta permasalahan
ketidakhematan,
ketidakefisienan, dan
ketidakefektivan senilai
Rp2,25 triliun.

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan


Semester I Tahun 2017
merupakan ringkasan dari
687 laporan hasil
pemeriksaan (LHP) yang
terdiri atas 645 LHP
Keuangan, 9 LHP kinerja,
dan 33 LHP dengan tujuan
tertentu.

Terkait dengan laporan


keuangan pemerintah pusat
atau LKPP tahun 2016, telah
memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).

Adapun dari hasil


pemeriksaan tersebut,
sebanyak 74 Laporan
Keuangan Kementerian
Lembaga (LKKL)
memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian atau
WTP, Wajar Dengan
Pengecualian 8 LKKL, dan 6
LKKL memperoleh opini
Tidak Menyatakan Pendapat.

4 Kronologi Ketua KPK JAKARTA, KOMPAS.com - KOMPAS.COM


Kasus Agus Komisi Pemberantasan 28 MEI 2017
Dugaan Rahardjo Korupsi (KPK) melakukan
Suap operasi tangkap tangan (OTT)
Pejabat terkait kasus suap yang
Kemendes melibatkan pejabat
PDTT dan Kementerian Desa
Auditor Pembangunan Daerah
BPK Tertinggal dan Transmigrasi
(PDTT) dan pejabat serta
auditor Badan Pemeriksa
Keuangan RI. Kasus dugaan
suap yang ditangani KPK
tersebut terkait pemberian
opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) oleh
BPK RI terhadap laporan
keuangan Kemendes PDTT
tahun anggaran 2016.
Ketua KPK Agus Rahardjo
menuturkan, kronologi OTT
dalam kasus suap ini berawal
dari penyelidikan KPK atas
laporan masyarakat atas
dugaan terjadinya tindak
pidana korupsi. Pada sekitar
Maret 2017, KPK memeriksa
laporan keuangan Kemendes
PDTT Tahun Anggaran 2016.
KPK yang melakukan
penyelidikan kemudian
melakukan operasi OTT di
kantor BPK RI di Jalan
Jenderal Gatot Subroto,
Jakarta, pada Jumat
(26/5/2017) sekitar pukul
15.00 WIB. Dari kantor BPK,
lanjut Agus, KPK sempat
mengamankan enam orang,
yakni pejabat Eselon I BPK
Rochmadi Saptogiri (RS),
Auditor BPK Ali Sadli
(ALS), pejabat eselon III
Kemendes PDTT Jarot Budi
Prabowo (JBP), sekretaris
RS, sopir JBP, dan satu orang
satpam. KPK kemudian
melakukan penggeledahan di
sejumlah ruangan di kantor
BPK. "Untuk kepentingan
pengamanan barang bukti
dilakukan penyegelan di
sejumlah ruangan di BPK,
disegel dua ruangan, yakni
ruangan ALS dan RS," kata
Agus, dalam jumpa pers di
gedung KPK, Kuningan,
Jakarta, Sabtu (27/5/2017). Di
ruang Ali Sadli, KPK
menemukan uang Rp 40 juta
yang diduga merupakan
bagian dari total commitment
fee Rp 240 juta untuk suap
bagi pejabat BPK. Uang Rp
40 juta ini merupakan
pemberian tahap kedua ketika
tahap pertama Rp 200 juta
diduga telah diserahkan pada
awal Mei 2017. KPK
kemudian menggeledah
ruangan milik Rochmadi
Saptogiri, dan ditemukan
uang Rp 1,145 miliar dan
3.000 dollar AS atau setara
dengan 39,8 juta di dalan
brankas. KPK sedang
mempelajari uang di ruangan
Rochmadi Saptogiri tersebut
terkait kasus dugaan suap
yang sedang ditangani ini
atau bukan. Setelah
mengamankan enam orang
dan melakukan
penggeledahan di kantor BPK
RI, KPK pada hari yang sama
sekitar pukul 16.20 WIB,
mendatangi kantor Kemendes
PDTT di Jalan TMP Kalibata,
Jakarta Selatan. "Di sini KPK
mengamankan satu orang
(inisial) SUG, yaitu Irjen
Kemendes PDTT," ujar Agus.
5 BUDI Jakarta – Memasuki 2016 INFOBANKNEWS.COM
BPR ARMANTO fenomena penutupan BPR 30 MEI 2016
kembali marak. Baru empat
bulan berjalan, Otoritas Jasa
Ditutup, Keuangan (OJK) sudah
menutuo empat bank
Lagi-lagi perkreditan rakyat (BPR)
akibat gulung tikar. OJK
tercatat telah melikuidasi
Karena BPR Dana Niaga Mandiri
dari Makassar, Sulawesi
Fraud Selatan, terhitung mulai 13
April 2016 dan BPR Syariah
(BPRS) Al Hidayah, Jawa
Timur, terhitung mulai 25
April 2016. Sebelumnya,
BPR Mitra Bunda Mandiri
dari Sumatra Barat dan BPR
Agra Arthaka Mulya dari
Yogyakarta yang dilikuidasi
OJK, tepatnya pada Januari
2016.

OJK maupun Lembaga


Penjamin Simpanan (LPS)
tidak memerinci apa yang
menjadi penyebab kedua BPR
tersebut dilikuidasi. Namun,
jika melihat kondisi keuangan
dua BPR tersebut pada 2015
terjadi penurunan yang sangat
signifikan dibandingkan
dengan kondisi setahun
sebelumnya. Aset BPR Dana
Niaga Mandiri tercatat turun
dari Rp26,78 miliar pada
2014 menjadi Rp17,28 miliar.
Sama halnya dengan BPRS
Al Hidayah, asetnya turun
Rp5,71 miliar, dari Rp22,81
miliar menjadi Rp17,10
miliar.

Kepala Eksekutif Lembaga


Penjamin Simpanan (LPS),
Fauzi Ichsan, menjelaskan,
untuk pembayaran klaim
penjaminan simpanan
nasabah kedua BPR tersebut,
LPS akan melakukan
rekonsiliasi dan verifikasi
atas data simpanan dan
informasi lainnya untuk
menetapkan simpanan yang
layak dan tidak layak dibayar.

Fauzy mengakui, ada banyak


faktor yang dapat
menyebabkan kinerja
keuangan sebuah BPR
menjadi bermasalah hingga
berujung pada pencabutan
izin usaha. Baik OJK maupun
Perhimpunan Bank
Perkreditan Rakyat Indonesia
(Perbarindo) menyatakan
bahwa kebanyakan BPR yang
dicabut izin usahanya bukan
karena kalah dalam
persaingan, melainkan lebih
disebabkan fraud yang
dilakukan pengurus
BPR. Salah satunya, karena
BPR tidak melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik
atau good corporate
governance (GCG).

“Tidak adanya
penerapan GCG dan
manajemen risiko membuat
banyak BPR melakukan
kecurangan
atau fraud sehingga banyak
BPR yang ditutup
operasinya,” ujar Deputi
Komisioner Pengawas
Perbankan II OJK, Budi
Armanto.

Menurut Ketua Umum


Perbarindo, Joko Suyanto,
penerapan GCG dan
manajemen risiko yang baik
tidak hanya menghindarkan
BPR dari potensi fraud, tapi
juga dapat meningkatkan
kinerja keuangan BPR.
Penerapan tata kelola penting
dilakukan karena risiko dan
tantangan yang dihadapi BPR
tak hanya berasal dari
eksternal, tapi juga internal
BPR itu sendiri.

Selain itu,
penerapan GCG sangat
diperlukan agar perbankan
dapat bertahan dan tangguh
dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat
serta dapat menerapkan etika
bisnis sehingga dapat
mewujudkan iklim usaha
yang sehat dan transparan.

Penerapan praktik GCG dan


manajemen risiko tak sebatas
tuntutan regulasi, tapi sudah
menjadi kebutuhan yang
mendesak terhadap
perkembangan BPR pada
masa yang akan datang.
“Komitmen BPR terhadap
penerapan GCG akan
menjauhkan BPR dari
berbagai masalah yang
berisiko tinggi. Tanpa
didukung praktik GCG, BPR
berpotensi menjadi tidak
sehat,” tegas Joko.

SINTESA :

Вам также может понравиться