Вы находитесь на странице: 1из 4

1. Perkolasi. Metode perkolasi ini dilakukan dengan menggunakan etanol p.

a (99,8%)
sebagai pelarutnya. Sepuluh gram bahan kering Spirulina Sp. digunakan untuk setiap
variabel jumlah pelarut (75, 150 dan 200 mL). Perkolasi dilakukan skala laboratorium
dengan peralatan perkolasi sederhana berkapasitas 300 mL pada suhu ruang. Spirulina
Sp. dan etanol direndam sesuai variabel waktu (3 dan 6 jam), setelah waktu terpenuhi,
disaring dan ditampung filtratnya. Filtrat ditambahkan masing-masing 75 mL aquadest
dan n-heksan untuk membentuk dua fase: fase heksan dan hidroalkoholik, dimana fase
heksan didistillasi dan didapatkan ekstrak (minyak alga), Gambar 1.
Osmotik. Metode ini dilakukan dengan menggunakan pelarut HCl (0,5; 1,5; 3 dan 5
M). Ekstraksi osmotik dilakukan skala laboratorium menggunakan labu leher tiga
dilengkapi dengan kondensor refluk, pengaduk
magnetik, dan termometer dengan mencampurkan 10 g serbuk Spirulina Sp. untuk
setiap variabel pelarut yang telah ditentukan (75, 150, dan 200 mL). Ekstraksi osmotik
dilakukan pada suhu kamar. Setelah proses ekstraksi selesai, campuran larutan disaring
untuk memisahkan minyak terlarut dari residunya. Filtrat yang diperoleh, dimurnikan
dengan menambahkan 32 mL n-heksan dan 60 mL aquadest hingga terbentuk dua
lapisan cair-cair. Evaporasi dilakukan pada lapisan n-heksan untuk menguapkan
pelarutnya sehingga diperoleh minyak alga (Fajardo et.al., 2007). Selain itu, metode
osmotik ini juga dilakukan untuk 75 mL larutan HCl dengan.
memvariasikan waktu perendaman (60, 90, 120, 150 dan 180 menit),

2. mikroalga Spirulina spdalam bentuk kering (bubuk) yang diperoleh dari Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (BBPBAP). Pelarut yang digunakan adalah
akuades dan larutan buffer fosfat yang dibuat dengan mencampurkan KH2PO4 dengan
NaOH.

3. Rancangan penelitian dimulai dengan menghaluskan Spirulina hingga ukuran 140


mesh, kemudian men-campur serbuk Spirulina tersebut dengan larutan buffer fosfat pH
7.0 dan disimpan dalam refrigerator selama 24 jam, kemudian disentrifugasi pada
6.000 rpm selama 60 menit. Hasil sentrifugasi berupa padatan yang dibuang dan bagian
cairan dicampurkan dengan solvent sesuai dengan variabel. Variabel berubah yaitu
asam asetat 70%, 75%, dan 80% ammonium sulfat 50%, 55%, dan 60%, dan air. Hasil
ekstraksi kemudian disentrifugasi kembali dengan kecepatan 6000 rpm selama 60
menit dan kemudian disaring dengan kertas saring. Pendugaan hasil penampakan untuk
masing-masing jenis senyawa yang diperoleh dari hasil ekstraksi berdasarkan pola
absorpsi pada panjang gelombang 610 – 650 nm.

4. Materi yang digunakan adalah mikroalga Spirulina spdalam bentuk kering (bubuk)
yang diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
(BBPBAP). Pelarut yang digunakan adalah akuades dan larutan buffer fosfat yang
dibuat dengan mencampurkan KH2PO4 dengan NaOH.

Bahan kimia untuk uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH),aquades, metanol (p.a.), NaOH (p.a.), KH2PO4
(p.a.) dan kertas saring Whatman no. 42. Alat-alat yang digunakan meliputi neraca
analitik, mortar dan penggerus, vortex, refrigerator, sentrifuse dan spektrofotometer
UV-Vis.

Prosedur kerja untuk penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan
pelarut buffer KH2PO4 – NaOH pada pH 7, ekstraksi pigmen fikosianin, analisis kadar
pigmen fikosianin, pengukuran aktivitas penangkapan radikal bebas (antioksidan), dan
pembuatan spektra UV-Visible.

Ekstraksi dilakukan dengan metoda


coldmaceration dan freezing-
thawing.Sampel kering Spirulina spdigerusdengan mortar sampai halus, kemudian
dimaserasi dalam aquades dengan perbandingan 1:100 (w/v) dan dihomogenasi dengan
vortex selama1 menit. Sampel dibekukan dalam freezer selama 12 jam, dilanjutkan
proses thawing (pencairan sampel beku) selama 12 jam pada suhu kamar. Proses
freezing-
thawingdilakukan 2 siklus. Filtrat disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30
menit, kemudian disaring sehingga di peroleh ekstrak kasar fikosianin Spirulina sp.
Filtrat fikosianin diukur absorbansinya dengn Spektrofotometer UV-VIS pada panjang
gelombang 400 – 800 nm. Kadar fikosianin dihitung menurut Bennet dan Bogorad
(1973) sebagai berikut:

Dimana :
PC : Kadar Phycocyanin
A620 : Nilai absorbansi pada panjang
gelombang 620 nm
A650 : Nilai absorbansi pada panjang
gelombang 650 nm

5. Pengujian antioksidan dilakukan terhadap ekstrak S. platensis dengan menggunakan 2


pelarut yaitu etil asetat yang bersifat semi polar dan aseton yang bersifat polar. Hal ini
dilakukan berdasarkan penelitian Sari (2011), yang menyatakan bahwa pelarut etil
asetat merupakan pelarut yang cocok untuk mengekstraksi senyawa bioaktif. Namun
penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil aktivitas antioksidan yang didapatkan
sangat kecil, oleh sebab itu pada penelitian ini mencoba menggunakan pelarut polar
yang memiliki titik didih paling rendah (560C) untuk mengekstraksi senyawa bioaktif
dan membandingkannya dengan pelarut etil asetat.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pelarut aseton mempunyai aktivitas antioksidan
lebih baik dibanding etil asetat. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak menunjukkan nilai
inhibisi yang semakin tinggi. Pendapat ini didukung oleh Mardawati, et al. (2008),
bahwa semakin tinggi konsentrasi pelarut, maka semakin tinggi persentase inhibisinya,
hal ini disebabkan pada sampel yang semakin banyak, maka semakin tinggi kandungan
antioksidannya sehingga berdampak juga pada tingkat penghambatan radikal bebas
yang dilakukan oleh zat antioksidan tersebut. Hal tersebut didukung oleh Zuhra, et al.
(2008), menyatakan bahwa aktivitas diukur dengan menghitung jumlah pengurangan
intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan konsentrasi larutan
DPPH. Peredaman tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul Difenil Pikril Hidrazil
dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu molekul komponen sampel sehingga
terbentuk senyawa Difenil Pikril Hidrazil dan menyebabkan terjadinya peluruhan
warna DPPH dari ungu ke kuning. Hubungan tingkat konsentrasi dan persentase
penghambatan radikal bebas

6.
d
al
a menda
Metode m patkan Ekstrak
pigmen kasar Spirulina platensis dalam
penelitian ini merupakan modifikasi dari
metode Arlyza (2005). Sebanyak 10 mg
bubuk Spirulina platensis terlebih dahulu
direndam dalam 10 ml aquades lalu
a
g hom
dilarutka a oge
n r n Dengan
menggunakan vortex selama 20 detik
sebanyak tiga kali.

Вам также может понравиться