Вы находитесь на странице: 1из 3

Home Tentang NU Pengurus Program MWC-Ranting NU Admin Kontak Kami

Berfikir dan Bersikap Sederhana Search


May. 08 Berita Utama, KHUTBAH no comments

Share Suka 0 2 Tweet

Dalam membangun pola hidup sederhana ( ‫– ﺇﻕﺎﻡﺔ ﺍﻝﻡﺝﺕﻡﻉ ﺍﻝﻡﻕﺕﺹﺪ‬ Iqamatul mujtama’


al-muqtashid) baik sederhana dalam pola berpikir, dalam tindakan dan tingkah laku. Sesungguhnya
kehidupan yang sederhana diawali dari tindakan yang sederhana. Tindakan yang sederhana diawali dari
ucapan yang sederhana, dan ucapan yang sederhana bersumber dari pola pikir yang sederhana. Dan pola
pikir sederhana adalah memikirkan sesuatu yang bermanfaat, dan menjauhkan diri dari sesuatu yang
dinilai tidak perlu.

‫ﺎﻥﺎ‬
ً ‫ﻙ‬َ ‫ﺱﺎ َﺩ َﻡ‬ َ ‫ﻑ‬ ْ ‫ﻱ ْﻦ َﻩ ْﻭ َﻥ‬
َ ‫ﺍﻝ‬ َ ‫ﻱ َﻦ ﺑِ ِﻪ َﻭ‬ْ‫ﻙ‬ِ‫ﺱ‬ ِّ ‫ﺕ َﻡ‬ َ ‫ﻱﺎ َﻭ َﻭ َﻉ َﺪ ِﻝ ْﻝ ُﻡ‬ّ ‫ﺱ ِﻭ‬ َ ‫ﻕﺎ‬ ً‫ﻱ‬ ْ ِ‫ﻁﺭ‬َ ‫ِﺱ َﻝﺎ َﻡ‬ْ ‫ﺍﻝﺎ‬ْ ‫ﻯ َﺝ َﻉ َﻝ‬ َّ ‫ﻝﻝﻪ‬
ْ ‫ﺍﻝ ِﺬ‬ ِ ْ‫�ﺍ‬
‫َﻝ َﺡ ْﻡ ُﺪ‬ ،ِ ‫َاﻟﺤﻤﺪ‬
‫ﻱ َﺪ َﻥﺎ‬
ِّ ‫ﺱ‬َ ‫ﻥ‬ َّ َ‫ﺵ َﻩ ُﺪ ﺃ‬ ًّ ‫ﺱ ُﻦ َﻥ ِﺪ‬
ْ َ‫ َﻭﺃ‬.‫ﻱﺎ‬ َ ‫ﻕﺎ ًﻡﺎ َﻭﺃَ ْﺡ‬
َ‫ﻡ‬َّ ٌ‫ﻱﺭ‬ ْ ‫ﺵ َﻩﺎ َﺩ َﺓ َﻡ ْﻦ ُﻩ َﻭ َﺥ‬ َ ،‫ﻙ َﻝ ُﻪ‬ َ‫ﻱ‬ ْ ِ‫ﺎﺵﺭ‬َ ‫ﺍﻝﻝﻪ َﻭ ْﺡ َﺪ ُﻩ َﻝ‬
ُ ‫ِﻝ َﻪ ﺍِﻝَّﺎ‬
َ ‫َﺵ َﻩ ُﺪ ﺃَ ْﻥ ﻝَﺎ ﺍ‬
ْ ‫ ﺍ‬.‫ﻱﺎ‬ ًّ ‫َﻉ ِﻝ‬
.‫ﻱﺎ‬ ًّ ‫ﺹ ِﺒ‬
َ ‫ﻙ َﺒﺎﺭًﺍ َﻭ‬
ِ ‫ﻙﺎﺭِ ِﻡ‬َ ‫ﺎﻝ َﻡ‬
ْ ِ‫ﻑ ﺑ‬ُ‫ﺹ‬ ِ ‫ﺕ‬ َّ ‫ﺍﻝ ُﻡ‬ْ ‫ﺱ ْﻭ ُﻝ ُﻪ‬ َّ ‫ُﻡ َﺡ‬
ُ َ‫ﻡ ًﺪﺍ َﻉ ْﺒ ُﺪ ُﻩ َﻭﺭ‬

‫ﺻ ْﺤ ِﺒ ِﻪ �اﻟﺬِ ﻳْ ﻦَ ﻳُ ْﺤ ِﺴﻨ ُْﻮنَ �ا ْﺳﻼَﻣَ ﻬُ ْﻢ وَ ﻟَ ْﻢ َﻳ ْﻔﻌَ ُﻠ ْﻮا َﺷ ْﻴ ًﺌﺎ‬ َ َ‫ﺼ �ﻞ وَ َﺳ �ﻠ ْﻢ ﻋَ ﻠَﻰ َﺳﻴ� ﺪِ َﻧﺎ ﻣُ ﺤَ ﻤ� ﺪٍ ﻛَﺎن‬
َ َ‫ وَ ﻋَ ﻠَﻰ آﻟ ِِﻪ و‬،‫ﺻﺎدِ َق ْاﻟﻮَ ﻋْ ﺪِ وَ ﻛَﺎنَ رَ ُﺳ ْﻮﻻً َﻧ ِﺒ �ﻴﺎ‬ َ ‫َا �ﻟﻠﻬُ �ﻢ َﻓ‬
. َ‫ﺎز ْاﻟﻤُ ﺘ� ُﻘ ْﻮن‬ ِ ‫ ُا ْو ِﺻ ْﻴﻨِ ْﻲ َﻧ ْﻔ ِﺴ ْﻰ وَ �اﻳ� ﺎﻛُ ْﻢ ِﺑﺘَ ْﻘﻮَ ى‬، ُ�‫ﺎﺿﺮُ ْونَ رَ ِﺣﻤَ ﻜُ ُﻢ ا‬
َ ‫ َﻓ َﻘﺪْ َﻓ‬،�‫ا‬ ِ َ‫ �اﻣ� ﺎ ﺑَﻌْ ﺪُ َﻓ َﻴﺎ �اﻳ� ﻬَ ﺎ ْاﻟﺤ‬،‫َﻓ ِﺮﻳ� ﺎ‬

. َ‫ ﻳَ ﺎ َاﻳ� ﻬَ ﺎ �اﻟﺬِ ﻳْ ﻦَ آﻣَ ﻨ ُْﻮا ا �ﺗ ُﻘ ْﻮا ا�َ ﺣَ �ﻖ ُﺗ َﻘﺎﺗ ِِﻪ وَ ﻻَ َﺗﻤُ ْﻮ ُﺗ �ﻦ �اﻻ� وَ َا ْﻧﺘُ ْﻢ ﻣُ ْﺴﻠِﻤُ ْﻮن‬،‫ا� اﻟﺮ� ْﺣﻤَ ﻦ ِ اﻟﺮ� ِﺣ ْﻴ ِﻢ‬ َ ‫َﻗ‬
ِ ‫ ِﺑ ْﺴ ِﻢ‬: ‫ﺎل ا�ُ َﺗﻌَ ﺎﻟَﻰ‬

Khotbah kali ini merupakan keterangan panjang dari satu hadits yang sangat pendek sekali, tentang
anjuran meninggalkan segala centang preneng yang tidak penting. Menghindarkan diri dari segala
macam hal yang bersifat skunder dan mementingkan yang primer. Inilah yang oleh Ibn Rajab dinilai
sebagai akar dari hadits pendidikan. Yaitu hadits yang berupa ajaran dasar yang harus difahami dan
diamalkan oleh seorang muslim. Hadits pendek itu berbunyi:

‫ ) ﻡﻦ ﺡﺱﻦ ﺇﺱﻝﺎﻡ ﺍﻝﻡءﺭ‬: ‫ ﻕﺎﻝ ﺭﺱﻭﻝ ﺍﻝﻝﻪ ﺹﻝﻰ ﺍﻝﻝﻪ ﻉﻝﻱﻪ ﻭﺱﻝﻡ‬: ‫ﻉﻦ ﺃﺑﻲ ﻩﺭﻱﺭﺓ ﺭﺽﻲ ﺍﻝﻝﻪ ﻉﻦﻪ ﻕﺎﻝ‬
‫ﺕﺭﻙﻪ ﻡﺎ ﻝﺎ ﻱﻉﻦﻱﻪ ( ﺡﺪﻱﺙ ﺡﺱﻦ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻝﺕﺭﻡﺬﻱ ﻭﻍﻱﺭﻩ‬

Salah satu tanda kesempunaan islamnya seseb orang adalah meninggalkan segala yang dinilai tidak
perlu.

Hadits yang tergolong pendek ini memuat beberapa hikmah yang sangat luas. Dalam kitab al-Wafifi
Syarahil Arbain an-Nawawi, Musthafa  al-Bugha menjelaskan bahwa sebagian ulama mengatakan inilah
hadits yang muatan isinya setengah dari ajaran agama. Karena agama sejatinya berisikan tentang laku
yang berasal dari perintah dan tinggal yang berasal dari larangan. Sedangkan hadits ini merupakan
sumber dari pemahaman segala larangan. Larangan berbuat sesuatu yang tidak penting, baik tidak
penting dari tinjauan dunyawi maupun ukhrawi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimkumullah

Marilah kita refleksikan hadits ini dalam kehidupan masing-masing diri kita. Benarkah selama ini kita telah
mengamalkannya, dengan meninggalkan segala yang terasa tidak perlu? Ataukah malah sebaliknya
mementingkan segala yang tidak penting? Berapakah HP yang kita miliki, apakah kecanggihan dan harga
mahal itu seseuai dengan kebutuhan kita? Benarkan kita membeli HP karena terjadi kerusakan ataukah
karena gengsi dan mengikuti arus trend pasar? Berapakah motor yang kita punya? Benarkah anak kita
yang berada di SMP benar-benar memerlukan motor? Ataukah itu sekedar menuruti gengsi saja?
Berpakah baju koko yang kita punya dan seberapa rajin kita shalat? dan seterusnya. deretan ini masih
bisa diperpanjang hingga tak terhingga. Dan semoga kita segera bersadar bahwa apa yang kita lakukan
jauh dari aplikasi hadits ini. Meninggalkan apa yang tidak perlu.

Jama’ah jum’ah yang Berbahagia

Hadits ini dapat dijadikan inspirasi dari tiga hal besar, pertama; membangun masyarakat sosial yang
idealis (‫ ﺇﻕﺎﻡﺔ ﺍﻝﻡﺝﺕﻡﻉ ﺍﻝﻑﺎﺽﻝ‬iqamatul mujtama’ al-fadhil). Islam sangat menjaga akan kesehatan
sosial kemasyarakatan. Diantara ciri-ciri masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang hidup dengan
tatanan yang rapi. Masyarkat yang saling menghargai kepentingan dan kebutuhan yang lain. Sehingga
kepentingan seseorang tidak akan mengganggu kebutuhan orang lain. Demikian pula dengan
kebebasannya, tidak akan melanggar kebebasan orang lain. Hal ini bisa tercapai jika seorang individu
berkonsesntrasi dan bertindak dalam batas kepentingannya masing-masing, jika individu tidak ada
keinginan untuk mengurus urusan orang lain yang sebenarnya tidak perlu baginya. Karena jika diamati
virus sosial itu bermula dari ketumpang tindihan (at-tadakhul) yang membuat kehidupan makin semrawut
secara sosial dan sangat merugikan secara mental. Bukankah perasaan ingin tahu dengan keadaan orang
lain awal dari hasud, iri dan dengki. Penyakit hati yang akut dan berbahaya.

Kedua, membangun pola hidup sederhana ( ‫ – ﺇﻕﺎﻡﺔ ﺍﻝﻡﺝﺕﻡﻉ ﺍﻝﻡﻕﺕﺹﺪ‬Iqamatul mujtama’


al-muqtashid) baik sederhana dalam pola berpikir, dalam tindakan dan tingkah laku. Sesungguhnya
kehidupan yang sederhana diawali dari tindakan yang sederhana. Tindakan yang sederhana diawali dari
ucapan yang sederhana, dan ucapan yang sederhana bersumber dari pola pikir yang sederhana. Dan pola
pikir sederhana adalah memikirkan sesuatu yang bermanfaat, dan menjauhkan diri dari sesuatu yang
dinilai tidak perlu.

Memang, sepintas lalu keterangan ini bersifat sangat individualis. Tetapi apabila difahami secara
mendalam tidak demikian. Karena kesibukan seorang muslim pada dirinya sendiri -dalam hadits ini- tidak
lain adalah kesibukan menata diri agar siap menghadapi masyarakatnya. Karena masyarakat yang sehat
diawali oleh individu-individu yang sehat pula. Dengan kata lain, untuk membangun masyarakat yang
islami, tentunya harus bermodal dari individu yang islami pula. Individu-individu yang saleh akan memiliki
standar penilaian terhadap realita yang sama. Sesuatu yang bernilai negatif pasti disepakati
kenegatifannya, begitu juga yang baik pasti mutlak disepakati kebaikannya. Inilah yang dimaksud oleh
Rasulullah saw dalam salah satu haditsnya:

‫ ﻑﻕﺎﻝ ﺃﻥ ﺕﺡﺐ ﻝﻝﻦﺎﺱ ﻡﺎ ﺕﺡﺐ‬،‫ﺃﻥﻪ ﺱﺄﻝ ﺍﻝﻦﺒﻲ ﺹﻝﻰ ﺍﻝﻝﻪ ﻉﻝﻱﻪ ﻭﺱﻝﻡ ﻉﻦ ﺃﻑﺽﻝ ﺍﻝﺈﻱﻡﺎﻥ‬: ‫ﻉﻦ ﻡﻉﺎﺫ‬
‫ ﻭﺕﻙﺭﻩ ﻝﻩﻡ ﻡﺎ ﺕﻙﺭﻩ ﻝﻦﻑﺱﻙ‬،‫ﻝﻦﻑﺱﻙ‬
Sesungguhnya Rasulullah saw pernah ditanya tentang iman yang utama, maka beliau menjawab “apabila
DOWNLOAD Categories
Engkau menyukai orang lain sebagaimana engkau menyukai diri sendiri, dan membenci mereka
sebagaimana engkau membeci dirmu sendiri”
Pedoman AMALIAH NU Artikel – Hikmah
Administrasi NU
Secara tidak langsung hadits ini ingin mengatakan bahwa iman
Bahtsul yang utama akan
Masail menyamakan standar
Berita
nilai kebaikan
Pedoman bagi diri pribadi dan orang lain. Apa yang buruk bagi kita pastilah buruk bagi masyarakat
Organisasi
dan begitupun sebaliknya.
NU Berita Utama Buku

Ketiga, membangun
Program PCNU masyarakat yang beiman (religius)Carosul
bukan individualis ( ‫ﻝﺎ‬Fiqh
‫ﺇﻕﺎﻡﺔ ﺍﻝﻡﺝﺕﻡﻉ ﺍﻝﺈﻱﻡﺎﻥﻲ‬
‫ ﺍﻝﺄﻥﺎﻥﻲ‬ iqamatul mujtama’ al-iymany lal ananiy). Secara teoritis mempertentangkan individualis dengan
Jombang KHUTBAH RESENSI
religius adalah kurang tepat. Akan tetapi karakter religius pasti bertentangan dengan karakter
individualis. Mengutamakan kepentingan bersama dan mengalahkan kepentingan
Sosok pribadi adalah syarat
Wawancara
mutlak sempurnanya iman seseorang. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits yang berbunyi:

‫ﺕﺭﻯ ﺍﻝﻡﺅﻡﻦﻱﻦ ﻑﻲ ﺕﻭﺍﺩﻩﻡ ﻭﺕﻉﺎﻁﻑﻩﻡ ﻭﺕﺭﺍﺡﻡﻩﻡ ﻡﺙﻝ ﺍﻝﺝﺱﺪ ﺇﺫﺍ ﺍﺵﺕﻙﻰ ﻡﻦﻪ ﻉﺽﻭ ﺕﺪﺍﻉﻰ ﻝﻪ ﺱﺎﺋﺭ‬
NU Jombang Online | Situs Resmi PCNU Jombang @ Copy Rights Reserved 2013
.”‫ﺍﻝﺝﺱﺪ ﺑﺎﻝﺡﻡﻰ ﻭﺍﻝﺱﻩﺭ‬

Вам также может понравиться