Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang terus meningkat di
Indonesia. Kegemukan dan obesitas akibat asupan energy lebih tinggi dari
energy yang dikeluarkan(Kementerian Kesehatan RI, 2012) .
Angka kejadian kegemukan dan obesitas secara global meningkat dari
4,2 % pada tahun 1990 menjadi 6,7 % pada tahun 2010. Kecenderungan ini
diperkirakan akan mencapai 9,1 % atau 60 juta di tahun 2020. Di Indonesia
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas) 2013 secara nasional
menunjukkan bahwa masalah kegemukan dan obesitas pada anak umur 5 sampai
12 tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%, sudah mendekati perkiraan
angka dunia di tahun 2020. Peningkatan
obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-morbiditas yang berpotensi
menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari misalnya penyakit jantung
koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll (Obesitas, 2014).
Masalah kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energy lebih
tinggi daripada energy yang dikeluarkan. Asupan energy tinggi disebabkan oleh
konsumsi makanan sumber energy dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran
energy yang rendah disebabkan karena kurangnya akfitas fisik dan sedentary life
style (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua
kelompok umur dan pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah,
kejadian kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang serius karena akan
berlanjut hingga usia dewasa. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas
hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep
apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain (Kementerian
Kesehatan RI, 2012).
Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi
kegemukkan dan obesitas pada anak sekolah di Jawa Tengah adalah 10, 9 %

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 1


berada di atas prevalensi nasional. Hasil penelitian di beberapa kota
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan prevalensi kegemukkan dan
obesitas. Hal ini didukung oleh temuan di Jawa Tengah bahwa rerata asupan
energi tertinggi penduduk di daerah perkotaan justru terjadi pada kelompok
umur 5-12 tahun. Konsumsi gula, natrium dan lemak merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit tidak menular (PTM). Penduduk yang mengonsumsi gula
lebih dari yang dianjurkan proporsinya meningkat seiring dengan bertambahnya
umur. Konsumsi natrium dan lemak yang melebihi anjuran tertinggi pada
kelompok umur 6-12 tahun masing-masing sebesar 26,0 persen dan 35,1 persen.
Berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan, penduduk yang
mengonsumsi gula, natrium mempunyai proporsi yang serupa. Namun, proporsi
penduduk yang mengonsumsi lemak lebih besar dari anjuran lebih tinggi pada
penduduk di perkotaan (KESEHATAN & 2014, n.d.).
Resiko kegemukan dan obesitas cenderung meningkat jika faktor yang
mempengaruhi epidemic kegemukan dan obesitas menjadi pola hidup anak .
Faktor yang mempengaruhinya adalah faktor gaya hidup anak yang meliputi diet
dan aktifitas fisik, pengaruh model orangtua dan lingkungan(“Child &
Adolescent Obesity Provider Toolkit,” 2008).
Faktor gaya hidup anak di Jawa Tengah berdasarkan temuan data
asupan energy jelas pada kelompok umur 5-12 tahun, Data aktifitas fisik
berdasarkan Sebuah riset yang dilakukan oleh South East Asian Nutrition
Survey (SEANUTS) menunjukkan sebanyak 57,3 persen anak Indonesia
dikategorikan tidak aktif. Riset tersebut dilakukan oleh Frisian Flag Indonesia
yang dimulai pada Januari hingga Desember 2011 di 192 kelurahan/desa, 48
kabupaten/kota, dari 25 provinsi Indonesia. Riset tersebut juga menunjukkan
bahwa rata-rata anak di Indonesia berada di depan layar televisi, komputer, atau
video game selama 2,4 jam per hari. Sebanyak 55,2 persen anak-anak
menghabiskan waktunya di depan layar selama lebih dari 2 jam per hari. Riset
ini juga menunjukkan bahwa anak yang kurang aktivitas fisik berisiko
mengalami obesitas 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
beraktivitas tinggi(“Anak dari keluarga kaya cenderung kurang aktif bergerak -
ANTARA News,” n.d.).

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 2


Data diatas menunjukkan bahwa resiko kegemukkan dan obesitas
cenderung terjadi pada semua kelompok umur terutama pada usia 5-12 tahun
dan berada di daerah perkotaan. Sesuai visi dan misi Kota Semarang di masa
depan yakni Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk
Hidup Sehat maka masyarakat dituntut mandiri untuk hidup sehat maka
kesehatan merupakan tanggung jawab bersama individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Perilaku masyarakat diharapkan bersifat proaktif dan
mempunyai akses serta menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu (Dinas
kesehatan kota semarang, 2014).
Banyumanik adalah kecamatan di bagian selatan Kota Semarang.
Terletak di kawasan atas, Banyumanik menjadi kota satelit yang menjanjikan
perkembangannya. Ada kecenderungan, kawasan ini akan terus berkembang
seiring jenuhnya kawasan Semarang Kota. Perubahan Banyumanik tergolong
cepat hingga tahun 2010, pendudukan Kecamatan Banyumanik sudah lebih dari
100.739 jiwa. Jumlah penduduk sebesar itu dipastikan akan mendorong
Banyumanik berkembang lebih pesat. Meski begitu, bukan berarti Banyumanik
tanpa masalah. Perkembangan yang tidak terkontorl mengancam Banyumanik
menjadi kota kecil yang tidak sehat.
Geografis Banyumanik yang merupakan daerah perkotaan dan
perumahan juga penduduk yang mempunyai akses mudah untuk ke semua
tempat seperti Puskesmas, Pusat berbelanjaan sehingga masyarakat sudah
terorientasi kehidupan modern. Dasar pemikiran inilah penulis tertarik
mengambil masalah resiko kegemukan pada anak sekolah di RW 7 Kelurahan
Padangsari Banyumanik Kota Semarang.
Perawat Komunitas mempunyai peran strategis dalam upaya promotif
resiko kegemukan dan obesitas pada anak. Sebagai upaya terhadap peningkatan
kesehatan komunitas, berdasarkan permasalahan tersebut perawat telah
melakukan intervensi di tingkat individu, keluarga, kelompok maupun
komunitas untuk upaya penemuan kasus ( deteksi dini ) reski kegemukan dan
obesitas untuk meningkatkan kesadaran akan status gizi anak dalam mengelola
dirinya secara mandiri. Proses Keperawatan menggunakan pendekatan Promosi
Kesehatan Nola J Pender. Implementasi asuhan keperawatan komunitas

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 3


menggunakan strategi intervensi pendidikan kesehatan, kerjasama, dan
pemberdayaan masyarakat.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang alternative tindakan untuk deteksi dini
resiko kegemukan dan obesitas anak sekolah di RW 7 Kelurahan Pedalangan
Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari Banyumanik Kota Semarang

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk
memberikan gambaran tentang :
1. Pengumpulan data dari hasil pengkajian dengan pendekatan Promosi
Kesehatan Nola J Pender untuk deteksi resiko kegemukan dan obesitas
anak sekolah di RW 7 Kelurahan Pedalangan Wilayah Kerja Puskesmas
Padangsari Banyumanik Kota Semarang
2. Menganalisis data menjadi sebuah diagnose komunitas sesuai NANDA
untuk deteksi resiko kegemukan dan obesitas anak sekolah di RW 7
Kelurahan Pedalangan Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari Banyumanik
Kota Semarang
3. Memberikan alternative intervensi sesuai dengan data dan masalah
keperawatan komunitas untuk deteksi resiko kegemukan dan obesitas
anak sekolah di RW 7 Kelurahan Pedalangan Wilayah Kerja Puskesmas
Padangsari Banyumanik Kota Semarang
4. Mengimplementasikan intervensi yang ditetapkan untuk deteksi resiko
kegemukan dan obesitas anak sekolah di RW 7 Kelurahan Pedalangan
Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari Banyumanik Kota Semarang
5. Mengevaluasi proses keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
keperawatan untuk deteksi resiko kegemukan dan obesitas anak sekolah di
RW 7 Kelurahan Pedalangan Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari
Banyumanik Kota Semarang

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Model
Pendekatan pengkajian yang digunakan menggunakan teori
Health Promotion Model Nola J Pender. Health Promotion Models
merupakan model pendidikan kesehatan yang telah dimodifikasi,
karakteristik, pengalaman, status kognisi dan afeksi seseorang dapat
menjelaskan perilaku kesehatannya.
Karakteristik individu terkait dengan usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status psikologis dan suku bangsa. Karakteristik individu
bersama-sama dengan pengalaman individu sebelumnya mempengaruhi
perilous sehat dengan terlebih dahulu membentuk perilous spesifik kognisi
dan afeksi. Perilous spesifik kognisi terdiri dari pemahaman terhadap
manfaat tindakan, pemahaman terhadap upaya pencegahan, pemahaman
terhadap efektifitas tindakan dan pengaruhnya terhadap tindakan. Perilous
spesifik afeksi bersumber dari interaksi seseorang dengan faktor
interpersonal ( dukungan social termasuk dukungan keluarga, norma dan
model perilous) dan faktor social (pilihan, karakter dan estetika).

B. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi merupakan suatu bentuk tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan dalam praktek keperawatan
komunitas. Strategi intervensi yang efektif meliputi proses kelompok,
kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan kesehatan. Strategi
intervensi komunitas ini sangat mendukung upaya peningkatan kesehatan
masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004)
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan
(partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan
kesehatan, dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas
1999; Helvie, 1998). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 5


1. Kemitraan (Partnership)
merupakan strategi keperawatan yang dilaksanakan melalui
hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip dan peran masing-masing (Helvie, 1998 ; Anderson &
McFarlane, 2000 ; Depkes, 2003). Hubungan kerjasama antara dua
pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan atas
kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing (Depkes, 2003).
Terdapat 3 prinsip membangun sebuah kemitraan menurut
Notoatmojo, 2007 yaitu : persamaan, keterbukaan, dan saling
menguntungkan. Prinsip dalam membangun kemitraan dalam
keperawatan komunitas adalah 1) Equity, adanya kesetaraan dalam
mengambil keputusan untuk mencapai tujuan bersama, masing-masing
anggota atau mitra mempunyai hak yang sama, 2) Transparency,
adanya keterbukaan sehingga dapat saling melengkapi dan saling
membantu diantara mitra, 3) Mutual benefit, adanya saling
menguntungkan yang terwujud dari kebersamaan dalam mencapai
tujuan kemitraan (Anderson & McFarlane, 2000 ; Notoadmojo, 2005).
Dalam mengembangkan kemitraan dalam bidang kesehatan
terdapat 3 institusi kunci organisasi yang terlibat didalamnya yaitu
unsur pemerintaha, dunia usaha atau swasta dan unsur non
pemerintahan. Secara konsep terdiri dari 3 tahap yaitu kemitraan lintas
program, lintas sektor dan kemitraan lebih luas.
2. Pemberdayaan (Empowerment)
merupakan strategi intervensi dalam meningkatkan
kecenderungan masyarakat untuk menciptakan perubahan (Pender et.al,
2001). Pemberdayaan keluarga dan komunitas merupakan suatu jalan
bagi komunitas untuk memperoleh kontrol terhadap sumber dan
mengubah perbedaan kekuatan melalui perubahan sosial.

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 6


Suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri. Dalam bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat adalah
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoatmojo, 2007).
Tujuan pemberdayaan yaitu (1) untuk menumbuhkan kesadaran,
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan bagi individu,
kelompok atau masyarakat, (2) timbulnya kemauan atau kehendak
dalam bidang kesehatan, (3) timbulnya kemampuan di bidang
kesehatan.
Keluarga adalah sistem yang paling efektif sebagai
kontrol untuk memberi dukungan dan perubahan dalam proses
penyembuhan dan pemutusan mata rantai suatu penyakit. Masyarakat
merupakan sistem pendukung yang dapat merubah kondisi terjadinya
peningkatan penyakit yang lebih luas.

Peran perawat komunitas dalam pemberdayaan keluarga


dan masyarakat adalah membangun kemitraan yang efektif melalui
peran serta masyarakat (Pender et.al, 2001 ; Clark , 2003).

3. Pendidikan kesehatan
merupakan strategi intervensi keperawatan melalui proses
pemberian informasi sebagai tindakan sosial dengan cara mengarahkan
masyarakat untuk memperoleh kemampuan dalam mengontrol
kehidupannya dan sumber komunitas (Anderson & McFarlane, 2000).
Tujuan pendidikan kesehatan dalam keperawatan komunitas
adalah :

1) Merubah perilaku dari perilaku negatif ke perilaku positif,


2) Mempertahankan perilaku, perilaku yang sudah baik dipertahankan dan
merubah perilaku yang tidak menguntungkan,
3) Membentuk perilaku, dengan mengembangkan dan menanamkan
perilaku yg mendukung kesehatan,

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 7


4) Menghilangkan perilaku dan kebiasaan tradisi yang tidak baik atau
merugikan kesehatan (Green, 1980 ; Pender, 2001; Ervin, 2002 ;
Notoadmojo, 2005)
Upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan sebagai
dasar perubahan perilaku yang dapat meningkatkan status kesehatan
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat melalui aktivitas
belajar. Kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan dapat membantu
tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Sasaran pendidikan kesehatan meliputi primer,
sekunder dan tersier.
Peran pendidikan kesehatan dalam merubah
perilaku sangat besar bagi klien maupun kelompok resiko. Pendidikan
kesehatan yang berkesinambungan dapat menyadarkan seseorang
terhadap perilaku tidak sehat yang dilakukannya. Bentuk kegiatan
pendidikan kesehatan di masyarakat antara lain penyuluhan kesehatan,
diskusi, memutar film tentang kesehatan, simulasi dan demonstrasi
(Clark, 2003 ; Notoadmojo, 2005).

4. Proses kelompok
Suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan
bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau
dukungan sosial berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pengaruh
proses kelompok yaitu membangun harapan ketika anggota kelompok
menyadari bahwa ada orang lain yang telah berhasil menghadapi atau
mengatasi masalah yang sama, universalitas diwujudkan dengan
menyadari bahwa dirinya tidak sendirian menghadapi masalah yang
sama, sarana berbagai informasi dengan anggota kelompok lain,
altruisme diwujudkan dengan saling membantu sesama anggota
kelompok, sarana koreksi berantai antar sesama anggota kelompok,
sarana pengembangan teknik sosialisasi dan ketrampilan sosial yang
dibituhkan, perilaku imitatis anggota kelompok terhadap pemimpin
kelompok, pembelajaran interpersonal, chatarsis ditunjukkan dengan

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 8


masing-masing anggota kelompok belajar untuk mengekspresikan
perasaan dengan tepat, faktpr eksistensi yaitu ketika anggota kelompok
menyadari bahwa setiap orang harus bertanggung jawab terhadap cara
hidup yang telah ditempuh.
Proses kelompok juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan
kelompok masyarakat yang sudah ada seperti pos pelayanan terpadu
(Posyandu) dan pos binaan terpadu (Posbindu) maupun membentuk
kelompok baru di masyarakat seperti kelompok swabantu (self Help
group) dan kelompok pendukung (support group).

C. Konsep Agregat Anak Sekolah dengan Resiko Kegemukan


Anak Usia 6-12 tahun adalah masa usia sekolah tingkat SD bagi
anak yang normal. Perkembangan anak masih sangat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga. Sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan anaknya terutama pada usia ini karena pertumbuhan
anak-anak sangat pesat yang harus diimbangi dengan pemberian nutrisi
dan gizi yang seimbang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak :
1. Faktor genetic
a. Faktor keturunan — masa konsepsi
b. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
c. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan
beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.
d. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang
optimal.
3. Faktor eksternal / lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir
hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 9


menghambatnya adalah Keluarga,Teman sebaya, Pengalaman hidup,
Kesehatan, Lingkungan tempat tinggal.
Faktor Resiko kegemukan
Menurut the California Medical Association (CMA) Foundation
and California Association of Health Plans (CAHP). Sejumlah faktor
yang menyertai kejadian resiko kegemukan pada anak adalah Faktor
gaya hidup anak sekolah, Pengaruh keluarga dan model pengasuhan
orangtua serta pengaruh masyarakat(“Child & Adolescent Obesity
Provider Toolkit,” 2008).
1. Faktor gaya hidup anak
a. Diet
Harapannya adalah anak-anak bisa membuat pilihan makanan mereka
sendiri apa yang mereka makan, yang bisa mempengaruhi berat
badan mereka . Tingginya kadar gula dalam minuman manis
termasuk jus buah juga memicu peningkatan risiko kelebihan berat
badan. Konsumsi buah dan sayuran bersama dengan konsumsi
makanan dengan kepadatan rendah kalori dan air menunjukkan efek
positif pada peningkatan berat badan .

b. Fisik Activity
Ada hubungan antara perilous kurang aktifitas (menetap) dan
kegemukan. Saat anak menonton televisi atau bermain video game ,
mereka mengalami sedikit pengeluaran energi . Anak-anak dengan
televisi di kamar tidur , terbukti memiliki tingkat aktivitas fisik rendah
dibandingkan dengan anak-anak tanpa televisi di kamar tidur mereka ,
dan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menjadi kegemukan.

2. Pengaruh keluarga dan model pengasuhan orangtua


Anak dengan orangtua obesitas menjadi 10 kali lebih mungkin
untuk menjadi resiko kegemukkan atau kelebihan berat badan
dibandingkan dengan anak yang mempunyai orangtua non-obesitas .
Lingkungan prenatal mempengaruhi perkembangan anak untuk

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 10


menjadi kelebihan berat badan . Anak yang lahir ibu dengan diabetes
gestasional memiliki peningkatan risiko kelebihan berat badan. ,
Kurang lebih lima persen dari obesitas dapat dikaitkan dengan
masalah endokrin dan gangguan genetic.
Orang tua adalah model peran bagi anak-anak . Ketika orang tua
makan dengan benar dan aktif secara fisik, sebetulnya ini menjadi
model bagi anak untuk membuat pilihan yang sama. Perilaku sehat,
orang tua menciptakan kebiasaan keluarga untuk membuat makanan
sehat dan memilih pilihan untuk melakukan aktivitas fisik. Orang tua
berpengaruh pada pola menonton acara televise, mulai dari kebiasaan
atau frekwensi nonton TV, adanya aturan atau pembatasan jumlah
dari televisi di rumah dan membatasi jumlah jam televisi menyala.
3. Pengaruh Masyarakat
a. Cara mendapatkan makanan sehat terutama sayur dan buah segar.
b. Sekolah yang menyediakan fasilitas untuk aktifitas fisik
c. Lingkungan yang menyediakan taman atau tempat bermain atau
trotoar untuk keamanan bersepeda atau berjalan

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 11


BAB III

Pelayanan Keperawatan Komunitas

A. Analisa Situasi
Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara dengan petugas
Puskesmas Padangsari, Kader RW VII, Keluarga dengan anak sekolah dan
anak sekolah dengan resiko kegemukan.
Karakteristik RW VII kelurahan Pedalangan Banyumanik Kota
Semarang terdiri dari 6 RT merupakan daerah perumahan yang mempunyai
akses mudah untuk kesemua fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, dokter
praktek swasta, pusat perbelanjaan dengan masyarakat sudah terorientasi
kehidupan modern.
Data yang hasil angket yang diberikan pada 11 keluarga didapatkan
bahwa 91 % pendapatan rangtua diatas UMR kota Semarang yaitu Rp.
1.685.000, 00 ( Satu Juta Enam Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah), 82 %
pekerjaan orangtua anak sekolah adalah swasta, 55 % bendidikan orangtua
adalah pendidikan menengah, 82 % keluarga menyediakan sayur setiap hari,
100 % keluarga menyediakan lauk setiap hari, 73 % keluarga menyediakan
buah setiap hari, 73 % keluarga menyarankan minum air putih minimal 8 gelas
setiap hari, 100 % keluarga menyediakan sarapan pagi bagi anak sekolah, 64 %
orangtua menyediakan uang saku bagi anak sekolah, orangtua tua mendapatkan
paparan tentang hidup sehat yang meliputi 100 % waktu untuk cuci tangan,
makan 3 kali dengan nutrisi seimbang, 27 % aktifitas minimal setengah jam /
hari, 64 % tidur kualitas, Paparan orangtua terhadap pentingnya aktifitas fisik
pada anak adalah 18 %, 82 % waktu senggang keluarga diisi dengan menonton
acara TV, bermain gadget atau duduk di depan computer , 36 % keluarga
menyediakan alat olah raga, 45 % keluarga mempunyai waktu untuk
beraktifitas bersama, 100 % keluarga mempunyai sarana transportasi, 45 %
keluarga mengatakan menyediakan TV di kamar anak, 91 % keluarga
mempunyai aturan untuk menonton TV, 73 % keluarga mengajak atau
menganjutkan anak untuk beraktifitas fisik, 55 % keluarga menyediakan
minuman manis, 91 % keluarga menyediakan camilan di rumah.

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 12


Sebanyak 11 anak dengan status nutrisi normal, gemuk dan
obesitas, 91 % anak sekolah dengan perilous sedentary, 64 % anak mengatakan
malas untuk beraktivitas karena tidak mau berkeringat dan capek, 55 % anak
makan buah dan sayur setiap hari,73 % anak jajan setiap hari, 73 % anak
makan cemilan yang disediakan dirumah, alasan makan cemilan untuk mengisi
waktu luang, 73 % anak suka jajan, lima makanan kesukaan anak adalah ciki,
mie, bakso, minuman manis, ayam goring, 55 % mengatakan tidak ada aturan
tentang makanan yang dimakan oleh pengasuhnya.
Hasil wawancara dari petugas UKS di Puskesmas kegiatan skrinning
status gizi dilakukan pada awal masuk kelas satu sekolah dasar dan sudah
dikomunikasikan dengan guru yang ada hasil dari pendataan, wawancara dari
orangtua mengatakan tidak pernah ada KMS anak sekolah dari guru,
wawancara dengan orangtua mengatakan anaknya senang nonton TV dan main
gadget.
Hasil dari observasi mahasiswa didapatkan data RW 7 pedalangan
merupakan daerah perumahan tipe 36, disetiap RT dipisahkan oleh jalan
dengan lebar kira-kira 2,5 meter, saat sore hari hanya beberapa anak yang
bermain bersama, ada beberapa anak yang bergerombol main game di gadget.
Data sekunder yang didapatkan penulis tidak ada data status gizi untuk
anak diatas kelas satu sekolah dasar, prevalensi angka kegemukan dan obesitas
Jawa Tengah 10,9 % berada diatas prevalensi nasional, rerata asupan energy
tertinggi adalah penduduk perkotaan usia 5 – 12 tahun.

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 13


ANALISIS DATA FISHBONE

Masalah keperawatan :
64 % orangtua menyediakan
Tidak ada data prevalensi angka kegemukan uang saku bagi anak 1) Resiko Berat Badan
status gizi anak dan obesitas Jawa Tengah sekolah
45 % keluarga mempunyai
berlebih pada anak
lebih dari kelas 2 10,9 % berada diatas
waktu untuk beraktifitas sekolah di RW 7
prevalensi nasional bersama Pedalangan Banyumanik
Daerah perumahan di Kota Semarang dengan
kota, akses ke semua Paparan orangtua terhadap 55 % keluarga menyediakan faktor resiko IMT anak
pelayanan mudah pentingnya aktifitas fisik minuman manis
sekolah normal didukung
pada anak adalah 18 %
oleh faktor konsumsi dari
minuman manis dan
bersoda, anak makan
82 % waktu senggang keluarga diisi
dengan menonton acara TV, cemilan saat waktu
45 % keluarga 91% keluarga
bermain gadget atau duduk di senggang, konsumsi
mengatakan menyediakan menyediakan camilan di
depan computer snack (wafer, roti dll),
TV di kamar anak
rumah. adanya perilous
sedentary.

2) Perilous kesehatan ☻
89 % anak sekolah dengan perilous 44 % anak suka minum cenderung berisiko
sedentary 28 % anak mengatakan minuman bersoda berhubungan dengan
malas untuk beraktivitas kurang pemahaman
☻ karena tidak mau
berkeringat dan capek
keluarga pada resiko
kegemukan pada anak
67 % anak makan buah dan sayur
setiap hari 67 % anak makan diluar sekolah di RW 7
rumah atau jajan 78 % anak ngemil Pedalangan Banyumanik
atau makan saat
82 % anak makan cemilan Kota Semarang.
nonton TV
yang disediakan dirumah
61 % anak jajan setiap
hari

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 14


Masalah Keperawatan yang muncul dari analisa fishbone sesuai dengan NANDA (2015-
2017) adalah 1) Resiko Berat Badan berlebih pada anak sekolah di RW 7 Pedalangan
Banyumanik Kota Semarang dengan faktor resiko IMT anak sekolah normal didukung oleh
faktor konsumsi dari minuman manis dan bersoda, anak makan cemilan saat waktu senggang,
konsumsi snack (wafer, roti dll), adanya perilous sedentary. 2) Perilous kesehatan cenderung
berisiko berhubungan dengan kurang pemahaman keluarga pada resiko kegemukan pada anak
sekolah di RW 7 Pedalangan Banyumanik Kota Semarang.
Setelah menentukan masalah keperawatan maka penulis memprioritaskan masalah
dengan penilaian sesuai dengan peran perawat komunitas, sesuai dengan program pemerintah,
sesuai dengan intervensi pendidikan kesehatan, resiko terjadi, risiko parah, minat masyarakat,
kemudahan untuk diatasi, tempat, dana, waktu, fasilitas, petugas, Kemudian dikelompokkan
besarnya masalah, kesadaran masyarakat untuk berubah dan sumber daya yang tersedia. Untuk
diagnose resiko berat badan berlebih pada anak sekolah skor 10, diagnose perilous kesehatan
cenderung berisiko berhubungan dengan keluarga pada resiko kegemukan pada anak sekolah di
RW 7 Pedalangan Banyumanik Kota Semarang skor 9.
Setelah menentukan prioritas masalah kesehatan maka penulis membuat rencana
tindakan. Rencana tindakan yang penulis sajikan berdasarkan dari data, diagonosa keperawatan
dan strategi intervensi keperawatan komunitas sehingga penulis membuat Paket Program
Keluarga Sehat Aktif Ceria Cegah Kegemukan pada Anak Sekolah Dasar di RW 7 Pedalangan
Banyumanik Kota Semarang.
Tujuan dari paket program keluarga aktif sehat ceria cegah kegemukan pada anak sekolah
di RW 7 Pedalangan Banyumanik Kota Semarang dibuat berdasarkan NANDA, ICNP, NIC,
NOC.
Tujuan umumnya tercapainya kesadaran terhadap masalah resiko kegemukan, tujuan khususnya
meningkatnya pengetahuan dan perilous keluarga untuk mengatasi masalah, meningkatnya
kepedulian masyarakat dalam menanggulangi masalah, meningkatnya kemampuan dan
ketrampilan petugas dalam memberdayakan masyarakat atau keluarga dalam menanggulangi
masalah. Tujuan khususnya meningkatnya pengetahuan dan perilous keluarga untuk mengatasi
masalah resiko kegemukan dan obesitas pada anak sekolah dasar, meningkatnya kepedulian
masyarakat dalam menanggulangi masalah resiko kegemukkan dan obesitas pada anak sekolah

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 15


dasar, meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petugas dalam memberdayakan masayarakat
atau keluarga dalam menanggulangi masalah resiko dan obesitas pada anak sekolah dasar.
Sasaran dari kegiatan ini dirujuk dari strategi intervensi komunitas yaitu proses
kelompok, kemitraaan atau partnership, pemberdayaan dan pendidikan kesehatan.
Indikator dari tujuan paket program adalah Pemberdayaan kader posyandu dengan
pendidikan kesehatan tentang kartu sehat aktif ceria, pengadaan kartu sehat aktif ceria, pelatihan
kader untuk pengisian kartu sehat aktif ceria untuk pemeriksaan berat dan tinggi badan dalam
rangka deteksi dini status gizi anak sekolah, pengisian kartu setiap bulan pada anak sekolah dasar
di wilayah RW 7 Pedalangan, Pelaksanaan program bermain “Monopoli Sehat Aktif Ceria” bagi
anak sekolah dasar, melaporkan pelaksanaan program kepada Puskesmas, pendidikan kesehatan
tentang pentingnya aktifitas fisik pada keluarga untuk terwujudnya keluarga sehat aktif ceria
cegah kegemukkan pada anak sekolah, Mengukur status gizi anak dengan pengukuran berat
badan dan tinggi badan anak sekolah dasar, Kader dapat mengisi kartu anak sehat aktif ceria,
pendidikan kesehatan kepada anak sekolah dasar tentang aktifitas fisik dan status gizi.
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah memberikan dukungan pada keluarga
dengan resiko kegemukan pada anak sekolah adalah 1). Berikan dukungan emosi pada keluarga
2). Berikan alternative harapan yang bisa dicapai keluarga 3). Dengarkan pertanyaan, pendapat
dan cerita dari keluarga 4). Berikan dukungan antara anak dan keluarga 3). Berikan pendidikan
kesehatan untuk alternative keluarga dalam membuat keputusan tindakan. 4) Membantu keluarga
mengidentifikasi tujuan kegiatan 5). Membantu keluarga dalam memilih alternative tindakan
untuk mencapai tujuan. Rencana tindakan untuk mengidentifikasi resiko kegemukan pada anak
sekolah adalah 1) Review riwayat kesehatan individu atau keluarga 2) Tentukan ketersediaan dan
kualitas sumber ( keuangan, pendidikan, social budaya) 3) Identifikasi faktor resiko 4)
Identifikasi faktor resiko secara biologis, lingkungan dan perilous 5) Tentukan sumber
masayarakat yang mendukung kesehatan 6). Diskusikan rencana untuk mengurangi faktor resiko
7). Implementasikan kegiatan yang mengurangi faktor resiko 8). Rencanakan untuk monitoring
kegiatan mengurangi faktor resiko 9). Rencanakan tindak lanjut strategi dan aktifitas mengurangi
faktor resiko.
Rencana tindakan kepada kader posyandu adalah screening kesehatan pada anak sekolah dengan
resiko kegemukkan adalah 1) Tentukan target populasi 2) Promosikan screening untuk
meningkatkan kesadaran masyrakat 3) Sediakan waktu dan tempat yang bisa dijangkau untuk

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 16


screening kesehatan 4). Jadwalkan waktu untuk mengkaji individu dan keluarga 5) gunakan
isnstrumen yang valid 6). Ajarkan bagaimana mengisi kartu sehat aktif ceria 7). Ajarkan
prosedur yang nyaman saat mengukur tinggi dan berat badan anak 8). Ajarkan bagaimana
kebiasaan, faktor resiko dan tindakan jika ada anak sekolah dengan resiko kegemukkan 9).
Ajarkan cara mengisi kolom monitor antara kader dan orangtua 10). Ajarkan bagaimana criteria
merujuk pasien ke pelayanan kesehatan. Rencana pada kader posyandu dalam pengembangan
program adalah 1). Kaji kebutuhan kader akan pentingnya masalah 2). Libatkan kader dalam
perencanaan program 3). Identifikasi pendekatan yang dilakukan untuk pengembangan program
4). Evaluasi alternative pendekatan seperti biaya, keuntungan 5) Deskripsikan metode , kegiatan
dan kerangka waktu saat implementasi 6). Rencanakan bagaimana mengevaluasi kegiatan 7).
Pastika program diterima oleh kader dan pelayanan kesehatan terkait 8) Berikan reward pada
kader dalam pencapaian program 9). Promosikan program kepada anak dan keluarga atau
kelompok pendukung 10). Monitor perkembangan implementasi program 11). Evaluasi program
terkait kesinambungan, relevansi, efisiensi dan efektifitas pembiayaan 12). Modifikasi program
Rencana kegiatan untuk terapi bermain adalah 1). Sediakan lingkungan yang terbebas dari
gangguan saat bermain 2). Lakukan kontrak waktu untuk keefektifan bermain 3) Susun kegiatan
bermain untuk memfasilitasi pencapaian tujuan bermain 4). Komunikasikan tujuan bermain pada
anak dan orangtua 5) Batasi waktu saat bermain 6). Pastikan bermain dengan aman 7). Gali
perasaan anak setelah bermain 8). Monitor ekspresi anak saat bermain 9). Lakukan tindak lanjut
kegiatan bermain kepada kelompok pengelola.
Implementasi yang dilakukan penulis adalah dimulai dengan mini lokakarya 1 pada hari
Jumat tanggal 11 Desember 2015, Sabtu 12 Desember 2015 melakukan paparan temuan dan
hasil minilokakarya 1 dan kontrak waktu untuk semua kegiatan di RW 7 Pedalangan, Senin 14
Desember 2015 penulis melakukan pendidikan kesehatan pada kader tentang sehat aktif ceria
dengan timbang berat badan, Selasa 15 Desember 2015 memberikan kartu dan panduan cara
mengisi kartu anak sehat aktif ceria, rabu 16 Desember 2015 melakukan pelatihan kader tentang
pengisian kartu anak sehat aktif ceria, Kamis 17 Desember 2015 melakukan pendidikan
kesehatan pada keluarga dan anak tentang pentingnya aktifitas fisik pada anak dan, Jumat
tanggal 18 Desember 2015 Pendidikan kesehatan kepada orangtua dan anak di RW 7 Pedalangan
serta paparan mengisi kartu, Sabtu 19 Desember 2015 terapi bermain (rescedule karena hujan) ,
Senin 21 Desember 2015 membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan memberikan reward atas

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 17


usaha yang dilakukan, Selasa dan Rabu 22 dan 23 Desember 2015 melakukan proses evaluasi
terhadap kegiatan dengan menyebarkan kuesioner terhadap keluarga.
Evaluasi kegiatan dari program dengan membagikan angket untuk mengetahui hasil
antara sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan. Hasil pengumpulan data dari kuesionar dengan
keluarga terjadi peningkatan dari 11 kuesioner yang diisi orangtua terdapat peningkatan pada
item keluarga menyediakan sayur setiap hari ( 100 %), Keluarga menyediakan buah setiap hari (
100%), Keluarga menyarankan untuk minum air putih minimal 8 gelas perhari, keluarga
mempunyai jadwal makan bersama ( 100 %), Keluarga mendapatkan informasi hidup sehat (
100%), Keluarga mendapat informasi tentang manfaat aktifitas fisik ( 100 %), Keluarga masih
memanfaatkan waktu senggang dengan paparan layar monitor ( 89%), keluarga mengajak anak
untuk aktifitas fisik bersama ( 100 %), terdapat penurunan prosentase (55 %) keluarga
menyediakan minum manis, keluarga masih menyediakan camilan buat anggota keluarga.
Evaluasi hasil kuesioner setelah dilakukan kegiatan adalah Sebanyak 82 % anak sekolah
masih berperilaku sedentary, 18 % anak mengatakan malas untuk beraktivitas karena tidak mau
berkeringat dan capek, 67 % anak makan buah dan sayur setiap hari,61 % anak jajan setiap hari,
82 % anak makan cemilan yang disediakan dirumah, 44 % anak suka minum minuman bersoda,
67 % anak makan diluar rumah atau jajan, 73 % anak ngemil atau makan saat nonton TV, 73 %
mengatakan tidak ada aturan tentang makanan yang dimakan oleh pengasuhnya.
Rencana tindak lanjut dari program dengan kader posyandu adalah koordinasi pengisin
dan monitoring kartu bersama petugas puskesmas, Sosialisasi hasil monitoring kartu sehat aktif
ceria setiap bulan melalui PKK RT maupun RW.
Rencana tindak lanjut dari orangtua dan anak adalah mengisi kartu sehat aktif veria setiap bulan
dengan mandiri, melaporkan hasil pengukuran setiap bulan pada kader posyandu. Target
pemasaran program ini dengan Kampanye kartu sehari di sekolah dasar, posyandu, pkk dengan
mendapatkan kartu dan buku bekerjasama dengan Puskesmas atau sponsor, Promosi melalui
media cetak seperti leaflet, brosur dan elektronik seperti radio dan televise , Partnership : Dengan
Departemen Pendidikan, Departemen Agama, Kelurahan dan dinas kesehatan, Kebijakan :
Sekolah mewajibkan untuk mempunyai kartu dan buku pedoman, menginstruksikan ketua PKK
untuk memberikan penyuluhan tentang keluarga sehat aktif ceria dalam kegiatannya,
memberikan paket program ini pada Dokter kecil untuk keluarga sehat aktif ceria.

Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 18


Laporan aplikasi magkepkom2014/2015 Page 19

Вам также может понравиться