Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kanker esophagus yaitu suatu keganasan yang terjadi pada esofagus. Kanker ini
pertama kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913 reseksi pertama kali
sukses dilakukan oleh Frank Torek, pada tahun1930-an, Oshawa di Jepang dan Marshall di
America Serikat berhasil melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks
esofagotomi dengan rekonstruksi ( fisichella, 2009 ).
Epidemiologi pada tahun 2000 kanker terbanyak no. 8 412,000 kasus baru per tahun,
penyebab kematian nomor 6 dari kematian akibat kanker, 338.000 kematian per tahun. Pada
tahun2002, 462.000 kasus baru, dan 386.000 kematian (Parkin DM, lancet oncol 2001 dan
Ca Cancer J.Clin,2005)
Satu diantara 10 kanker tersering dan kanker ke-6 yang menyebabkan kematian pada
skala seluruh dunia adalah kanker esofagus.Kanker ini merupakan keganasan ke-3 pada
gastrointestinal setelah kanker gasterkolorektal dan kanker hepatoseluler. Kanker esophagus
menunjukkan gambaran epidemiologi yang unik berbeda dengan keganasan lain. kanker
esophagus memiliki variasi angka kejadian secara geografis berkisar dari 3 per 100.000
penduduk di Negara barat samapai 140 kejadian per 100.000 penduduk di asia tengah.
Kanker esofagus adalah salah satu tumor dengan tingkat keganasan tinggi, prognosisnya
buruk, walaupun sudah dilakuakan diagnosis dini dan penatalaksanaan. Kanker esophagus
juga merupakan salah satu kanker dengan tingkat kesembuhan terendah, dengan 5 year
survival rata-rata kira-kira 10 %, survival rates ini terburuk setelah kanker hepatobilier dan
kanker pankreas

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan kanker esofagus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari kanker esofagus
2.Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi fisioogi esofagus
3.Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi kanker esofagus

1
4.Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis kanker esofagus
5.Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi kanker esofagus
6.Mahasiswa mampu menjelaskan WOC kanker esofagus
7.Mahasiswa mampu menjelaskan faktor resiko kanker esofagus
8.Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis kanker esofagus
9.Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan kanker esophagus
10. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan kanker esofagus

2
BAB II
KONSEP TEORI

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian Kanker Esofagus
Kanker esofagus yaitu suatu keganasan yang terjadi pada esofagus. Kanker ini pertama
kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913 reseksi pertama kali sukses dilakukan
oleh Frank Torek, pada tahun1930-an, Oshawa di Jepang dan Marshall di America Serikat
berhasil melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks esofagotomi dengan
rekonstruksi ( Fisichella, 2009 ).

B. Anatomi Fisiologi

Oesophagus (kerongkongan) merupakan salah satu organ pencernaan (Gastro Intestinal


Tract) yg membentang dr pharyngoesophageal junction (batas pharynx dan oesophagus) sampai
orificium cardiaca gaster. Oesophagus merupakan saluran yang menghubungkan antara pharynx
(Laringopharynx/ Hipopharynx) dg gaster (stomaxh/ pylorus/ ventriculus). Makanan di
oesophagus hanya lewat, bergerak nya makanan di dalam oesophagus menuju gaster ini
dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltic dr oesophagus itu sendiri.

3
Pembagian Oesophagus

Oesophagus terletak setinggi Vertebrae Cervical VI sampai discus intervertebralis antara


Vertebrae Thoracalis X dan Vertebrae Thoracalis XI.

Oesophagus terbagi atas 3 pars, yaitu oesophagus pars cervical, oesophagus pars
thoracica dan oesophagus pars abdominalis.

 Oesophagus pars cervical membentang dr pharyngoesophageal junction hingga tepi


bawah Vertebra Cervical VII.
 Sedangkan oesophagus pars thoracica membentang dr Vertebrae Thoracica I sampai
pd hiatus oesophagus pd diaphragma yang terletak setinggi Vertebrae Thoracica X.
 Sedangkan oesophagus pars abdominalis membentang dr hiatus oesophagus sampai
pd orificium cardiaca gaster. Dg kata lain, oesophagus pars abdominalis memiliki
skeletopi setinggi Vertebrae Thoracica X hingga Discus Intervertebralis antara
Vertebrae thoracica X dan Vertebrae thoracica XI.

C. Etiologi
Penyebab pasti kanker esofagus tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menjadi presdisposisi yang diperkirakan berperan dalam patogenesis kanker. Presdisposisi
penyebab kanker esofagus biasanya berhubungan dengan terpajannnya mukosa esofagus dari
agen berbahaya atau stimulus toksik, yang kemudian menghasilkan terbentuknya displasia yang
bisa menjadi karsinoma
Beberapa faktor juga dapat memberikan kontribusi terbentuknya karsinoma sel
skuamosa, seperti berikut ini :
1. Defisiensi vitamin dan mineral. Menurut beberapa studi, kekurangan riboflavin pada ras
China memberikan kontribusi besar terbentuknya kanker esofagus (Doyle C,2006)
2. Pada faktor merokok sigaret dan penggunaan alkohol secara kronik merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker esofagus
(Edmondso,2008)
3. Infeksi papilomavirus pada manusia dan Helicobacter pylory disepakati menjadi faktor
yang memberi kontribusi peningkatan resiko kanker esofagus (Fisichella,2009)

4
Penyakit refluk gastroesofageal menjadi faktor predisposisi utama terjadinya
adenokarsinoma pada esofagus.Faktor iritasi dari bahan refluks asam dan garam empedu
didapatkan menjadi penyebab.Sekitar 10-15 % pasien yang melakukan pemeriksaan endoskopik
mengalami displasia yang menuju ke kondisi adenokarsinoma. Pasien dengan iritasi refluks
gastroesofageal sering berhubungan dengan penyakit Barret esofagus yang beresiko menjadi
keganasan (Thornton,2009)

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kanker esofagus menurut Syamsul Jamail Tahun 2010 antara lain :
a. Sulit menelan
b. Hilang berat badan secara tiba-tiba
c. Nyeri pada dada
d. Lelah
e. Ulsertiva esofagus tahap lanjut
f. Disfagia, awalnya dengan makanan padat dan akhirnya dengan cairan
g. Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan
h. Nyeri atau begah substernal, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas
dan akhirnya cegukan
i. Mungkin terjadi hemoragi, dan kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif
akibat kelaparan.

E. Patofisiologi
Merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi merupakan faktor risiko penting bagi
pengembangan SCC (Squamous cell carcinoma). Merokok memiliki efek sinergis dengan
konsumsi alkohol berat, dan eksposur berat untuk kedua meningkatkan risiko SCC dengan
faktor lebih dari 100. Hal ini lebih rumit dengan peningkatan risiko kanker saluran lain
aerodigestive dalam orang yang merokok dan minuman alkohol.
Biasanya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yng luas sebelum gejala timbul.
Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus ,
atau dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada

5
tahap lanjut, obstruksi esofagus terliat, dengan kemungkinan peforasi mediastinum dan erosi
pembuluh darah besar.
Makanan dan faktor lingkungan, dan gangguan kerongkongan tertentu (misalnya,
achalasia, diverticuli) yang menyebabkan iritasi kronis dan peradangan mukosa esofagus
juga dapat meningkatkan kejadian SCC. Plummer-Vinson sindrom-triad dari disfagia,
anemia defisiensi besi, dan kerongkongan web-telah dikaitkan dengan kanker ini, meskipun
hal ini menjadi semakin langka di negara maju sebagai nutrisi secara keseluruhan membaik.
Ada beberapa faktor genetik yang telah diidentifikasi sebagai penting dalam perkembangan
esophageal SCC. Satu pengecualian adalah tylosis, sebuah sindrom autosomal dominan
jarang berhubungan dengan hiperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki dan tingkat tinggi
esophageal SCC. Infeksi agen juga telah terlibat dalam patogenesis esophageal SCC.
papillomavirus Manusia telah menerima perhatian yang besar. Hal ini diyakini bahwa hasil
infeksi pada hilangnya fungsi dari gen supresor tumor p53 dan Rb. Pentingnya mekanisme
ini tidak mapan.
Faktor risiko untuk AC (Adenocarcinoma) dari esofagus berbeda. Refluks gastroesofagus
kronik yang paling penting, dengan berat, gejala refluks lama meningkatkan resiko kanker
dengan faktor 40. Kronis penyakit gastroesophageal dikaitkan dengan metaplasia Barrett
(Barrett's esophagus), suatu kondisi di mana suatu epitel abnormal kolumnar menggantikan
epitel skuamosa berlapis yang biasanya garis esofagus distal. Kebanyakan terserang ACS
diyakini timbul dari Barrett's esophagus. Meskipun perubahan mukosa tampaknya
merupakan adaptasi menguntungkan bagi epitel refluks-kolumnar kronis tampaknya lebih
tahan terhadap cedera refluks-induced daripada metaplasia skuamosa asli-sel ini khusus usus
bisa menjadi displasia dan akhirnya ganas, dengan perubahan genetik yang mengaktifkan
proto- onkogen, gen penekan tumor menonaktifkan, atau keduanya. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko refluks gastroesofagus, seperti obesitas atau obat yang menurunkan
nada yang lebih rendah esophageal sphincter, dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk
AC kerongkongan.
Sebuah etiologi infeksi untuk penyakit ini belum diidentifikasi dan, AC tidak seperti dari
kardia lambung, peran kolonisasi Helicobacter pylori dikenal. Perubahan genetik dan
molekuler yang mendasari perkembangan esophageal AC juga tetap kurang dipahami,

6
meskipun kerugian alelik di kromosom 4Q, 5q, 9p, 9q, dan 18q dan kelainan p53, Rb, siklin
D1, dan c-myc telah terlibat.
Esofagus itu sendiri memiliki beberapa sifat unik yang membedakan perilaku kanker di
organ dari para keganasan gastrointestinal lainnya. Berbeda dengan sisa saluran pencernaan,
esofagus telah serosa tidak, sehingga mengurangi perlawanan terhadap penyebaran lokal sel
kanker invasif. Selanjutnya, esofagus memiliki jaringan luas limfatik, yang memungkinkan
untuk tumor kemajuan daerah awal. Hasil akhirnya adalah lokal menyebar dan invasi ke
jaringan sekitarnya, dengan metastatik awal berkembang di sebagian besar pasien.

F. WOC

Penggunaan tembakau dan alkohol Perubahan jaringan yang tumbuh lambat

Meningkatnya karsinoma sel skuamosa

Kanker esofagus

Penebalan dinding

Peningkatan mukosa
Lesi ulseratif
MK : Nyeri Menyempitkan lumen esofagus
pada mukosa
akut b.d
agens
MK : gangguan menelan
cidera Mual, muntah
b.d penyakit reflusk
biologis
gastroesofagus,
abnormalitas orofaring MK : ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d mual,
ketidakmampuan makan

7
G. Faktor resiko
Penyebab-penyebab yang tepat dari kanker esophagus tidak diketahui secara pasti.
Bagaimanapun, studi-studi menunjukan bahwa apa saja dari faktor-faktor berikut dapat
meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus :
a. Umur
Kanker esophagus lebih mungkin terjadi ketika orang-orang menjadi tua; kebanyakan
orang-orang yang mengembangkan kanker esophagus adalah berumur diatas 60 tahun.
b. Kelamin
Kanker esophagus adalah lebih umum pada pria-pria daripada pada wanita-wanita.
c. Penggunaan Tembakau
Merokok sigaret-sigaret atau menggunakan tembakau yang tidak berasap adalah satu
dari faktor-faktor risiko utama untuk kanker esophagus.
d. Penggunaan Alkohol
Penggunaan alkohol yang kronis dan/atau berat adalah faktor risiko utama yang lain
untuk kanker esophagus. Orang-orang yang menggunakan keduanya alkohol dan
tembakau mempunyai suatu risiko yang terutama tinggi dari kanker esophagus.
Ilmuwan-ilmuwan percaya bahwa senyawa-senyawa ini meningkatkan efek-efek yang
berbahaya lain dari setiapnya.
e. Barrett's Esophagus
Iritasi jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker esophagus. Jaringan-jaringan
pada dasar dari kerongkongan dapat menjadi teiritasi jika asam lambung secara sering
balik masuk kedalam esophagus, persoalan yang disebut gastric reflux. Melalui waktu,
sel-sel dibagian yang teriritasi dari esophagus mungkin berubah dan mulai menyerupai
sel-sel yang melapisi lambung. Kondisi ini, dikenal sebagai Barrett esophagus, adalah
kondisi sebelum ganas (premalignant) yang mungkin berkembang kedalam
adenocarcinoma dari esophagus.
f. Tipe-Tipe Iritasi Lain
Penyebab-penyebab lain dari iritasi atau kerusakan yang signifikan pada lapisan
esophagus, seperti menelan cairan alkali atau senyawa-senyawa caustic (tajam) lain,
dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker esophagus.

8
g. Sejarah Medis
Pasien-pasien yang telah mempunyai kanker-kanker kepala dan leher lainya mempuyai
kesempatan yang meningkat dari pengembangan suatu kanker kedua pada area kepala
dan leher, termasuk kanker esophagus.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan
stadium tumor.Penatalaksanaan yang lazim dilakukan adalah intervensi non operasi dan
intervensi operasi.
1. Intervensi non operasi
a. Radiasi
Terapi Radiasi, juga disebut radioterapi, melibatkan penggunaan dari sinar-sinar
berkekuatan tinggi untuk membunuh sek-sel kanker. Terapi radiasi
mempengaruhi sel-sel kanker hanya pada area yang dirawat. Radiasi mungkin
datang dari mesin diluar tubuh (external radiation) atau dari material-material
radioaktif yang ditempatkan di atau dekat tumor (internal radiation). Tabung
plastik mungkin dimasukan kedalam kerongkongan untuk mempertahankan ia
terbuka selama terapi radiasi. Prosedur ini disebutintraluminal intubation and
dilation. Terapi radiasi mungkin digunakan sendirian atau digabungkan dengan
kemoterapi sebagai perawatan primer sebagai gantinya dari operasi, terutama jika
ukuran atau lokasi tumor akan membuat operasi menjadi sulit. Dokter-dokter
mungkin juga menggabungkan terapi radiasi dengan kemoterapi untuk
menyusutkan tumor sebelum operasi. Bahkan jika tumor tidak dapat dikeluarkan
dengan operasi atau dihancurkan seluruhnya dengan terapi radiasi, terapi radiasi
dapat seringkali membantu membaskan nyeri dan membuat menelan lebih mudah.
Karsinoma esofagus bersifat radiosensitif.Pada kebanyakan pasien, radiasi
eksternal memberikan efek penyusutan tumor. Komplikasi akibat radiasi sering
berupa striktura, fistula dan perdarahan, selain itu terkadang juga dijumpai
komplikasi kardiopulmunal

9
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan dari obat-obat antikanker untuk membunuh sel-
sel kanker. Obat-obat antikanker yang digunakan untuk merawat kanker
esophagus berjalan keseluruh tubuh. Obat-obat antikanker yang digunakan untuk
merawat kanker esophagus biasanya diberikan dengan suntikan kedalam suatu
vena (IV). Kemoterapi mungkin digabungkan dengan terapi radiasi sebagai
perawatan primer (sebagai gantinya operasi) atau untuk menyusutkan tumor
sebelum operasi.
Kemoterapi dapat diberikan sebagai pelengkap terapi operasi dan terapi radiasi.
Biasanya digunakan kemoterapi kombinasi Sisplatin bersama Paclitaxel dan 5
fluorouracil
c. Terapi Laser
Pemberian intervensi terapi laser dapat membantu menurunkan secara sementara
kondisi disfagia pada 70% pasien kanker esofagus. Pelaksanaan secara multipel
yang dibagi pada beberapa sesi dapat meningkatkan kepatenan lumen esofagus
(Wang,2008)
d. Photodynamic therapy (PDT)
PDT dapat dilakukan pada pasien dengan keganasan jaringan
displatik.Fotosintesis mentransfer energi ke substrat kimia jaringan abnormal.
Beberapa studi PDT atau terapi laser dengan kombinasi penghambat asam jangka
panjang, menghasilkan terapi endoskopik yang efektif pada displasia mukosa
Barret dan mengeliminasi mukosa Barret (Fisichella,2009)

2. Intervensi Bedah
Esofagotomi dilakukan memulai insisi abdominal dan sevikal melewati hiatus
esofagus/ THE (transhiatal esophagectomy) atau dengan cara insisi abdominal dan
toraks kanan/ TTE (transhorakcic esophagectomy). Pada THE rongga dada tidak
dibuka.Ahli bedah melakukan manuver transhiatal dengan mengangkat esofagus
secara manual dari rongga thoraks.Pada TTE bagian tengah dan bawah esofagus
diangkat melalui rongga toraks yang dibuka. Pembukaan abdomen dilakukan agar
dapat memobilis asi lambung untuk memudahkan reseksi

10
I. Pencegahan
Tembakau dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam pengembangan sel skuamosa
kanker esophagus, penghentian tembakau dan alkohol secara signifikan dapat mengurangi
resiko terjadinya kanker ini. Buah buahan dan sayur sayuran yang segar dibandingkan
dengan asupan makanan tinggi nitrosamine atau yang terkontaminasi dengan racun bakteri
atau jamur dapat menurunkan risiko sekitar 50%.

II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
 umur : biasanya kanker esofagus kebanyakan terjadi pada orang tua yang
berumur 60 tahun keatas.
 Jenis kelamin : biasanya kanker esofagus sering terjadi pada laki-laki dari
pada wanita.
 Agama : kanker esofagus tidak ada pengaruh agama, bisa menyerang siapa
saja, namun fokus kanker esofagus ini mengarah pada konsumsi rokok dan
alkohol. Biasanya kanker esofagus ini lebih umum pada orang berkulit putih.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang : keluhan utama pasien biasanya pasien
mengatakan nyeri pada bagian esofagus, pada tenggorokkannya terasa aneh,
dan tersedak saat menelan, tulang dada terasa panas dan perih seperti tertarik
serta nafas klien berbau busuk.
 Riwayat kesehatan dahulu : Pasien karsinoma esofagus biasanya mengalami
gangguan kesehatan dahulu seperti : Hepatomegali, Pneumonia,
Limfodenopati
 Riwayat kesehatan keluarga : keluarga mengatakan tidak ada yang
menderita penyakit ini sebelumnya.
c. Pola persepsi dan penangan kesehatan
Pasien menganggap gejala dari penyakit tersebut adalah radang tenggorokan biasa
dan akan sembuh jika rajin minum air putih.

11
d. Pola nutrisi/metabolik : biasanya Pada pasien Karsinoma Esofagus mengalami
penurunan intake nutrisi, mual dan muntah, disfagia, perubahan selera makan,
penurunan berat badan.
e. Pola makanan dan minuman
Pasien biasanya sering mengkonsumsi rokok, alkohol kronis, serta mengkonsumsi
makanan dan minuman dalam keadaan panas.
f. Pola eliminasi
Biasanya pada pasien Karsinoma Esofagus mengalami anuria (kondisi dimana
ginjal tidak dapat memproduksi urin).
g. Pola kognitif
Biasanya pada pasien Karsinoma Esofagus terdapat gangguan di dalam berbicara
yang jelas.
h. Pola persepsi diri/konsep diri
Biasanya pasien dengan karsinoma esofagus mengalami gangguan dalam
gambaran dirinya karena keluhan dari penyakit tersebut membuat pasien susah
bicara.
i. Pemeriksaan fisik
B1 : Normal 16 x/menit
B2 : Normal TD 120/85 mmHg, Nadi 85 x/menit
B3 : Cemas
B4 : Normal
B5 : nyeri saat menelan, BB menurun
B6 : Kelemahan

B. Diagnosa
1. Gangguan menelan b.d penyakit reflusk gastroesofagus, abnormalitas orofaring
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, ketidakmampuan
makan
3. Nyeri akut b.d agens cidera biologis
(NANDA, 2010)

12
C. Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATA
N
1 Gangguan #status menelan # pencegahan aspirasi
menelan b.d Indicator Aktivitas
penyakit reflusk  Mempertahankan  Monitor tingkat
gastroesofagus, makanan dimulut (3-4) kesadaran,reflek batuk, gag
abnormalitas  Menangani sekresi reflex, kemampuan menelan
orofaring mulut(3-4)  Skrining adakah disfagia
 Produksi ludah(3-4) dengan tepat
 Kemampuan  Pertahankan kepatenan jalan
mengunyah(3-4) nafas
 Pengantaran secara  Minimalisir pengguanaan
bolus ke hipopharing narkotik dan sedative
diatur waktunya (3-  Minimalisir penggunaan
4)dengan reflek obat-obatan yang diketahui
menelan memperlambat pengosongan
 Jumlah menelan sesuai lambung dengan tepat
dengan ukuran atau  Monitor status pernafasan
tekstur bolus(3-4)  Monitor kebutuhan
 Reflek menelan sesuai perawatan terhadap saluran
dengan waktunya(3-4) cerna
 Penerimaan  Posisikan kepala pasien tegak
makanan(3-4) lurus, sama dengan atau lebih
 Tersedak(3-4) tinggi dari 30 sampai 90
 Muntah(3-4) derajat (pemberian makan
 Peningkatan usaha dengan NGT) atau sejauh
menelan(3-4) mungkin

 Refluks lambung(3-4)  Jaga kepala tempat tidur

13
 Tidak nyaman dengan ditinggikan 30 sampai 45
menelan(3-4) mrnit setelah pemberian
makan
#status menelan : fase  Jaga manset trakea tetap
esophagus terpasang dengan tepat
Indicator  Jaga peralatan suksion tetap
 Mempertahankan tersedia
posisi kepala dan  Pantau cara makan atau
batang tubuh netral bantu jika diperlukan
 Penerimaan makanan  Beri makanan dalam jumlah
 Penerimaan volume sedikit
 Mempelajari temuan  Periksa posisi NGT atau
akan menelan:fase selang gastronomi sebelum
esophagus pemberian makananan
 Tersedak dengan  Periksa residu pada selang
menelan atau gastronomi sebelum
 Batuk dengan menelan pemberian makan
 Isi lambung mengalir  Letakkan pompa NGT sesuai
kembali gravitasi
 Nyeri ulu hati  Hindari pemberian cairan
 Tidak nyaman dengan atau pengguanaan zat yang
menelan kental
 Menelan yang berulang  Tawarkan makanan atau
 Muntah darah cairan yang bisa dibentuk

 Bau nafas asam dalam bolus sebelum

 Gemeretak gigi menelan


 Minta obat-obatan dlam

#status menelan :fase oral bentuk exilir

Indicator  Inspeksi kavitas oral terkait

 Mempertahankan dengan obat-obatan maupun

14
makanan dimulut(3-4) makanan yang tertahan
 Menangani sekresi  Berikan perawatan mulut
mulut(3-4)  Sarankan untuk menelan kue
 Pembentukan bolus(3- barium / barium cookie atau
4) video fluoroscopy yang
 Kemampuan sesuai
mengunyah(3-4)
 Pengantaran bolus ke
hipofaring disesuaikan
dengan reflek menelan
(3-4)
 Kemampuan untuk
membersihkan rongga
mulut(3-4)
 Efisiensi kemampuan
menghisap
 Rata-rata konsumsi
makanan(3-4)

#status menelan : fase


faringeal
Indicator
 Reflek menelan yang
sesuai pada waktunya
(3-4)
 Jumlah makanan yang
ditelan sesuai dengan
ukuran / tekstur bolus
(3-4)
 Elevasi laring(3-4)

15
 Penerimaan
makanan(3-4)
 Hasil temuan proses
menelan : fase
faringeal(3-4)
 Perubahan pada
kualitas suara(3-4)
 Tersedak(3-4)
 Batuk (3-4)

2 ketidakseimbanga 1. Status nutrisi 1. Managemen gangguan makan


n nutrisi kurang  Asupan gizi (3-4) Aktivitas-aktivitas :
dari kebutuhan  Asupan makanan (3-4)  Kolaborasi dengan tim
tubuh b.d mual,  Asupan cairan (3-4) kesehatan lain untuk
ketidakmampuan  Asupan energi (3-4) mengembangkan rencana
makan 2. Status nutrisi : asupan perawatan dengan melibatkan
nutrisi klien dan orang-orang terdekat

 Asupan kalori (3-4) dengan tepat

 Asupan protein (3-  Rundingkan dengan ahli gizi

4) dalam menentukan asupan

 Asupan lemak (3-4) kalori harian yang diperlukan

 Asupan karbohidrat untuk mempertahankan berat

(3-4) badan yang sudah ditentukan

 Asupan serat (3-4)  Ajarkan dan dukung konsep


nutrisi yang baik dengan klien
 Asupan Vitamin (3-
4)  Kembangkan hubungan yang
mendukung dengan klien
 Monitor tanda-tanda fisiologis
 Monitor intek atau asupan dan

16
asupan cairan secara tepat
 Monitor asupan kalori
makanan harian
 Observasi klien selama dan
setelah pemberian makan atau
makanan ringan untuk
meyakinkan bahwa intek
cairan atau asupan makanan
yang cukup tercapai dan
dipertahankan
 Monitor prilaku klien yang
berhubungan dengan pola
makan,penambahan dan
kehilangan berat badan
 Beri dukungan sembari klien
juga berusaha
mengintekrasikan prilaku
makan yang baru,perubahan
citra tubuh dan peruban gaya
hidup
 Rundingkan dengan tim
kesehatan lainya setiap hari
terkait dengan perkembangan
klien
 Bantu klien untuk
mengevaluasi kesesuaian atau
konsekuensi pilihan makanan
dan aktivitas fisik
2. Managemen nutrisi
Aktifitas-aktifitas :

17
 Tentukan status gizi pasien dan
kremampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi
 Instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
 Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
gizi
 Atur diet yang diperlukan
 Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makan
 Lakukan atau bantu pasien
terkait perawatan mulut
sebelum makan
 Anjurkan pasien mengenai
modifikasi diet yang
diperlukan
 Anjurkan pasien terkait dengan
kebutuhan makan tertentu
berdasarkan perkembangan
atau usia
 Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstivasi
 Monitor kalori dan asupan
makanan
 Anjurkan pasien untuk

18
memantau kalori dan intek
makanan
3. Bantuan peningkatan berat badan
Aktifitas-aktifitas :
 Jika diperlukan lakukan
pemeriksaan diagnostik untuk
mengetahui penyebab
penurunan berat badan
 Timbang pasien pada jam yang
sama setiap hari
 Monitor mual muntah
 Kaji penyebab mual muntah
 Monitor asupan kalori setiap
hari
 Monitor nilai
albumin,limfosit,dan elektrolit
 Dukung peningkatan asupan
kalori
 Instruksikan cara meningkatan
asupan kalori
 Sediakan variasi makanan yang
tinggi kalori dan bernutrisi
tinggi
 Lakukan perawatan mulut
sebelum makan
 Berikan istirahat yang cukup
 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan
menenangkan
 Ajarkan pasien dan keluarga

19
merencanakan makan
 Kenali apakah penurunan berat
badan yang dialami pasien
merupakan tanda penyakit
terminal
Sediakan suplemen makanan jika
diperlukan
3 Nyeri akut b.d 1. Control nyeri 1. Pemberian anlgesik
agens cidera Indicator Aktivitas – aktivitas:
biologis  Mengenali kapan  Tentukan lokasi, karakteristik,
nyeri terjadi kualitas dan keparahan nyeri
 Menggambarkan sebem mengobati pasien
factor penyebab  Cek perintah pengobatan
 Menggunakan jurnal meliputi obat, dosis, dan
harian untuk frekuensi obat analgesic yang
memonitor gejala diresepkan
dari waktu ke waktu  Cek adanya riwayat alergi obat
 Menggunakan  Evaluasi kemampuan pasien
tindakan pencegahan untuk berperan serta dalam
 Menggunakan pemilihan analgetik, rute dan
tindakan dosis dan keterlibatan paien,
pengurangan [nyeri] sesuai kebutuhan
tanpa analgesic  Pilih analgesic atau kombinasi
 Menggunakan analgesik yang sesuai ketika
analgesic yang lebih dari satu diberikan
direkomendasikan  Tentukan pilihan obat analgesic
 Melaporkan (narkotika, non narkotik, atau
perubahan terhadap NSAID), berdasarkan tipe dan
gejala nyeri pada keparahan nyeri
profesional  Tentukan analgesic sebelumnya,

20
kesehatan rute pemberian dan dosis untuk
 Melaporkan gejala mencapai hasil pengurangan
yang tidak terkontrol nyeri yang optimal
pada professional  Pilih rute intravena dari pada
kesehatan rute intramuskukar, untuk
 Menggunakan injeksi pengobatan nyeri yang
sumber daya yang sering
tersedia  Tinggalkan narkotik dan obat –
 Mengenali apa yang obatan lain yang dibatasi,
terkait dengan gejala sesuaidengan aturan rumah sakit
nyeri  Berikan kebutuhan kenyamanan
 Melaporkan nyeri dan aktivitas lain yang dapat
yang terkontrol membantu relaksasi untuk
memfasilitasi penurunan nyeri
2. Tingkat nyeri  Berikan analgesic sesuai waktu
 Nyeri yang paruhnya, terutama pada nyeri
dilaporkan yang berat
 Panjangnya episode  Susun harapan yang positif
nyeri mengenai keefektifan analgesic
 Menggosok area untuk mengoptimalkan respon
yang terkena pasien
dampak  Jalankan tindakan keselamatan
 Mengerang dan pada pasien yang menerima
menangis analgesic narkotika, sesuai
 Ekspresi nyeri kebutuhan
wajah
 Tidak bisa 2. Manajemen nyeri

beristirahat Aktivitas – aktivitas :

 Agitasi  Lakukan pengkajian nyeri

 Iritabilitas komprehensif yang meliputi

21
 Mengerinyit lokasi, karakteristik,
 Mengeluarkan onset/durasi, frekuensi,
keringat kualitas, intensitas atau
 Berkeringat beratnya nyeri dan factor
berlebihan pencetus

 Mondar mandir  Observasi adanya petunjuk

 Focus menyempit nonverval mengenai

 Ketegangan otot ketidaknyamanan terutama

 Kehilangan nafsu mereka yang tidak dapat

makan berkomunikasi secara efektif

 Mual  Pastikan perawatan analgesic


bagi pasien dilakukan dengan
 Intoleransi
pemantauan yang ketat
makanan
 Gunakan strategi komunikasi
 Frekuensi nafas
terapeutik untuk mengetahui
 Denyut jantung
pengalaman nyeri dan
apical
sampaikan penerimaan pasien
 Denyut nadi radial
terhadap nyeri
 Tekanan darah
 Gali pengetahuan dan
 Berkeringat
kepercayaan pasien mengenai
nyeri
 Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap sensori nyeri
 Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan
lainnya,mengenai efektifitas
tindakan pengontrolan nyeri
yang pernah digunakan
sebelumnya
 Bantu keluarga dalam

22
mencari dan menyediakan
dukungan
 Ajarkan prinsip – prinsip
manajemen nyeri
 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri nya dengan
tepat
 Pertimbangkan tipe dan
sumber nyri ketika memilih
strategi penurunan nyeri
 Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan
 Dapatkan riwayat lengkat
mengenai perawatan
sebelumnya

3. Bantuan pasien untuk


mengontrol pemberian
analgesic
Aktivitas – aktivitas:
 Berkolaborasi dengan dokter,
pasien dan anggota keluarga
dalam memilih jenis
narkotika yang akan
digunakan
 Rekomendasikan pemberia
aspirin dan obat – obatan anti
inflamasi nonsteroid sebagai

23
pengganti narkotik, sesuai
kebutuhan
 Rekomendasikan penghentian
pemberian opioidmelalui
jalur lain
 Pastikan bahwa pasien tidak
alergi terhadap analgesic
yang akan diberikan
 Pasang akses nasogastric,
vena, subkutan atau spinal,
sesuai kebutuhan
 Kolaborasi dengan pasien dan
keluarga untuk memilih tipe
alat infus PCA yang sesuai
 Bantu pasien dan keluarga
untuk memberikan dosis
bolus analgesic yang tepat
 Konsultasi dengan pasien,
anggota keluarga dan dokter
manual, waktu jeda, seklusi
 Sediakan penguatan untuk
espresi kemarahan yang tepat
 Dukung pasien untuk
mengimplementasikan
strategi mengontrol
kemarahan dan dengan
menggunakan ekpresi
kemarahan yang tepat

4. Manajemen sedasi

24
Aktivitas – aktivitas:
 Review riwayat kesehatan
klien dan hasil pemeriksaan
dianostik untuk
mempertimbangkan apakah
klien memenuhi kriteria
untuk dilakukan pembiusan
parsial oleh perawat yang
telah teregistrasi
 Tanyakan klien atau
keluarga mengenai
pengalaman pembiusan
parsial sebelumnya
 Periksa alergi terhadap obat
 Pertimbangkan intake cairan
dan intake terakhir makan
 Instruksikan klien atau
keluarga mengenai efek
pembiusan
 Dapatkan persetujuan
tertulis
 Evaluasi tingkat kesadaran
klien dan reflexs protektif
swbelum pembiusan
 Pastikan ketersediaan dan
pemberian antagonis sesuai
dengan prosedur protocol
dan deresepkan dokter
dengan benar
 Dokumentasikan tindakan

25
dan respon klien sesuai
prosedur
 Pilangkan atau pindahkan
pasien sesuai prosedur
 Berikan instruksi
kep[ulangan secara tertulis
sesuai prosedur

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Gangguan menelan  Tingkatkan upaya untuk S : Merasa mampu untuk berusaha
b.d penyakit dapat melakukan proses menelan
reflusk menelan yang efektif O : Pasien tampak bersemangat
gastroesofagus, seperti membantu A : Masalah teratasi
abnormalitas pasien menegakkan P : Mempertahankan
orofaring kepala
Hasil : Pasien mampu
menegakkan kepala
 Mulai memberikan
makanan per oral S : Pasein merasa senang karena
setengah cair, dan mampu menelan air
makanan lunak ketika O : Pasien mampu menelan air dan
pasien dapat menelan makanan lunak
air. A : Masalah masih tetap ada
Hasil : Pasien mampu P : Lanjutkan intervensi
menelan air dan
makanan lunak
 Menganjurkan pasien S : Pasien merasa kesulitan
makan dan mengunyah mengunyah
makanan secara O : Pasien mampu mengunyah
dengan perlahan

26
perlahan A : Masalah teratasi
 Hasil : Pasien mampu P : Pertahankan intervensi
mengunyah makanan
2 Ketidakseimbangan  Memonitor jumlah S : Pasien mengatakan tidak mual
nutrisi kurang dari nutisi dan kandungan dan tidak merasa muntah setap
kebutuhan tubuh kalori makan
b.d mual,  Mengkolaborasi dengan O:
ketidakmampuan ahli gizi untuk Pasien terlihat tidak lemah,dan
makan menentukan jumlah pucat
kalori dan nutrisi BB normal
 Memberikan informasi Pasien tidak mual dan muntah setiap
tentang kebutuhan makan
nutrisi Kadar Albumin

 Mengkaji kemampuan A:
pasien untuk Tekanan darah dalam batas normal
mendapatkan nutris Berat badan dalam batas normal

 Mengecek BB pasien Kemampuan menyerap nutrisi

 Memonitor adanya adekuat


penurunan BB P:
Berikan obat
 Memberikan obat
Memjadwalkan pengobatan dan
 Memonitor mual dan
tindakan tidak selama jam makan
muntah
Monitor kalori dan intake nutrisi
 Memonitor kadar
Albumin,total
protein,Hb,dan kadar
Ht.
 Memonitor kekeringan
jaringan konjungtiva
 Memonitor kalori dan
intake nutrisi.

27
3 Nyeri akut b.d  Kaji nyeri secara S: pasien mengatakan nyeri dikaki
agens cidera komperhensif bagian kanan sudah tidak ada
biologis  Tingkatkan istirahat O: pasien tampak baik, tidak terlihat
 Berikan perawatan nyeri
pada ulkus pada kulit A: masalah nyeri akut teratasi
yang diperlukan dengan kriteria hasil:

 Monitor karakteristik Indikator IR ER


1. Melaporan 2 5
luka adanya nyeri
2. Ekspresi 3 5
 Identifikasi obat yang 3. Frekuensi 2 5
nyeri
akan diberikan
kepada pasien P: Hentikan intervensi
 Sesuaikan lingkungan
untuk meningkatkan
jam tidur
 Tentukan efek dari
obat pasien terhadap
pola tidur

28
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kanker esophagus yaitu suatu keganasan yang terjadi pada esofagus. Kanker ini pertama
kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913 reseksi pertama kali sukses dilakukan
oleh Frank Torek, pada tahun1930-an, Oshawa di Jepang dan Marshall di America Serikat
berhasil melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks esofagotomi dengan
rekonstruksi ( fisichella, 2009 ).
Penyebab pasti kanker esofagus tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menjadi presdisposisi yang diperkirakan berperan dalam patogenesis kanker. Presdisposisi
penyebab kanker esofagus biasanya berhubungan dengan terpajannnya mukosa esofagus dari
agen berbahaya atau stimulus toksik, yang kemudian menghasilkan terbentuknya displasia yang
bisa menjadi karsinoma

29
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif.2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah.Jakarta : Salemba Medika
Fisichela, Piero M.2009.Esophageal Cancer.eMedicine Specialties.Oncology. Carcinomas of
the Gastrointestinal.
Smeltzer and Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarata: EGC
http://hennykartika.files.wordpress.com/2008/03/data-survival-dan-faktor-prognosis-pasien-
kanker-esofagus-di-pakistan.doc. Diakses tanggal 19 September 2013
http://daengbantang.blogspot.com/2010/05/karsinoma-esofagus.html. Diakses tanggal 19
September 2013

30

Вам также может понравиться