Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
S DENGAN HIPERTENSI
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMARANG KECAMATAN GREDEG
KABUPATEN CIREBON
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Pendidikan Profesi Ners
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
DISUSUN OLEH :
ISAH ANISAH
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada pihak yang terkait dengan pembuatan makalah ini dan rekan-rekan yang
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .......................................................
B. TUJUAN ............................................................................
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ..................................
D. SISTEMATIKA PENULISAN .........................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP TEORI LANSIA ................................................
1. DEFINISI ......................................................................
2. BATASAN-BATASAN LANSIA ................................
3. TEORI-TEORI PROSES PENUAAN ..........................
4. KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA ......
5. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI
PADA LANSIA ............................................................
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI ......................................................................
2. ETIOLOGI ....................................................................
3. KLASIFIKASI HIPERTENSI ......................................
4. PATOFISIOLOGI ........................................................
5. PATHWAY ..................................................................
6. MANIFESTASI KLINIS .............................................
7. KOMPLIKASI .............................................................
8. PENATALAKSANAAN ..............................................
9. ASUHAN KEPERAWATAN ......................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ...................................................................
B. ANALISA DATA .............................................................
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................
D. INTERVENSI .....................................................................
E. IMPLEMENTASI ...............................................................
F. EVALUASI.........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................
B. SARAN .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang
pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit
kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan
gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati
gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian
karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena perlu di galakkan pada
buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi
angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam
lansia
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia yang mempunyai masalah.
Setelah menyelesaikan belajar klinik mampu :
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan lansia.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik sesuai dengan masalah
kesehatan lansia
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan gerontik
.
D. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Terdiri Dari Latar Belakang, Tujuan, Teknik
Pengumpulan Data Dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI : Terdiri Dari Konsep Lansia, Konsep Penyakit,
Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS : Terdiri Dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
BAB PENUTUP : Terdiri Dari Kesimpulan Dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep lansia
A. Definisi
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun
atau lebih (Bustan, 2000).
Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan
berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).
B. Batasan-Batasan Lansia
1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
2. WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
b. Usia Tua : 75 – 89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
B. Etiologi
1. Hipertensi Primer (esensial) : 90 % tidak diketahui penyebabnya
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
sebagai berikut :
a. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin & usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2. Hipertensi Sekunder : 5 – 10 %
a. Coarctation aorta merupakan penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
menngakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal Merupakan penyebab utama
hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) Oral kontrasepsi yang
berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme
Renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian oral
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
d. Gangguan endokrin biasanya Disfungsi medula adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol dan
katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan
hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya timbul dari
benign adenoma korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medulla
adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada sindrom Cushing, kelebihan gluukokortikoid yang
diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan
oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.
e. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga)
f. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan
kembali normal.
g. Kehamilan
h. Luka bakar
i. Peningkatan volume intravascular
j. Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, menyebakan vasokontriksi, yang mana pada
akhirnya meningkatkan tekanan darah.
C. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi :
D. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung).
Penggaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf otonom dan sirkulasi
hormone. Empat sistem control yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,
sistem rennin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatsi
dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks control sirkulasi
meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan
menurunkan tekanan artei sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan
pasti mengapa control ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini
ditunjukkan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga
tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi komplek yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat
protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang keudian diubah oleh
converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteon sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldosteron
primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III
juga mempunyai efek inhibiting penghambat pada ekskresi garam (natrium)
dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar
renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin
menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang dengan
hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi esensial
akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital.
Hipertensis esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-
arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard,
stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vascular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh yang relative konstan. Jika aliran berubah, proses-
proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi
mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.
E. Pathway
Umur
HYPERTENSI
Otak
Retina
Pembuluh darah
Ginjal
Resistensi pemb. drh Suplay O2 Spasmus
F.
otak meningkat otak menurun arteriole
Vasokontriksi
Sistemik Koroner
pemb drh ginjal
jntung
Tek..Pemb. drh Diplopia
Sinkope vasokontriksi
G.
otak meningkat Blood flow Iskhemi
menurun miokard
Gangguan After load Resti injuri
Nyeri H.
Resti perfusi Respon Nyeri dada
injuri meningkat
jaringan RAA
kepala
Gangguan
Vasokontriksi Rangsang Penurunan
rs nyaman CVA
Aldosteron COP
Fatiqu
Gangguan Odem Retensi Na e
keseimbangan
F. Manifestasi Klinis
Sebagian manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun – tahun
dan berupa :
1. Nyeri kepala saat berjaga terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interaknium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala
(rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur.
G. Komplikasi
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri – arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah – daerah diperdarahnya berkurang. Arteri – arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel,maka kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulakn
perubahan – perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia,hipoksia jantung, dan peningkatan reksiko pembentukan
bekuan.
3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler – kapiler, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit – unit fungsional ginjal,nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus,protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
4. Ensefalopati ( kerusakan otak ) dapat terjadi , terutama pada hipertensi pada
maligna
5. ( hipertensi yang meningkat cepat ). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron – neuron
di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
6. Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, dan
dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama
atau sebelum proses persalinan.
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Terapi obat pada hipertesi dimulai dengan salah satu obat berikut ini :
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi
hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi / udem paru).
b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x sehari.
(Kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5-25 mg 2-3 x sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan
selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5 mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x sehari.
2. Non farmakologi
Langkah awal biasanya adalah pola hidup penderita :
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolestrol darah tinggi.
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau
6 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan klaium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
d. Olah raga aerobic yang tidak terlalu berat.
e. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
f. Berhenti merokok.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapat adanya riwayat peningkatan tekanan
darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat
meminum obat anti hipertensi.
Dasar-Dasar Pengkajian
1) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler. Episode palpitasi, Perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut spt
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/
brakhialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau
lemah.
Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/ irama : Takikardi, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar; S3 (CHF dini); S4 (pengerasan
ventrikel kiri/ hipertropi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular.
Desiran vascular terdengar di atas karotis, vemorlis, atau epigastrium
(stenosis arteri).
DVJ (Distensi Vena Jugularis) (kongesti vena).
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi periver);
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (vasokontriksi).
Kulit pucat, Sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia); kemerahan
(Feokromositoma).
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau
marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (spt. Infeksi/ obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5) Makanan/ Cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (spt. Makanan yang digoreng, keju,
telur); Gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun).
Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : Berat badan normal/ obesitas.
Adanya udema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ;
glikosuria (hamper 10% pasien hipertensi adalah diabetik).
6) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
7) Hipertensi
Gejala : Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode epistaksis
Tanda : Status mental: Perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi
bicara, afek, proses pikir, atau memori.
Respon motorik : Penurunan kekuatan genggaman tangan atau reflex
tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optic : dari sklerosis/ penyempitan arteri
ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil
edema, eksudat, dan hemoragik tergantung pada berat atau lamanya
hipertensi.
8) Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen / massa (feokromositoma).
9) Pernapasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal
tahap lanjut dari hipertensi menetap/ berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja
Takipnea, Ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal.
Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernapasan
Bunyi napas tambahan (krakles/ mengi), Sianosis.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/ cara berjalan.
Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural
11) Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga : Hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.
Faktor-faktor resiko etnik, spt. Orang afrika-amerika, Asia tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/ alcohol.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung B.D Peningkatan
afterload, vasokontriksi, Iskemia miokardia, Hipertropi/rigiditas
(kekakuan) ventrikuler .
Data : (Tidak dapat diterapkan ;adanya tanda-tanda dan gejala-gajala
yang menetapkan diagnosa aktual).
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi,
tidak terjadi iskemia miokardia, tidak terjadi hipertropi/ rigiditas
(kekakuan) ventrikuler.
Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
menurunkan tekanan darah., Mempertahankan tekanan darah dalam rentan
individu yang dapat diterima, Irama dan denyut jantung dalam batas
normal.
3. Implementasi
Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan
implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi
independen, dependen, dan interdependen.
a. Independen
Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari instruksi dari dokter atau
profesi kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang dilaksanakan perawat
secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosis keperawatan.
b. Interdependen
Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang
memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti tenaga
social,ahli gizi,fisioterapi,dan dokter.
c. Dependen
Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.
4. Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur
pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara
membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
a. Evaluasi Proses
Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas
intervensi tersebut.
b. Evaluasi hasil
Fokus evalusi hasil ( sumatif ) adalah perubahan perilaku atau stasus
kesahatan klien pada akhir asuhan keperawatan . Tipe evalusi ini di
laksnakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. D
Alamat : Blok II RT 04 RW 04 Desa Bobos Kecamatan
Dukupuntang Kabupaten Cirebon
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : Tamat SD
Tanggal Pengkajian : 17-10-2012
Kuantitatif : GCS 15
c. Tanda-tanda Vital
Pukul 15.30 WIB, tanggal 17 Oktober 2012
Tensi : 160/100 mmHg
Nadi : 88 X / menit
Respirasi : 22 X / menit
Suhu :-
2. Persistem
a. Sistem persyarafan
Klien belum mengalami demensia terbukti apabila klien bercerita tentang
masa mudanya masih ingat betul dan menceritakan dengan sistematis.
b. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Struktur hidung simetris, dengan septum nasi berada
ditengah, tidak ada cuping hidung, pola nafas reguler,
frekuensi nafas 22 X/menit.
Palpasi : Getaran pernafasan kedua toraks sama, dan dada kanan
kiri simetris (Taktil premitus)
Perkusi : Suara perkusi normal
Auskultasi : Vesikuler, Tidak ada wheezing, ronchi (-)
d. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : Conjungtiva tidak anemis, tidak terdapat sianosis pada
ujung-unjung extermitas baik superior maupun inferior,
edema (-)
Palpasi : Nadi : 88 X/menit, tidak ada edema pada extermitas atas
dan bawah
Perkusi : Pada perkusi didaerah jantung terdengar suara tumpul.
Auskultasi : Tekanan darah 160/100 mmHg
Nyeri dada tidak ada, tidak pernah berdebar-debar (palpitasi).
e. Sistem Perkemihan
Inspeksi :
Palpasi : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan tidak ada pada vesika
urinaria
Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk pada daerah ginjal
BAK : Frekuensi 3-4 X/hari, warna kuning jernih
f. Sistem genitoreproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki.
Klien tidak mengeluhkan sesuatu apapun dengan system
genitoreproduksinya
g. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada deformitas tulang, kekuatan otot baik, pergerakan bebas,
kekuatan otot 5 5
5 5
h. Sistem Integumen
Turgor kulit berkurang, tekstur kendor, terlihat adanya pigmentasi kulit
namun masih sedikit, tidak ada penonjolan tulang ataupun kelainan tulang.
a. Kulit
1) Warna kulit : putih
2) Kelembaban : lembab
3) Suhu :-
4) Tekstur :
5) Turgor : sedang
b. Rambut
1) Kuantitas : Tebal
2) Warna : sudah ada yang memutih
3) Tekstur :-
4) Penyebaran : sudah banyak yang rontok tapi masih
merata
F. PERUBAHAN FUNGSI TUBUH
NO INTEGUMEN YA TIDAK
1. LESI/LUKA
2. PRURITUS
3. PERUBAHAN PIGMENTASI
4. PERUBAHAN TEKSTUR
5. PERUBAHAN NEVI
6. SERING MEMAR
7. PERUBAHAN RAMBUT
8. PERUBAHAN KUKU √
9. PENONJOLAN TULANG KALUS
NO HEMOPOETIK YA TIDAK
1. PERDARAHAN/MEMAR ABNORMAL
2. PEMBENGKAKAN KELENJAR LIMFE
3. ANEMIA
4. RIWAYAT TRANSFUSI DARAH
NO PERKEMIHAN YA TIDAK
1. DISURIA
2. FREKWENSI 3-4 x
3. MENETES
4. RAGU-RAGU
5. DORONGAN
6. HENATURIA
7. POLIURIA
8. OLIGURIA
9. NOKTURIA
10. INKOTINENSIA
11. BATU
12. INFEKSI
NO MUSKULOSKELETAL YA TIDAK
1. NYERI PERSENDIAN
2. KEKAKUAN
3. PEMBENGKAKAN SENDI
4. DEFORMITAS
5. SPASME
6. KELEMAHAN OTOT
7. MASALAH CARA BERJALAN
8. NYERI PINGGANG
9. PROTESI
NO SISTEM SARAF PUSAT YA TIDAK
1. SAKIT KEPALA
2. KEJANG
3. SINKOPE/SERANGAN JANTUNG
4. PARALIS
5. PARESIS
6. MASALAH KOORDINASI
7. TREMOR/SPASME
8. PARESTESIS
9. CEDERA KEPALA
10. MASALAH MEMORI
NO KEPALA YA TIDAK
1. SAKIT KEPALA
2. RIWAYAT TRAUMA
3. PUSING
4. GATAL KULIT KEPALA
NO MATA YA TIDAK
1. PERUBAHAN PENGLIHATAN
2. KACA MATA
3. AIR MATA BERLEBIHAN √
4. PRURITUS
5. BENGKAK
6. DIPLOPIA
7. PANDANGAN KABUR
8. FOROFHOBIA
9. RIWAYAT INFEKSI
NO TELINGA YA TIDAK
1. PERUBAHAN PENDENGARAN
2. KELUARAN
3. TINITUS
4. VERTIGO
5. SENSITIVITAS PENDENGARAN
6. RIWAYAT INFEKSI
7. ALAT-ALAT PROTESA
NO LEHER YA TIDAK
1. KEKAKUAN
2. NYERI
3. BENJOLAN MASSA
4. KETERBATASAN GERAK
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Psikososial
Klien dapat bersosialisasi dengan orang lain secara baik yaitu dengan
mengobrol dan kumpul-kumpul dengan teman-temannya maupun dengan
keluarganya.
Interpretasi hasil
Score: 23 termasuk kerusakan aspek fungsi mental ringan
Nilai : 0
Kesimetrisan langkah
Hasil : Tidak menunjukkkan kelainan
Nilai : 0
Berbalik
Hasil : langsung berbalik
Nilai : 0
Penyimpangan jalur
Hasil : Tidak menunjukkan kelainan
Nilai : 0
Interpretasi hasil jumlah 4 = resiko jatuh ringan
(Dari trinetri,ME dan inter,SF halaman 1191,1988 American Medical
association)
K. Analisa data
No. Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengatakan Peningkatan tekanan vaskular Gangguan rasa nyaman : sakit
sering pusing, pusing cerebral
kepala
berkurang ketika
beristirahat pusing Hypertensi
serasa berputar-putar.
Do : Vasokontriksi pembuluh darah
secebral
- Berjalan perlahan-lahan
- TD : 160/100 mmHg Suplai Oksigen berkurang
Kerusakan sel-sel
Merangsang pengeluaran zat
proteolitik
Hypotalamus
Nyeri kepala
2 Ds : Hypertensi Intoleransi Aktivitas
- Klien mengeluh pusing dan
Vasokontriksi pembuluh dara secebral
sakit kepala saat
beraktivitas Suplai Oksigen berkurang
Do : Kerusakan sel-sel
- Klien terlihat berjalan
Penurunan fungsi sel
perlahan.
Kelemahan fisik
Intoleransi Aktivitas
3 Ds: klien mengatakan tidak Kurangnya informasi tentang Kurangnya pengetahuan
faham tentang hipertensi penyakit hipertensi
Do : klien tampak bingung.
Kurang pengetahuan
L. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas
1. Gangguan nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
kurangnya informasi.
M. Intervensi
No. Dx Tujuan Intervensi rasional
Gangguan nyaman nyeri Tupan 1) Pertahankan tirah 1) Istirahat dapat mengurangi
: sakit kepala Gangguan rasa baring selama fase kebutuhan tubuh terhadap
berhubungan dengan nyaman nyeri dapat akut. oksigen
peningkatan tekanan teratasi. 2) Beri tindakan non 2) pijat/massage punggung,
vaskuler cerebral Tupen farmakologik untuk leher, dan mengajarkan
ditandai dengan : Setelah dilakukan menghilangkan nyeri tekhnik relaksasi merupakan
Ds : klien mengatakan tindakan keperawatan seperti pijat tekhnik pengalihan/rangsang
sering pusing, selama 3 x 1 jam punggung, leher, klien dari suatu respon.
pusing berkurang follow up terjadi tenang, tehnik
ketika beristirahat, penurunan tekanan relaksasi.
pusing bertambah vaskuler dengan KH : 3) Meminimalkan 3) Vosokontriksi akan
ketika klien Sakit kepala hilang aktifitas mengakibatkan pengurangan
beraktivitas, pusing TD 120/80 mmHg vasokonstriksi yang suplai oksigen dalam darah.
serasa berputar- dapat meningkatkan
putar. nyeri kepala,misal:
Do : membungkuk,
- Berjalan perlahan- mengejan saat buang
lahan air besar.
- TD : 160/100 mmHg 4) Mempraktekkan 4) meningkatkan
membuat obat pengetahuan klien dalam
tradisional mengobati penyakit
hipertensi
Intoleransi Aktivitas Tupan 1) Kaji respon terhadap 1) Aktivitas yang sesuai
berhubungan dengan Intoleransi aktivitas aktifitas. dengan kondisi mengurangi
kelemahan umum dan dapat teratasi. beban terhadap kebutuhan
ketidakseimbangan Tupen oksigen
suplai dan kebutuhan Setelah dilakukan 2) Perhatikan tekanan 2) Peningkatan tekanan
oksigen tindakan keperawatan darah, nadi selama/ darah yang tiba-tiba dapat
Ds : selama 3x 1jam sesudah istirahat. menjadikan peningkatan
- Klien mengeluh follow up terjadi tekanan intra kranial,
pusing dan sakit terjadi keseimbangan peningkatan nadi
kepala suplai O2 dengan KH menunjukan adanya
Do : : peningkatan kerja jantung.
- Klien terlihat berjalan Kegiatan meningkat 3) Perhatikan nyeri 3) Nyeri dada, pusing
perlahan. Berpartisipasi dalam dada, pusing. menunjukan tanda-tanda
aktifitas yang berkurangnya oksigen
diinginkan/ (hipoksia), sesak nafas /
diperlukan dispneu sebagai kompensasi
Melaporkan paru dalam memenuhi
peningkatan dalam kebutuhan oksigen.
toleransi aktifitas
yang dapat diukur 4) Instruksikan tentang 4) Penghematan energi dapat
tehnik menghemat menurunkan kebutuhan
tenaga, misal: oksigen tubuh.
menggunakan kursi
saat mandi, sisir
rambut.
5) Melakukan aktifitas 5) Aktivitas sesuai dengan
dengan perlahan- kemampuan dan kondisi
lahan. klien akan mengurangi
kebutuhan oksigen, dan tidak
cepat lelah.
6) Beri dorongan untuk 6) Aktivitas secara bertahap
melakukan aktifitas/ memberikan latihan kepada
perawatan diri tubuh dalam mengadakan
secara bertahap jika adaptasi / kompensasi.
dapat ditoleransi.
7) Beri bantuan sesuai 7) Bantuan diberikan dalam
dengan kebutuhan. rangka pemenuhan
kebutuhan hidup.
kurangnya pengetahuan Tupan 1. Kaji pengetahuan 1) untuk mengetahui tingkat
tentang penyakit Kurang pengetahuan klien tentang pengetahuan klien tentang
hipertensi berhubungan dapat teratasi penyakit hipertensi hipertensi
dengan kurangnya Tupen : 2. Memberikan penkes 2) dengan meningkatnya
informasi. Setelah di lakukan tentang hipertensi tingkat kemampuan klien
Ds: klien mengatakan tindakan keperawatan tetang hipertensi klien dapat
tidak mengerti selama 1x15 menit meningkatkan status
tentang hipertensi klien mengerti kesehatanya
Do : klien tampak tentang penyakit
bingung. hipertensi
N. IMPLEMENTASI
No. IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 1. Pertahankan tirah baring selama S:
fase akut.
Klien mengatakan merasa
2. Beri tindakan non farmakologik
nyaman dengan pijatan. Dan
untuk menghilangkan nyeri
nyeri kepala berkurang.
seperti pijat punggung, leher,
Klien mau dengar anjuran
tenang, tehnik relaksasi.
perawat.
R/ klien mengatakan merasa
O:
nyaman dengan pijatan. Dan nyeri
Klien mampu menerapkan cara
kepala berkurang.
membuat obat tradisional
3. Meminimalkan aktifitas
A : Masalah belum teratasi
vasokonstriksi yang dapat
P : Lanjutkan intervensi
meningkatkan nyeri kepala, misal
: membungkuk, mengejan saat
buang air besar.
R/ klien mau dengan anjuran
perawat.
4. Mempraktekkan membuat obat
tradisional
R/ Klien mampu menerapkan
cara membuat obat tradisional.
2. 1. Kaji respon terhadap aktifitas. S:
R/ Klien mengatakan cepat lelah Klien mengatakan cepat lelah
jika beraktivitas. jika beraktivitas
2. Perhatikan tekanan darah, nadi Klien mengatakan tidak ada
selama/ sesudah istirahat. nyeri dada, tapi kepala masih
R/ TD : 160 / 100 mmHg pusing
Nadi : 88 X / mnt Klien mengatakan mau dengan
3. Perhatikan nyeri dada, dyspnea, anjuran perawat
pusing. O:
R/ klien mengatakan tidak ada TD : 160/100 mmHg
nyeri dada, tapi kepala masih Nadi : 88 X / menit
pusing Klien melakukan aktivitas secara
4. Instruksikan tentang tehnik perlahan-lahan
menghemat tenaga, misal: A : Masalah belum teratasi
menggunakan kursi saat mandi, P : Lanjutkan intervensi
sisir rambut.
R/ Klien mengatakan mau dengan
anjuran perawat.
5. Melakukan aktifitas dengan
perlahan-lahan.
R/ Klien melakukan aktivitas
secara perlahan-lahan.
6. Beri dorongan untuk melakukan
aktifitas/ perawatan diri secara
bertahap jika dapat ditoleransi.
R/ klien dapat melakukan
aktivitas
7. Beri bantuan sesuai dengan
kebutuhan
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekelompok lansia dalam konteks
peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di desa bobos,
mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang
memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui
perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.
Terdapat 3 diagnosa keperawatan pada Tn. D diantaranya adalah :
1. Gangguan nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler cerebral.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
kurangnya informasi.
B. REKOMENDASI
1. Bagi klien
a. Perlu ditingkatkan mengenai kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama
masalah hipertensi sehingga masalah yang di hadapi oleh klien dapat di
tanggulangi .
2. Bagi Akademik
a. Demi lancarnya PKL/PKMD, di perlukan adanya koordinasi antara
mahasisswa dengan dosen.
b. Untuk dosen pembimbing di harapkan lebih intensif lagi dalam memberikan
bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono., 2001., Upaya-upaya Hidup Sehat Sampai Tua, Depot Informasi Obat, Jakarta.
Bustan (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
Sumber : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-lanjut-usia.html
Http://Kesmas-Unsoed.Blogspot.Com/2011/03/Pengertian-Lanjut-Usia.Html
Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia