Вы находитесь на странице: 1из 60

ASUHAN KEPERWATAN GERONTIK PADA Ny.

S DENGAN HIPERTENSI
DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMARANG KECAMATAN GREDEG
KABUPATEN CIREBON

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Pendidikan Profesi Ners
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :
ISAH ANISAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKes CIREBON


PROGRAM PROFESI NERS
2011
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, atas segala rahmat dan hidayah-nya

yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas

Kamarang Kecamatan Gredeg Kabupaten Cirebon”.

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan berbagai masukan, bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima

kasih kepada pihak yang terkait dengan pembuatan makalah ini dan rekan-rekan yang

selalu turut ikut serta dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Cirebon, 11 desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .......................................................
B. TUJUAN ............................................................................
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ..................................
D. SISTEMATIKA PENULISAN .........................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP TEORI LANSIA ................................................
1. DEFINISI ......................................................................
2. BATASAN-BATASAN LANSIA ................................
3. TEORI-TEORI PROSES PENUAAN ..........................
4. KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA ......
5. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI
PADA LANSIA ............................................................
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI ......................................................................
2. ETIOLOGI ....................................................................
3. KLASIFIKASI HIPERTENSI ......................................
4. PATOFISIOLOGI ........................................................
5. PATHWAY ..................................................................
6. MANIFESTASI KLINIS .............................................
7. KOMPLIKASI .............................................................
8. PENATALAKSANAAN ..............................................
9. ASUHAN KEPERAWATAN ......................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ...................................................................
B. ANALISA DATA .............................................................
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................
D. INTERVENSI .....................................................................
E. IMPLEMENTASI ...............................................................
F. EVALUASI.........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ..................................................................
B. SARAN .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang

banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus

senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis (

pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit

kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan

gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati

penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor

penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi ( pengertian, tanda dan

gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian

karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena perlu di galakkan pada

masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Diharapkan dengan di

buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi

angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam

lansia
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada lansia yang mempunyai masalah.
Setelah menyelesaikan belajar klinik mampu :
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan lansia.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik sesuai dengan masalah
kesehatan lansia
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan gerontik

C. Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :
1. Wawancara
Mendapatkan data dengan cara wawancara secara langsung kepada yang
bersangkutan.
2. Observasi
Mengamati secara langsung terhadap kondisi dan keadaan yang terjadi pada
keluarga baik fisik maupun non fisik.
3. Studi dokumentasi
Yaitu menggunakan semua sumber yang mencatat data yang berhubungan dengan
kesehatan lansia.
4. Studi pustaka
Menggunakan berbagai sumber pustaka yang relevan dengan kondisi kesehatan
lansia.

.
D. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Terdiri Dari Latar Belakang, Tujuan, Teknik
Pengumpulan Data Dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI : Terdiri Dari Konsep Lansia, Konsep Penyakit,
Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS : Terdiri Dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
BAB PENUTUP : Terdiri Dari Kesimpulan Dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep lansia
A. Definisi
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)
Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun
atau lebih (Bustan, 2000).
Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan
berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).

B. Batasan-Batasan Lansia
1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
2. WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
b. Usia Tua : 75 – 89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

C. Teori-Teori Proses Penuaan


1. Teori Biologis
a. Teori Genetik dan Mutasi
Teori genetik menyatakan bahwa menua itutelah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkanbahwa menua terjadi
karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil darimutasi
spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan
usia.Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuanfungsional sel (Suhana,1994; Constantinides,1994).
b. Teori Imunologis
Teori imunologis menua merupakan suatu alternatifyang diajukan oleh
Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yangtidak
terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang
dapatmenyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh
mengenali dirinyasendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan
menyebabkan sistem imun tidakmengenal dirinya sendiri sehingga
merusaknya. Hal inilah yang mendasaripeningkatan penyakit auto-imun
pada lanjut usia (Goldstein,1989).
c. Teori Stres
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibathilangnya sel-sel yang
biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidakdapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stressyang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.
d. Teori Pakai dan Usang
Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup
manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini
dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian
merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak
diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara
mandiri.Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses
pra–program yaitu proses yang terjadi akibat akumulasi stress dan injuri
dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan
oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang
terpapar dengan lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988)
2. Teori Psikologis
a. Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua
antara lain adalah :
1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang
spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan :
1) Kematangan fisik
2) Harapan dan kebudayaan masyarakat
3) Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi
b. Teori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya
kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan
tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan
psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua,
tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan erikson
dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah
dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan
preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego
terhadap ego preokupasi.
Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas
perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah menerima identitas
diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari
lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru sebagai orang tua
(preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan
hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat
menyebabkan perasaan penurunan harga diri dari orang tua tersebut.
Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah
satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola
fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini dapat
mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang harus
dijalaninya.
Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah
bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada
dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan tubuh untuk
aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
moral individu dalam menerima perubahan ego menuju keselarasan diri.
c. Teori Jung
Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa
perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan : masa
kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia
tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki,
ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada
masa usia pertengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat
kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan
meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia
pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu
sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun introvert
sangat berpengaruh sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah
kehidupan saat usia pertengahan. Pencapaian keselarasan hidup
merupakan salah satu indikator telah tereksplorasinya nilai-nilai
kehidupan oleh individu dan pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh
kepribadian (introvert maupun ekstrovert). Berdasar pada pemahaman
diatas, maka Jung menilai bahwa seseorang mampu dianggap sukses
dalam proses menua manakala individu mampu untuk menjadi “orang
yang berfokus pada orang lain” dan memiliki kepedulian yang penuh
terhadap kehidupan sosial.
3. Teori sosial
a. Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan
aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan
di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam teori ini
dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan rasa kepuasan
pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :
(1) aktif lebih baik daripada pasif (2) Gembira lebih baik daripada tidak
gembira (3) orang tua merupakan adalah orang yang baik untuk mencapai
sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira.
b. Teori Kontinuitas
Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu
terjadi dan secara berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang
lanjut usila.

D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia


1. saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple
2. Penyakit bersifat degeneratif
3. Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan social
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi
obat yang tidak sesuai dengan dosis)

E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. perubahan fisik
a. Sel.
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
b. Sistem pernafasan pada lansia
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,
kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), sehingga menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu proses
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
c. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
a) Kornea lebih berbentuk skeris.
b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
2) Pendengaran.
a) Presbiakusis (gangguan pendengaran) : hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65
tahun.
b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a) Menurunnya kemampuan pengecap.
b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
e. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
f. Sistem genito urinaria
1) Ginjal mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +
1) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ±75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya seksual, Frekwensi sexsual intercouse cenderung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
g. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada
di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH
dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod sehingga BMR turun dan menurunnya
daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
7) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodisme, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).
h. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
7) Liver (hati) makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
i. Perubahan sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densikusnya sehingga rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang).
j. Perubahan sistem kulit & karingan ikat
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa.
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka luka kurang baik.
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.
k. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual
1) Perubahan sistem reprduksi
a) Selaput lendir vagina menurun/kering.
b) Menciutnya ovarium dan uterus
c) Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur.
e) Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.
2) Kegiatan seksual.
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga
sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara
biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai
manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan
seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial,
Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain
yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani
seksualitas.
Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu
dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak
yang lebih tua tanpa harus berhubungan badan, masih banyak cara lain
untuk dapat bermesraan dengan pasangan. Pernyataan pernyataan lain
yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih
fungsi hubungan seksualitas dalam pengalaman seks.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin
oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.Kenangan (memory) ada
dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu,
mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika
(0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan
perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan
psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-
tekanan dari faktro waktu.
Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial:
a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,
kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan
kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
c. Gangguan halusinasi.
d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara
fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia sebagai berikut:
a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe
ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat
tua.
b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya
c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,
banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara
seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-
marit.
e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
II. Konsep dasar penyakit
A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum seseorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada
140/90 mmHg (Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin, hal.356)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastole lebih dari 80 mmHg. ( Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi, hal. 262 )
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg.(Smeltzer,2001)

B. Etiologi
1. Hipertensi Primer (esensial) : 90 % tidak diketahui penyebabnya
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
sebagai berikut :
a. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin & usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet : Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan : obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
2. Hipertensi Sekunder : 5 – 10 %
a. Coarctation aorta merupakan penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan
menngakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area konstriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal Merupakan penyebab utama
hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa
darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
c. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) Oral kontrasepsi yang
berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme
Renin-aldosteron-mediate volume expansion. Dengan penghentian oral
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
d. Gangguan endokrin biasanya Disfungsi medula adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol dan
katekolamin. Pada aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan
hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya timbul dari
benign adenoma korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medulla
adrenal yang paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang
berlebihan. Pada sindrom Cushing, kelebihan gluukokortikoid yang
diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan
oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.
e. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga)
f. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara
waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan
kembali normal.
g. Kehamilan
h. Luka bakar
i. Peningkatan volume intravascular
j. Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung, menyebakan vasokontriksi, yang mana pada
akhirnya meningkatkan tekanan darah.

C. Klasifikasi Hipertensi

Kategori TDD (mmHg) TDS (mmHg)

Normal < 85 < 130

Normal Tinggi 85 – 89 130 - 139

Hipertensi :

Tinggi 1 (ringan) 90 – 99 140 - 159

Tinggi2 (sedang) 100 – 109 160 - 179

Tinggi 3 (berat) 110 – 119 180 - 120

Tinggi 4 (sangat berat) ≥ 120 ≥ 210


TDD : tekanan darah diastolik. TDS : tekanan darah sistolik.

D. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung).
Penggaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf otonom dan sirkulasi
hormone. Empat sistem control yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,
sistem rennin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam
aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.
Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme
perlambatan jantung oleh respons vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatsi
dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, refleks control sirkulasi
meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan
menurunkan tekanan artei sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alasan
pasti mengapa control ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini
ditunjukkan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga
tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi komplek yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara adekuat,
peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan tekanan darah.
Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam mengatur tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat
protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang keudian diubah oleh
converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteon sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada aldosteron
primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III
juga mempunyai efek inhibiting penghambat pada ekskresi garam (natrium)
dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar
renin harus diturunkan karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin
menghambat sekresi renin. Namun demikian, sebagian besar orang dengan
hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi esensial
akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ vital.
Hipertensis esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriole-
arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan menurun dan
mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan infark miokard,
stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vascular adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh yang relative konstan. Jika aliran berubah, proses-
proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi
mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.
E. Pathway

Gaya hidup Obesitas


Jenis kelamin

Umur
HYPERTENSI

Otak
Retina
Pembuluh darah

Ginjal
Resistensi pemb. drh Suplay O2 Spasmus
F.
otak meningkat otak menurun arteriole
Vasokontriksi
Sistemik Koroner
pemb drh ginjal
jntung
Tek..Pemb. drh Diplopia
Sinkope vasokontriksi
G.
otak meningkat Blood flow Iskhemi
menurun miokard
Gangguan After load Resti injuri
Nyeri H.
Resti perfusi Respon Nyeri dada
injuri meningkat
jaringan RAA
kepala
Gangguan
Vasokontriksi Rangsang Penurunan
rs nyaman CVA
Aldosteron COP
Fatiqu
Gangguan Odem Retensi Na e
keseimbangan
F. Manifestasi Klinis
Sebagian manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun – tahun
dan berupa :
1. Nyeri kepala saat berjaga terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interaknium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala
(rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur.

G. Komplikasi
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajang tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri – arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah – daerah diperdarahnya berkurang. Arteri – arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel,maka kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulakn
perubahan – perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi disritmia,hipoksia jantung, dan peningkatan reksiko pembentukan
bekuan.
3. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler – kapiler, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit – unit fungsional ginjal,nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus,protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
4. Ensefalopati ( kerusakan otak ) dapat terjadi , terutama pada hipertensi pada
maligna
5. ( hipertensi yang meningkat cepat ). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron – neuron
di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
6. Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, dan
dapat mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama
atau sebelum proses persalinan.

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Terapi obat pada hipertesi dimulai dengan salah satu obat berikut ini :
a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 – 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi
hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan bila disertai
hemokonsentrasi / udem paru).
b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
c. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x sehari.
(Kontraindikasi untuk penderita asma).
d. Kaptopril 12,5-25 mg 2-3 x sehari. (Kontraindikasi pada kehamilan
selama janin hidup dan penderita asma).
e. Nifedipin mulai dari 5 mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x sehari.
2. Non farmakologi
Langkah awal biasanya adalah pola hidup penderita :
a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolestrol darah tinggi.
c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau
6 gram natrium klorida setiap harinya ( disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan klaium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
d. Olah raga aerobic yang tidak terlalu berat.
e. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
f. Berhenti merokok.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapat adanya riwayat peningkatan tekanan
darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan riwayat
meminum obat anti hipertensi.
Dasar-Dasar Pengkajian
1) Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler. Episode palpitasi, Perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat).
Nadi : Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut spt
denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis/
brakhialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau
lemah.
Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
Frekuensi/ irama : Takikardi, berbagai disritmia.
Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar; S3 (CHF dini); S4 (pengerasan
ventrikel kiri/ hipertropi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular.
Desiran vascular terdengar di atas karotis, vemorlis, atau epigastrium
(stenosis arteri).
DVJ (Distensi Vena Jugularis) (kongesti vena).
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi periver);
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (vasokontriksi).
Kulit pucat, Sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia); kemerahan
(Feokromositoma).
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau
marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Faktor-faktor multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (spt. Infeksi/ obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5) Makanan/ Cairan
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (spt. Makanan yang digoreng, keju,
telur); Gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
Mual, muntah.
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ turun).
Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : Berat badan normal/ obesitas.
Adanya udema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena, DVJ;
glikosuria (hamper 10% pasien hipertensi adalah diabetik).
6) Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing
Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
7) Hipertensi
Gejala : Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode epistaksis
Tanda : Status mental: Perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau isi
bicara, afek, proses pikir, atau memori.
Respon motorik : Penurunan kekuatan genggaman tangan atau reflex
tendon dalam.
Perubahan-perubahan retinal optic : dari sklerosis/ penyempitan arteri
ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papil
edema, eksudat, dan hemoragik tergantung pada berat atau lamanya
hipertensi.
8) Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung).
Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosklerosis
pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen / massa (feokromositoma).
9) Pernapasan (secara umum berhubungan dengan efek kardiopulmonal
tahap lanjut dari hipertensi menetap/ berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja
Takipnea, Ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal.
Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum.
Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernapasan
Bunyi napas tambahan (krakles/ mengi), Sianosis.
10) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/ cara berjalan.
Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural
11) Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga : Hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskular/ ginjal.
Faktor-faktor resiko etnik, spt. Orang afrika-amerika, Asia tenggara.
Penggunaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat/ alcohol.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung B.D Peningkatan
afterload, vasokontriksi, Iskemia miokardia, Hipertropi/rigiditas
(kekakuan) ventrikuler .
Data : (Tidak dapat diterapkan ;adanya tanda-tanda dan gejala-gajala
yang menetapkan diagnosa aktual).
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi,
tidak terjadi iskemia miokardia, tidak terjadi hipertropi/ rigiditas
(kekakuan) ventrikuler.
Kriteria hasil : - Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
menurunkan tekanan darah., Mempertahankan tekanan darah dalam rentan
individu yang dapat diterima, Irama dan denyut jantung dalam batas
normal.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Pantau TD. Ukur pada ke dua tangan/paha Perbandingan tekanan memberikan gambaran
untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran mansed yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang
yang tepat dan teknik yang akurat masalah vaskuler. Hipertensi berat
diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai
peningkatan tekanan diastolik sampai 130;
hasil pengukuran diastolic diatas 130
dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama,
kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga
merupakan faktor resiko yang ditentukan untuk
penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi
jantung bila tekanan diastolic 90-115.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
perifer. femoralis mungkin teramati/ terpalpasi. Denyut
pada tungkai mungkin menurun
,mencerminkan efek dari vasokontriksi
(peningkatan SVR) dan kongesti vena.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas S4 umum terdengar pada pasien hipertensi
berat karena adanya hipertrofi atrium
(peningkatan volume/tekanan atrium).
Perkembangn S3 menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya
krakles, mengi dapat mengindikasikan kongesti
paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik
Amati warna kulit , kelembaban , suhu, dan Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
masa pengisian kapiler pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan
dengan vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung
Catat edema umum/tertentu Dapat mengindikasikan gagal
jantung,kerusakan ginjal atau vaskuler
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi Membantu untuk menurunkan rangsang
aktivitas/keributan lingkungan.Batasi jumlah simpatis meningkatkan relaksasi
pengunjung dan lamanya tinggal.
Pertahankan pembatasan aktivitas,spt.istirahat Menurunkan stress dan ketegangan yang
di tempat tidur/kursi;jadwal periode istirahat mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan
tanpa gangguan;bantu pasien melakukan penyakit hipertensi.
aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
Lakukan tindakan-tindakan yang Mengurangi ketidak nyamanan dan dapat
nyaman,spt.,pijatan punggung dan menurunkan rangsang simpatis.
leher,meninggikan kepala tempat tidur.
Anjurkan teknik relaksasi,panduan Dapat menurunkan rangsangan yang
imajinasi,aktivitas pengalihan. menimbulkan stress,membuat efek
tenang,sehingga akan menurunkan TD.
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol Respon terhadap terapi obat “stepped” (yang
tekanan darah. terdiri atas diuretic, inhibitor, simpatis dan
fasodilator) ttergantung pada individu dan efek
sinergis obat. Karenaa efek samping tersebut,
maka penting untuk menggunakan obat dalam
jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.
Kolaborasi
Berikan obat-obat sesuai indikasi, contoh : Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
Diureti tiazid, mis: Kloritiazid (diuril), dengan fungsi ginjal yang relative normal.
hidroklorotiazid (esidrix/hidrodiuril). Diuretik ini memperkuat agen agen anti
hipertensif lain dengan membatasi retensi
cairan.
Diuretik loop, mis: Furosemid (lasix); Asam Obat ini menghasilkan diiuresis kuat dengan
etakrinic(edecrin); bumetanid (burmex) mennghambat resorpsi natrium dan klorida dan
merupakan anti hipertensif efektif, khususnya
pada pasien yang resisten terhadap tiazid atau
mengalami kerusakan ginjal.
Deuretik hemat kalium , mis : sprinolakton Dapat diberikan dalam kombinasi dengann
(Aldectone); triamterene ( Dyrenium ) ; deuretik tiazid untuk meminimalkan
amiloride (Midamor); kehilangan kalium .
Inhibitor simpatis,mis,propanolol ( Inderal ) Kerja khusus obat ini bervariasa , tetapi secara
; metaprolol (Lopressor); atenolol(Tenormin); umum menurun kan TD melalui efek
nadolol (Corgard); mitildopa (Aldomed); kombinasi penurunan tahanan total perifer ,
reserpine ( Serpasil); klonidin (Catapres); menurunkan curah jantung, menghambat
aktivitas simpatis , dan menekan pelepasan
rennin.
Vasodilator : mis, minoksidin (Loniten ); Mungkin diperlukan untuk mengobati
hidralazin (Apresoline); bloker saluran kalsium hipertensi berat bila kombinasi diuretic dan
: mis, nifedipin ( Procardia); verapamil (Calan). inhibirator simpatis tidak berhasil mengontrol
TD . Vasolidatasi vaskuler jantung sehat dan
meningkatkan aliran darah koroner keuntungan
sekunder dari nterapi vasodilator

b. Intoleransi aktivitas B.D Kelemahan umum, Ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen.
Ds : laporan verbal tentang keletihan dan kelemahan
Do : Frekuensi jantung atau respon TD terhadap aktifitas abnormal ,
Rasa tidak nyaman saat bergerak atau dispnea, Perubahan-perubahan EKG
mencerminkan iskemia; disritmia
Tujuan : Mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti.
Kriteria hasil : - Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas
yang dapat diukur, Menunujukkan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologi.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri

Kaji respon pasien terhadap aktivitas,perhatikan Menyebutkan parameter membantu dalam


frekuensi nadi lebih dari 20x/menit diatas mengkaji respon fisiologi terhadap aktivitas
frekuensi istirahat;peningkatan TD yang nyata dan bila ada merupakan indicator dari
selama/sesudah aktivitas(tekanan sistolik kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
meningkat 40mmHg atau tekanan diastolic aktivitas.
meningkat 20mmHg); dipsnea atau nyeri dada;
keletihan dan kelemahan yang berlebihan;
diaphoresis; pusing atau pingsan.
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas, Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk
contohnya penurunan kelemahan/ kelelahan, memajukan tingkat aktivitas individual.
TD stabil/ frekuensi nadi, peningkatan
perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
Rencanakan perawatan dengan periode Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan
istirahat/ tidur tanpa gangguan. dimana aktivitas tertumpu pada jantung;
meningkatkan proses penyembuhan dan
kemampuan koping emosional.
Instruksikan pasien tentang teknik penghematan Teknik menghemat energi mengurangi
energy, misalnya; menggunakan kursi saat penggunaan energy, juga membantu
mandi,saat menyisir rambut atau menyikat keseimbangan antara suplay dan kebutuhan
gigi,melakukan aktivitas dengan perlahan . oksigen
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
atau perawatan diri bertahap jika dapat peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

c. Sakit kepala, nyeri (Akut) B.D Peningkatan tekanan vaskuler serebral.


Ds : Melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada region
suboksipital,terjadi pada saat bangun, dan hilang secara spontan setelah
beberapa waktu berdiri.
Do : Segan untuk menggerakkan kepala, menggaruk kepala,
menghindari, sinar terang dan keributan, mengerutkan kening,
menggenggam tangan, Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan
kabur, mual, muntah.
Tujuan : Tekanan vaskular serebral tidak meningkat.
Kriteria hasil : - Mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh
darah otak, Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan,
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan
relaksasi
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk Tindakan yang menurunkan tekanan vascular
menghilangkan sakit kepala, misalnya, kompres selebral dan yang memperlambat atau
dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, memblok respon simpatis efektif dalam
tenang redupkan lampu kamar, teknik relaksasi menghilangkan sakit kepala dan
(panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas komplikasinya.
waktu senggang.
Hilangkan/minialkan aktivitas Aktifitas yang meningkatkan vasokonstriksi
vasokonstriksiyang dapat meningkatkan sakit menyebabkan sakit kepala pada adanya
kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk peningkatan vaskuler selebral
panjang, membungkuk.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan Pusing dan penglihatan kabur sering
berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga
dapat mengalami episode hipotensi postural.
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres
mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung dapat mengganggu menelan atau
hidung atau kompres hidung telah dilakukan membutuhkan napas dengan mulut,
untuk menghentikan perdarahan menimbulkan stagnasi skresi oral dan
mengeringkan membrane mukosa.
Kolaboratif
Berikan sesuai indikasi : Analgesic; Menurunkan atau mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang system saraf simpatis.
Dapat mengurangi tegangan dan
Antiansietas, mis. Lorazepam (ativan), ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.
diazepam (Valium)

3. Implementasi
Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan
implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi
independen, dependen, dan interdependen.
a. Independen
Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari instruksi dari dokter atau
profesi kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang dilaksanakan perawat
secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosis keperawatan.
b. Interdependen
Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang
memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti tenaga
social,ahli gizi,fisioterapi,dan dokter.

c. Dependen
Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.
4. Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur
pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara
membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.
a. Evaluasi Proses
Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas
intervensi tersebut.
b. Evaluasi hasil
Fokus evalusi hasil ( sumatif ) adalah perubahan perilaku atau stasus
kesahatan klien pada akhir asuhan keperawatan . Tipe evalusi ini di
laksnakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. D
Alamat : Blok II RT 04 RW 04 Desa Bobos Kecamatan
Dukupuntang Kabupaten Cirebon
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : Tamat SD
Tanggal Pengkajian : 17-10-2012

B. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Pada saat dikaji pada tanggal 17-10-2012 klien mengatakan sering pusing, pusing
berkurang ketika beristirahat, pusing bertambah ketika klien beraktivitas, pusing
serasa berputar-putar.

C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Klien mengatakan kurang lebih 8 tahun yang lalu menderita riwayat darah
tinggi,klien mempunyai kebiasaan merokok dan minum kopi.

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
keturunan ataupun penyakit yang sama dengan dirinya.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Tampak sedikit lemah, klien masih bisa berjalan tanpa bantuan.
b. Kesadaran
Kualitatif : Kesadaran composmentis, orientasi penuh terhadap orang,

waktu dan tempat.

Kuantitatif : GCS 15

c. Tanda-tanda Vital
Pukul 15.30 WIB, tanggal 17 Oktober 2012
Tensi : 160/100 mmHg
Nadi : 88 X / menit
Respirasi : 22 X / menit
Suhu :-
2. Persistem
a. Sistem persyarafan
Klien belum mengalami demensia terbukti apabila klien bercerita tentang
masa mudanya masih ingat betul dan menceritakan dengan sistematis.
b. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Struktur hidung simetris, dengan septum nasi berada
ditengah, tidak ada cuping hidung, pola nafas reguler,
frekuensi nafas 22 X/menit.
Palpasi : Getaran pernafasan kedua toraks sama, dan dada kanan
kiri simetris (Taktil premitus)
Perkusi : Suara perkusi normal
Auskultasi : Vesikuler, Tidak ada wheezing, ronchi (-)

ada batuk dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda alergi pernafasan


c. Sistem pencernaan
Inspeksi : Struktur bibir simetris, mukosa bibir agak kering, tidak
terdapat stomatitis
Auskultasi :
Palpasi : Tidak ada nyeri epigastrium / daerah perut lain
Perkusi : Suara perkusi tympani pada area lambung
BAB : Frekuensi 2X sehari, konsistensi lembek, tdk ada darah /
lendir

d. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : Conjungtiva tidak anemis, tidak terdapat sianosis pada
ujung-unjung extermitas baik superior maupun inferior,
edema (-)
Palpasi : Nadi : 88 X/menit, tidak ada edema pada extermitas atas
dan bawah
Perkusi : Pada perkusi didaerah jantung terdengar suara tumpul.
Auskultasi : Tekanan darah 160/100 mmHg
Nyeri dada tidak ada, tidak pernah berdebar-debar (palpitasi).
e. Sistem Perkemihan
Inspeksi :
Palpasi : Tidak teraba benjolan, nyeri tekan tidak ada pada vesika
urinaria
Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk pada daerah ginjal
BAK : Frekuensi 3-4 X/hari, warna kuning jernih

f. Sistem genitoreproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki.
Klien tidak mengeluhkan sesuatu apapun dengan system
genitoreproduksinya
g. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada deformitas tulang, kekuatan otot baik, pergerakan bebas,
kekuatan otot 5 5
5 5

h. Sistem Integumen
Turgor kulit berkurang, tekstur kendor, terlihat adanya pigmentasi kulit
namun masih sedikit, tidak ada penonjolan tulang ataupun kelainan tulang.
a. Kulit
1) Warna kulit : putih
2) Kelembaban : lembab
3) Suhu :-
4) Tekstur :
5) Turgor : sedang
b. Rambut
1) Kuantitas : Tebal
2) Warna : sudah ada yang memutih
3) Tekstur :-
4) Penyebaran : sudah banyak yang rontok tapi masih
merata
F. PERUBAHAN FUNGSI TUBUH
NO INTEGUMEN YA TIDAK
1. LESI/LUKA 
2. PRURITUS 
3. PERUBAHAN PIGMENTASI 
4. PERUBAHAN TEKSTUR 
5. PERUBAHAN NEVI 
6. SERING MEMAR 
7. PERUBAHAN RAMBUT 
8. PERUBAHAN KUKU √
9. PENONJOLAN TULANG KALUS 
NO HEMOPOETIK YA TIDAK
1. PERDARAHAN/MEMAR ABNORMAL 
2. PEMBENGKAKAN KELENJAR LIMFE 
3. ANEMIA 
4. RIWAYAT TRANSFUSI DARAH 

NO PERKEMIHAN YA TIDAK
1. DISURIA 
2. FREKWENSI 3-4 x
3. MENETES 
4. RAGU-RAGU 
5. DORONGAN 
6. HENATURIA 
7. POLIURIA 
8. OLIGURIA 
9. NOKTURIA 
10. INKOTINENSIA 
11. BATU 
12. INFEKSI 

NO MUSKULOSKELETAL YA TIDAK
1. NYERI PERSENDIAN 
2. KEKAKUAN 
3. PEMBENGKAKAN SENDI 
4. DEFORMITAS 
5. SPASME 
6. KELEMAHAN OTOT 
7. MASALAH CARA BERJALAN 
8. NYERI PINGGANG 
9. PROTESI 
NO SISTEM SARAF PUSAT YA TIDAK
1. SAKIT KEPALA 
2. KEJANG 
3. SINKOPE/SERANGAN JANTUNG 
4. PARALIS 
5. PARESIS 
6. MASALAH KOORDINASI 
7. TREMOR/SPASME 
8. PARESTESIS 
9. CEDERA KEPALA 
10. MASALAH MEMORI 

NO SISTEM ENDOKRIN YA TIDAK


1. INTOLERANSI PANAS 
2. INTOLERANSI DINGIN 
3. GOITER 
4. PIGMENTASI KULIT 
5. PERUBAHAN RAMBUT 
6. POLIPHAGIA 
7. POLIDIPSI 
8. POLIURI 

NO SISTEM PERNAPASAN YA TIDAK


1. BATUK 
2. SESAK NAFAS 
3. HEMOPTOE 
4. SPUTUM 
5. MENGI 
6. ALERGI PERNAFASAN 
NO SISTEM KARDIOVASKULER YA TIDAK
1. NYERI DADA 
2. PALPITASI 
3. SESAK NAFAS 
4. DISPNOE DEEFORT 
5. DISPNOE NOKTURAL 
6. ORTHOPNOE 
7. MURMUR 
8. EDEMA 
9. VARIES 
10. PARESTESIA 
11. PERUBAHAN WARNA KULIT 

NO SISTEM GASTROINTESTINAL YA TIDAK


1. DISPHAGIA 
2. NYERI ULU HATI 
3. MUAL/MUNTAH 
4. HEMATEMESIS 
5. PERUBAHAN NAFSU MAKAN 
6. INTOLERAN MAKANAN 
7. IKTERUS 
8. DIARE 
9. KONSTIPASI 
10. PERDARAHAN REKTUM 
11. HAEMOROID 

NO KEPALA YA TIDAK
1. SAKIT KEPALA 
2. RIWAYAT TRAUMA 
3. PUSING 
4. GATAL KULIT KEPALA 
NO MATA YA TIDAK
1. PERUBAHAN PENGLIHATAN 
2. KACA MATA 
3. AIR MATA BERLEBIHAN √
4. PRURITUS 
5. BENGKAK 
6. DIPLOPIA 
7. PANDANGAN KABUR 
8. FOROFHOBIA 
9. RIWAYAT INFEKSI 

NO TELINGA YA TIDAK
1. PERUBAHAN PENDENGARAN 
2. KELUARAN 
3. TINITUS 
4. VERTIGO 
5. SENSITIVITAS PENDENGARAN 
6. RIWAYAT INFEKSI 
7. ALAT-ALAT PROTESA 

NO MULUT DAN TENGGOROKAN YA TIDAK


1. SAKIT TENGGOROKAN 
2. LESI ULKUS 
3. SERAK 
4. PERUBAHAN SUARA 
5. KESULITAN MENELAN 
6. PERDARAHAN GUSI 
7. CARIES 

NO LEHER YA TIDAK
1. KEKAKUAN 
2. NYERI 
3. BENJOLAN MASSA 
4. KETERBATASAN GERAK 
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Psikososial
Klien dapat bersosialisasi dengan orang lain secara baik yaitu dengan
mengobrol dan kumpul-kumpul dengan teman-temannya maupun dengan
keluarganya.

2. Identifikasi masalah emosional


Klien sering mengeluh pusing sehingga merasa was-was atau khawatir
terhadap dirinya
3. Spiritual
Klien beragama islam, klien rajin melakukan ibadah sholat dan berzikir, klien
juga kadang-kadang mengikuti pengajian di bobos

H. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI
BANTUAN
1 MAKAN 
2 MINUM 
3 PERPINDAHAN DARI TEMPAT TIDUR KE KE KURSI 
4 PERSONEAL TOILET (CUCI MUKA, MENYISIR, 
GOSOK GIGI)
5 KELUAR MASUK TOILET (MENCUCI PAKAIAN, 
MENYEKA TUBUH, MENYIRAM)
6 MANDI 
7 JALAN DIPERMUKAAN DATAR 
8 NAIK-TURUN TANGGA 
9 MENGENAKAN PAKAIAN 
10 KONTROL BOWEL (BAB) 
11 KONTROL BADER (BAK) 
12 OLAh RAGA 
13 REKREASI/PEMANFAATAN WAKTU 
I. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
IDENTIFIKASI TINGKAT KERUKSAKAN INTELEKTUAL TENTANG SHORT
PORATBEL MENTAL STATUS QUESTIONER (SPMSQ)

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


 1. Tanggal berapa hari ini?
 2. Hari apa sekarang?
 3. Apa nama tempat ini?
 4. Dimana alamat anda?
 5. Berapa umur anda?
 6. Kapan anda lahir?
 7. Siapa presiden indonesia sekarang?
 8. Siapa presiden indonesia sebelumnya?

9. Siapa nama ibu anda?

10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun?
9 1
Score total : 10
Benar :6
Salah :4
Hasil interpretasi hasil B (kerusakan intelektual ringan)
IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF DARI FUNGSI MENTAL DENGAN
MENGGUNAKAN MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan

Orientasi 5 4 Dimana kita sekarang ada?


Negara Indonesia
Provinsi jawa barat
Kota cirebon
kecamatan
desa

2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksaan)


identik untuk mengatakan masing-masing
objek, kemudian tanyakan kepada klien ketiga
objek tadi (untuk disebutkan)
Objek meja
Objek kursi
Objek pulpen
3. Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 10
dan kemudian dikurangi 2 selama 5 kali / tingkat.
kalkulasi 8
6
4
2
0

4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek


pada no 2 (regristrasi) tadi, bila benar 1 poin
untuk masing-masing objek.
Tunjukan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien.
(meja)
(kursi)
(pulpen)

5. bahasa 9 5 Pernyataan benar 2 buah jika : tetapi minta


klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah :”ambil kertas ditangan
anda, lipat 2 dan ditaruh dilantai”.
Ambil kertas ditangan anda
Lipat 2
Taruh dilantai

Perintahkan kepada klien untuk hal berikut :


(bila aktivitas sesuai perintah nilai/point)
Tutup mata anda

Perintahkan kepada klien untuk menulis satu


kalimat dan menyalin gambar
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
Total nilai 30 23

Interpretasi hasil
Score: 23 termasuk kerusakan aspek fungsi mental ringan

J. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA( Adaptasi dan di


modifikasi dari Tineti,ME,dan Ginter,SE,1998)
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
 Bangun dari kursi ( dimasukkan dalam analisis)
Hasil : Tidak stabil pada saat berdiri
Nilai: 1
 Duduk kekursi ( dimasukkan dalam analisis)
Hasil : dapat duduk dengan baik
Nilai: 1
 Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksaan mendorong sternum
perhan – lahan sebanyak 3 kali)
Hasil: memegang objek untuk dukungan
Nilai: 1
 Mata tertutup
Nilai :0
 Perputaran leher
Nilai: 0
 Gerakan menggapai sesuatu dukungan
Nilai : 1
 Membungkuk
Hasil :Agak sedikit kesulitan yang digerakkan pelan – pelan
Nilai:0
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
 Minta untuk berjalan ketempat yang ditentukan
Hasil : jalan cepat
Nilai : 0

 Ketinggian langkah kaki ( mengangkat kaki saat melangkah)


Hasil : dapat melangkah dengan ketinggian sesuai dengan yang
diperintahkan
Nilai : 0
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari samping dan depan
klien
Hasil : Tidak menunjukkkan kelainan

Nilai : 0
 Kesimetrisan langkah
Hasil : Tidak menunjukkkan kelainan
Nilai : 0
 Berbalik
Hasil : langsung berbalik
Nilai : 0
 Penyimpangan jalur
Hasil : Tidak menunjukkan kelainan
Nilai : 0
Interpretasi hasil jumlah 4 = resiko jatuh ringan
(Dari trinetri,ME dan inter,SF halaman 1191,1988 American Medical
association)
K. Analisa data
No. Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengatakan Peningkatan tekanan vaskular Gangguan rasa nyaman : sakit
sering pusing, pusing cerebral
kepala
berkurang ketika 
beristirahat pusing Hypertensi
serasa berputar-putar. 
Do : Vasokontriksi pembuluh darah
secebral
- Berjalan perlahan-lahan 
- TD : 160/100 mmHg Suplai Oksigen berkurang

Kerusakan sel-sel

Merangsang pengeluaran zat
proteolitik

Hypotalamus

Nyeri kepala
2 Ds : Hypertensi Intoleransi Aktivitas
- Klien mengeluh pusing dan 
Vasokontriksi pembuluh dara secebral
sakit kepala saat 
beraktivitas Suplai Oksigen berkurang

Do : Kerusakan sel-sel
- Klien terlihat berjalan 
Penurunan fungsi sel
perlahan. 
Kelemahan fisik

Intoleransi Aktivitas
3 Ds: klien mengatakan tidak Kurangnya informasi tentang Kurangnya pengetahuan
faham tentang hipertensi penyakit hipertensi
Do : klien tampak bingung. 
Kurang pengetahuan
L. Diagnosa keperawatan sesuai prioritas
1. Gangguan nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
kurangnya informasi.
M. Intervensi
No. Dx Tujuan Intervensi rasional
Gangguan nyaman nyeri Tupan 1) Pertahankan tirah 1) Istirahat dapat mengurangi
: sakit kepala Gangguan rasa baring selama fase kebutuhan tubuh terhadap
berhubungan dengan nyaman nyeri dapat akut. oksigen
peningkatan tekanan teratasi. 2) Beri tindakan non 2) pijat/massage punggung,
vaskuler cerebral Tupen farmakologik untuk leher, dan mengajarkan
ditandai dengan : Setelah dilakukan menghilangkan nyeri tekhnik relaksasi merupakan
Ds : klien mengatakan tindakan keperawatan seperti pijat tekhnik pengalihan/rangsang
sering pusing, selama 3 x 1 jam punggung, leher, klien dari suatu respon.
pusing berkurang follow up terjadi tenang, tehnik
ketika beristirahat, penurunan tekanan relaksasi.
pusing bertambah vaskuler dengan KH : 3) Meminimalkan 3) Vosokontriksi akan
ketika klien Sakit kepala hilang aktifitas mengakibatkan pengurangan
beraktivitas, pusing TD 120/80 mmHg vasokonstriksi yang suplai oksigen dalam darah.
serasa berputar- dapat meningkatkan
putar. nyeri kepala,misal:
Do : membungkuk,
- Berjalan perlahan- mengejan saat buang
lahan air besar.
- TD : 160/100 mmHg 4) Mempraktekkan 4) meningkatkan
membuat obat pengetahuan klien dalam
tradisional mengobati penyakit
hipertensi
Intoleransi Aktivitas Tupan 1) Kaji respon terhadap 1) Aktivitas yang sesuai
berhubungan dengan Intoleransi aktivitas aktifitas. dengan kondisi mengurangi
kelemahan umum dan dapat teratasi. beban terhadap kebutuhan
ketidakseimbangan Tupen oksigen
suplai dan kebutuhan Setelah dilakukan 2) Perhatikan tekanan 2) Peningkatan tekanan
oksigen tindakan keperawatan darah, nadi selama/ darah yang tiba-tiba dapat
Ds : selama 3x 1jam sesudah istirahat. menjadikan peningkatan
- Klien mengeluh follow up terjadi tekanan intra kranial,
pusing dan sakit terjadi keseimbangan peningkatan nadi
kepala suplai O2 dengan KH menunjukan adanya
Do : : peningkatan kerja jantung.
- Klien terlihat berjalan Kegiatan meningkat 3) Perhatikan nyeri 3) Nyeri dada, pusing
perlahan. Berpartisipasi dalam dada, pusing. menunjukan tanda-tanda
aktifitas yang berkurangnya oksigen
diinginkan/ (hipoksia), sesak nafas /
diperlukan dispneu sebagai kompensasi
Melaporkan paru dalam memenuhi
peningkatan dalam kebutuhan oksigen.
toleransi aktifitas
yang dapat diukur 4) Instruksikan tentang 4) Penghematan energi dapat
tehnik menghemat menurunkan kebutuhan
tenaga, misal: oksigen tubuh.
menggunakan kursi
saat mandi, sisir
rambut.
5) Melakukan aktifitas 5) Aktivitas sesuai dengan
dengan perlahan- kemampuan dan kondisi
lahan. klien akan mengurangi
kebutuhan oksigen, dan tidak
cepat lelah.
6) Beri dorongan untuk 6) Aktivitas secara bertahap
melakukan aktifitas/ memberikan latihan kepada
perawatan diri tubuh dalam mengadakan
secara bertahap jika adaptasi / kompensasi.
dapat ditoleransi.
7) Beri bantuan sesuai 7) Bantuan diberikan dalam
dengan kebutuhan. rangka pemenuhan
kebutuhan hidup.
kurangnya pengetahuan Tupan 1. Kaji pengetahuan 1) untuk mengetahui tingkat
tentang penyakit Kurang pengetahuan klien tentang pengetahuan klien tentang
hipertensi berhubungan dapat teratasi penyakit hipertensi hipertensi
dengan kurangnya Tupen : 2. Memberikan penkes 2) dengan meningkatnya
informasi. Setelah di lakukan tentang hipertensi tingkat kemampuan klien
Ds: klien mengatakan tindakan keperawatan tetang hipertensi klien dapat
tidak mengerti selama 1x15 menit meningkatkan status
tentang hipertensi klien mengerti kesehatanya
Do : klien tampak tentang penyakit
bingung. hipertensi
N. IMPLEMENTASI
No. IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 1. Pertahankan tirah baring selama S:
fase akut.
 Klien mengatakan merasa
2. Beri tindakan non farmakologik
nyaman dengan pijatan. Dan
untuk menghilangkan nyeri
nyeri kepala berkurang.
seperti pijat punggung, leher,
 Klien mau dengar anjuran
tenang, tehnik relaksasi.
perawat.
R/ klien mengatakan merasa
O:
nyaman dengan pijatan. Dan nyeri
 Klien mampu menerapkan cara
kepala berkurang.
membuat obat tradisional
3. Meminimalkan aktifitas
A : Masalah belum teratasi
vasokonstriksi yang dapat
P : Lanjutkan intervensi
meningkatkan nyeri kepala, misal
: membungkuk, mengejan saat
buang air besar.
R/ klien mau dengan anjuran
perawat.
4. Mempraktekkan membuat obat
tradisional
R/ Klien mampu menerapkan
cara membuat obat tradisional.
2. 1. Kaji respon terhadap aktifitas. S:
R/ Klien mengatakan cepat lelah  Klien mengatakan cepat lelah
jika beraktivitas. jika beraktivitas
2. Perhatikan tekanan darah, nadi  Klien mengatakan tidak ada
selama/ sesudah istirahat. nyeri dada, tapi kepala masih
R/ TD : 160 / 100 mmHg pusing
Nadi : 88 X / mnt  Klien mengatakan mau dengan
3. Perhatikan nyeri dada, dyspnea, anjuran perawat
pusing. O:
R/ klien mengatakan tidak ada  TD : 160/100 mmHg
nyeri dada, tapi kepala masih  Nadi : 88 X / menit
pusing  Klien melakukan aktivitas secara
4. Instruksikan tentang tehnik perlahan-lahan
menghemat tenaga, misal: A : Masalah belum teratasi
menggunakan kursi saat mandi, P : Lanjutkan intervensi
sisir rambut.
R/ Klien mengatakan mau dengan
anjuran perawat.
5. Melakukan aktifitas dengan
perlahan-lahan.
R/ Klien melakukan aktivitas
secara perlahan-lahan.
6. Beri dorongan untuk melakukan
aktifitas/ perawatan diri secara
bertahap jika dapat ditoleransi.
R/ klien dapat melakukan
aktivitas
7. Beri bantuan sesuai dengan
kebutuhan

3 1. Kaji pengetahuan klien tentang S :


penyakit hipertensi
 Klien mengatakan tidak tahu apa
R/ klien mengatakan tidak tahu
apa itu hipertensi itu hipertensi
2. Memberikan penkes tentang
 Klien mengatakan sudah
hipertensi
R/ Klien mengatakan sudah mengerti tentang hipertensi
mengerti tentang hipertensi.
O : Klien tampak memahami
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekelompok lansia dalam konteks
peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di desa bobos,
mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang
memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui
perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.
Terdapat 3 diagnosa keperawatan pada Tn. D diantaranya adalah :
1. Gangguan nyaman nyeri : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler cerebral.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi berhubungan dengan
kurangnya informasi.

B. REKOMENDASI
1. Bagi klien
a. Perlu ditingkatkan mengenai kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama
masalah hipertensi sehingga masalah yang di hadapi oleh klien dapat di
tanggulangi .
2. Bagi Akademik
a. Demi lancarnya PKL/PKMD, di perlukan adanya koordinasi antara
mahasisswa dengan dosen.
b. Untuk dosen pembimbing di harapkan lebih intensif lagi dalam memberikan
bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono., 2001., Upaya-upaya Hidup Sehat Sampai Tua, Depot Informasi Obat, Jakarta.

Hurlock, 1999., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Erlangga, Jakarta.

Kiat-kiat Hidup Sehat., http://www.geocities.com/aguscht/tipdua.html.

Monks, dkk, 2002., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.


Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Nugroho, 2000., Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta.

Nugroho., (1995)., Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta.

Usia Lanjut., http://www.infokes.com/today/artikelview.html?item_ID=223&topik


=usialanjut 2×4 Cara Hidup Yang Alami Untuk Sehat., http://www.rasopareso.i-
p.com/sehat8.html

Watson, 2003., Perawatan pada Lansia. EGC, Jakarta.

Bustan (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Nugroho, Wahjudi (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Stolte, Karen M. (2003). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

Sumber : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-lanjut-usia.html

Http://Kesmas-Unsoed.Blogspot.Com/2011/03/Pengertian-Lanjut-Usia.Html
Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Вам также может понравиться