Вы находитесь на странице: 1из 27

PENGERINGAN ZAT PADAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengeringkan bahan padat dan mengalirkan udara panas
dan menentukan laju alir pengeringan

II. DASAR TEORI


Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair dari bahan padat. Pengeringan biasanya merupakan langkah akhir dari
sederetan operasi. Hasil pengeringan lalusiap dikemas. Zat padat yang
akan dikeringkan mungkin berbentuk biji, serbuk, kristal,
lempengan/lembaran.
a. Klasifikasi Pengeringan
Klasifikasi pengeringan meliputi pengeringan adiabatik, non adiabatik,
atau gabungan keduanya. Pengeringan adiabatik dimana zat padat
bersentuhan langsung dengan gas panas sebagai media pengeringa.
Pengering non adiabatik dimana perpindahan kalor langsung dari
medium luar atau pengering tak langsung.
b. Kebasahan Kesetimbangan dan Kebasahan Bebas ( Equilibrium
Moisture dan Free Moisture )
Udara memasuki ruang pengering jarang sekali berada dengan keadaan
benar kering, tetapi selalu mengandung air dan kelembaban relative (
relative humidity ). Untuk udara yang mempunyai kelembaban tertentu,
kandungan kebasahan zat padat yang keluar dari ruang pengering tidak
kurang dari kandungan kebasahan keseimbangan yang berkaitan dengan
kelembaban udara masuk. Bagian air yang terdapat didalam zat padat
yang basah tidak dapat dikeluarkan dengan udara masuk, karena udara
masuk ini mengandung kelembaban pula, yang disebut kelembaban
keseimbangan ( equilibrium moisture ). Air bebas (free moisture)
adalah selisih antara kandungan air total didalam zat padat dan
kandungan air dalam keseimbangan. Jadi jika Xt adalah kandungan
kebasahan total (total moisuture) dan X* adalah kandungan kebasahan
keseimbangan, maka kebasahan bebas X adalah :
X=Xt-X*
Dalam perhitungan kg menjadi pekdian adalah X, bukan Xt pada basis
kering.
X=kg H2O/kg zat padat kering tulang
c. Laju Pengeringan
Dengan berjalannya waktu, kandungan kebasahan akan berkurang
seperti contoh yang ditunjukan pada gambar A. Selanjutnya saat umpan
dipanaskan sampai suhu penguapan dan sesudah itu grafik menjadi
linier, untuk kemudian melengkung lagi kearah horizontal dan akhirnya
mendatar. Lalu pengeringan ditunjukkan oleh grafik B, grafik ini
horizontal pada sebagian besar panjangnya menunjukkan bahwa laju
pengeringan konstan, kemudian melengkung kebawah.
c.1 Laju pengeringan periode konstan
Sesudah periode penyesuaian masing-masing kurva mempunyai
segmentasi horizontal AB kg, dinamakan laju pengeringan periode
konstan. Periode ini diartikan oleh laju pengeringan yang tidak
bergantung pada kandungan kebasahan.
Selama periode konstan, laju pengeringan persatuan luas adalah
𝒉(𝑻−𝑻𝒘)(𝟑𝟔𝟎𝟎)
𝒌𝒈
𝜻𝒘
RC= 𝒎𝟐
𝒋𝒂𝒎

Bila udara panas mengalir sejajar permukaan zat padat, maka


koefisien perpindahan panas (h):
H= 0,002040,8
Dimana : h= W/m C
G= kg/jam m2
Humiditi volume udara panas dapat ditaksir dengan persamaan:
Vh=(2,83 X10-3 + 4,56 X10-3 H)T
Density udara (𝜌𝐺 )
𝟏+𝑯
𝝆𝑮 = 𝑽 kg/m3
𝑯

Kecepatan massa
G= V 𝝆𝑮 kg/jam m2
Waktu pengeringan selama periode konstan
𝒎 𝒔(𝑿𝟏 −𝑿𝟐 )
Tc= 𝑨 𝑹𝑪

c.2 Laju pengeringan periode menurun


Bila difusi zat cair terkendali oleh laju pengeringan pada periode
menurun, maka saat laj pengeringan berkurang berlaku hukum Ficks
II tentang difusi
𝑽𝒙 𝑽𝟐 𝒙
=DL𝑽𝒁𝟐
𝑽𝒕

Bila diasumsi kandungan kebasahan terdistribusi merata pada saat


t=0, maka menghasilkan integral persamaan :

𝑿𝒕 − 𝑿∗ 𝑿 𝟖 𝟐 𝟐 𝟐
= = 𝟐 ⌊𝒆−𝑫𝒕.𝒕(𝝅/𝟐𝒛) + 𝟏/𝟗𝒆−𝟗𝑫𝒕.𝒕(𝝅/𝟐𝒛) + 𝟏/𝟐𝟓𝒆−𝟐𝟓𝑫𝒕.𝒕(𝝅/𝟐𝒛) ⌋
𝑿𝒕𝟏 − 𝑿𝟏 𝑿𝟏 𝝅

Oleh karena pengeringan cukup lama yakni kira-kira Dlt / Z2> 0,1,
maka harga suku pertama dari deret persamaan diatas yang
bermakna, sedang suku lainnya dapat diabaikan, sehingga persamaan
diatas dapat ditulis :
𝟐
𝑿𝒕 − 𝑿∗ 𝑿 𝟖 𝑫𝒍𝒕.𝝅
= = 𝟐 𝒆 𝟒𝒁𝟐
𝑿𝒕𝟏 − 𝑿𝟏 𝑿𝟏 𝝅
Bila difusi dimulai dari X1=X2 maka persamaan menjadi :
𝑿𝒄 𝝅𝟐 𝝅𝑫𝑳𝒕
=𝟖e
𝑿 𝟒𝒁𝟐

Sehingga waktu pengeringan adalah


𝟒𝒛𝟐 𝟖𝑿
T=𝝅𝟐 𝑫𝑳 𝒍𝒏 𝝅𝟐 𝑿𝑪
Klasifikasi alat pengeringan dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Berdasarkan proses
 Proses batch yaitu material dimasukkan ke dalam pengeringan
dan dikeringkan sampai waktu tertentu yang diinginkan.
 Proses continue yaitu material dimasukkan ke dalam
pengeringan dan bahan kering diambil secara sinambung.
2. Berdasarkan sistem kontak
 Pengeringan adiabatik yaitu bahan bersentuhan dengan media
pengering uap air yang terbentuk dipindahkan oleh udara.
 Pengeringan non adiabatik yaitu perpindahan kalor
berlangsung dari suatu medium aliran penyaring.
3. Berdasarkan keadaan fisik yang yang dikeringkan
 Pengeringan hampa yaitu pengeringan pada tekanan rendah
dari proses penguapan berlangsung cepat.
 Pengeringan beku (freezing drying) yaitu air disublimasikan
dari bahan yang dibekukan sebagai contohnya N2 cair dan
seperti silika gel tetapi menjaga bahan tetap beku agar bahan
tidak rusak seperti protein yang rentan terhadap suhu.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju pengeringan,


diantaranya adalah :
 Sifat fisik dari bahan yang dikeringkan.
 Pengaruh geometris bahan pada permukaan alat atau media
perantara perpindahan panas.
 Sifat fisik lingkungan pengering.
Prinsip – prinsip yang digunakan dalam pengeringan :
 Pola suhu di dalam pengering.
 Perpindahan kalor didalam pengering.
 Koefisien perpindahan kalor.
 Satuan perpindahan kalor.
 Perpindahan massa di dalam pengering.
Kriteria panas yang diperlukan untuk pengeringan terutama terdiri atas :
 Panas untuk pemanasan bahan yang dikeringkan hingga mencapai
suhu pengeringan.
 Panas penguapan untuk mengubah cairan ke fase uap.
 Panas yang hilang ke sekeliling.

Tambahan Teori :
PENGERTIAN DRYING
Proses drying secara umum dapat diartikan sebagai proses
menghilangkan sejumlah air (dalam jumlah sedikit) yang terkandung
dalam suatu material. Sedangkan evaporasi dapat diartikan sebagai proses
menghilangkan sejumlah air (dalam jumlah cukup banyak) yang
terkandung dalam suatu material. Dalam proses evaporasi, air dihilangkan
dari material dalam wujud uap pada saat material tersebut mencapai titik
didihnya. Sedangkan dalam proses drying, air biasanya dihilangkan dalam
wujud uap dengan bantuan gas panas.

Gambar 1. Salah satu alat drying (Rotary Dryer)


Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara
karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang
dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit atau
udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi
penguapan. Kemampuan udara membawa uap air bertambah besar jika
perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar
bahan semakin besar. Salah satu faktor yang mempercepat proses
pengeringan adalah kecepatan angin atau udara yang mengalir. Udara yang
tidak mengalir menyebabkan kandungan uap air di sekitar bahan yang
dikeringkan semakin jenuh sehingga pengeringan semakin lambat.
Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai
batas perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali.
Dengan demikian bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih
lama.
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara
tersebut dilakukan dengan menurunkan kelembapan nisbi udara dengan
mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air
bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu
menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara.

Metode dan proses drying dapat diklasifikasikan menjadi beberapa


cara, yakni proses batch dan proses kontinu. Proses drying diklasifikasikan
sebagai proses batch, apabila material dimasukkan ke dalam alat drying
dan diproses pada waktu tertentu. Sedangkan dalam proses kontinu,
material dimasukkan secara terus-menerus ke dalam alat drying dan
material yang sudah dikeringkan dipindahkan secara terus-menerus juga.
Proses drying juga dapat dikategorikan menurut kondisi fisik saat
menambah panas dan menghilangkan uap air, yakni:
1. Pada kategori pertama, panas ditambahkan dengan cara kontak langsung
dengan udara yang dipanaskan pada tekanan atmosfer, dan uap air yang
terbentuk dihilangkan dengan udara.
2. Pada vacuum drying, evaporasi air bekerja dengan baik pada tekanan
rendah, dan panas ditambahkan secara tidak langsung dengan cara kontak
dengan dinding baja atau dengan radiasi
3. Pada freeze drying, air mengalami proses penyubliman dari material yang
beku.(Geankoplis, 1997)

JENIS-JENIS DRYERS
a. Tray Dryer
Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau
pengering kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan
bergumpal atau pasta, yang ditebarkan pada baki logam dengan
ketebalan 10-100 mm. Pengeringan jenis baki atau wadah adalah
dengan meletakkan material yang akan dikeringkan pada baki yang
lansung berhubungan dengan media pengering. Cara perpindahan
panas yang umum digunakan adalah konveksi dan perpindahan panas
secara konduksi juga dimungkinkan dengan memanaskan baki
tersebut.
. Metode pengeringan dengan tray dryer merupakan metode
pengeringan yang sudah lama tetapi sering digunakan untuk
pengeringan bahan padatan, butiran, serbuk atau granul yang
jumlahnya tidak terlalu besar (Kurniawan,2009). Umumnya alat
berbentuk persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan
sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan.
Prinsip kerja alat ini bekerja dengan udara panas
dan panas transfer , yang dihasilkan dengan bantuan pemanas
listrik atau batang kumparan . Sirkulasi udara tersebut kipas dan
seragam membanji mempertahankan suhu panas. Alat ini
digunakan dalam keadaan vakum dengan waktu pengeringan
umumnya lama (10-60 jam).
Keuntungan dari alat pengering jenis rak (tray dryer) bagai berikut:
a. Laju pengeringan lebih cepat
b. Kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil
c. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan
bahan yang dikeringkan. (Revitasari, 2010).

b. Drum (Rotary) Dryer


Rotary dryer atau bisa disebut drum dryer merupakan alat
pengering berbentuk sebuah drum yang berputar secara kontinyu
yang dipanaskan dengan tungku atau gasifier. Alat pengering ini
dapat bekerja pada aliran udara melalui poros silinder pada suhu
1200-1800 oF tetapi pengering ini lebih seringnya digunakan pada
suhu 400-900 oF.
Keuntungan penggunaan rotary/drum dryer sebagai alat
pengering adalah :
1. Dapat mengeringkan baik lapisan luar ataupun dalam dari
suatu padatan
2. Penanganan bahan yang baik sehingga menghindari
terjadinya atrisi
3. Proses pencampuran yang baik, memastikan bahwa
terjadinya proses pengeringan bahan yang seragam/merata
4. Efisiensi panas tinggi
5. Operasi sinambung
6. Instalasi yang mudah
7. Menggunakan daya listrik yang sedikit
Kekurangan dari penggunaan pengering drum diantaranya adalah :
1. Dapat menyebabkan reduksi kuran karena erosi atau
pemecahan
2. Karakteristik produk kering yang inkonsisten
3. Efisiensi energi rendah
4. Perawatan alat yang susah
5. Tidak ada pemisahan debu yang jelas
c. Spray Dryer
Spray drying merupakan suatu proses pengeringan untuk
mengurangi kadar air suatu bahan sehingga dihasilkan produk
berupa bubuk melalui penguapan cairan. Spray drying
menggunakan atomisasi cairan untuk membentuk droplet,
selanjutnya droplet yang terbentuk dikeringkan
menggunakan udara kering dengan suhu dan tekanan yang tinggi.
Bahan yang digunakan dalam pengeringan spry drying dapat
berupa suspensi, dispersi maupun emulsi. Sementara produk akhir
yang dihasilkan dapat berupa bubuk, granula maupun aglomerat
tergantung sifat fisik-kimia bahan yang akan dikeringkan, desain
alat pengering dan hasil akhir produk yang diinginkan.
Prinsip dasar Spray drying adalah memperluas permukaan
cairan yang akan dikeringkan dengan cara pembentukan droplet
yang selanjutnya dikontakkan dengan udara pengering yang panas.
Udara panas akan memberikan energi untuk proses penguapan dan
menyerap uap air yang keluar dari bahan.
Aplikasi Spray Drying
Pengeringan semprot (spray drying) cocok digunakan
untuk pengeringan bahan pangan cair seperti susu dan kopi
(dikeringkan dalam bentuk larutan ekstrak kopi) (Ula, 2011).
Freeze Dryer
Frees Driyer merupakan suatu alat pengeringan yang
termasuk kedalamConduction Dryer/ Indirect Dryer karena proses
perpindahan terjadi secara tidak langsung yaitu antara bahan yang
akan dikeringkan (bahan basah) dan media pemanas terdapat
dinding pembatas sehingga air dalam bahan basah / lembab yang
menguap tidak terbawa bersama media pemanas. Hal ini
menunjukkan bahwa perpindahan panas terjadi secara hantaran
(konduksi), sehingga disebut juga Conduction Dryer/ Indirect
Dryer.

Tahapan-tahapan yang terjadi pada alat freeze drying :


o Pembekuan : Produk yang akan dikeringkan,
sebelumnya dibekukan dulu.
o Vacuum : Setelah beku, produk ini ditempatkan di
bawah vakum. Hal ini memungkinkan pelarut beku dalam
produk untuk menguapkan tanpa melalui fase cair, proses
yang dikenal sebagai sublimasi.
o Panas : panas diterapkan pada produk beku untuk
mempercepat sublimasi.
o Kondensasi : kondensor dengan suhu rendah akan
menghapus pelarut yang menguap di
ruang vakum dengan mengubahnya kembali ke padat.
Keunggulan pengeringan beku, dibandingkan metoda lainnya,
antara lain adalah :
a. Dapat mempertahankan stabilitas produk (menghindari
perubahan aroma, warna, dan unsur organoleptik lain)
b. Dapat mempertahankan stabilitas struktur bahan
(pengkerutan dan perubahan bentuk setelah pengeringan
sangat kecil)
c. Dapat meningkatkan daya rehidrasi (hasil pengeringan
sangat berongga danlyophile sehingga daya rehidrasi
sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat fisiologis,
organoleptik dan bentuk fisik yang hampir sama dengan
sebelum pengeringan).

III. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


1. Alat yang digunakan
a. Termometer
b. Termometer bola basah
c. Plate dryer
d. Water batch
e. Neraca analitik
2. Bahan yang digunakan
a. Kayu
IV. LANGKAH KERJA
1. Mengeringan zat padat dengan ukuran tebal tertentu dalam oven selama
2jamhingga tidak mengandung air lagi, mendinginkannya lalu timbang
beratnya, ini adalah zat padat kering tulang.
2. Merebus zat padat dalam air mendidih selama 15 menitdan mendinginkan
hingga suhu ruang, lalu menimbang beratnya.
3. Selisih berat zat padat basah kering tulang dengan zat padat kering adalah
kadar air awal zat padat yang akan dikeringkan.
4. Menyiapkan alat pengering, menghidupkan blower dan elemen pemanas
hingga suhu konstan 600C.
5. Mencatat volume humidity suhu bola basah udara masuk ruang panggang
menentukan dew point udara dengan menggunakan humidity chart.
6. Membaca tekanan uap air dari tabel tekanan uap dengan temperatur dew
point udara.
7. Tekanan uap air pada kondisi ini = (tekanan parsial uap air) – (udara mula-
mula)
8. Mancatat laju alir udara
9. Menetukan laju alir udara kering masuk ruang pengering dengan
persamaan :
𝑁𝐻2 𝑂 𝑝𝐻2 𝑂
=
𝑁𝑡 −𝑁𝐻2 𝑂 𝑃𝑡 −𝑃𝐻2 𝑂

10. 𝑁𝑡 − 𝑁𝐻2 𝑂 x BM adalah massa udara kering masuk ruang panggang


11. Mencatat relative humidity setiap 15menit, temperatur udara keluar ruang
pengering
12. Mengulangi percobaan diatas untuk tebal material yang berbeda.
13. Laju alir udara dan suhu pengering selama percobaan dijaga konstan
Catatan :
 Humidity ditentukan dari humidity chart yakni hubungan
terhadap bola kering dan bola basah atau terhadap bola kering
dengan relative humidity.
 Perubahan berat ditentukan dari perubahan humidity udara
( H2O menguap = (H1 – H2) x massa udara kering )
Total moisture (Xt) =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔

 Free moisture (X)


X = XT – X*
V. DATA PENGAMATAN

5.1.Pengamatan terhadap Balok Kayu

Balok Sebelum Balok Setelah Berat Merata Satu


Panjang Balok Dikeringkan (gr) Dikeringkan (gr) Balok
(cm)
411,0 369,3
8 cm 82,2 73,86
(5 buah) (5 buah)

5.2.Pengamatan untuk Mengatur Humiditas

Temperatur Temperatur Humidity


Menit ke-
Bola Basah (oC) Bola Kering (oC) (kg/kg H2O)

10 32 60 0,0190

20 36 60 0,0290

30 34 60 0,0232

40 32 61 0,0188

50 32 61 0,0188

60 42 62 0,0465
VI. DATA PERHITUNGAN

6.1.Menghitung Nilai Xt

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝑋𝑡 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
(411,0 − 369,3)𝑔𝑟
=
369,3 𝑔𝑟
= 0,1129

6.2.Menghitung Free Moisture (X)


Untuk balok didapat nilai X* = 18% = 0,18
X1 = Xt – X*
= 0,1129 – 0,18
= 0,06711

6.3.Menghitung Nilai Vh
a) Pada menit ke-10
Vh = (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . H) T
= (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . 0,0190) 333K
= 0,9712 m3/kg
b) Pada menit ke-20
Vh = (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . H) T
= (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . 0,0290) 333K
= 0,9864 m3/kg
c) Pada menit ke-30
Vh = (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . H) T
= (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . 0,0232) 333K
= 0,7944 m3/kg
d) Pada menit ke-40
Vh = (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . H) T
= (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . 0,0108) 334K
= 0,9738 m3/kg
e) Pada menit ke-50
Vh = (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . H) T
= (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . 0,0188) 334K
= 0,9738 m3/kg
f) Pada menit ke-60
Vh = (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . H) T
= (2,83 x 10-3 + 4,56 x 10-3 . 0,0465) 335K
= 1,0190 m3/kg
6.4.Menghitung ρG
a) Pada menit ke-10
1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉ℎ
1 + 0,0190
= 𝑘𝑔/𝑚3
0,9712
= 1,2252 𝑘𝑔/𝑚3

b) Pada menit ke-20


1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉ℎ
1 + 0,0290
= 𝑘𝑔/𝑚3
0,9864
= 1,04318 𝑘𝑔/𝑚3

c) Pada menit ke-30


1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉ℎ
1 + 0,0232
= 𝑘𝑔/𝑚3
0,7944
= 1,2880 𝑘𝑔/𝑚3

d) Pada menit ke-40


1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉ℎ
1 + 0,0188
= 𝑘𝑔/𝑚3
0,9738
= 1,0462 𝑘𝑔/𝑚3

e) Pada menit ke-50


1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉ℎ
1 + 0,0186
= 𝑘𝑔/𝑚3
0,9738
= 1,0462 𝑘𝑔/𝑚3

f) Pada menit ke-60


1+𝐻
𝜌𝐺 = 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉ℎ
1 + 0,0465
= 𝑘𝑔/𝑚3
1,0190
= 1,0269 𝑘𝑔/𝑚3
6.5.Menghitung Kecepatan Massa (G)
Asumsi V = 0,8 m/s
a) Pada menit ke-10
G = V x ρG
= 0,8 m/s x 3600 s/jam x 1,2252 kg/m3
= 3528,576 kg/jam.m3

b) Pada menit ke-20


G = V x ρG
= 0,8 m/s x 3600 s/jam x 1,04318 kg/m3
= 3004,358 kg/jam.m3

c) Pada menit ke-30


G = V x ρG
= 0,8 m/s x 3600 s/jam x 1,2880 kg/m3
= 3709,44 kg/jam.m3

d) Pada menit ke-40


G = V x ρG
= 0,8 m/s x 3600 s/jam x 1,0462 kg/m3
= 3013,056 kg/jam.m3

e) Pada menit ke-50


G = V x ρG
= 0,8 m/s x 3600 s/jam x 1,0462 kg/m3
= 3013,056 kg/jam.m3

f) Pada menit ke-60


G = V x ρG
= 0,8 m/s x 3600 s/jam x 1,0269 kg/m3
= 2957,472 kg/jam.m3
Menghitung Koefisien Panas (h)
a) Pada menit ke-10
h = 0,0204 . G0,8
= 0,0204 . (3528,576)0,8
= 14,05108 W/m2.K

b) Pada menit ke-20


h = 0,0204 . G0,8
= 0,0204 . (3004,358)0,8
= 12,3546 W/m2.K

c) Pada menit ke-30


h = 0,0204 . G0,8
= 0,0204 . (3709,44)0,8
= 14,6243 W/m2.K

d) Pada menit ke-40


h = 0,0204 . G0,8
= 0,0204 . (3013,056)0,8
= 12,3832 W/m2.K

e) Pada menit ke-50


h = 0,0204 . G0,8
= 0,0204 . (3013,056)0,8
= 12,3832 W/m2.K

f) Pada menit ke-60


h = 0,0204 . G0,8
= 0,0204 . (2947,472)0,8
= 12,20019 W/m2.K

6.6.Penentuan Periode Konstanta Laju Pengeringan


a) Pada menit ke-10 (Tw = 320C)
 λ pada 250C = 2446,94 kj/kg
 λ pada 100 C
0
= 2260 kj/kg
Interpolasi =
(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + (𝑋2−𝑋1) . (𝑌2 − 𝑌1)
(32−25)
= 2446,94 + (100−25) . (2260 − 2446,94)
= 2446,94 + (-17,4477)
= 2429,492 KJ/kg

Y = λw = 2429,492 KJ/kg
ℎ(𝑇−𝑇𝑤)
𝑅𝑐 = . 3600
λw
14,05108 (333−305)𝐾
= . 3600
2429,492 KJ/kg

= 582,9814 kg/jam. m2

b) Pada menit ke-20 (Tw = 360C)


 λ pada 250C = 2446,94 kj/kg
 λ pada 1000C = 2260 kj/kg
Interpolasi =
(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + (𝑋2−𝑋1) . (𝑌2 − 𝑌1)
(36−25)
= 2446,94 + (100−25) . (2260 − 2446,94)
= 2419,522 KJ/kg

ℎ(𝑇−𝑇𝑤)
𝑅𝑐 = . 3600
λw
12,9546 (333−309)𝐾
= . 3600
2419,522 KJ/kg

= 441,1709 kg/jam. m2

c) Pada menit ke-30 (Tw = 340C)


 λ pada 250C = 2446,94 kj/kg
 λ pada 1000C = 2260 kj/kg
Interpolasi =
(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + (𝑋2−𝑋1) . (𝑌2 − 𝑌1)
(34−25)
= 2446,94 + (100−25) . (2260 − 2446,94)
= 2424,507 KJ/kg

ℎ(𝑇−𝑇𝑤)
𝑅𝑐 = . 3600
λw
14,6243 (333−307)𝐾
= . 3600
2424,507 KJ/kg

= 564,5826 kg/jam. m2

d) Pada menit ke-40 (Tw = 320C)


 λ pada 250C = 2446,94 kj/kg
 λ pada 1000C = 2260 kj/kg
Interpolasi =
(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + (𝑋2−𝑋1) . (𝑌2 − 𝑌1)
(32−25)
= 2446,94 + (100−25) . (2260 − 2446,94)
= 2429,492 KJ/kg
ℎ(𝑇−𝑇𝑤)
𝑅𝑐 = . 3600
λw
12,3832 (334−305)𝐾
= . 3600
2429,492 KJ/kg

= 532,1302 kg/jam. m2

e) Pada menit ke-50 (Tw = 320C)


 λ pada 250C = 2446,94 kj/kg
 λ pada 1000C = 2260 kj/kg
Interpolasi =
(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + (𝑋2−𝑋1) . (𝑌2 − 𝑌1)
(32−25)
= 2446,94 + (100−25) . (2260 − 2446,94)
= 2429,492 KJ/kg

ℎ(𝑇−𝑇𝑤)
𝑅𝑐 = . 3600
λw
12,3832 (334−305)𝐾
= . 3600
2429,492 KJ/kg

= 532,1302 kg/jam. m2

f) Pada menit ke-60 (Tw = 420C)


 λ pada 250C = 2446,94 kj/kg
 λ pada 1000C = 2260 kj/kg
Interpolasi =
(𝑋−𝑋1)
𝑌 = 𝑌1 + (𝑋2−𝑋1) . (𝑌2 − 𝑌1)
(42−25)
= 2446,94 + (100−25) . (2260 − 2446,94)
= 2404,5669 KJ/kg

ℎ(𝑇−𝑇𝑤)
𝑅𝑐 = . 3600
λw
12,20019 (335−315)𝐾
= . 3600
2404,5669 KJ/kg

= 365,3105 kg/jam. m2
6.7.Menentukan Waktu Pengeringan
a) Luas Permukaan
A = G . s2
= 6 . (5 cm)2
= 150 cm2
= 0,015 m2

𝑚𝑠 . (𝑋2 − 𝑋1)
𝑡𝑐 =
𝐴 . 𝑅𝑐

Mencari X2
X1 = 0,0671, X2 = ....?

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝑋𝑡 =
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
369,3 𝑔𝑟 − 343,25 𝑔𝑟
=
343,25 𝑔𝑟
= 0,07574

X2 = Xt – X*
= 0,07574 – 0,8
= 0,10426

Menghitung kc pada periode konstan


𝑚𝑠 . (𝑋2 − 𝑋1)
𝑘𝑐 =
𝐴 . 𝑅𝑐
(73,86 𝑔𝑟)(0,10426 − 0,01737)
=
(503,0519)𝑘𝑔
0,015 𝑚2 . 𝑗𝑎𝑚 . 𝑚2
= 0,8504 jam
= 51,02 menit
Waktu Pengeringan
4 𝑠2 8𝑋1
𝑇= ln
𝜋2 . 𝐷𝑣 𝜋2 . 𝑋2
8(0,01737)𝑘𝑔. 𝐻2𝑂
4 (2,5 𝑐𝑚)2 𝑘𝑔
= ln
𝑐𝑚2 (0,10426)𝑘𝑔
(3,14)2. (150
𝑗𝑎𝑚 ) (3,14)2 . 𝑘𝑔
. 𝐻2𝑂
4 (6,25) 0,13896
= ln
150
9,8596 (𝑗𝑎𝑚) 9,8596 (0,10426)
4 (6,25) 0,13896
= ln 𝑗𝑎𝑚
1478,94 1,02746
= 0,01690 ln 0,13518 jam
= 0,0338 jam
= 2,029 menit
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini mengenai pengeringan zat padat yang
bertujuan untuk mengeringkan bahan padat dan mengalir kan udara panas
dan menentukan laju alir pengeringan dimana pengeringan merupakan
suatu proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lainnya dari bahan
padatan, Sehingga dapat mengurangi kandungan sisa yang masih terikat
pada zat padat tersebut. Pada praktikum kali ini padatan yang digunakan
adalah kayu balok yang bentuknya seragam. Kayu balok dibuat menjadi 5
bagian
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses
perpindahan massa dan perpindahan panas. Perpindahan panas yang
terjadi pada proses ini yaitu panas harus ditransfer dari medium pemanas
ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi Penguapan air yaitu uap air yang
terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya.
Proses perpindahan panas sistem ini dinamakan perpindahan panas secara
konveksi. Di mana proses ini juga terjadi proses konduksi yaitu panas
yang berasal dari permukaan kayu akan mengalir ke atas melalui pori-pori
balok kayu tersebut dimana perantaranya ikut berpindah juga.
Pada proses pengenringan suhu dijaga 60C sebelum kayu
dikeringkan memanaskan oven terlebih dahulu hingga suhu 60C kemudian
balok kayu tersebut dimasukan kedalam oven yang bertujuan agar
temperatur yang ada dalam alat merata. Dalam pengeringan ini
menggunakan temperatur bolabasah dan bola kering, ini bertujuan untuk
menentukan nilai humiditas(Kelembaban) merupakan kandungan uap air
di udara.
Dari data diperoleh berat sebelum pengeringan yang bevariasi
maupun berat setelah pengenringan . Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti luas permukaan bahan, perbedaan suhu dari udara sekitar,
kecepatan aliran udara, tekanan udara dan kelembaban udara, Luas
permukaan bahan yang digunakan berbeda dan memiliki ketebalan yang
berbeda sehingga kandungan air dari uap bahan berbeda juga. Hakl ini
disebabkan semakin besar luas permukaan maka semakin cepat proses
pengeringan selain itu juga tergantung dari banyaknya pori-pori dari tiap
balok, Semakin banyak pori pori maka kandungan air dalam bahan
tersebut yang terserap semakin banyak
Kemudian pada prkstikum ini juga dilakukan proses pengukuran
humiditas atau kelembaban dengan dilakukannya pengukura setiap 10
menit sebanyak 6 kali. Hal ini bertujuan untuk memperoleh suhu rata rata
dari udara dengan pengukuran menggunakan termometer bola basah dan
bola kering Hal ini dikarenakan makin lembab udara maka makin kering
bahan tersebut sedangakan makin kering udara maka makin cepat proses
pengenringan
Didalam proses pengeringan ini juga terjadi perpindahan massa
yaitu terjadi penurunan massa dari sebelum pengeringan hingga sesudah
pengeringan

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulan bahwa ;
1. Pengeringan merupakan suatu proses pemisahan sejumlah kecil air
atau zar cair lainnya dari bahan padatan sehingga dapat
mengurangi kandungan sisa air yang masih terikat pada zat
tersebut.
2. Termometer bola basah berfungsi untuk menyerap H2O dan udara
panas dari proses penguapan
3. Termometer boal kering untuk menyerap udara kering yang bebas
H2O
4. Pengeringan zat padat terdapat dua aliran yaitu aliran konveksi
dimana panas mengalir ke kayu sedangkan aliran konduksi, udara
mengalir di sela-sela kayu.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2018. “Jobsheet Satuan Operasi 2”. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang

Wulandari, Ardiana Ayu. 2017. Pengeringan Jamur Tiram Putih dengan


Menggunakan Pengeringan Oven dengan Variabel Humidity dan Waktu
terhadap Laju Pengeringan. (Online). Eprintis.undip.ac.id.

Snupti. 2015. Pengeringan Zat Padat. Online.


(ohttps://www.scribd.com/doc/68977097/pengeringan-zat-padat).

Вам также может понравиться