Вы находитесь на странице: 1из 3

Faktor yang mempengaruhi siklus haid

Kusmiran (2011) mengatakan penelitian mengenai factor risiko dari


variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

a. Berat badan.

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi.


Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi
ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat
badan.
Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa
yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan
amenorrhea.

b. Aktivitas fisik.

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi.

c. Stress.

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya system


persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau endogen opiat
yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein
(LH) yang menyebabkan amenorrhea.

d. Diet.

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan


anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak
normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak
berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet
rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan
amenorrhea.

e. Paparan lingkungan dan kondisi kerja.

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang
dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.

f. Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta


hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi
amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit
polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan
oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada perempuan dengan
penyakit polystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormone insulin
dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan
oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid berhubungan
dengan polymenorrhea dan menorraghia.

g. Gangguan perdarahan

Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yang


berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering.
Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan perdarahan dalam siklus
menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat
selama proses transisi menopause.

Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba Medika.

2. Menurut Ariana dan Yulia (2009) Konseling Genetika :

a. Definisi

Konseling genetik adalah proses komunikasi yang bertujuan untuk edukasi dan
psikoterapi. Konseling genetik harus berdasarkan diagnosis yang akurat dan analisis resiko
serta penjelasan tentang dampat psikososial yang tepat yang akan dipakai oleh pasien dan
keluarganya untuk membuat keputusan. Konseling genetik tidak bersifat mengarahkan,
tetapi mendorong individu untuk bersifat otonom dalam mengambil keputusan.

Informasi yang perlu dipahami oleh proband dan keluarganya adalah:

– Diagnosis dan dampaknya terhadap prognosis dan kemungkinan treatment yang


tersedia.

– Pola penurunan penyakit dan resiko penyebarannya atau pewarisannya.

– Pilihan yang mungkin dijalani berdasarkan resiko yang dimiliki.

Tahapan saat konseling genetik :

Reaching accurate diagnosis

Hal-hal yang dilakukan adalah mencari tahu tentang sejarah keluarga pasien. Hal
tersebut berguna untuk untuk menegakkan diagnosis. Kemudian, melakukan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan yang dilakukan berguna untuk mencari tahu adanya penyakit lainnya
pada pasien. Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
radiologi, dan analisis DNA. Analisis DNA digunakan untuk memastikan penyakit yang
diderita pasien merupakan kelainan genetik.

• Estimation of recurrence risk

Hal yang dilakukan meliputi pembuatan pedigree dan menerapkan perhitungan


risiko terjadinya penyakit. Pembuatan pedigree berguna untuk mengetahui tentang
kelainan genetik lain yang pernah diderita keluarga pasien. Selain itu, dengan adanya
pedigree, dapat dilihat pula apakah adanya kemungkinan pernikahan saudara.

• Genetic counseling

Pada konseling genetik, konselor memberikan alternatif-alternatif yang dapat


diambil oleh keluarga pasien untuk menghindari terulangnya kasus yang sama. Selain itu,
konselor juga melakukan kalkulasi risiko.

• Desicion making

Konselor hanya memberikan pilihan-pilihan kepada keluarga pasien, sehingga harus


menghormati semua keputusan yang akan diambilnya.

Ariani, Yulia. 2009. Konseling Genetika: Antara Kebutuhan dan Keterbatasan. Jakarta;
Departemen Biologi Kedokteran FKUI

Вам также может понравиться