Вы находитесь на странице: 1из 39

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai
adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai suatu yang
“khayal”, halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan
mental penderita yang “terepsesi”. Halusinasi dapat terjadi karena
dasarr-dasar organik fungsional, psikotik, maupun histerik (Yosep,
2007).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi
terhadap stimulus tersebut (Nanda, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana
klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2008)
Stuart & Laria di dalam bukunya mengatakan halusinasi
adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima indra
(pendengaran, penglihatan, peraba, pengacap, penghidung
(Nurjanah, 2008).

B. Jenis, rentang respon, fase, komponen


a). Jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar  Bicara atau  Mendengar suara-
tertawa sendiri. suara atau
(Klien mendengar
 Marah-marah kegaduhan.
suara/bunyi yang tidak
tanpa sebab.  Mendengar suara
ada hubungannya
 Mendekatkan yang mengajak
dengan stimulus yang
telinga ke arah bercakap-cakap.
nyata/lingkungan).
tertentu.  Mendengar suara
 Menutup telinga. menyuruh
melakukan
sesuatu yang
berbahaya.

Halusinasi  Menunjuk- Melihat bayangan,


Penglihatan nunjuk ke arah sinar, bentuk
tertentu. geometris, kartun,
(Klien melihat
 Ketakutan pada melihat hantu, atau
gambaran yang
situasi yang monster.
jelas/samar terhadap
tidak jelas.
adanya stimulus yang
nyata dari lingkungan
dan orang lain tidak
melihatnya).
Halusinasi  Mengendus- Membauai bau-
Penciuman endus seperti bauan seperti bau
sedang membaui darah, urin, feses,
(Klien mencium bau
bau-bauan dan terkadang bau-
yang muncul dari
tertentu. bau tersebut
sumber tertentu tanpa
 Menutup menyenangkan bagi
stimulus yang nyata).
hidung. klien.

Halusinasi  Sering meludah. Merasakan rasa


Pengecapan  Muntah. seperti darah, urin,
atau feses.
(Klien merasakan
sesuatu yang tidak
nyata, biasanya
merasakan rasa yang
tidak enak).
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-  Mengatakan ada
garuk serangga di
(Klien merasakan
permukaan permukaan kulit.
sesuatu pada kulitnya
kulit.  Merasa seperti
tanpa ada stimulus
tersengat listrik.
yang nyata)
Halusinasi Kinestetik  Memegang Mengatakan
kakinya yang badannya melayang
(Klien merasa
dianggapnya di udara.
badannya bergerak
bergerak sendiri.
dalam suatu
ruangan/anggota
badannya bergerak)
Halusinasi Viseral  Memegang Mengatakan
badannya yang perutnya menjadi
(Perasaan tertentu
dianggap mengecil setelah
timbul dalam
berubah bentuk minum softdrink.
tubuhnya)
dan tidak
normal seperti
biasanya.

Sumber : Stuart dan Sundeen (2007)


b). Rentang Respon Neurobiologis
Menurut Afnuhazi (2015) rentang respon neurologis pada
pasien gangguan jiwa halusinasi sebagai berikut :
Tabel 2.1
Rentang Respon GSP : (Halusinasi)
No. Respon Rentang Respon maladaptif
Adaptif
1. Pikiran logis Pikiran kadang Keletihan pikiran delusi
menyimpang
2. Persepsi Ilusi Halusinasi
akurat
3. Emosi Reaksi Ketidakmampuan untuk
konsisten emosional mengalami
berlebihan
4. Pikiran sesuai Perilaku ganjil Emosi
atau tidak lazim
5. Hubungan Menarik diri Ketidakteraturan isolasi
sosial sosial

c). Fase Halusinasi


Halusinasi berkembang melalui empat tahap berdasarkan
Ermawati dkk (2009) yaitu sebagai berikut :
a) Tahap I (Non-psikotik)
Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum
halusinasi merupakan suatu kesenangan.
Karakteristik:
1) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat
menghilangkan ansietas.
3) Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol
kesadaran.
Perilaku yang muncul:
1) Tersenyum atau tertawa sendiri.
2) Menggerakan bibir tanpa suara.
3) Pergerakan mata yang cepat.
4) Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi.
b) Tahap II
Tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan
mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi
yang ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik:
1) Pengalaman sensori menakutkan.
2) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut.
3) Mulai merasa kehilangan kontrol.
4) Menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang muncul:
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan
tekanan darah.
2) Perhatian terhadap lingkungan berkurang.
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensoripun.
4) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan
realitas.
c) Tahap III
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya
sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat
ditolak.
Karakteristik:
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
(halusinasi).
2) Isi halusinasi menjadi atraktif.
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
Perilaku yang muncul:
1) Perintah halusinasi ditandai.
2) Sulit berhubungan dengan orang lain.
3) Perhatian terhadap lingkungan sedikit kurang atau hanya
beberapa detik.
4) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak
tremor dan berkeringat.
d) Tahap IV
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan
biasanya klien terlihat panik.
Perilaku yang muncul:
1) Perilaku panik.
2) Potensial untuk bunuh diri atau membunuh.
3) Tindak kekerasanagitasi, menarik atau katatonik.
4) Tidak mampu merespon terhadap lingkungannya.

C. Tanda dan gejala


Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat,
dan respon verba lambat
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk
menghindari diri dari orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan
keadaan yang tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan
tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya
beberapa detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman
sensorinya
g. Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya) dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan
marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi
dan kataton. (Prabowo, 2014: 133-134).
D. Penyebab
Menurut Afnuhazi (2015), etiologi pada pasien gangguan
jiwa halusinasi sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
Teori Biologis abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru
mulai dipahami.
a) Teori ini mengidentifikasi faktor grnrtik yang mungkin
terlihat dalam perkembangan suatu kelainan psikologis
(riwayat keluarga dengan kelainan yang sama).
b) Kelaianan skizofernia yang merupakan kecacatan sejak
lahir, terjadi pada hypothalmus otak atau terdapat
kekacauan sel piramidal pada otak.
c) Teroi biokimia, terjadi peningkatan dopamine
neurotransmitter yang diperkirakan menghasilkan gejala-
gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan dan pemecahan
asosiasi yang umumnya ditemukan pada psikis.
b. Faktor presipitasi
1) Teori biologi
a) Penelitian tentang penciptaan otak menunjukan
keterlihatan otak yang luas dalam perkembngan
skizofrenia lesi pada area frontal, temporal dan limbus
paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia,
penlitian menunjukan hal-hal sebagai berikut :
(1) Dopamine neuro transmitter yang berlebihan.
(2) Ketidak seimbangan antara dopamine dan neuro
transmitter lain.
(3) Masalah pada sistem dopamnie.
2) Teori psikologis
a) Sosial budaya
Situasi yang berkembang dimasyarakat dapat
berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang
disingkirkan dari lingkugan selanjutnya akan berakibat
kesepian dan stress pada akhirnya tidak teratasi, stress
yang menumpuk dapat menunjukan terjadinya
skizofernia dan gangguan psikotik lainnya.
b) Kehilangan
Kehilangan orang yang dicintai, kehilangan cinta,
fungsi fisik,kedudukan, harga diri dapat mencetuskan
terjadinya gangguan persepsi individu menganggap
sesuatu yang telah hilang itu masih ada. Sehingga
mengakibatkan seseorang lari dari kenyataan dunia
nyata.
c) Kekacuan pola komunikasi dalam keluarga
Tidak ada hubungan saling percaya terbuka sesama
anggota kelurga serta tidak adanya rasa saling
menghargai dapat dipengaruhi persepsi seseorang.
Gangguan pada persepsi ini lama kelamaan akan
mencetuskan terjadinya halusinasi.

E. Psikopatologi (pathway)

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan sesuai persepsi halusinasi “Pendengaran” Problem

Isolasi sosial menarik diri

Gang. Konsep diri, harga diri rendah


F. Fokus pengkajian

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara


dapatkan adalah:
1. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil
pengkajian tentang jenis halusinasi
2. Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan
halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika
mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-
menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah
kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
3. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika
halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada
pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

G. Diagnosa keperawatan utama


a. Perubahan sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri
H. Fokus intervensi
 Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
 Tindakan Keperawatan
Membantu pasien mengenali halusinasi, saudara dapat
melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul
Melatih pasien mengontrol halusinasi, untuk membantu
pasien agar mampu mengontrol halusinasi Saudara dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri
terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap
halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa
yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku
pasien
a. Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien
bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan
orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang
efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
b. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi
adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas
yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal,
pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi.
Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa
dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien
3) Melatih pasien melakukan aktivitas
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan;
memberikan penguatan terhadap perilaku pasien
yang positif.
c. Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien
juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara
teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus
obat sehingga akibatnya pasien mengalami
kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk
mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.
Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat
sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh
menggunakan obat:
1) Jelaskan guna obat
2) Jelaskan akibat bila putus obat
3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5
benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar
waktu, benar dosis)
b) Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di
di rumah sakit maupun di rumah
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif
untuk pasien.

Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan
keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di
rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi
untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang
mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat
harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi
pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun
di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk
keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda
dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan
cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
Strategi pelaksanaan pada keluarga
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian
halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan
gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien
langsung dihadapan pasien
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama
keluarga
c) Strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan halusinasi menurut Keliat (2007)
dalam Afnuhazi (2015) tindakan keperawatan yang
dilakukan :
1) Membantu klien mengenalai halusinasi
Membantu klien mengenlai halusinasi dapat melakukan
dengan cara berdiskusi dengan klien tentang isi
halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan hslusinasi muncul dan
respon klien saat halusinasi muncul.
2) Melatih klien mengontrol halusinasi: menghardik
halusinasi
a) SP 1: Menghardik halusinasi
Upaya mengandalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya, ini
dapat dilakukan, klien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul, mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini
pasien tidak akanlarut untuk menuruti apa yang ada
dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :
1) Mengajarkan teknik menghardik dengan
mengucapkan pergi, pergi, pergi kamu suara palsu.
2) Membimbing atau meminta klien untuk
mendemonstrasikan teknik mengontrol halusinasi
dengan menghardik.
3) Memotivasi klien untuk membuat jadwal latihan
menghardik 2 jam sekali.
b) SP 2: Menggunakan obat seara teratur
Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih
untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan
program. Klien menggunakan obat secara teratur sesuai
dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat
dirumah seringkali mengalmi putus obat sehingga
akibatnya klien mengalami kekambuhan. Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapa kondisi
seperti semula akan lebih sulit, untuk itu klien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan.
Tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan
obat :
1) Jelaskan guna obat
2) Jelaskan akibat bila putus obat
3) Jelaskan cara mendaptkan obat atau berobat
4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5
benar (benar obat, benar pasien, bentar cara
pemberian, benar waktu, benar dosis).
c) SP 3: Bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut,
sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.

d) SP 4 : Melakukan aktivitas yang terjadwal


Mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah
dengan menyibukan diri dengan aktivitas yang teratur.
Beraktivitas secara terjadwal, klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali
mencetuskan halusinasi.
Untuk itu klien yang mengalami halusinasi bisa dibantu
untuk mengatasi halusinasi dengancara beraktivitas
secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam,
tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensi sebagai berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang bisa dilakukan oleh
klien.
3) Melatih klien melakukan aktivitas.
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesai dengan
aktivitas yang telah dilatih. Upayakan klien
mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur
malam, 7 hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
memberikan penguatan terhadap perilaku klien
positif.
Pengkajian Asuhan Keperawatan Utama Pada Klien Dengan
Halusinasi Diruang Kunta Dewa RSJ.Soerojo
Magelang Jawa Tengah

I. Identitas
Inisial : Tn. P
Umur : 36 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Serabutan
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Wonosobo, Jawa Tengah
Tgl Pengkajian : 07-01-2018
No. RM :

II. Alasan Masuk


Klien mengatakan “suka melihat ada bayangan, berwujud seram”

III. Faktor Persipitasi dan Predisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya? Ya
2. Pengobatan sebelumnya? Kurang berhasil
3. Prilaku? Tidak ada
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? Perceraian,
pada usia 28 thn.

IV. Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis G.C.S E=4 M=6 V=4
= 15
3. Tanda-tanda vital : TD =110/80 mmHg
N = 88x/m
S = 36,2 ºC
RR = 20x/m
4. Ukur : TB = 160 cm
BB = 67 kg
5. Keluhan Fisik : Tidak ada
6. Pemeriksaan Fisik :
a) Kepala dan Muka (Inspeksi dan Palpasi)
Kepala bulat, rambut lurus dan berwarna hitam, rontok
tidak ada, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi dan udim
b) Mata (Inspeksi)
Geraka bola mata simetris, tidak terdapat kelainan bentuk,
reflek pupil ada, warna pupil mata hitam, irish mata hitam
c) Hidung (Inspeksi dan Palpasi)
Tidak terdapat polip sinus, terdapat kotoran hidung,tidak
terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan.
d) Telinga (Inspeksi dan Palpasi)
Bentuk simetris, terdapat serumen, tidak terdapat lesi, tidak
ada nyeri tekan.
e) Mulut (Inspeksi dan Palpasi)
Gigi = Terdapat karang gigi atau caries
Gusi = berwarna merah muda tidak terdapat edema
Tonsil = Merah muda tidak terdapat edema
Uvula = Simetris, tidak terdapat pembekakan
f) Leher (Inspeksi dan Palpasi)
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada lesi dan edema.
g) Payudara
Kondisi areola simetris, tidak terdapat nyeri tekan,tidak
terdapat lesi.
h) Pernafasan
RR=20x/menit, terdapat pilek, tidak terdapat batuk darah,
suara nafas vesikuler.
i) Jantung
TD = 110/80 mmHg, suara jantung lup-dup, N = 88x/menit,
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat retraksi dada.
j) Gastrointestinal
Nyeri tekan tidak ada, bising usus 8x/m, tidak terdapat lesi
dan udim,tidak ada pengeluaran flatus berlebih, tidak ada
melena, bentuk perut rata dan datar.
k) Perkemihan
Tidak ada keluhan saat berkemih, tidak terdapat poli uria,
tidak ada inkontinitas urin, warna urin bening, aroma urin
amoniak.
l) Muskuloskeletal
Suka pegal pada bagian punggung, nyeri otot, pada
ekstremitas bawah dan atas tidak terdapat deformitas,
CRT<2 detik.
m) Psikiatri
Gelisah

V. Psikososial
1. Genogram

Penjelasan :
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara, klien memiliki 2
adik wanita dan laki-laki ke 2 adiknya telah menikah semua,
klien bercerai dengan istrinya tettapi anak-anaknya ikut dengan
orang tua klien dan mantan istrinya bekerja diluar negri dan
tidak kembali lagi padanya.
2. Pengambilan keputusan dirumah = Klien mengatakan pada
saat masih berumah tangga suami lah yang mengambil
keputusan.
3. Pola Komunikasi antar anggota keluarga = Tidak baik
karena komunikasi dengan menantu mempelai wanita tidak
harmonis.
4. Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga = Klien
mengatakan keluarga yang mengasuh ke 2 anaknya dengan
baik dan benar.
5. Sumber pembiayaan/ekonomi keluaraga = Klien
mengatakan ayah klien lah yang menjadi tulang punggung
keluarga.
Konsep Diri
1. Gambaran Diri
Tanggapan klien dengan bentuk tubuh = Klien mengatakan
tidak ada masalah dan menerima apa yang telah allah beri
kepada dirinnya.
Tanggapan klien dengan fungsi tubuh = Klien mengatakan
tidak ada masalah dengan fungsi tubuh yang dia miliki.
2. Identitas
Klien mengatakan puas apa yang telah allah kasih atau beri
kepadanya termasuk dalam menjadi seorang pria dan
bersyukur telah bisa bekerja sebagai serabutan walapun
harus gonta ganti pekerjaan.
3. Peran
Klien mengatakan peran dalam keluarga dialah yang
mengambil semua keputusan dan sebagai individu juga saya
merasa tidak mersa minder dan malu walaupun dalam
masyarakat ada yang menerima ataupun tidak.
4. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat keluar dan sembuh lalu
pulang agar bisa berkumpul kembali bersama anak-
anaknya.
5. Harga Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya masih agak malu dan
masihlebih senang menyendiri tettapi kedepannya setelah
sembuhsaya akan lebih bisa percaya diri lagi.
6. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti (dirumah)
Klien mengatakan adalah anak anaknya.
2. Peran Serta Dalam Kegiatan Masyarakat
Klien mengatakan saat dirumah klien kurang aktif dalam
kegiatan masyarakat.
3. Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain
Klien mengatakan jarang bebicara dengan orang lain dan
sulit untuk memulai pembicaraan
4. Orang Yang Berarti (dirumah sakit0
Klien mengatakan orang yang dekat dirumah sakit tidak
ada.
5. Peran Serta Dalam Kleompok
Klien mengatakan hanya duduk saja, tetapi mau mengikuti
kegiatan seperti menyapu dan mengepel lantai rumah
sakit.
6. Hambatan Dalam Berhubungan Denga Orang Lain
Klien mengatakan lebih banyak diam, jarang
berkomunikasi dengan klien jiwa lainnnya.
7. Observasi Prilaku Berhubungan Dengan Oran Lain
Klien mengatakan prilaku terkait berhubungan dengan
orang lain jiwa masih sulit dan klien lebih sering diam dan
menyendiri.
8. Spritual
Klien mengatakan agama yang saya anut adalah agama
islam klien jarang mengikuti sholat berjamaah dan
pengajian klien mengatakan lemas setiap ingin shoalat.

VI. Status Mental


1. Penampilan Umum
Klien tampak kotor dan badannya bau.
2. Pembicaraan
Cepat
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak malu dan nampak gelisah
4. Alam Perasaan
Nampak gelisah
5. Afek
Afek nampak tidak sesuai
6. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata klien mudah beralih ketika diajak bicara atau
diskusi.
7. Persepsi
Klien mengatakan menderita halusinasi pendengaran dan
penglihatan makhluk halus dan juga suara makhluk halus.
8. Proses Fikir
Proses pikir klien tangensial “ sesuai tapi agak berputar-putar”
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki obsesiyang tinggi.
10. Tingkat Kesadaran
Klien tampak suka menyendiri
11. Memori
Klien tidak memiliki gangguan daya ingat.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien memiliki konsentrasi yang fokus.
13. Kemampuan Penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian bermakna.
14. Daya Tilik Diri
Klien menyadari apa yang sekarang sedang dideritannya.

VII. Kebutuhan Pemenuhan Pulang


1. Makan
 Kemampuan menyiapkan makananan : Tidak Dibantu
 Kemampuan membersihkan alat makan : Tidak Dibantu
 Kemampuan menempatkan alat makan dan minum
ditempatnya : Tidak Dibantu
2. BAB dan BAK
 Kemampuan mengontrol BAB dan BAK di wc : Tidak
Dibantu
 Kemampuan membersihkan wc : Bantuan Minimal
 Kemampuan membersihkan diri : Tidak Dibantu
 Kemampuan memakai pakaian dan celana : Tidak Dibantu
3. Mandi
 Kemampuan dalam mandi : Tidak Dibantu
 Kemampuan dalam menggosok gigi : Tidak Dibantu
 Kemampuan dalam keramas : Tidak Dibantu
 Kemampuan dalam potong kuku dan rambut : Bantuan
Minimal
4. Berpakaian dan Berdandan
 Kemampuan memilih pakaian : Tidak dibantu
 Kemampuan memakai pakaian : Tidak dibantu
 Kemampuan mengatur frekuensi ganti pakaian : Bantuan
Minimal
 Kemampuan mencukur jenggot : Tidak dibantu
 Kemampuan menyisir rambut : Tidak Dibantu
5. Istirahat dan Tidur
 Kemampuan untuk mengatur kualitas tidur : Tidak Dibantu
 Kemampuan merapihkan sprein dan selimut : Tidak
Dibantu
 Kemampuan tidur dengan bantuan obat : Bantuan Minimal
6. Penggunaan Obat
 Kemampuan mengatur meminum obat : Tidak Dibantu
7. Pemeliharaan Kesehatan
 Perawatan Lanjtut : ya
 Perawatan Pendukung : ya
8. Kegiatan Diluar Rumah
 Kemampuan Berbelanja : Tidak
 Kemampuan Transportasi : Tidak
9. Kegiatan Didakam Rumah
 Klien mempunyai kemampuan untuk menjaga kerapihan
dirumah dan mempersiapkan makanan.

VIII. Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang maladaptif pada halusinasi yaitu
proyeksi karena sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan
persepsi.

IX. Masalah Psikososial


Masalah dengan pekerjssn karena klien selalu gagal dalam
mencapai pekerjaan yang maksimal.

X. Pengetahuan Kurang Tentang


Klien kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa, cara
merawat klien gangguan jiwa, sistem pendukung, obat-obatan
yang diminum, efek samping obat yang diminum, dan tanda-tanda
kekambuhan.
XI. Aspek Medik
XII. Analisa Data
Jam dan Tanggal Data-data Diagnosa Paraf
Rabu, 7-02-2018 DS : Halusinasi : Dimas. Pratama
09.30 WIB  Klien Pendengaran dan
mengatakan, Penglihatan
melihat dan
mendengar
suara makhluk
halus.
 Klien
mengatakan,
merasa
terganggu
DO :
 Klien nampak
sering duduk
sendiri dan
jarang
berkomunikasi
dengan klien
jiwa lainnya.
Rabu, 7-02-2018 DS : Iaolasi Diri Dimas. Pratama
10.10 WIB  Klien
mengatakan
lebih nyaman
sendiri
DO :
 Klien nampak
duduk sendiri
dan jarang
berkomunikasi
dengan klien
jiwa lainnya
dan perawat
yang ada
diruangan

XIII. Diagnosa Keperawatan


1. Halusinasi : pendengaran dan penglihatan
2. Isolasi Diri
XIV. Rencana Tindakan Keperawatan
Jam dan Diagnosa SP Tindakan
Tanggal Keperawtan
Rabu, 7-02- Halusinasi: Sp 1 :  Bercakap-cakap,
2018 pendengaran dan Membantu kapan hal
13.00 WIB penglihatan klien tersebut terjadi,
mengenali respon klien saat
halusinasi halusinasi
yang muncul, tersebut muncul,
dan frekuensi
menghardik kemunculan
halusinasi halusinasi
yang muncul tersebut :
1. Melatih
menghardik
halusinasi
2. Membimbing dan
meminta
mendemontrasika
n teknik
mengontrol
halusinasi
3. Memotivasi klien
untuk membuat
jadwal latihan
menghardik 2
jam sekali.
Rabu, 7-02- Halusinasi: Sp 2 :  Dialtih
2018 pendengaran dan Menggunakan menggunakan
13.15 WIB penglihatan obat secara obat sesuai
teratur program yang
berkelanjutan :
1. Jelaskan guna
obat
2. Jelaskan akibat
bila putus obat
3. Jelaskan cara
mendapatkan
obat atau berobat
4. Jelaskan cara
menggunakan
obat dengan
prinsip 5 benar
Rabu, 7-02- Halusinasi: Sp 3 :  Melatih cara-cara
2018 pendengaran dan Bercakap- memulai
13.20 WIB penglihatan cakap dengan percakapan
oran lain dengan orang
lain :
1. Mengajarkan
cara memulai
percakapan
dengan baik,
dengan
mengawalinya
dengan
mengucapkan
salam dan
diakhiri dengan
ucapan terima
kasih. Untuk
mengalihkan
halusinasinya
tersebut.
Rabu, 7-02- Halusinasi: Sp 4 :  Tahapan-
2018 pendengaran dan Melakukan tahapannya :
13.30 penglihatan aktivitas yang 1. Menjelaskan
terjadwal akan pentingnya
aktivitas yang
terjadwal
2. Mendiskusikan
aktivitas yang
disukai klien
3. Memotivasi klien
agar melakukan
aktivitas tersebut
4. Menyusun
jadwal aktivitas
tersebut
5. Memantau
pelaksanaan
jadwal aktifitas
tersebut.
Kamis, 8-02- Isolasi Sosial Sp 1 :  Tahapan dan
2018 Membina Langkah :
09.00 WIB Hubungan 1. Membantu klien
Saling mengenal
Percaya penyebab Isolasi
Sosial,
membantu klien
mengenal
keuntungan
berhubungan dan
kerugian tidak
berhubungan
sosial dengan
orang lain.
Kamis, 8-02- Isolasi Sosial Sp 2 :  Tahapan dan
2018 Mengajarkan Langkah :
09.10 WIB berinteraksi 1. Memulai
pembicaraan
dengan
memperkenalkan
diri secara sopan
kepada orang
pertama dan
seorang perawat.
Kamis, 8-02- Isolasi Sosial Sp 3 :  Tahapan dan
2018 Melatih klien Langkah :
09.20 WIB berinteraksi 1. Berkenalan
secara dengan orang ke
bertahap 2 yaitu sesama
klien.

XV. Implementasi
Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Respon Paraf
Keperawatan
Rabu, 07-02- Halusinasi = Sp 1 = S = Klien Dimas.
2018 Pendengaran Menghardik mengatakan Pratama
09.30 WIB dan penglihatan halusinasi “suara dan
bisikan
makhluk halus
sudah jarang
lagi terdengar
dan nampak
setelah klien
sudah bisa
melakukan
teknik
menghardik
secara mandiri
O=
 Klien
nampak
sudah tidak
gelisah dan
tenang
Kamis, 08- Halusinasi = Sp 2 = S = Klien Dimas.
02-2018 Pendengaran Penggunaan mengatakan Pratama
09.00 WIB dan penglihatan obat secara “merasa
terartur nyaman dan
tenang setelah
mengkonsumsi
obat dan
halusinasi
sudah sangat
jarang keluar”
O=
 Klien
nampak
sudah tidak
gelisah lagi
Jumat, 09- Halusinasi = Sp 3 = S = Klien Dimas.
02-2018 Pendengaran Bercakap- mengatakan Pratama
09.10 WIB dan penglihatan cakap “sudah bisa
dengan orang memulai
lain pembicaraan
dengan orang
lain terutama
kepada pak
mantri yang
berada
diruangan”
O=
 Klien
nampak
sudah
dapat
bersosialisa
si dengan
klien jiwa
lainnya.

XVI. Evaluasi
Jam/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf
Keperawatan
Rabu, 07-02- Halusinasi =S = Klien Dimas.Pratama
2018 Pendengaran danmengatakan
09.30 WIB penglihatan “suara dan
Sp 1 bisikan makhluk
halus sudah
jarang lagi
terdengar dan
nampak setelah
klien sudah bisa
melakukan
teknik
menghardik
secara mandiri.
O=
 Klien nampak
sudah tidak
gelisah dan
tenang.
A = Halusinasi
pendengaran dan
penglihatan.
P = Teratasi
melanjutkan SP
berikutnya
Kamis, 08-02- Halusinasi = S = Klien Dimas.Pratama
2018 Pendengaran dan mengatakan
09.25 WIB penglihatan Sp 2 “merasa nyaman
dan tenang
setelah
mengkonsumsi
obat dan
halusinasi sudah
sangat jarang
keluar”
O=
 Klien nampak
sudah tidak
gelisah lagi
A = Halusinasi
pendengaran dan
penglihatan
P = Teratasi
melanjutkan Sp
yang berikutnya.
Jumat, 09-02- Halusinasi = S = Klien Dimas. Pratama
2018 Pendengaran dan mengatakan
09.30 WIB penglihatan Sp 3 “sudah bisa
memulai
pembicaraan
dengan orang
lain terutama
kepada pak
mantri yang
berada
diruangan”
O=
 Klien
nampak
sudah dapat
bersosialisasi
dengan klien
jiwa lainnya.
A = Halusinasi
pendengaran dan
penglihatan
P = Teratasi
melanjutkan Sp
yang berikutnya.
XVII. Implikasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Tn. P dengan
gangguan konsep diri : Halusinasi diruang wisma puntadewa
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal 07-
02-2018 sebagai langkah terakhir dalam penyusunan Makalah
Seminar ini maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang
sekirannya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pemberian asuhan keperawatan pada klien khususnya klien
dengan gangguan konsep diri : Halusinasi.
1) Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh penulis setelah melakukan
tindakan keperawatan dirumah sakit jiwa Prof. Dr.Soerojo
Magelang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan ini yaitu :
 Penulis telah melakukan pengkajian pada tanggal 07-02-2018
data fokus yang didapat penulis pada Tn. P dengan gangguan
halusinasi : Klien mengatakan “suka melihat dan mendengar
suara makhlus halus dan merasa terganggu”.
 Masalah keperawatan yang penulis temukan pada Tn. P
adalah Halusinasi, koping individu tidak afektif.
 Rencana tindakan keperawatan yang dapat penulis lakukan
untuk mengatasi diagnosa pada Tn. P dengan halusinasi
adalah klien dapat mengenali dulu apa halusinasi yang klien
derita dan dapat mengidentifikasinya, lalu dengan begitu
klien dapat diajarkan cara menghardik halusinasinya tersebut.
 Implementasi yang dapat penulis lakukan pada Tn. P dengan
gangguan halusinasi : Membantu menghardik halusinansinya
tersebut, lalu klien dibantu dalam pemberian minum obat dan
prinsip 5 benarnya, lalu juga melatih klien untuk berinteraksi
dan bercakap-cakap dengan pak mantri maupun klien jiwa
lainnya yang berada di ruangan, dan merencanakan aktivitas
yang terjadwal.
 Evaluasi yang dapat penulis peroleh pada Tn.P dengan
halusinasi adalah masalah teratasi sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil ditandai dengan Sp 1 ; Klien mampu
mengidentifiksi halusinasi yang dialaminya, menyebutkan
kemampuan yang masih bisa digunakan di Rumah Sakit klien
yaitu menyapu, sedangkan Sp 2 : Klien masih mengingat
pertemuan kemarin, klien bisa melakukan kegiatan
selanjutnya yang dipilih klien sesuai dengan kemampuannya,
yaitu : mengepel lantai, menyapu lantai, mencuci piring dan
klien juga memasukan kedalam jadwal harian klien.
 Faktor penghambat yang dialami penulis selama proses
keperawatan dengan klien halusinasi : yaitu klien terkadang
lupa dengan apa yang sudah saya jelaskan, faktor pendukung
yang dialami penulis saat proses keperawatan yaitu klien
cukup mendukung dan koopratif terhadap implementasi yang
dilakukan penulis.
2) Saran
1. Bagi Perawat
Perlu mendalami konsep hubungan terapeutik, memberi
informasi kepada klien dan keluarga tentang masalah
keperawatan dengan gangguan halusinasi : halusinasi juga
penanganannya sebab masalah tersebut sangat penting bagi
kehidupan seseorang untuk bisa menjadikan hidup lebih
maju dan berarti.
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk menunjang keberhasilan perawatan klien dengan
halusinasi perlu ditingkatkan hubungan kerja sama antara
pihaka rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien,
baik dirumah sakit maupun sesudah klien pulang kerumah.
3. Bagi Keluarga
Bentuk lingkungan dan komunikasi yang baik.
STRATEGI KOMUNIKASI
SP 1
a. Orientasi
 Salam Terapeutik
“Selamat pagi mas, perkenalkan nama saya perawat D yang
kebetulan bertugas di sift pagi ini, dan saya yang akan bertugas
merawat mas. Tujuan saya kesini adalah untuk mengetahui
perkembangan kesehatan mas.”
Nama mas siapa? Nama saya Tn. P
Senang dipanggil siapa mas? Senang dipanggil mas P
 Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini? perasaan saya hari ini
biasa-biasa saja
Apakah semalam tidurnys nyenysk mas? Alhamdulillah
nyenyak mas.”
 Kontrak
1. Topik
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang halusinasi
mas yang sekarang mas rasakan? Silahkan mas.” Setelah
itu kita akan mendiskusikan obat yang biasa mas minum
dan cara meminum obat yang benar, tujuannya agar mas
dapat mengerti akan halusinasi yang mas sekarang rasakan
dan cara penanganannya.
2. Waktu
“Kita kontrak waktu 15 menit, dan kita sesuaikan kembali
jika belum selesai kita tambah waktu? Iya monggo mas
gak papa.”
3. Tempat
“Mas mau mengobrol dimana? Diluar saja mas lebih enak.
” baiklah kalou begitu kita mengobrol diluar saja.”
b. Kerja
“Menurut mas apa saja halusinasi yang mas alami? Halusinasi
yang saya rasakan adalah halusinasi penglihatan dan
pendengaran “Bagus, lalu apa lagi mas? Ya paling itu saja mas
yang saya tau.”

c. Terminasi
Evaluasi respon klien (subyektif dan objektif)
 Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang hari
ini ?” perasaan saya senang karena sudah dibantu oleh mas
dimas.”
 Evaluasi Objektif
“Sekarang coba lagi cara menghardik yang masih bisa mas
lakukan dirumah sakit? Pergi-pergi sana kamu suara palsu.”
 Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah sekarang mas tidak usah merasa terganggu dan sedih
lagi, karena masih banyak hal yang berguna yang dapat mas
lakukan. Bagaiman kalau tindakan mas tadi dimasukan
kedalam jadwal latihan mas? Iya mas silahkan” mau jam
berapa mas latihannya mas? Nanti aja mas sehabis makan
siang.”
 Kontrak Pertemuan Berikutnya
Topik
“Baiklah besok saya akan bertemu mas lagi untuk membantu
mas berlatih meminum obat secara benar dan teratur.”
 Waktu
“Bagaimana kalau besok kita berlatih pukul 09.00? waktunya
sekitar 10 menit ya mas.”
 Tempat
“Besok kita akan berlatih teras depanj saja yaa mas? Iya mas.”
SP 2
a. Orientasi
 Salam Terapeutik
“Selamat pagi mas, bagaimana perasaan mas pagi hari ini?
wah mas lebih terlihat baik dari sebelumnya.”
 Evaluasi Validasi
“Bagaimana mas sudah siap untuk dimulainya pengenalan
pemberian obat? Iya sudah siap sekali mas, mantap bagus
sekali mas.”
 Kontrak
Topik
“Baik seperti perjanjian kita kemarin, hari ini kita akan
memperkenalkan cara meminum obat.”
Waktu
“Waktu yang kita pakai untuk berlatih kurang lebih 10 menit
ya mas.”
Tempat
“Sekarang kita akat berlatih diteras depan ya mas? Iya mas.”

b. Kerja
“Mas sebelum kita latihan cara meminum obat yang benar, kita
akan siapkan terlebih dahulu untuk obat-obat apa saja yang mas
akan minum ya, tujuannya agar tidak terjadi kesalah meminum
obat karena akibatnya akan fatal kalau hal tersebut terjadi.”

c. Terminasi
Evaluasi respon klien (subjektif dan objektif)
 Evaluasi subyektif
“Bagus sekali mas, sekarang bagaimana perasaan mas setelah
melakukan latihan cara meminum obat dengan benar?
Perasaan saya senang karena sudah banyak tau tentang cara
meminum obat yang benar.”
 Evaluasi Objektif
“Coba sekarang mas sebutkan apa saja 5 benar dalam
meminum obat? Benar obat, benar rute obat, benar waktu
minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.”
 Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita masukan ke dalam jadwal latihan yaa
mas? Monggo mas.” Mau jam berapa latihan? Jam 08.30 saja
mas setelah makan pagi.”
 Kontrak Pertemuan Berikutnya
Topik
“Besok pagi kita akan latihan bercakap-cakap yaa mas? Iya
mas monggo.”
Waktu
“Mas mau latihan jam berapa untuk besok? Jam 09.00 saja
setelah makan pagi.”
Tempat
“Mas mau latihan dimana? Seperti kemarin saja mas, baik
disini saja yaa mas.”

SP 3
a. Orientasi
 Salam Terapeutik
“Sealamat pagi mas, bagaiman persaan mas pagi ini? wah
terlihat lebih baik dari sebelumnya.”
 Evaluasi Validasi
“Bagaimana mas sudah siap untuk berlatih bercakap-cakap
hari ini?” saya sudah sangat siap mas.”
 Kontrak
Topik
“Baik seperti perjanjian kemarin, hari ini kita akan latihan
bercakap-cakap.”
Waktu
“Waktu yang kita pakai untuk berlatih sekitar kurang lebih 10
menit yaa mas?”
Tempat
“Sekarang kita akan berlatih bercakap-cakap disini yaa? Iya
mas siap.”

b. Kerja
“Mas sebelum kita latihan bercakap-cakap, kita akan siapkan
topik apa saja yang mau kita perbincangkan. Sekarang mas
sialhkan memulai percakapan dengan diawali dengan salam
lalu perkenalkan diri, dan maksud tujuan mas ingin mengajak
orang terssebut ngobrol dengan soban.”

c. Terminasi
Evaluasi respon klien (subjektif dan objektif)
 Evaluasi subyektif
”Bagus sekali mas, sekarang mas bagaiman perasaannya
setelah melakukan hal tadi? Perasaan saya senang mas
karena saya bisa jadi banyak teman ngobrol.”
 Evaluasi objektif
“Coba sebutkan sekaran apa saja tahapan untuk meminum
obat? Benar obat, benar rute obat, benar waktu minum obat,
benar cara minum obat, benar dosis obat, luar biasaaaa.”
 Rencana Tindak Lanjut
“Bagaimana kalau kita masukan kedalam jadwal latihan
harian mas? Monggo mas “ saya rasa mas sudah bisa
melakukan beberapa kegiatan dalam 3 hari ini, saya harap
untuk kedepannya mas bisa melkukannya terus dan
konsisten, kemajuan mas sangat pesat bagus sekali
pertahankan yaa mas.”
Daftar Pustaka
Afnuhazi, Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawtan Jiwa. Yogyakarta: Katalog Dalam
Terbitan (KDT).

Agustina, M. (2015). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan


Kemampuan Klien Dalam Menghardik Suara-suara
pada Strategi Pelaksannan (Sp1) Klien Halusinasi.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia. Vol. 5 No.3
September 2015.

Bate, Arm. (2013). Pengaruh Penerapan Strategi Pelaksanaan


Halusinasi terhadap Kemampuan Klien dalam
Mengontrol Halusinasi Dengar di Rumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Diperoleh 24
Novenber 2015. digilib.esaunggul.ac.id/pengaruh-
penerapan-strategipelaksanaan-halusinasi.

Вам также может понравиться