Вы находитесь на странице: 1из 21

Pro dan Kontra Legalisasi LGBT Indonesia

Keberadaan kaum LGBT memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tidak
sedikit tempat selalu diramaikan dengan kaum LGBT. Keberadaan gay, lesbian, biseksual, dan
transgender di dunia ini sebenarnya sudah ada sejak lama termasuk di tengah-tengah masyarakat
Indonesia. LGBT sendiri tidak mengenal batasan usia, jenis kelamin, status sosial maupun
pekerjaan bahkan agama.

Dewasa ini, studi-studi akademis mengenai fenomena LGBT atau Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender telah semakin ramai. Hal tersebut dipicu oleh banyaknya fenomena pemberitaan
maupun aktivitas dari anggota LGBT sendiri. Kemudian diangkatnya wacana atau sosok LGBT
dalam media populer sehingga masyarakat semakin familiar. Keberadaan kaum LGBT ini di
tengah-tengah masyarakat menuai kontroversi. Hal ini dikarenakan kaum LGBT ini dianggap
sebagai kaum minoritas yang memiliki penyimpangan orientasi seksual. Ironisnya, Keberadaan
LGBT ini selain mendapat perlakuan yang diskriminasi dari masyarakat namun juga banyak
yang menjadi objek penghinaan bahkan kekerasan, karena dianggap bertentangan dengan budaya
dan agama. Banyaknya kekerasan yang diterima mengakibatkan mereka pergi dan berkumpul
dengan sesama.

Apa buktinya kalau kelainan LGBT bersifat genetis? Dari zaman Kerajaan,penjajahan, hingga
awal abad 20, belum pernah ada tertulis di catatan-catatan/referensi sejarah, “Seorang raja
tertarik secara seksual kepada panglima perangnya”.

Barulah di abad 20 media komunikasi dan informasi berkembang dengan sangat pesat tanpa
selektivitas yang memadahi. Akibatnya kelainan seks yang oleh masyarakat tradisional dianggap
tabu dan tidak patut diumbar-umbar, sekarang dapat secara detail disebarluaskan oleh media
informasi dan komunikasi serta diakses oleh jutaan orang di berbagai belahan dunia. Dengan
demikian, mulai terpikir suatu ide untuk meniru perilaku menyimpang tersebut karena
mispersepsi; perilaku menyimpang dianggap sebagai trend yang harus diikuti. Contoh: Di
Amerika Serikat banyak sekali pernikahan massal homoseksual diekspos oleh media massa.

Pro Legalisasi

Keadilan untuk Menikah

Menolak hak seseorang untuk menikah dengan orang yang dicintainya akan menyebabkan
terjadinya diskriminasi. Jika diteruskan dalam waktu yang lama, maka akan timbul kesenjangan
sosial yang baru.

Keturunan

Mempunyai anak bukanlah satu-satunya tujuan dari pernikahan. Jika memang hal tersebut adalah
satu-satunya tujuan, maka pasangan yang mandul atau tidak ingin punya anak juga seharusnya
tidak diperbolehkan untuk menikah. Di sisi lain, dengan tidak memiliki anak secara biologis,
pasangan gay bisa mengadopsi anak-anak yang kurang beruntung. Hal ini juga akan menurunkan
jumlah kepadatan populasi di Indonesia.

Kecerdasan Anak

Sebuah riset yang dilakukan oleh University of Melbourne pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
anak yang diasuh oleh pasangan gay memiliki prestasi sekitar 6% lebih tinggi daripada anak
yang diasuh oleh pasangan heterosexual. Bahkan di Amerika, seorang jurnalis bernama Ezra
Klein mengatakan bahwa "Kita seharusnya memohon pada pasangan gay untuk mengadopsi
anak-anak."

Kesehatan Psikologis

Dengan melarang pernikahan sesama jenis, tingkat penyakit psikologis pun meningkat. Menurut
penelitian oleh peneliti dari UCLA, San Francisco State University, dan the University of
Massachusetts at Amherst, pasangan gay yang tidak diperbolehkan menikah akan cenderung
mengalami stres yang lebih tinggi dibandingkan pasangan lain.

Agama

Institusi agama boleh menolak menikahkan pasangan gay jika mereka mau, tetapi mereka tidak
mempunyai hak untuk mendikte hukum tentang pernikahan di masyarakat pada umumnya.
Karena pada hakikatnya, negara Indonesia bukanlah negara Agama melainkan negara yang
merdeka. Oleh sebab itu, kedaulatan tertinggi ada pada tangan rakyat.

Kontra Legalisasi

Demokrasi

Bebas ya bebas, asalkan jangan sampai manusia dibebasan untuk melakukan sesuatu yang jauh
melampaui batas kemanusiaan; sesuatu yang menyalahi kodratnya sebagai manusia, seperti
LGBT.

Lingkungan yang buruk untuk tumbuh kembang anak.

Seorang anak membutuhkan seorang ibu yang ‘dekat’ secara emosional, memahami dan tahu apa
yang mereka butuhkan, termasuk nasihat yang baik. Seorang anak, terlebih anak gadis,
membutuhkan seorang ayah untuk membimbing dan melindunginya dari aktivitas seksual dini
serta kehamilan dini. Pasangan sesama jenis tidak mungkin dapat dengan sempurna
menggantikan peran ayah dan ibu karena jenis kelamin yang sama cenderung memiliki naluri
yang sama (sama-sama sebagai bapak atau ibu).

Tingkat kesetiaan pasangan GLBT sangat rendah


Para GLBT selalu mencari cara untuk mempertahankan kenikmatan seksual. Mereka akan
merasa menderita bila hasrat seksual mereka tidak terpuaskan. Maka dari itu banyak dari mereka
yang memiliki pasangan lebih dari satu dalam periode yang sama.

Tingkat kelanggengan pasangan GLBT sangt rendah

Karena ketidakpuasan seksual, mereka mengalami depresi dan memilih untuk melimpahkannya
lewat kekerasan kepada pasangan. Tingkat kekerasan 44 kali lebih besar pada lesbian dan 300
kali lebih besar pada gay.

Menimbulkan berbagai penyakit

Hubungan seksual gay secara sodomi menularkan Human Papilovirus (HPV) yang dapat
menyebabkan kanker anal. Hubungan seksual gay secara oral dan berganti-ganti pasangan dapat
menyebabkan kanker mulut serta menularkan virus HIV yang seringkali berkembang menjadi
AIDS. Menurut penelitian Cancer Support Community, wanita lesbian memiliki daya tahan lebih
rendah terhadap virus, mikroorganisme, peradangan, dan sel kanker dibanding dengan wanita
normal. Dengan demikian, wanita lesbian yang telah melakukan hubungan seksual lebih mudah
tertular dan dapat mengalami peradangan selaput otak (meningitis) hingga kanker payudara.

Kenapa harus melalui legalisasi untuk para penderita kelainan LGBT mendapat persamaan
hukum?

Legalisasi: proses membuat sesuatu menjadi legal/sah/resmi.

Tujuan kita seharusnya adalah untuk menjamin persamaan hak dan kedudukan bagi para LGBT
tanpa melegalisasi hubungan &/ perkawinan sejenis. Pada intinya, tujuan penderita LGBT
menuntut legalisasi adalah untuk mendapat persamaan di berbagai bidang kehidupan; untuk
dianggap ‘setara’ dalam masyarakat. Bila tanpa diadakan legalisasi masyarakat dapat
bertoleransi dengan penderita LGBT, saya yakin LGBT tidak lagi memerlukan legalisasi.
Mengapa mayarakat tidak bisa menerima penderita LGBT layaknya warga negara secara adil dan
sah?

Sebagai perbandingan, masyarakat kini sudah dapat mentolerir warga negara Indonesia
keturunan Cina yang notabene mengalami diskriminasi oleh pemerintah dan masyarakat Orba.
Sekarang banyak warga negara keturunan Cina dapat mencalonkan diri sebagai pegawai
pemerintah, beberapa atlet keturunan Cina memenangkan kejuaraan internasional seperti
badminton, dan semakin banyak remaja keturunan Cina diterima di perguruan-perguruan tinggi
negeri.
Apa yang disampaikan beliau dalam seminar tersebut merupakan pendapat pribadi dalam
kapasitas beliau sebagai nara sumber.
Jadi bukan KPK yang punya gagasan hanya saja kebetulan Alexander Marwata menjabat sebagai
wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi.

Alexander Marwata seorang yang beragama Kristen.


Tentunya beliau juga sangat paham apa yang ada di tubuh gereja, bagaimana seluk beluk dan
liku liku gereja sampai ke stuktur terendah hingga tertinggi beliau paham.
Lalu jika Alexander Marwata MENANTANG gereja untuk melakukan audit keuangan apakah
itu menyalahi ?
Apakah gereja akan gentar dengan tantangan beliau ?
atau justru menyambutnya dengan lapang dada ?

-------------------------

Reaksi nitizen ?
1. TIDAK SETUJU
Kita tidak boleh berpikir buruk terhadap mereka yang tidak setuju audit keuangan gereja oleh
KPK, bukan berarti mereka mendukung korupsi.
Mereka berpendapat bahwa KPK adalah lembaga Negara sedangkan Gereja bukan lembaga
Negara, lalu mengapa lembaga Negara mengaudit gereja yang sama sekali tidak pernah
mendapat dana bantuan dari Negara ?
Selama ini dana apapun yang ada di keuangan gereja adalah swadaya jemaat (GUGU TOKTOK
RIPE) mulai dari membeli tanah, membangun, mengisi perlengkapan, operasional harian, dll
semuanya ditanggung oleh jemaat.
Partisipasi jemaat juga bermacam macam mulai dari yang mendonasikan uang, menganti uang
dengan padi dan beras, membantu menyediakan peralatan tukang, membantu menyediakan
makan bagi tukang sampai membantu dengan tenaga semuanya secara swadaya.
Jadi wajar rasanya ada nada keberatan dari sebagian orang mendengar kabar tersebut.

Disisi lain ada juga yang menolak dengan alasan yang berbeda, sebagian berpendapat “apa yang
sudah dipersembahkan diberikan sepenuh hati untuk Tuhan dan gereja dan mereka percaya
sepenuhnya kepada pengelolaan keuangan oleh gereja”
Pendapat ini juga sangat baik dan harus kita hormati, seperti kata para penetua “berikan yang
terbaik untuk Tuhan dan biarlah yang terbaik juga yang engkau dapatkan”

2. SETUJU
Pendapat yang setuju berpedoman pada transparansi keuangan gereja. (kemungkinan) ada
indikasi penyelewengan dana dan penyalahgunaan peruntukan dana tersebut.
Kelompok kelompok yang setuju audit keuangan gereja menendus adanya rekayasa dalam setiap
laporan pertanggungjawaban keuangan dan mark-up anggaran.
Untuk kelompok yang setuju ini kita juga tidak boleh marah, mereka juga menyampaikan
pendapat dengan berbagai kisah (mungkin) yang pernah mereka alami.
tau mungkin mereka pernah melihat sesuatu yang dianggarkan tetapi tidak ada realisasinya atau
realisasi yang ganjil dari sebuah anggaran.
Sebarkan Pesan Injil

Pro dan Kontra Perayaan Natal_Bagian 1

Bagian 1

Selama ratusan, atau bahkan ribuan tahun, Natal dirayakan / diperingati oleh orang-orang Kristen di
seluruh dunia, dari segala macam aliran dan bahkan sekte. Tetapi akhir-akhir ini muncul orang-orang
Kristen yang menentang perayaan Natal, dan kelihatannya makin lama makin banyak orang-orang Kristen
yang menentang perayaan Natal, dan mereka menentang dengan cara yang sangat fanatik dan keras, dan
menyerang / menghakimi orang-orang Kristen yang merayakan Natal. Jika hal ini dibiarkan, maka:

 Natal bisa berkurang kesemarakannya, dan itu akan sangat merugikan Kekristenan.
 Orang-orang Kristen yang kurang mempunyai pengertian Kitab Suci bisa terseret ke dalam
gerakan anti Natal ini.
Karena itu mari kita membahas persoalan ini, agar kita dapat memberikan jawaban kepada orang-orang
yang anti Natal.

Berikut ini macam-macam alasan untuk menentang perayaan Natal dan jawabannya:

1) Orang Kristen dilarang merayakan hari ulang tahun,


dan dengan demikian merayakan hari ulang tahun Yesus
tentu juga salah.

Kutipan dari internet: “Dan, lebih jauh, kita menemukan kebenaran ini diakui: … di dalam firman
Allah, hanya orang-orang berdosa saja, bukan orang-orang percaya, yang merayakan hari
kelahiran mereka”.

Kutipan dari internet: “the only birthday celebrations recorded in the whole Bible are those of Pharaoh
(Genesis 40:20) and King Herod (Mathew 14:6; Mark 6:21). Both birthday parties ended in murder,
Herod’s in the murder of John the Baptist” [= perayaan ulang tahun yang dicatat dalam seluruh
Alkitab hanyalah perayaan ulang tahun dari Firaun (Kejadian 40:20) dan raja Herodes (Matius
14:6; Markus 6:21). Kedua pesta ulang tahun itu berakhir dengan pembunuhan, pesta ulang tahun
Herodes berakhir dengan pembunuhan Yohanes Pembaptis].

Tentang larangan merayakan hari ulang tahun ini, Pdt. Jusuf B. S. juga mengajarkan kebodohan dan
keextriman yang sama. Dalam bukunya yang berjudul ‘Tradisi & Kebiasaan’, halaman 24-25, ia juga
mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama hanya Firaun yang merayakan HUT (Kejadian 40:20),
sedangkan dalam Perjanjian Baru hanya Herodes (Matius 14:6). Juga ia menambahkan bahwa Ayub dan
Yeremia justru mengutuki hari kelahirannya (Ayub 3:3 Yeremia 20:14).
 Kejadian 40:20 - “Dan terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran Firaun, maka Firaun
mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru
roti itu di tengah-tengah para pegawainya”.
 Matius14:6 - “Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di
tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes”.
 Ayub 3:3 - “‘Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang
anak laki-laki telah ada dalam kandungan”.
 Yeremia 20:14 - “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan! Biarlah jangan diberkati hari ketika
ibuku melahirkan aku!”.

Tanggapan:

a) Ini merupakan pandangan bodoh dan extrim.

Kebodohan dan keextriman kedua penulis internet dan Pdt. Jusuf B. S. ini terlihat dengan jelas pada
waktu mereka secara tidak langsung (implicit) melarang seseorang merayakan hari ulang tahun (bukan
hanya hari ulang tahun Yesus saja, tetapi semua hari ulang tahun), dengan alasan bahwa dalam Kitab Suci
hanya orang jahat yang merayakan hari ulang tahun. Ini merupakan ‘argument from silence’ (=
argumentasi dari ke-diam-an) yang merupakan suatu metode penafsiran yang luar biasa bodohnya.

Bahwa Kitab Suci ‘diam’ atau ‘tidak berkata apa-apa’ tentang adanya orang-orang benar yang merayakan
hari ulang tahunnya, tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa hal itu dilarang.

Bahwa orang kafir melakukan sesuatu, tidak berarti bahwa orang Kristen tidak boleh melakukan hal itu.
Hanya kalau orang kafir melakukan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan, barulah orang Kristen dilarang
untuk meniru mereka. Tetapi menyalahkan untuk meniru orang kafir pada saat ia melakukan hal-hal, yang
dalam dirinya sendiri tidak bisa dikatakan sebagai dosa, seperti mandi, makan, belajar, dan juga
merayakan hari ulang tahun / pernikahan dan sebagainya, merupakan suatu fanatisme yang picik, extrim
dan bodoh!
b) Ini sama dengan pandangan Saksi-Saksi Yehuwa.

Hebatnya, ini adalah kebodohan dan keextriman yang persis sama dengan yang dilakukan oleh Saksi-
Saksi Yehuwa (buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 145-147). Ajarannya persis,
dan juga ayat-ayat yang digunakan tentang Firaun dan Herodes juga persis. Mungkin mereka sama-sama
mendapat pencerahan dari setan!

c) Konsekwensi dari ajaran / argumentasi mereka dalam hal ini.

Kalau merayakan hari ulang tahun dilarang dengan alasan bahwa dalam Kitab Suci hanya orang-orang
jahat yang merayakan hari ulang tahun, maka dengan cara yang sama kita bisa mendapatkan ajaran-ajaran
yang menggelikan, seperti:

1. Orang Kristen dilarang untuk mencalak mata / alis, yang dalam Kitab Suci hanya dilakukan oleh
Izebel (2Raja-Raja 9:30 bandingkan dengan Yehezkiel 23:40 - ini juga orang jahat).

2Raja-Raja 9:30 - “Sampailah Yehu ke Yizreel. Ketika Izebel mendengar itu, ia mencalak matanya,
dihiasinyalah kepalanya, lalu ia menjenguk dari jendela”.

Bandingkan dengan Yehezkiel 23:40 - “Tambahan lagi mereka meminta orang-orang datang dari tempat
yang jauh dengan menyuruh suruhan memanggil mereka, dan sungguh, mereka datang. Demi kedatangan
mereka engkau mandi bersih-bersih, mencalak alismu dan menghias dirimu dengan perhiasan-
perhiasan”.

2. Seorang istri dilarang untuk menghibur dan menolong suaminya yang sedang kesal, karena dalam
Kitab Suci hanya Izebel yang melakukan hal itu (lihat 1Raja-Raja 21:1-16).

3. Orang Kristen dilarang untuk menjadi bendahara gereja, karena dalam Kitab Suci hanya dilakukan
oleh Yudas Iskariot (Yohanes 12:6). Dalam Kitab Suci banyak orang menjadi ‘bendahara negara’ tetapi
tidak ada bendahara gereja, kecuali Yudas Iskariot.
Yohanes 12:6 - “Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin,
melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang
dipegangnya”.

4. Orang Kristen dilarang untuk disunat pada usia 13 tahun, karena dalam Kitab Suci hanya Ismael yang
mengalami hal itu.

Kejadian 17:25 - “Dan Ismael, anaknya, berumur tiga belas tahun ketika dikerat kulit khatannya”.

5. Seorang laki-laki dilarang memasakkan makanan untuk ayahnya, karena dalam Kitab Suci hanya Esau
yang melakukan hal itu.

Kejadian 27:30-31 - “(30) Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru saja Yakub keluar
meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari berburu. (31) Ia juga menyediakan
makanan yang enak, lalu membawanya kepada ayahnya. Katanya kepada ayahnya: ‘Bapa, bangunlah
dan makan daging buruan masakan anakmu, agar engkau memberkati aku.’”.

6. Orang Kristen tidak boleh mencucuk daging dengan garpu bergigi 3, karena dalam Kitab Suci hanya
bujang dari Hofni dan Pinehas yang melakukannya (lihat 1Samuel 2:12-17).

7. Orang Kristen tidak boleh mandi di sungai karena dalam Kitab Suci hanya puteri Firaun yang
melakukannya (Keluaran 2:5). Naaman bukan mandi, tetapi hanya membenamkan diri di sungai untuk
mentahirkan kustanya sesuai dengan perintah Elisa.

Keluaran 2:5 - “Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya
berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka
disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya”.

8. Seorang ibu tak boleh membawa anaknya dengan roti dan sekirbat air, karena dalam Kitab Suci hanya
Hagar yang melakukan hal itu.
Kejadian 21:14 - “Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan
memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian
disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba”.

9. Seorang ibu tidak boleh menangisi anak laki-lakinya yang hampir mati kehausan, karena dalam Kitab
Suci hanya Hagar yang melakukan hal itu.

Kejadian 21:16 - “dan ia (Hagar) duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: ‘Tidak
tahan aku melihat anak itu (Ismael) mati.’ Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara
nyaring”.

d) Penjelasan tentang Ayub dan Yeremia yang mengutuki hari kelahiran mereka.

Baik Ayub maupun Yeremia memang mengutuki hari kelahiran mereka (Ayub 3:3 Yeremia 20:14),
tetapi itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka / Kitab Suci menentang perayaan hari ulang
tahun.

Ayub dan Yeremia mengutuki hari kelahiran mereka, karena penderitaan yang mereka alami. Jadi, karena
begitu hebat penderitaan yang sedang mereka alami sehingga mereka berharap mereka tidak pernah
dilahirkan, dan itu mereka nyatakan dengan mengutuki hari kelahiran mereka. Untuk lebih jelasnya, mari
kita membaca seluruh kontext dari ayat-ayat tersebut:

1. Ayub 3:1-19 - “(1) Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya. (2) Maka
berbicaralah Ayub: (3) ‘Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang
anak laki-laki telah ada dalam kandungan. (4) Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya
Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya. (5) Biarlah kegelapan
dan kekelaman menuntut hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari
mengejutkannya. (6) Malam itu - biarlah dia dicekam oleh kegelapan; janganlah ia bersukaria pada
hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk bilangan bulan-bulan. (7) Ya, biarlah pada malam itu
tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara kegirangan. (8) Biarlah ia disumpahi oleh para
pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan. (9) Biarlah bintang-bintang
senja menjadi gelap; biarlah ia menantikan terang yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat
merekahnya fajar, (10) karena tidak ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan tidak disembunyikannya
kesusahan dari mataku. (11) Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari
kandungan? (12) Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat
menyusu? (13) Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat
(14) bersama-sama raja-raja dan penasihat-penasihat di bumi, yang mendirikan kembali reruntuhan
bagi dirinya, (15) atau bersama-sama pembesar-pembesar yang mempunyai emas, yang memenuhi
rumahnya dengan perak. (16) Atau mengapa aku tidak seperti anak gugur yang disembunyikan, seperti
bayi yang tidak melihat terang? (17) Di sanalah orang fasik berhenti menimbulkan huru-hara, di sanalah
mereka yang kehabisan tenaga mendapat istirahat. (18) Dan para tawanan bersama-sama menjadi
tenang, mereka tidak lagi mendengar suara pengerah. (19) Di sana orang kecil dan orang besar sama,
dan budak bebas dari pada tuannya”.

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari text Ayub 3:1-19 ini:

a. Pengutukan hari kelahirannya jelas disebabkan penderitaannya yang luar biasa hebatnya, yang telah
diceritakan dalam Ayub 1-2. Ini menyebabkan ia tidak ingin hidup, dan bahkan berharap:

· agar ia tidak pernah dilahirkan / gugur (ayat 3,7,10a,16).

· mati pada saat lahir (ayat 11).

· agar tidak ada ibu yang memelihara dan menyusuinya (ayat 12).

Tujuan dari harapan ini ada dalam ayat 13: “Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur
dan mendapat istirahat”.

Kalau ayat-ayat seperti ini dipakai sebagai dasar untuk menentang perayaan hari ulang tahun, itu betul-
betul suatu pengutipan / penggunaan ayat yang ‘out of context’ (= keluar dari kontext), dan lagi-lagi
merupakan suatu metode penafsiran yang sangat salah dan bodoh.

b. Ayub pasti tidak mengutuki semua hari kelahiran, tetapi hanya hari kelahirannya sendiri saja.
Kalau pengutukan hari kelahiran ini dianggap berlaku umum, maka konsekwensinya adalah bahwa Ayub
juga mengutuki, atau menyesalkan, semua orang perempuan yang:

· mengandung.

· melahirkan anak.

· memelihara anak.

· menyusui anak.

· dan sebagainya.

Ini tentu gila dan tidak masuk akal!

2. Yeremia 20:7-18 - “(7) Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku
dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan
sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku. (8) Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa
aku berteriak, terpaksa berseru: ‘Kelaliman! Aniaya!’ Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan
cemooh bagiku, sepanjang hari. (9) Tetapi apabila aku berpikir: ‘Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak
mau mengucapkan firman lagi demi namaNya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang
menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak
sanggup. (10) Aku telah mendengar bisikan banyak orang: ‘Kegentaran datang dari segala jurusan!
Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!’ Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku
tersandung jatuh: ‘Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan
dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!’ (11) Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan
yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat
berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang
selama-lamanya tidak terlupakan! (12) Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang
melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasanMu terhadap mereka, sebab kepadaMulah
kuserahkan perkaraku. (13) Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan
nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat. (14) Terkutuklah hari ketika aku
dilahirkan! Biarlah jangan diberkati hari ketika ibuku melahirkan aku! (15) Terkutuklah orang yang
membawa kabar kepada bapaku dengan mengatakan: ‘Seorang anak laki-laki telah dilahirkan bagimu!’
yang membuat dia bersukacita dengan sangat. (16) Terjadilah kepada hari itu seperti kepada kota-kota
yang ditunggangbalikkan TUHAN tanpa belas kasihan! Didengarnyalah kiranya teriakan pada waktu
pagi dan hiruk-pikuk pada waktu tengah hari! (17) Karena hari itu tidak membunuh aku selagi di
kandungan, sehingga ibuku menjadi kuburanku, dan ia mengandung untuk selamanya! (18) Mengapa
gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan, sehingga hari-hariku habis
berlalu dalam malu?”.

Sama seperti dalam text Ayub di atas, Yeremia juga mengutuki hari kelahirannya (ayat 14,15), karena
penderitaannya yang hebat. Penderitaannya disebabkan karena permusuhan dari orang-orang kepada siapa
ia memberitakan Firman Tuhan (ayat 7-10). Ini menyebabkan ia ingin mati, yang ia wujudkan dengan
mengutuki hari kelahirannya, dan tujuannya hanyalah supaya ia tidak menderita. Ini terlihat dari ayat 18
yang berbunyi: “Mengapa gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan,
sehingga hari-hariku habis berlalu dalam malu?”.

Lagi-lagi, kalau ayat seperti ini dijadikan dasar untuk melarang merayakan HUT, maka itu merupakan
pengutipan dan penafsiran ayat yang out of context (= keluar dari kontextnya), yang merupakan suatu cara
penafsiran yang salah.

Juga, sama seperti dalam kasus Ayub di atas, Yeremia tentu tidak mengutuk semua hari kelahiran dari
semua orang, tetapi hanya hari kelahirannya sendiri saja. Kalau hal khusus seperti ini dianggap berlaku
umum / untuk semua orang, maka kita juga harus menganggap bahwa Yeremia:

· mengutuk setiap orang yang membawa berita kelahiran kepada bapa si bayi (ayat 15).

· menyenangi keguguran bayi dalam kandungan (ayat 17a).

· menginginkan semua ibu mengandung selamanya tanpa pernah melahirkan bayinya (ayat 17c-18a).

Merupakan suatu kegilaan untuk menganggap seorang nabi seperti Yeremia bisa seperti itu!

2) Kristus tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember;


tanggal kelahiranNya tidak diketahui.
Orang-orang yang anti Natal itu mengatakan bahwa karena Allah tidak memberitahu kita tanggal
kelahiran Kristus, atau karena Allah menyembunyikan tanggal kelahiran Kristus, itu merupakan bukti
bahwa Ia tidak menghendaki kita untuk merayakannya.

Disamping itu, orang-orang yang anti Natal itu beranggapan bahwa karena tanggal 25 Desember bukan
tanggal kelahiran Kristus, maka kita berdusta kalau kita merayakan hari kelahiran Kristus pada tanggal 25
Desember.

Kutipan dari internet:

 “Jika Allah memang menghendaki supaya orang-orang Kristen merayakan hari kelahiran-
Nya, Dia tentu sudah memberitahu umat-Nya KAPAN KRISTUS DILAHIRKAN! Inilah suatu
bukti bahwa jika ALLAH TELAH MERENCANAKAN agar supaya kita merayakan hari
kelahiran Kristus, maka Ia tidak akan menyembunyikan tanggal kelahiran-Nya secara
sempurna!”.
 “Tahun demi tahun, para orang tua menghukum anak-anaknya jika mereka berbohong.
Kemudian, pada saat Natal, mereka sendiri bercerita kepada anak-anaknya tentang kebohongan
Sinterklas ini. Apakah mengherankan jika banyak dari mereka, setelah mereka tumbuh dewasa,
mulai mempercayai Allah hanya sebagai sebuah dongeng? Apakah KEKRISTENAN mengajarkan
kebohongan dan dongeng-dongeng kepada anak-anak kecil? Jika engkau sudah tidak mengajarkan
kebohongan Sinterklas kepada anak-anakmu, lalu ingatlah, bahwa adalah SAMA BOHONGNYA
jika engkau mengatakan kepada anak-anakmu bahwa Yesus dilahirkan pada hari Natal!”.

Tanggapan:

a) Kalau Allah tidak memberi tahu kita kapan Kristus dilahirkan, apakah itu merupakan suatu
bukti bahwa Allah tidak menghendaki kita untuk merayakan / memperingatinya?Menurut saya:
tidak!

Kita memang tidak tahu kapan Yesus dilahirkan. Ada penafsir yang mengatakan bahwa untuk setiap
bulan dalam sepanjang tahun, ada satu kelompok Kristen yang mempercayainya sebagai bulan kelahiran
Yesus. Ini memang menunjukkan bahwa tidak ada orang yang tahu tanggal dan bulan kelahiran Kristus,
dan mungkin bahkan tahun kelahiranNya. Tetapi itu belum bisa dijadikan suatu bukti bahwa Allah tidak
menghendaki kita merayakan / memperingati kelahiran Kristus tersebut. Memang kadang-kadang Allah
mengatur sesuatu supaya tidak diketahui oleh manusia, dan Ia melakukan ini karena Ia tidak menghendaki
manusia untuk berurusan dengan hal itu. Misalnya dalam persoalan kubur dari Musa. Ini sengaja
disembunyikan (Ulangan 34:5-6), karena mungkin Allah tahu bahwa seandainya bangsa Israel tahu
tempat itu, mereka mungkin akan melakukan penyembahan terhadapnya. Tetapi tidak selalu seperti itu.
Dalam Perjanjian Lama Allah memperkenalkan namaNya kepada Musa (Keluaran 3:14-15), dan ini jelas
menunjukkan bahwa pada saat itu Allah menghendaki orang-orang Israel untuk menggunakan nama itu
asal tidak dengan sembarangan. Tetapi Allah mengatur sehingga jaman sekarang tidak ada orang yang
tahu bagaimana mengucapkan nama Allah tersebut. Akibatnya, jaman sekarang orang Kristen
menyebutNya sebagai TUHAN, LORD, YEHOVAH, YAHWEH, Yehuwa, dsb, yang merupakan
sebutan-sebutan yang belum tentu benar.

b) Sebetulnya, tanpa dijelaskanpun, ‘fakta sudah berbicara sendiri’ kepada semua orang bahwa
orang Kristen tidak menganggap bahwa Natal terjadi pada tanggal 25 Desember.

Fakta apa? Fakta bahwa banyak orang sudah merayakan Natal pada awal Desember, dan ada orang-orang
yang masih merayakan Natal pada bulan Januari dan bahkan Februari. Semua ini sudah menunjukkan
secara jelas kepada siapapun yang tidak membutakan dirinya, bahwa orang Kristen memang tidak
menganggap bahwa Kristus dilahirkan pada tanggal 25 Desember, dan bahwa kita memang tidak
mengetahui tanggal kelahiranNya.

Tetapi kalau itu dirasa kurang cukup, maka dalam merayakannya, kita bisa menjelaskan hal itu kepada
jemaat dan khususnya anak-anak Sekolah Minggu, bahwa tanggal 25 Desember itu sebetulnya bukan
tanggal kelahiran Yesus yang sebenarnya, dan dengan demikian kita bukan mendustai orang.

c) Orang yang tidak diketahui tanggal lahirnya sering diberi hari dimana HUTnya bisa
dirayakan.

Kita mungkin sering mendengar tentang orang kuno yang tidak mengetahui tanggal kelahirannya sendiri,
dan karena itu keluarganya menciptakan tanggal kelahiran baginya, dan merayakannya setiap tahun pada
tanggal tersebut. Apakah ini merupakan dusta? Mengapa keluarga tersebut tetap merayakan hari ulang
tahun dari orang itu padahal mereka tidak mengetahui tanggal sebenarnya? Saya kira, karena kecintaan
mereka terhadap orang itu, sehingga mereka ingin menunjukkan kasih yang khusus terhadap orang itu
sedikitnya satu kali setahun. Hal ini tidak terlalu berbeda dengan Natal! Yang penting bukan saat
kelahiran Kristus, tetapi fakta bahwa Allah sudah lahir menjadi manusia untuk kita. Kita ingin membalas
kasihNya sedikitnya sekali setahun, dengan merayakan hari kelahiranNya, pada hari yang kita sendiri
tentukan.

d) Dusta / fitnahan dari orang-orang yang anti Natal ini.

 Mereka mengatakan bahwa Natal merupakan suatu kebohongan yang sama dengan Sinterklaas.
Ini omong kosong, karena selama point b) di atas kita lakukan, kita sudah bebas dari tuduhan
kebohongan. Dan jelas bahwa tidak semua orang Kristen / gereja menggabungkan Natal dengan
Sinterklaas. Saya sendiri jelas sangat menentang penggabungan seperti itu.
 Penulis internet yang anti Natal itu mengatakan ‘Apakah mengherankan jika banyak dari
mereka, setelah mereka tumbuh dewasa, mulai mempercayai Allah hanya sebagai sebuah
dongeng?’.

Tuduhan-tuduhan ini, khususnya yang kedua, merupakan pemikiran dari orang-orang yang tidak punya
logika, dan yang asal menuduh. Tuduhan itu sama sekali bukan merupakan suatu fakta / kebenaran, dan
jelas merupakan suatu exaggeration (tindakan melebih-lebihkan), dan karena itu merupakan suatu dusta /
fitnah. Pertanyaannya adalah: Siapakah, yang karena dari kecil merayakan Natal, akhirnya tumbuh
sebagai orang yang mempercayai bahwa Allah itu hanya sekedar dongeng? Dan seandainya ada orang-
orang seperti itu, bagaimana para pemfitnah ini bisa membuktikan bahwa orang-orang itu mempercayai
Allah sebagai dongeng karena mereka pada waktu kecilnya diajar merayakan Natal?

Orang-orang yang anti Natal ini menuduh kita yang merayakan Natal sebagai berdusta, sementara mereka
sendiri melakukan fitnahan seperti ini. Mungkin mereka sebaiknya memperhatikan kata-kata Yesus
dalamMatius 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan
penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu
pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di
mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah
engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu,
padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari
matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata
saudaramu.’”.
Pro dan kontra hukuman
kebiri untuk pedofilia
Menurut dr. Boyke, hukuman kastrasi tidak akan memberikan efek jera bagi pelaku
kejahatan seksual karena 'yang sakit kan jiwanya'

Rappler.com
Published 11:14 AM, October 22, 2015

Updated 11:14 AM, October 22, 2015

Twitter

Reddit

Email

JAKARTA, Indonesia — Pemerintah Indonesia berencana mengeluarkan peraturan


untuk menghukum pelaku kekerasan seksual terhadap anak dengan cara dikebiri.

Sikap pemerintah ini pertama kali diungkapkan oleh Menteri Sosial Khofifah Indar
Parawansa.

”Terhadap munculnya kekerasan seksual terhadap anak, beliau (Presiden Joko


"Jokowi" Widodo) setuju jika dilakukan pemberatan hukuman pada pelaku. Termasuk di
dalamnya pengebirian saraf libido," kata Khofifah, Selasa, 20 Oktober.

Kasus pedofilia terakhir melibatkan seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang
ditemukan sudah meninggal di dalam kardus. Dari laporan kepolisian ditemukan bukti-
bukti pemerkosaan sebelum terjadi pembunuhan.

Pernyataan Khofifah langsung ditanggapi beragam oleh berbagai kalangan, mulai dari
Komisi Nasional Perempuan hingga Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahja
Purnama.
Apa kata mereka soal hukuman kebiri untuk pelaku kejahatan seksual anak atau
pedofilia?

Masruchah, anggota Komnas Perempuan

TOLAK KEBIRI. Masruchah, anggota Komnas Perempuan menolak hukuman kebiri untuk pedofilia. Foto
oleh Komnas Perempuan

”Kalau soal sanksi atau pidana dikebiri, ya pasti kita enggak setuju, karena sebagian
dari pelanggaran HAM," ujar anggota Komnas Perempuan Masruchah pada Rappler,
Rabu, 21 Oktober.
Ia menambahkan, jika efek jera yang dicari maka dapat dilakukan dengan
memaksimalkan hukuman yang sudah berlaku pada saat ini.

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, hukuman


maksimal bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur adalah 15
tahun penjara dan denda sekitar Rp 60.000.000 - Rp. 300.000.000.

Baca selengkapnya di sini.

dr. Boyke Dian Nugraha, pakar seksologi

Pakar seksologi dr. Boyke Dian Nugraha menilai hukuman kebiri bagi para pelaku
kejahatan seksual kepada anak-anak tidaklah efektif.

Alasannya, pelaku kejahatan seksual pada anak masih berpotensi melakukan aksi
kejahatannya selama kondisi mentalnya tidak diobati.
"Yang sakit itu kan jiwanya. Kastrasi atau kebiri tidak akan menyelesaikan jiwanya.
Makanya saya kurang setuju dengan diberlakukannya itu," kata Boyke.

Cara terbaik menghadapi pedofilia, menurut Boyke, adalah dengan memberikan


pengobatan dan rehabilitasi bagi para pelaku kejahatan seksual terhadap anak.

"Kemudian anak-anak diberikan pendidikan seks sehingga mereka bisa melindungi diri
sendiri dari monster seksual," katanya.

Seto Mulyadi, pemerhati anak

Alih-alih setuju, Seto Mulyadi meminta pemerintah untuk mengkaji ulang wacana
memberikan hukuman kebiri bagi pelaku kejahatan seksual.

"Mohon ini dipertimbangkan berdasarkan aspek kesehatan dan psikologisnya," katanya.

Alasannya, secara psikologis, pelaku yang dikebiri ini dapat bertindak lebih agresif. Jadi
pelaku bukan sekadar menyasar kekerasan seksual, tetapi menyasar ke kekerasan
segala-galanya.

Ahok, Gubernur DKI Jakarta

Berbeda dengan praktisi kesehatan dan aktivis perempuan, Gubernur DKI Jakarta
setuju dengan sikap pemerintah pusat.

"Kalau ada undang-undangnya, sih, oke-oke saja. Cocok dong, dipotong saja
(kemaluan pelaku kejahatan seksual)," kata Ahok.

HM. Prasetyo, Jaksa Agung

Jaksa Agung HM Prasetyo di Kejaksaan Agung RI, 2 Maret 2015. Foto oleh Gatta Dewabrata/Rappler

Jaksa Agung HM. Prasetyo menilai kejahatan kekerasan seksual terhadap anak
harusnya menjadi kejahatan luar biasa, atauextraordinary crime, sehingga harus ada
pula penanganan proses penegakan hukum yang luar biasa.
"Saya sendiri katakan bahwa kekerasan seksual itu sudah jadi kejahatan luar biasa dan
harus ditangani dengan luar biasa juga," ungkap Prasetyo.

Apa landasan hukumnya?


"Landasan hukum yang paling dinilai cepat, ya Perppu (Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang). Kalau revisi UU kan lama, makanya yang dianggap
landasan paling cepat ya Perppu," kata Prasetyo.

Badrodin Haiti, Kepala Polisi RI

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyambut baik usulan tersebut. Alasannya, hukuman
tambahan itu dapat memberikan efek jera para predator anak.

"Diharapkan ada sanksi tambahan. Dalam rapat kemarin didiskusikan kemungkinan


kebiri untuk paedofil karena kejahatan yang berulang harus diberikan efek
jera," katanya.

Hukuman tambahan tersebut nanti diusulkan masuk ke dalam Uudang-undang atau


mengeluarkan Perppu.

Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak

Arist yakin hukuman dikebiri sebagai pemberatan hukuman pelaku kekerasan seksual
pada anak dapat mengurangi kasus kekerasan anak.

"Sangat yakin karena ada literaturnya," katanya.

Hukuman tersebut bisa memberikan efek jera kepada predator, ditambah dengan
diterapkan sanksi sosial yakni menyebarluaskan serta menempel foto-foto pelaku di
tempat-tempat umum.

"Ini kami harapkan memberikan efek jera. Dikebiri ini bukan diputus hasrat seksual
tetapi dikontrol sehingga tidak melakukan tindakan seksual," katanya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setuju? —Rappler.com


PERDEBATAN PRO KONTRA TENTANG ASAL MULA IBLIS
sembunyikan teks

Diskusi kita belum selesai. Tidak semua teolog setuju dengan pemikiran di atas. Pertanyaan bagaimana dosa
bisa masuk ke dalam surga yang mahasuci, mahakudus, di mana Allah bersemayam, masih belum tuntas
dijawab. Rupanya kesulitan ini serupa dengan pertanyaan yang diajukan atas Kitab Ayub 1 dan 2, yaitu
bagaimana Allah bisa bercengkrama dengan Iblis yang jelas-jelas sudah berdosa, bahkan disebut sebagai
bapa segala pendusta (Yoh 8:44)?
Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 tentang Kitab Ayub, disebutkan bahwa sebenarnya Iblis yang dimaksud
bukanlah Iblis sebagaimana yang digambarkan dalam teologia ortodoks, yaitu Iblis yang berasal dari malaikat
yang jatuh.370 Heavenor menerima, bahwa Iblis sesungguhnya tidak tampil selaku malaikat yang jatuh,
bahkan sebenarnya ia digambarkan selaku mahkluk yang mempunyai kemungkinan untuk datang ke surga
(bdk. 1:6; 2:1). Sehingga kalau Ayub 1 dan 2 menyebut suatu dewan surgawi yang dihadiri oleh anak-anak
Allah, tidak perlu dipermasalahkan kalau yang termasuk di dalamnya adalah Iblis juga.
Komentar ini sejajar dengan Tafsiran Kitab Yesaya yang ditulis oleh Derek Kidner, yang menyatakan
bahwa Yes 14:13-17 tidak mungkin ditafsirkan sebagai cerita pemberontakan Iblis terhadap Allah (termasuk
halnya dengan Yeh 28:11-19).371 Pendapat sejenis juga dapat ditemukan dalam komentar S.H. Widyapranawa
maupun John B. Taylor.372 Pada prinsipnya, masing-masing kitab tersebut sama sekali tidak membicarakan
tentang narasi kejatuhan malaikat, tapi merupakan nubuatan nabi Yesaya dan Yehezkiel tentang bangsa-
bangsa yang akan dipakai Allah untuk menjajah dan menghukum Israel sebagai umat yang memberontak
kepada Allah. Tapi Allah mengingat janji yang pernah Dia ucapkan di depan Musa terhadap umat-Nya Israel
(Kel 6:2-6) dan membebaskan mereka dari tangan bangsa kafir tersebut.
Sekarang bagaimana? Posisi apakah yang sebaiknya kita ambil dalam menjawab pertanyaan dasar diskusi
kita: Asal mula Iblis, dari kejatuhan malaikat dalam dosa? Ataukah Allah sendiri yang menciptakan mereka?
Penulis rasa, sikap yang bijaksana bagi kita menghadapi dialog yang sulit dan masing-masing mempunyai
argumen yang kuat untuk pandangan mereka, adalah menerima diskusi ini sebagai misteri Allah yang tidak
mungkin terungkap oleh keterbatasan rasio pikir manusia. Karena perdebatan ini bukanlah masalah prinsip
iman kekristenan kita. Bahkan dengan sikap yang seperti itu, menunjukkan sikap takluk kita dan mengakui
bahwa kita terbatas di hadapan Allah kita yang tidak terbatas. Sepatutnya kita senantiasa. menjaga diri dan
bersikap waspada akan kehidupan kita, karena Iblis yang nyata-nyata ada itu senantiasa bekerja mengganggu
kehidupan rohani orang percaya untuk keluar dari jalan kasih Allah.
Realitas keberadaan malaikat maupun Iblis tidak pernah diragukan dalam kitab-kitab PL maupun PB. Banyak
data dari ayat-ayat yang membicarakan tentang siapa mereka dan apa yang menjadi aktivitas mereka dalam
kaitan hubungan antara Allah dan manusia. Tentang asal usul malaikat sudah jelas. Dalam Mzm 148:2-
5 disebutkan bahwa Malaikat didaftarkan bersama dengan matahari, bulan dan bintang-bintang sebagai
sebagian dari ciptaan Allah. Bahkan secara umum Yoh 1:3 menyebutkan bahwa "Segala sesuatu" dijadikan
oleh Allah, dan "tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan". Segala
sesuatu yang dimaksudkan adalah "yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa" (Kol 1:16). Saat
penciptaan malaikat memang tidak disebutkan secara jelas dalam Alkitab, namun Thiessen sendiri
menafsirkan bahwa sangatlah mungkin bahwa malaikat itu diciptakan sebelum langit dan bumi
diciptakan.359 Hal ini bila dibandingkan dengan Ayb 38:2-7 yang menyatakan bahwa bintang-bintang fajar
turut bersorak-sorak pada waktu Allah meletakkan dasar bumi.
Tidak demikian halnya dengan asal usul Iblis. Diskusi tentang dari mana asal Iblis masih menjadi perdebatan
yang hangat di kalangan para teolog. Hal ini karena Alkitab sendiri tidak secara jelas menyebutkannya. Tapi
yang jelas, Allah tidak mungkin menciptakan Iblis,360 karena hal ini bertentangan dengan kesucian Allah.
Tidak ada dosa pada diri Allah.

Вам также может понравиться