Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan


pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh
di ovarium, tuba falopi, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks,
colon, ureter dan pelvis. (Scott, 2002)
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel
lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus (Suddarth,
2002).
Endometriosis adalah suatu masalah yang relative biasa selama masa produktif
dicirikan oleh adanya poliferasi jaringan endometrium pada berbagai tempat di luar
kavum endometrium (Taber, 1994).
Endometriosis merupakan implantasi jaringan endometrium di luar uterus yang
dijumpai pada usia relative muda. (Chandranita, 2010)
Endometriosis adalah suatu keadaan di mana jaringan endemetrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma.
(Wiknjosastro, 2005)
Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ
perut. Endometium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur)
dan ligament penyokong rahim.
Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter
(saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina,
jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium
tumbuh di dalam paru-paru.
Endometiosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama
(ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan resiko
terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali
pada usia diatas 30 tahun dan kulit putih.

1
2.2 Etiologi

Penyebab endometriosis tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mencoba


menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa beberapa teori, antara lain:
a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.
Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus endometriosis di
luar pelvis.
b. Teori Metaplasia.
Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah
menjadi endometrium.
Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal pada
epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel germinativum dari
ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel coelom yang sama.
c. Teori Hormonal.
Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian
steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat yang sudah lama
dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari
kadar estrogen di dalam tubuh.
d. Teori Imunologik.
Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan
ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis dengan mesotel.
Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun
karena memiliki criteria cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar,
menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-
poliklonal.

2.3 Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko untuk endometriosis:


a. Nuliparitas

2
b. Wanita usia produktif (15 – 44 tahun)
c. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
d. Menstruasi yang lama (>7 hari)
e. Spotting sebelum menstruasi
f. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
g. Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
h. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
i. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

2.4 Manifestasi Klinik

Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah
ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosis
datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak
penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara
hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Scott (2002) yaitu:

1. Nyeri:
a) Dismenore sekunder
b) Dismenore primer yang buruk
c) Dispareunia
d) Nyeri ovulasi
e) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter

2. Perdarahan abnormal
a) Hipermenorea
b) Menoragia
c) Spotting sebelum menstruasi

3
d) Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a) Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b) Darah pada feces
c) Diare, konstipasi dan kolik.

2.5 Klasifikasi

Klasifikasi menurut letak endometriosis:


a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan
atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang
khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba. Akibatnya adalah:
- Saluran tuba tertutup, terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping
c. Endometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista coklat
ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan membentuk
suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas. Benjolan-
benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya nyeri saat BAB.
Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:
- Karsinoma ovarium.
- Metastasis di kavum Douglas.
- Mioma multiple.
- Karsinoma rectum.
e. Endometriosis Ekstragenital.

4
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.

Klasifikasi endometriosis, menurut Scott (2002) :


a. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau
posterior kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau permukaan ovarium.
b. Sedang, yaitu :
1. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau
endometrioma kecil.
2. Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami
endometriosis.
3. Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan parut dan
retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid.
c. Berat, yaitu :
1. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
2. Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba, atau kavum Douglasi karena
endometriosis.
3. Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.

2.6 Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor

5
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan
sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan
bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian
tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan.
Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang,
jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatannya bergantung pada gejala-gejala pasien, keinginan untuk hamil, dan


keparahan penyakit. Jika pasien tidak menunjukkan gejala, observasi setiap 6 bulan
adalah semua yang diperlukan. Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala mencakup
paliasi, terapi hormone, atau pembedahan.

a. Tindakan paliatif

6
Tindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor prostaglandin) dan kehamilan,
yang menghilangkan gejala karena tidak adanya menstruasi selama gestasi.

b. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak
terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis.
Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena
transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan
perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan
peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endomeetriosis.
c. Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini, pada
wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya
pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita
usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk
infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan
penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.
d. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.

7
2.8 Pencegahan

Belum banyak cara pencegahan yang dapat di laksanakan, diantarnya:


a) Tidak melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu berlebihan pada wanita menstruasi,
agar tidak terjadi regurgitasi darah menstruasi melalui tuban kedalam cavum
peritoneum
b) Apabila terdapat penyempitan atau obstruksi kanalis servikalis, agar segera di
perbaiki. Keuntungan lainya apabila segera diperbaiki ialah kerusakan epithelium
endoserviks dapat segera dicegah dan hal ini akan sangat mmebantu migrasi sperma
kedalam tuba.
c) Apabila pasien telah menikah di anjurkan segera hamil dengan demikian apabila ada
endometriosis dalam tingkat ringan atau sedang kehamilan akan dapat menghilangkan
ini.
d) Dianjurkan tidak menggunakan pil KB dengan dosis estrogen yang terlalu besar.
Pemakaian pil KB dengan hanya berisiskan progesterone saja dapat membantu
pengobatan enometriosis.

Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik
untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada
waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang – sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak
– anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak
hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari
terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan
yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
(Wiknjosastra, 2005)

2.9 Komplikasi

1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon
atau ureter
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis

8
(Taber, 1994)

2.10 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi:


a. Pemeriksaan DL: untuk mengetahui komposisi darah klien secara menyeluruh,
dimana didapatkan peningkatan peningkatan dari WBC.
b. Imaging: dilakukan pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap terapi
antimikroba dalam 48-72 jam.
c. CT scanning pada abdomen dan pelvis: untuk membantu untuk mengeklusi broad
ligament masses, septic pelvic thrombophlebitis, ovarian vein thrombosis, dan
phlegmon.
d. USG pada abdomen dan pelvis: dapat memberikan gambaran pada bagian uterus pada
pasien endometritis.
e. Biopsi jaringan endometrium: dilakukan dengan mengambil jaringan dari rahim dan
mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Dapat digunakan untuk
menilai endometritis kronik pada nonobstetric population.
f. Pemeriksaan vaginal: dilakukan dengan menggunakan vaginoskop untuk melihat
adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) dan vagina yang agak terbuka dan
kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai
fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
g. X-ray khusus: menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari abdomen dan
digunakan untuk melihat organ tubuh lain seperti rahim dan ovarium.
h. Hysteroscopy: pemeriksaan ini mungkin dilakukan untuk mencari pembengkakan di
dalam rahim, dengan menggunakan hysteroscop (tabung panjang yang masuk melalui
vagina dan ke dalam rahim). Contoh jaringan dari rahim juga dapat diambil selama
tes ini.
i. Kultur: diambil sample dari urin, darah, dan cairan vagina dan dikirim ke laboratorium
untuk diperiksa untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi.
j. Pap smear: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya pembengkakan dan
infeksi pada bagian rahim. Pap smear juga dapat dilakukan untuk memeriksa sel-sel
abnormal yang dapat menyebabkan kanker. Sample sel di leher rahim akan diambil
dan ditempatkan pada slide kaca untuk dikirim ke laboratorium untuk tes.
k. Pemeriksaan serum CA 125

9
Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium.
Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini
mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan pada
keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat
digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi
berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125>65 mIU/ml
praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.

10
2.11 PNP

Toksik

3.
Masuknya
Mikroorganisme

Gangguan
Makrofag Menstruasi

Respon Imun Hipermenorea


dan Menoragia
Faktor Genetik
Pertumbuhan sel
abnormal Mempengaruhi
system hormonal
Resiko Tinggi

Tumbuh di luar Uterus


Gangguan estrogen
Gen Abnormal dan progesteron

Fragmen endometrial dilempar

Gangguan Pertumbuhan
Sel Endometrium
Infidubulum Tuba Falopi

ENDOMETRIOSIS
Gangguan Citra
Tubuh

Sel Endometrial

Estrogen dan Estrogen dan Kurang Informasi


Peogesteron Peogesteron

11
Endometrial Perekembangbiakan Ansietas Kurang
nekrosis Endometrial Pengetahuan

Perdarahan Pelvic

Penggumpalan
Adhesi Nyeri
Pelvic

Uterus Tubafallopi

Gerakan spontan ujung-


Retroversi (robhnya
ujung Fimbrae
seluruh organ belakang)

Ovum bergerak melambat

Saluran Tuba fallopi


Infertilitas
menyempit

Gangguan Harga
Diri

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Penyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia
produktif yaitu sekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut
terjadi peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum
diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan
sangat mempengaruhui juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung terpapar
dengan toksik dari pepsida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah
medis dan sampah-sampah perkotaan.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu
disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling karakteristik. Nyeri
pelvis yang berat dan mendadak dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat
rupturnya endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu
dapat merupakan gejala-gejala penyerta.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam
paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, serta nyeri
akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada saat
pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri
sebelum, sesudah dan saat defekasi, Konstipasi, diare, kolik.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita klien, apakah klien
mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat
reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya
endometriosis serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau
pengobatan lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah memiliki ibu atau saudara
perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis, karena

13
penyakit endometriosis penyebabnya karena factor genetic yang memiliki resiko
tinggi terhadap angka kejadian endometriosis.
6. Riwayat Obstetri dan Menstuasi
a. Riwayat Menstruasi
Biasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi
pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau
di akhir menstruasi
b. Riwayat Pernikahan
Bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada
usia muda dan yang tidak memiliki banyak anak
c. Riwayat Kehamilan
Pasien endometriosis biasanya jarak kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara
anak yang satu dengan anak yang lain.
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien kurang mendapatkan paparan informasi mengenai penyakitnya
b. Nutrisi/metabolic
Terdapat beberapa klien yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen,
dan anoreksia.
c. Pola eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun
BAB. Pada endometriosis biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit
terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada
dinding rektosigmoid.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien endometritis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada
malam hari atau saat istirahat.
e. Pola perceptual
Nyeri bisa berupa akut dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah
antara paha). Nyeri dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan
pada jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan pula pada perut
bagian bawah, punggung, panggul belakang, dan vagina.

14
f. Pola persepsi diri
Kadang klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat
tanda dan gejala penyakit yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat
adanya infeksi di endometritis klien.
g. Pola peran-hubungan
Klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika
klien harus dirawat di rumah sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan
klien mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya sehari-
hari.
h. Pola manajemen koping stres
Pada klien dengan endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi
bila disertai dengan terjadinya perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya
cairan vagina berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih atau kekuningan,
dan disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai
penyakitnya.

3.2 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang
dirasakan ibu, sehingga mempengaruhi ibu secara umum.
2. TTV: mengetahui keadaan tekanan darah, suhu, nadi, respirasi sehubugan dengan
keluhan yang dirasakan ibu.
3. Payudara: pemeriksaan payudara mempunyai arti penting bagi penderita wanita
terutama dalam hubungan dengan diagnostik kelainan endokrin.
4. Abdomen: mengetahui apakah ada luka bekas oprasi, apakah ada massa dan
pembesaran perut abnormal yang dapat menunjang diagnosa ke diagnosa penyakit
organ reproduksi lainnya. Pemeriksaan abdomen sangat penting pada penderita
gynekologi, tidak boleh diabaikan, dan harus lengkap apapun keluhan penderita.
Penderita harus tidur terlentang. Pada penderita endometriosis biasanya terdapat
massa pada perut dan ada nyeri tekan.
5. Anogenital: mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam, varices, dan oedema,
serta tanda-tanda abnormal/kelainan lainnya, seperti tanda-tanda infeksi. Pada
endometriosis perlu dilakukan VT untuk memastikan asal perdarahan yang dialami

15
oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda
endometriosis pada vagina.

3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:


1. Nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2. Ansietas b.d ancaman atau perubahan pada status kesehatan.
3. Gangguan harga diri b.d infertilitas.
4. Gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi.
5. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber informasi.

3.4 Intervensi dan Implementasi

No. Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri b.d  Pain Level, Pain Management
gangguan  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
menstruasi,  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
proses karakteristik, durasi, frekuensi,
penjalaran Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
penyakit.
(tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan
mampu menggunakan  Gunakan teknik komunikasi
 Mampu mengenali nyeri terapeutik untuk mengetahui
(skala, intensitas,
pengalaman nyeri pasien
frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman  Kontrol lingkungan yang dapat
setelah nyeri be tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari kebisingan
bantuan)  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
berkurang dengan inter personal)
menggunakan manajemen  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri menentukan intervensi
 rkurang  Ajarkan tentang teknik non
 Tanda vital dalam rentang farmakologi
normal
 Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

16
Analgesic Administration
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
2. Ansietas b.d  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
ancaman atau  Coping kecemasan)
perubahan  Impulse control
pada status  Identifikasi tingkat kecemasan
kesehatan.
Kriteria Hasil :  Gunakan pendekatan yang
 Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur
cemas penanganan endometriosis
 Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik  Berikan informasi faktual mengenai
untuk mengontol cemas diagnosis endometriosis, tindakan
 Vital sign dalam batas prognosis
normal  Dorong pasien untuk
 Postur tubuh, ekspresi mengungkapkan perasaan,
wajah, bahasa tubuh dan ketakutan, persepsi
tingkat aktivitas  Instruksikan pasien menggunakan
menunjukkan teknik relaksasi
berkurangnya kecemasan  Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
5. Kurang  Knowledge : disease Teaching : disease Process
pengetahuan process
b.d  Knowledge : health  Berikan penilaian tentang tingkat
keterbatasan Behavior pengetahuan pasien tentang proses
kognitif, tidak penyakit endometriosis
mengetahui Kriteria Hasil :  Gambarkan tanda dan gejala yang
sumber  Pasien dan keluarga biasa muncul pada penderita
informasi. menyatakan pemahaman endometriosis dengan cara yang tepat
tentang penyakit, kondisi,
 Sediakan informasi pada pasien
prognosis dan program
tentang kondisi, dengan cara yang
pengobatan
tepat
 Pasien dan keluarga
 Diskusikan perubahan gaya hidup
mampu melaksanakan
yang mungkin diperlukan untuk

17
prosedur yang dijelaskan mencegah komplikasi di masa yang
secara benar akan datang dan atau proses
 Pasien dan keluarga pengontrolan penyakit
mampu menjelaskan  Diskusikan pilihan terapi atau
kembali apa yang penanganan endometriosis
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.

3.5 Evaluasi

1. Tingkat nyeri yang dialami pasien berkurang hingga tak dirasakan pasien lagi.
2. Pasien merasa rileks dan tidak menunjukkan ekspresi cemas.
3. Pasien menerima penyakit endometriosis yang dialaminya dan tetap merasa percaya
diri.
4. Pasien mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakitnya dan bekerjasama
dengan petugas kesehatan.
5. Pasien mengetahui informasi tentang penyakit endometriosis, mulai dari proses
hingga cara penanganannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Scott, R. J., dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
Smelizer, Suzanne C. (alih bahasa oleh Brunner & Suddart). 2001. Keperawatan Medical
Bedah - ed.8. Jakarta: EGC
Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC

19

Вам также может понравиться