Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANALGETIK
BAB I
PENDAHULUAN
Rasa nyeri akan disertai respon stress, antara lain berupa meningkatnya rasa
cemas, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas. Nyeri yang berlanjut atau
tidak ditangani secara adekuat, memicu respon stress yang berkepanjangan, yang akan
menurunkan daya tahan tubuh dengan menurunkan fungsi imun, mempercepat
kerusakan jaringan, laju metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan, sehingga
akhirnya akan memperburuk kualitas kesehatan.
Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan bisa dirasakan
sebagai rasa sakit. Nyeri dapat timbul di bagian tubuh manapun sebagai respon
terhadap stimulus yang berbahaya bagi tubuh, seperti suhu yang terlalu panas atau
terlalu dingin, tertusuk benda tajam, patah tulang, dan lain-lain. Rasa nyeri timbul
apabila terjadi kerusakan jaringan akibat luka, terbentur, terbakar, dan lain
sebagainya. Hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan
posisi tubuhnya.
Pada dasarnya, rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Meskipun
nyeri berguna bagi tubuh, namun dalam kondisi tertentu, nyeri dapat menimbulkan
ketidaknyamanan bahkan penderitaan bagi individu yang merasakan sensasi ini. 2
Sensasi nyeri yang terjadi mendorong individu yang bersangkutan untuk mencari
pengobatan, antara lain dengan mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri
(Analgetik). Analgetik adalah obat yang digunakan untuk menghambat atau
mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran Saat ini telah banyak beredar
obat-obatan sintetis seperti obat anti inflamasi non steroid (AINS). Sebanyak 25%
obat yang dijual bebas di pasaran adalah analgetik asetaminofen. Obat ini banyak
dipakai untuk bayi, anak-anak, dewasa, dan orang lanjut usia untuk keluhan nyeri
ringan dan demam.
Obat-obat analgetika adalah kelompok obat yang memiliki aktivitas menekan
atau mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai macam cara,
seperti menekan kepekaan reseptor rasa nyeri (misalnya dengan anestesi)
terhadaprangsang nyeri mekanik, termik, listrik atau kimiawi di pusat atau perifer,
atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi
nyeri.
Metoda-metoda pengujian aktivitas analgetika dilakukan dengan menilai
kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi
pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara
mekanik, termik, elektrik dan secara kimia. Metode pengujian dengan induksi nyeri
secara mekanik atau termik lebih sesuai untuk mengevaluasi obat-obat analgetika
kuat. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai pada hewan dengan mengukur
besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri
atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri atau juga peranan
frekuensi respon nyeri (Midian Sirait, dkk).
Penggunaan obat-obatan sintetik golongan analgetik dalam jangka panjang
dapat menghilangkan keluhan nyeri, namun tidak sedikit menimbulkan efek samping.
Obat-obat analgetik mempunyai beberapa efek samping yang mengganggu, antara
lain addiksi, untuk obat golongan opioid. Obat golongan AINS beberapa diantaranya
menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti gastritis yang bila berat dapat
menyebabkan perdarahan saluran cerna, gangguan asam-basa, menghambat ekskresi
asam urat, perpanjangan masa perdarahan, agranulositosis, aplastik dan gangguan
fungsi trombosit. Efek samping lain obat-obat analgetik yaitu dapat menimbulkan
reaksi hipersensitivitas yang terjadi pada beberapa orang serta mengganggu fungsi
liver, ginjal, dan pankreas. (Freddy Wilmana, 1995; Hardman, et al, 2001). Oleh
karena itu, masyarakat mulai beralih untuk menggunakan tanaman obat sebagai
alternatif pengobatan.
Zat ini merangsang, reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di
kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui
syaraf sensoris ke S.S.P (Susunan Syaraf Pusat), melalui sumsum tulang belakang ke
talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, di mana rangsang terasa
sebagai nyeri (Anief, 1995). Sebagai mediator nyeri adalah:
1. Histamin
2. Serotonin
3. Plasmokinin (antara lain Bradikinin)
4. Prostaglandin
5. Ion kalium
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana respon nyeri pada mencit dengan metode jentik ekor dan metode
induksi kimia
b. Berapa lama waktu yang diperlukan mencit untuk mengangkat ekornya dari
penangas air
c. Bagaimana respon geliat pada mencit dengan metode induksi kimia
d. Bagaimana mekanisme kerja dari obat analgetika
1.3 Tujuan
a. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik
suatu obat.
b. Memahami dasar – dasar perbedaan efektivitas berbagai analgetika.
c. mengetahui waktu yang diperlukan mencit untuk mengangkat ekornya dari
penangas air
d. Mengetahui respon geliat pada mencit ketika diberikan obat analgetika
e. memperoleh respon nyeri yang ditimbulkan secara jentik ekor dan metode induksi
kimia
1.4 Manfaat
Mengetahui respon analgesik yang ditimbulkan oleh mencit dengan cara
metode jentik ekor dan metode induksi kimia serta waktu yang diperlukan mencit
untuk merasakan sensasi nyeri yang ditimbulkan
BAB II
LANDASAN TEORI
METODE PERCOBAAN
Alat : Suntik 1ml, stopwatch, timbangan hewan, bejana gelas (silinder tinggi 20 cm,
diameter 10cm)
1. Sebelum pemberan obat, catat waktu yang diperlukan mencit untuk mengeluarkan
ekornya dari penangas air (suhu 50ᵒC), lakukan pengamatan 3kali dan waktu dirata-
ratakan sebagai respon normal mencit terhadap stimulus nyeri
2. Suntikkan mencit atau hewan uji secara i.p seuai dengan kelompok uji (kontrol,obat
uji) diam kan 10 menit
3. kemudian nilai respon masing-masing mencit berdasrakn kelompok uji terhadap
stimulus nyeri seperti pada percobaan 1, untuk lebih kurang 10 detik. Jika mencit
tidak menjentikkan ekornya selama waktu tersebut maka dapat dianggap bahwa ia
tidak menyaadari stimulus nyeri yng diberikan. Angkat ekor mencit dari penangas air
4. ulangi penilaian respon hewan percobaan selang 10,20,30,40,50,60 dan 90 menit
hingga efek enalgesik hilang
5. tabel hasil pengamtan saudara dengan baik
6. gambar kurva yang merefleksikan pengaruh obat-obat yang diberikan terhadap
respon mencit untuk stimulus nyeri
Penimbangan
- Mencit 1 → 28.21 gr
- Mencit 2 → 25 gr
- Mencit 3 → 28 gr
- Mencit 4 → 26 gr
- Mencit 5 → 23 gr
Perhitungan dosis
Paracetamol
Asetosal
Antalgin
Asam mefenamat
𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑓𝑒𝑛𝑎𝑚𝑎𝑡
= 1,3 𝑚𝑔/1𝑚𝑙
500𝑚𝑔 . 0,0026
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
= 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 0,0026
950𝑚𝑔 0,005𝑚𝑔
𝑥 0,0026 =
500𝑚𝑔 5𝑚𝑙
= 0,025 mg/25ml
4.3 Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami membahas tentang obat analgetik dengan menggunakan
metode jentik ekor dan induksi kimia dengan menggunakan hewan uji mencit,. Tujuan
pada percobaan ini yaitu mengenal, mempraktikkan dan membandingkan daya analgetik
dari obat paracetamol, acetosal, antalgin, asam mefenamat, dan NaCl fisiologis.
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh. Berdasarkan data
pengamatan diperoleh dari waktu menit 10, 20, 30,40, 50, dan 60 menit diperoleh hasil
4.4 Kesimpulan
1. Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya
rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis.
2. Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu
analgetik sentral (narkotik) dan analgetik perifer (non-narkotik).
3. Metode yang digunakan metode jentik ekor dengan obat paracetamol,asetosal,
antalgin, asam mefenamat dan NaCl fisiologis
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Tjay dan K.Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo