Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ostomy adalah prosedur pembedahan di mana ada eksternalisasi yang dari
organ berongga seperti usus atau kandung kemih, melalui lubang di perut yang
disebut stoma. prosedur ini dilakukan untuk mempertahankan fungsi eliminasi dan
menyebabkan berbagai perubahan yang negatif dapat mempengaruhi fisik,
kesehatan psikologis, sosial dan seksual dari orang-orang yang harus hidup dengan
kondisi ini hidup. Kehadiran stoma menghasilkan ketergantungan dari kolektor tas
kotoran atau urin.
Stoma usus merupakan lubang buatan pada dinding perut yang langsung
berhubungan dengan usus kecil atau usus besar ( Ayaz, 2008). Stoma usus bisa
dibuat dari ileum (ileostomi) atau kolon (kolostomi), stoma merupakan anus baru
(neoanus), yang dibuat bila anus itu sendiri telah diangkat atau pada saat
diinginkan pengalihan aliran feses dari usus sebelah distal, seperti pada
keadaan bedah darurat kolon sisi kiri untuk „mengistirahatkan‟ usus bagian distal
atau melindungi suatu anastomosis (Britto dan Dalrymple, 2005). Kolostomi
ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka
(asendens), tempat mengeluarkan feses ( Pearce, 2009). Kolostomi dapat dibuat
sementara ataupun permanen.
Kolostomi dibuat agar klien dapat bertahan hidup lebih lama dan untuk
membantu mereka kembali kehidup yang lebih sehat dan produktif serta
meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, klien dengan kolostomi menghadapi
beberapa masalah, baik fisik dan psikologis, misalnya kebocoran yang disebabkan
oleh kegagalan menempelnya perekat kantung dan kesulitan dalam menjaga
kantung. Kecemasan dan merasa malu memiliki kolostomi dapat menyebabkan
perubahan pada gaya hidup, termasuk kemampuan untuk mencari pekerjaan,
keinginan untuk melakukan perjalanan, dan penilaian terhadap citra dirinya.

1
Klien dengan kolostomi sering mengalami perubahan citra tubuh dan
konsep diri. Dukungan psikologis dan penyuluhan adalah aspek penting dalam
mengatasi masalah ini ( Jhonson et al, 2005). Citra tubuh menunjukan gambaran
diri sendiri yang dimiliki setiap orang. Penyakit dan cedera serius dapat merusak
konsep diri tersebut. Mengadaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan oleh
penyakit dapat mempengaruhi perasaan seseorang mengenai identitasnya.
Kecacatan mayor bisa dianggap sebagai keterbatasan yang harus dihadapi.
Namun sebaliknya bisa juga menyebabkan perasaan “tidak berdaya” (Salbiah,
2003).
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan diatas maka peneliti
menyimpulkan bahwa dengan adanya kolostomi pada seseorang dapat
mempengaruhi persepsi tentang konsep dirinya, dari beberapa penelitian yang
telah dipaparkan menunjukan bahwa klien dengan kolostomi mengalami beberapa
perubahan konsep diri diantaranya yaitu perubahan citra tubuh dan harga diri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kolostomi


Kolostomi ialah lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam
kolon iliaka (asendens), tempat mengeluarkan feses. Kolostomi dapat sementara
jika kemudian ditutup lagi, atau permanen dan bekerja sebagai anus tiruan sesudah
eksisi rectum ( Pearce, 2009).

2.1.1 Lokasi dan Tipe Kolostomi


a. Lokasi pembuatan kolostomi
Kolostomi asendens mengosongkan usus dari kolon asendens. Kolostomi
transversal mengosongkan usus dari kolon transversal. Kolostomi desendens
mengosongkan usus dari kolon desendens. Lokasi ostomi mempengaruhi karakter
dan penatalaksanaan drainase feses.
1. Ileostomi menghasilkan drainase feses yang cair dan tidak dapat diatur.
Klien ileostomi harus melaksanakan beberapa tindakan kewaspadaan
khusus guna mencegah kerusakan kulit karena drainase ileostomi
mengandung enzim-enzim pencernaan, yang dapat merusak kulit. Bau
minimal karena feses hanya mengandung sedikit bakteri.
2. Kolostomi asendens serupa dengan ileostomi yauitu drainase feses cair dan
tidak dapat diatur, dan terdapat enzim-enzim pencernaan.
3. Kolostomi transversal menghasilkan bau yang tajam, dengan drainase agak
kental karena beberapa cairan telah diapsorbsi kembali. Biasanya tidak
terdapat kontrol.
4. Kolostomi desendens menghasilkan drainase feses yang lebih padat. Feses
memiliki konsistensi normal atau konsistensinya telah terbentuk, dan
frekuensi rabas dapat diatur. Bau biasanya dapat dikontrol. ( Kozier &
Erb, 2009)
5.

3
b. Pengertian Stoma
Stoma adalah sebuah lubang yang dibuat di abdomen dan usus dan
dilekatkan pada kulit.Hal ini memungkinkan terjadinya pengosongan usus melalui
lubang tersebut, bukan melalui rektum. (Dewi Elizadiani, 2012). Untuk mengambil
isi stoma biasanya diperlukan kantong yang diletakkan pada stoma.Perlengkapan
ostomi terdiri atas satu lapis atau dua lapis dengan barier kulit hipoalergenik untuk
mempertahankan integritas kulit peristomal.Kantongharus cukup besar untuk
menampung feses dan flatus dalam jumlah sedang.Perlindungan kulit peristomal
adalah aspek penting dari perawatan stoma.Peralatan yang sesuai ukurannya
merupakan hal penting untuk mencegah kebocoran isi (Wong, 2009).
c. Tipe stoma
Terdapat 4 tipe utama konstruksi stoma: tunggal (single), lengkung (loop),
tabung ganda (double-barreled) dan kolostomi pemisah (devided colostomy).
1. Kolostomi (ujung) tunggal hanya memiliki sebuah stoma yang muncul
dari ujung bagian proksimal usus.
2. Kolostomi lengkung, sebuah lengkung usus dibawa keluar dari abdomen,
disangga dengan batang plastic apabila dibuat dua lubang, lubang
proksimal (atau ujung yang berfungsi) mengeluarkan materi feses dan
lubang distal atau ujung yang tidak berfungsi hanya mengeluarkan mucus.
3. Kolostomi tabung ganda, dibentuk dua stoma yang terpisah, satu stoma
berada di proksimal dan berfungsi sedangkan stoma yang lain berada di
distal dan tidak berfungsi.

2.2 Indikasi Kolostomi


Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien
(McGarity, 1992 dalam Potter dan Perry, 2006). Kolostomi dapat dibuat secara
permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien. Kolostomi temporer dibuat pada pasien yang tujuannya untuk dekompresi
kolon sedangkan kolostomi permanen dibuat pada pasien yang tidak mampu lagi
untuk defekasi secara normal melalui anus, hal ini biasanya disebabkan karena
adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid dan rektum.

4
2.3 Komplikasi Kolostomi
Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih adalah
prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran
dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau
lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan
kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam
Fadhila, 2011).

2.4 The Theory of Self-Care


Untuk memahami tentang teori perawatan diri, perlu dipahami terlebih
dahulu mengenai konsep dasar perawatan diri (self-care), kemampuan perawatan
diri (self-care agency), faktor yang mempengaruhi perawatan diri (basic
conditioning factors), dan terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic self-care
demand).
2.4.1 Pengertian Self care
Perawatan diri (self-care) adalah pelaksanan aktivitas individu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan
dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan efektif, maka dapat
membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya.
Kemampuan perawatan diri (self-care agency) adalah kemampuan individu
untuk terlibat dalam proses perawatan diri. Kemampuan ini berkaitan dengan faktor
pengkondisian perawatan diri (basic conditioning factor) yang terdiri dari faktor
usia, jenis kelamin, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem perawatan
kesehatan, kebiasaan keluarga, pola hidup, faktor lingkungan dan keadaan ekonomi.
Terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic self-care demand), yaitu
tindakan yang dilakukan sebagai bantuan untuk memenuhi syarat perawatan diri.
Teori self-care tidak terlepas dari syarat perawatan diri (self-care requisites),
yaitu aspek yang menentukan tingkat pemenuhan perawatan diri. Self-care
requisites terdiri dari tiga kategori ;
2.4.2 Universal self-care requisites

5
Aspek universal ini berhubungan dengan proses hidup atau kebutuhan dasar
manusia, yaitu :
a. Pemeliharaan kebutuhan udara/oksigen
b. Pemeliharaan kebutuhan air
c. Pemeliharaan kebutuhan makanan
d. Perawatan proses eliminasi dan ekskresi
e. Pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan istirahat
f. Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial
g. Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan
h. Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan sosial
2.4.3 Developmental self-care requisites
Berbeda dengan universal self-care requisites, developmental self-care
requisitesterbentuk oleh adanya :
a. Perbekalan kondisi yang meningkatkan pengembangan
b. Keterlibatan dalam pengembangan diri
c. Pengembangan pencegahan dari efek yang mengancam kehidupan
Pengembangan aspek perawatan diri berhubungan dengan pola hidup
individu yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya.
2.4.4 Health deviation self-care
Perawatan diri berkaitan dengan penyimpangan kesehatan. Timbul akibat
adanya gangguan kesehatan dan penyakit. Hal ini menyebabkan perubahan
kemampuan individu dalam proses perawatan diri.

2.5 Konsep Keluarga Sebagai Fasilitator Dalam Perawatan Diri Klien Dewasa
Muda dan Dewasa Akhir Dengan Stoma

6
2.5.1 Defenisi Keluarga
Friedman (1998 dalam Suprajitno, 2004) mendefenisikan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga. Sayekti (1994 dalam Suprajitno, 2004)
menyebutkan bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa
anak, baik anak sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Dep. Kes RI (1983 dalam Setiawati dan Dermawan, 2008).

2.5.2 Fungsi Keluarga


1. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi keluarga ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial
anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan
dan tempat melatih anak untuk berkehidupan soaial sebelum meninggalakan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga dibidang kesehatan.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, meliputi :
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dan kerena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber

7
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan
seberapa besar perubahannya.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan
kepada orang dilingkungan tinggal keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali
keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

2.5.3 Peran keluarga terhadap kliendewasaDewasa Muda dan Dewasa Akhirdengan


kolostomi
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh
keluarga, komunitas, dan kultur. Peran membentuk pola perilaku yang diterima

8
secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai
kelompok sosial.( Stuart & sundeen, 1991 dalam Perry & Potter, 2005). Dalam
penelitian ini partisipan satu memiliki posisi peran dalam keluarganya sebagai
seorang ayah dari lima orang anak dan seorang suami dari istrinya, sedangkan
partisipan yang lain berperan sebagai seorang anak.

2.5.4 Keluarga sebagai fasilitator dalam perawatan diri klienDewasa Muda dan
Dewasa Akhirdengan stoma
Perawatan stoma harus diajarkanpada pasien dan keluarga. Singkatnya
masaperawatan (2-4 minggu) membuat pasienbelum dapat sepenuhnya terlatih
dalamteknik perawatan stoma sebelum pulang(Smeltzer & Bare, 2002).
Pasienmembutuhkan orang lain ketika pasienmeninggalkan rumah sakit
(WHO, 2005).Keluarga dapat terlibat dalam perawatanstoma pasien, sehingga
keluarga nantinyadiharapkan dapat memantau dan membantupasien untuk
mencapai self care-nya
Ketidakmampuan melakukan suatutindakan paling sering disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan tentang caramelakukan tindakan atau merupakan
akibatkurang/sulitnya memperoleh sarana untukmelakukan tindakan tersebut
(Nurhidayah,2009)
Menurut Suprajitno (2004),untuk menstimulasi kesadaran atau
penerimaankeluarga mengenai masalah kebutuhankesehatan dapat dilakukan
dengan caramemberikan informasi yang tepat,mengidentifikasi kebutuhan dan
harapankeluarga tentang kesehatan, sertamendorong sikap emosi yang
mendukungupaya kesehatan.
Kebanyakan individu sepakat bahwa keluarga yang merawat pasien
kolostomi memerlukan program pendidikan yang komperhensip untuk
mempersiapkan mereka berperan dan bertanggung jawab menjaga anggota
keluarganya, dikaitkan dengan konsep harga diri pasien yang rendah seperti yang
dinyatakan dari peneliti panusur dan nurhidayah (2007)
Sebagian besar responden pasien kolostomi(58,33%) mempunyai gambaran
diri negatifsetelah tindakan kolostominya ketika pasienakan pulang dari perawatan.

9
Reaksi pasienpada tahap ini mungkin pasien menjadisangat tergantung, pasif, tidak
ada motivasidalam berperan dalam perawatannya.
Karena itu pasien tidak mandiri dalamperawatan stoma. Oleh sebab itu,
edukasiyang diberikan pada keluarga sangatpenting sehingga sesampainya
dirumahkeluarga dapat membantu pasien agar dapatmencapai self care-nya.

BAB III
ANALISIS JURNAL

10
3.1 Judul Jurnal
Jurnal ini berjudul “Facilitators of the transition process for the self-care of
the person with stoma: subsidies for Nursing” yang diterbitkan pada 11 Juli 2014
dan penelitinya ialah Marina Soares Mota1, Giovana Calcagno Gomes2, Vilma
Madalosso Petuco, Rita Maria Heck,Edaiane Joana Lima Barros, Vera Lúcia de
Oliveira Gomes.

3.2 Metodelogi
Metodelogi dalam jurnal ini adalah penelitian deskriptif kualitatif alam,
dilakukan dalam layanan Stomal Terapi dari rumah sakit universitas di Brasil
selatan. Ini adalah rumah sakit universitas menengah dengan 205 tempat tidur dan
berfungsi sebagai bidang pelatihan untuk teknis kursus, serta program sarjana dan
pascasarjana wilayah. The Stomal Terapi Layanan menghadiri sekitar 100 orang
dengan stomata dan keluarga mereka, melalui keperawatan konsultasi dan terapi
kelompok.
Penelitian ini melibatkan 27 orang, dimana 16 adalah laki-laki, berusia
antara 33 dan 77 tahun. Waktu dengan stoma berkisar dari dua bulan sampai 11
tahun. Mengenai jenis stoma, 13 memiliki kolostomi, tujuh ileostomi dan tujuh
stoma. Penyebab paling berulang dari stoma adalah adenokarsinoma usus besar dan
rektum (n = 20) dan karsinoma kandung kemih (n = 7). Tingkat pendidikan
bervariasi antara SD lengkap sekolah (n = 8), sekolah dasar lengkap (n = 11), SMA
lengkap (n = 6) dan Perguruan Tinggi (n = 2). Tiga belas pasien pensiun, 12
menganggur dan dua bekerja di layanan umum.
Data dikumpulkan di babak pertama 2014 melalui wawancara semi-
terstruktur (11) dengan membimbing berikut Pertanyaan: Faktor-faktor apa
memfasilitasi / menghambat kinerja selfcare Wawancara individu dilakukan di
kantor Stomal Terapi Service, direkam dan ditranskrip.

3.3 Hasil

11
Berdasarkan teori yang diadopsi, analisis data yang dihasilkan kategori
berikut: Ketentuan yang berlaku bagi orang Kondisi yang terkait dengan
masyarakat.
Kondisi yang berkaitan dengan orang tersebut perawatan diri dapat
difasilitasi dengan mendirikan strategi berdasarkan kondisi yang berhubungan
dengan orang tersebut. Dengan demikian, stoma keuntungan arti positif bila dilihat
sebagai kemungkinan orang hidup setelah operasi.
Beberapa orang menghilangkan fakta bahwa mereka memiliki stoma dari
masyarakat karena takut sikap penolakan. meskipun ini Tampaknya bentuk
penolakan, memungkinkan beberapa waktu bagi orang untuk merasa lebih kuat dan
mampu mengekspos diri kepada orang lain.
The Stomal Terapi Layanan memiliki tim multidisiplin dengan perawat yang
melakukan konsultasi keperawatan dan rumah sakit atau kunjungan rumah. Mereka
juga bekerja dengan kelompok pendukung bagi orang-orang dengan ostomy dan
keluarga mereka, untuk mengembangkan intervensi terapi untuk membantu dalam
akuisisi pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri.
Saat-saat pertama setelah ostomy yang sulit. Itu keluarga adalah dukungan
yang menyediakan perawatan awalnya, kemudian secara bertahap mendelegasikan
kepada orang, membuat mereka lebih kuat untuk melakukan perawatan diri.
Dengan menawarkan bantuan dalam perawatan dan menunjukkan kasih
sayang secara fisik, keluarga menjadi lebih dekat dengan orang-orang dengan
stoma, memupuk rasa memiliki dan dukungan, dan juga membantu mereka untuk
melakukan aktivitas perawatan diri mereka.

3.4 Resume Jurnal


Operasi ostomy adalah saat transisi yang signifikan dalam kehidupan orang-
orang yang berusaha untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini karena keinginan
mereka untuk terus hidup. Ostomy ini memungkinkan kelangsungan hidup mereka
dan, karena itu, dapat dilihat positif, sebagai bagian dari resolusi masalah kesehatan
dan kesempatan kedua untuk hidup.

12
Operasi ostomy dapat berdampak negatif terhadap kehidupan orang dengan
stoma, menghasilkan perasaan kekacauan emosional dan menghambat pelaksanaan
perawatan diri. ketidakstabilan dapat timbul karena perubahan dramatis dalam gaya
hidup, membawa fisiologis dan kerusakan psikologis karena masalah terkait ke
stoma. Namun, penelitian ini menunjukkan stabilitas orang dalam transisi untuk
perawatan diri sebagai kondisi memfasilitasi, yang memungkinkan memahami
kebutuhan untuk mencari pengetahuan yang memenuhi syarat tindakan mereka.
Proses transisi dapat melibatkan satu atau lebih individu dalam konteks
tertentu dan situasi, dan transisi fitur termasuk proses, persepsi perubahan dan pola
respon yang termasuk. Sebagai makhluk sosial, hubungan antara orang-orang dan
masyarakat dapat mempromosikan kemajuan fase transisi karena hubungan seperti
dapat membantu dalam memperkuat perawatan diri.
Kondisi dari fasilitator berikut yang berhubungan dengan masyarakat
disebutkan adalah dukungan dari keluarga,dalam perawatan khusus, seperti layanan
Stomal Terapi dengan konsultasi dengan perawat dan profesional lainnya. Kondisi
tersebut memudahkan transisi karena mereka mencegah bahwa orang dengan stoma
harus melalui sulit Perjalanan mencari perawatan.
Pengalaman ostomy adalah proses yang sulit, meresap oleh rasa takut, malu,
ketidaknyamanan dan keraguan, di yang bantuan keluarga sangat penting untuk
mendukung dan memberdayakan orang untuk mendapatkan kembali otonomi
mereka,identitas mereka dan meningkatkan harga diri mereka dan reintegrasi sosial.
seringkali, keluarga dan teman-teman mengurus orang dengan stoma. Namun, jika
mereka terus melakukannya untuk waktu yang lama, mereka bisa menghambat
transisi ke perawatan diri, karena orang mungkin tidak menjadi otonom, tetapi tidak
aman dan bergantung.
Keluarga adalah inti dari interaksi sosial, bagaimanapun, ketika orang-orang
dengan stoma bergabung dengan kelompok pendukung, mereka mampu untuk
memperluas visi mereka tentang kemungkinan hidup secara mandiri. Fakta ini
mengubah kelompok pendukung menjadi besar memfasilitasi kondisi yang
berhubungan dengan masyarakat.

13
Selain dukungan dari keluarga, dukungan untuk orang-orang dengan stoma
perlu cara lain untuk merasa menjadi bagian dari masyarakat. Kontak dengan
lainnya orang dengan stomata yang telah melalui pengalaman yang sama,
memungkinkan untuk meramalkan kemungkinan hidup dengan baik dan mandiri.
Interaksi dengan orang-orang dalam situasi yang dapat memfasilitasi kepatuhan
terhadap proses pengobatan dan penerimaan Kondisi kehidupan baru sehingga
mereka merasa lebih di terima di masyarakat.
Dukungan dari keluarga, teman, pekerjaan, agama dan lainnya pasien untuk
orang dengan stoma adalah fasilitator dari transisi proses. Ini merupakan bentuk
penting dari motivasi untuk mengatasi kemalangan, di mana orang dapat melihat
bahwa adalah mungkin untuk hidup sehat dengan stoma, dimasukkan dalam
lingkungan sosial dan dikelilingi oleh teman-teman. Perasaan aman dan didukung,
orang dengan stoma sepenuhnya dapat melakukan perawatan diri, apa yang penting
bagi mereka bahwa dukungan tersebut sangat berguna akan proses penyembuhanya.
Data penelitian memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa transisi ke
perawatan diri adalah kompleks, penuh subjektivitas dan kesulitan, dan interaksi
dengan keluarga, teman dan pelayanan kesehatan dapat membantu dalam
pemulihan klien dewasa muda dan dewasa akhir. pendingin ini faktor
memungkinkan untuk mengarahkan intervensi keperawatan yang diberikan terapi
yang efektif dan efisien untukpengembangan keterampilan dan kemampuan untuk
perawatan diri, sehingga independen dan hidup sehat.

3.5 Rekomendasi Jurnal


Dari pembahasan jurnal didapatkan beberapa kelebihan dan kekurangan isi
jurnal yaitu :
Kelebihan dalam jurnal ini yaitu dalam jurnal ini dibahas tentang definisi operasi
ostomi, pengalaman ostomy, keluarga , serta dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga dengan stoma.
Kekurangan dalam jurnal ini tidak dijelaskan mengenai self-care, selain itu
penggunaan bahasa yang sulit dipahami pembaca.

14
3.6 Implikasi keperawatan
Jurnal ini dapat dijadikan literatur untuk menambah pengetahuan bagi perawat
Indonesia utamanya dapat meningkatkan dan mengembangkan suatu program
keperawatan tentang pembentukan konsep diri adaptif khususnya program konselor
pendidikan kesehatan bagi keluarga dan klien dengan kolostomi, diharapkan dapat
memiliki tim multidisiplin perawat dapat mengembangkan intervensi terapi untuk
membantu dalam akuisisi pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri, baik
melakukan konsultasi keperawatan di rumah sakit ataupun kunjungan ke rumah
(Home Care). Jurnal ini bisa dijadikan panduan ilmu, sebagai dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan kasus terkait masalah
gastointestinal.

15

Вам также может понравиться