Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman yang diikuti dengan berbagai


perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, menjadikan munculnya permasalahan-
permasalahan masyarakat dalam kehidupan praktis semakin jauh dari kebaikan. Tujuan
pendidikan yang ingin dicapai adalah disatu sisi memberikan pemecahan praktis dan
disisi lain membekali para alumni dengan kemampuan agar mempunyai daya saing
tinggi di pasar kerja. Tentunya hal tersebut harus dicapai dengan dua unsur pokok
kompetensi keberagamaan, yakni: pertama, penguasaan teori pemberdayaan potensi
beragama untuk tujuan praktis, dan kedua, proses pelatihan yang harus diikuti oleh setiap
peserta praktekan.
PLKH adalah Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum merupakan program
pendidikan ilmu hukum dari mata kuliah hukum acara. komponen pengajaran dari secara
teori melalui bimbingan para dosen pada bidangnya masing-masing sesuai dengan mata
kuliah yang diajarkannya di kelas dan waktu yang telah ditentukan secara profesional,
kemudian dari teori-teori tersebut dipraktekkan di lapangan melaui bimbingan salah satu
dosen yang bertanggung jawab.
Bentuknya dari PLKH salah satunya adalah mengunjungi bebeapa lembaga
peradilan. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan mahasiswa dalam rangka
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas serta pelaksanaan dari konsep- konsep
yang telah dipelajari selama proses perkuliahan dan memahami terhadap praktik- praktik
penerapan konsep.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarh terdirinya lembaga peradilan tersebut?

2. Bagaimana struktur organisasi dalam lemabaga tersebut?

3. Apa saja materi yang disampaikan dalam Kuliah umum di setiap lembaga tersebut

4. Sesi tanya jawab


1.3 Manfaat Studi Eksekursi PLKH

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Studi Eksekursi PLKH bagi mahasiswa
diantaranya adalah:

1. Mahasiswa atau mahasiswi dapat menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh dari
bangku kuliah dimana masih bersifat teoritis diterapkan kedalam praktik yang
sesungguhnya.

2. Mahasiswa atau mahasiswi dapat mengoperasikan antara tehnis dari aspek hukum
peradilan dan pengalamannya dengan apa yang sebenarnya dilaksanakan dilembaga-
lembaga tersebut.

3. Mahasiswa atau mahasiswi Jurusan Ilmu Hukum mendapatkan pengalaman nyata


melalui jalannya pengelolaan administrasi yang ada didalam lembaga tersebut.

1.4 Tujuan Studi Eksekursi PLKH

Bertujuan agar mahasiwa dan mahasiswi mendapatkan pengalaman yang faktual


di lapangan tentang peradilan serta mengetahui kendala-kendala yang ada dan cara
mengatasinya sehingga terbentuk praktisi hukum yang profesional dan handal, sesuai
dengan teori yang telah di ajarkan di bangku kuliah dengan berpegang teguh pada nilai-
nilai luhur keimaman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Studi Eksekursi PLKH juga
bertujuan agar mahasiswa mampu mempraktekkan semua materi-materi dan teori-teori
yang telah diajarkan di bangku kuliah atau di kelas masing-masing yang kemudian
diterapkan dan menyaksikan secara langsung semua proses dan tata cara yang ada di
Lembaga-lembaga peradilan yang di kunjungi ( MA, MK, KY, KPK, Kejaksaan Agung)
1.5 Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Studi Eksekursi yang bertempat di Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi, Kejasaan Agung, Komisi Yudisial ini
berlangsung selama enam hari yaitu pada tanggal 1-6 Mei 2018
. BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Mahkamah Agung


Zaman Kolonial Belanda

Penjajah Belanda membentuk Hooggerechtshof yang menjadi Pengadilan Tertinggi


dan berkedudukan di Jakarta. Hooggerechtshof membawahi seluruh Indonesia dengan
seorang Ketua dan 2 orang anggota.Kewenangan Hooggerechtshof yaitu mengawasi jalannya
peradilan di seluruh Indonesia, mengawasi perbuatan/kelakuan hakim hingga memberikan
sanksi. Saat itu, Belanda menerapkan UU berdasarkan golongan yaitu Belanda, Timur
Asing/Eropa non Belanda dan Pribumi. Seperti hak penguasaan tanah yang menggunakan
sistem hukum Belanda. Sistem yang terus diskriminatif ini terus dibawa sampai sekarang.
Penjajahan Belanda juga menyisakan UU yang hingga kini masih dipakai seperti KUHP serta
KUHPerdata.

Zaman Penjahan Belanda

Penjajah Jepang merubah Hooggerechtshof dengan Saikoo Hooin. Namun,


kewenangan Saikoo Hooin diturunkan keKooto Hooin (Pengadilan Tinggi) pada tahun 1944
dengan keluarnya Osamu Seirei (Undang-Undang) No 2/1944.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan

Pada saat berlakunya UUD 1945 tidak ada badan Kehakiman yang tertinggi. Satu
satunya ketentuan yang menunjuk ke arah badan Kehakiman yang tertinggi adalah pasal 24
ayat 1 UUD 1945. Lalu keluar Penetapan Pemerintah No 9/S.D. tahun 1946 yang menunjuk
kota Jakarta Raya sebagai kedudukan MA. Lalu lahir UU No 7/1947 tentang susunan
kekuasaan MA dan Kejaksaaan Agung yang mulai berlaku pada tanggal 3 Maret 1947.
Lantas UU ini diperbaharui pada 1948 yang menetapkan MA ialah pengadilan federal
tertinggi.

Zaman Revolusi Kemerdekaan

MA pernah berkedudukan di Yogyakarta pada bulan Juli 1946 dan kembali ke Jakarta
pada tanggal 1 Januari 1950, setelah selesainya KMB dan pemulihan Kedaulatan. Sebagai
Ketua MA pertama yaitu Kusumah Atmadja. Pada 12 Desember 1947 Pemerintah Belanda
Federal mendirikan Hoogierechtshof yang beralamat di Jalan Lapangan Banteng Timur 1
Jakarta (sekarang gedung Kementerian Keuangan). Saat itu, MA dan Kejaksaan Agung
berdiri satu atap di bawah Departemen Kehakiman. Lalu Kejaksaan Agung memisahkan diri
dari MA sejak lahirnya UU No 15/1961 tentang UU Pokok Kejaksaan

Zaman Orde Baru

Lahir UU No 14/ 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.


MA membawahi Peradilan Umum,Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata
Usaha Negara. Namun, MA masih di bawah bayang-bayang pemerintah rezim Soeharto
dengan menempatkan hakim sebagai PNS Departemen Kehakiman, Departemen Agama dan
ABRI.

Zaman Reformasi

MA diberikan kewenangan mutlak memegang fungsi yudikatif. Untuk mencegah


hukum yang diktator maka UUD 1945 melahirkan Komisi Yudisial (KY) sebagai pengawas
MA. Menandai era reformasi, MA dipimpin dari tokoh masyarakat yaitu Guru Besar
Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, Bagir Manan. Untuk menyerap aspirasi reformasi
yang menginginkan MA bebas KKN maka lahir pula berturut-turut lembaga semi judicial
seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan Komisi Informasi (KI).

2.2 Struktur organisasi


Ketua: Hatta Ali

Ketua Kamar Agama: Amran Suadi

Ketua Kamar Militer: lowong

Wakil Ketua Non Yudisial: lowong

Wakil Ketua Yudisial: M. Syarifuddin

Ketua Kamar Pengawasan: Sunarto

2.3 Materi Kuliah umum di Mahkamah Agung


Pemateri : Bapak Dr. Suharto, SH, M.Hum.

Materi :

Pemateri menjelaskan mengenai dasar hukum adanya Mahkamah Agung yaitu


Undang-Undang dasar 1945 Pasal 24 ayat 2 & Pasal 24 A ayat 1 , Undang-Undang No 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No 3 Tahun 2009 tentang
Mahkamah Agung. Selanjutnya pemateri juga menjelaskan fungsi dari mahkamah agung
yaitu mengadili, menguji perundang-undangan, pengaturan, memberi nasehat dan
pertimbangan hukum, pembinaan dan pengawasan serta berfungsi untuk admisnistrasi

Dalam menjalankan tugasnya, Mahkamah Agung terbagi atas 12 tim yaitu :

- Tim A ( Ketua MA)


- Tim B-1 (Waka MA Yudisial)
- Tim B-2 (Waka MA Non Yudisial)
- Tim C (Tuada TUN)
- Tim D (Tuada Perdata Khusus)
- Tim E (Tuada Agama)
- Tim F (Tuada Perdata)
- Tim G (Tuada Pidana)
- Tim H (Tuada Militer)
- Tim I (Tuada Pidana Khusus)
- Tim J (Tuada Pengawasan)
- Tim K (Tuada Pembinaan)

Dalam menjalankan tugasnya Mahkamah Agung terbagi atas 5 Kamar / bagian yaitu:
- Kamar Pidana
- Kamar Perdata
- Kamar Agama
- Kamar Militer
- Kamar TUN

Alur penanganan perkara di Mahkamah Agung sebagai berikut:

2.4 Sesi Tanya Jawab


Rizal Maula (Pertanyaan) : Apakah KUHP dan KUHPR setara dengan Undang-Undang?

Pemateri (Jawaban) : KUHP meruakan Hukum Positif di Indonesia dan diatur


dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1964, sedangkan
KUHPER memang tidak ada Undang-Undang khusus yang
mengaturnya namun dalam penggunaan KUHPER
menggunakan asas-asas hukum yang berlaku

Rahma Firly (Pertanyaan) : Dalam web kepaniteraan Mahkamah Agung terdapat 17 ribu
perkara yang masuk namun dalam akhir tahun hanya 16 ribu
saja yang dapat diselesaikan. Apakah ini menandakan hakim
Mahkamah Agung kurag ?
Pemateri (Jawaban) : Memang dalam periode akhir bulan November dan
Desember masuk periode tahun setelahnya, yang menandakan
bahwa akan ada perkara yang ditangani di kemudian tahunnya.
Dan indeks kerja Mahkamah Agung harus mencapai 70%
bahkan lebih.

Venna Felita (Pertanyaan) : KY mengatakan salah satu hambatannya dalam menerapkan


sanksi ialah perbedaan pendapat yang terjadi antara KY &
MA. Jika KY berpendapat bahwa hakim tersebut telah
melanggar jode etik namun MA berpendapat bahwa hal
tersebut masih dalam ranah teknis yudisial. Lalu bagaimana
solusi akan hal tersebut?

Pemateri (Jawaban) : Perbedaan pendapat dalam hal tersebut sangatlah wajar


terjadi. Namun dalam menyelesaikannya terdapat MKH
dengan porsi 4 dari Komisi Yudisial, dan 3 dari Hakim Agung
yang dapat saling bermusyawarah untuk menemukan mufakat.
Serta apabila hal tersebut bersumber dari SK maka yang dapat
menghentikam juga harus dengan SK.

Galang (Pertanyaan) : Aku bingug bgt baca tulisanmu ven, tambahono

Pemateri (Jawaban) :

Dhino (Pertanyaan) : bagaimana tanggapan dari banyak eksekusi putusan yang


tidak dilaksanakan? Apa saja jenis jenis putusan?

Pemateri (Jawaban) : Eksekusi bukanlah wewenang dari Yudikatif,dan hakim


tidak bisa merangkap sebagi eksekutor. Putusan terdapat 3
jenis yaitu menghukum, menyatakan, dan membentuk
hukum.
BAB III

KESIMPULAN

Dalam kunjungan study eksekusi yang diadakan di lembaga Mahkamah Agung kami rasa
sangat membantu mahasiswa dalam perluasan ilmu dalam bidang peradilan. Tidak Cuma itu,
kinerja Mahkamah Agung kami rasa cukup baik dengan dilihat pencapaian indeks kerja yang
mencapai 70% . Dan juga Mahkamah Agung dalam menghadapi semua permasalahan cukup
bijaksana dengan melaksanakan musyawarah yang telah sesuai dengan yang semestinya.

Вам также может понравиться