Вы находитесь на странице: 1из 2

KOMPLIKASI

Komplikasi utama apendisitis adalah sepsis yang dapat berkembang menjadi :


perforasi, abses, peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala nyeri
antara lain demam suhu 37,5 derajat celcius- 38,5 derajat celcius atau lebih tinggi,
penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah
dengan tanda peritonitis umum atau abses yang telokalisasi ileus, demam, malaise, dan
leokositosis (Schwartz, Seymour I, 2000).

PATOFISIOLOGI

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan obstruksi lumen apendiks oleh


hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis, akibat peradangan
sebelumnya atau neoplasma. Obat yang diberikan adalah anti biotik profilaksia untuk
mengurangi luka sepsis pasca operasi yaitu metrodinazol supositoria.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis, bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat ini terjadi apendisitis aku lokal
yang ditandai dengan nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan akan
terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi, edema bertambah dan bakteri
akan menembus dinding peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
suparaktif akut.

Bila aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
ganggren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh
itu pecah akan terjadi apendisitis perforasi.

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan apendiks dapat menjadi abses atau menghilang/

Omentum pada anak-anak lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh masih kurang memudahkan
untuk terjadi perforasi. Sedangkan pada dewasa perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh dara (Mansjoer, 2000)
DAFTAR PUSTAKA

o Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Medica


Aesculpalus,FKUI : Jakarta
o Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2005 , Edisi 6, Volume I.
Jakarta : EGC
o Sjamsuhidajat,R, Wim de Jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC
o Smeltzer, Suzanne C Brenda G Bare, 2001. Buku Ajar keperawatan
Medikal Bedah Brunner and Suddart, Edisi 8 : Jakarta : EGC

Вам также может понравиться