Вы находитесь на странице: 1из 45

Presentasi Kasus Rehabilitasi Medik

SEORANG PRIA 79 TAHUN GERIATRI DENGAN OSTEOARTHRITIS GENU


BILATERAL

Oleh :

MEYNITA PUTRI RAMADHANY

G0007212

Pembimbing :

DR. dr. Hj. Noer Rachma, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDI
SURAKARTA
2012
BAB I
STATUS PASIEN

I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. TW
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Ngablak 3/5 Karang Mojo Tasik Madu, Karanganyar
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Periksa : 27 Maret 2012
No RM : 01117878

B. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut sebelah kiri

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 5 bulan yang lalu penderita mengeluhkan lutut kirinya kaku,
sulit untuk digerakkan terutama setelah \. Lutut kaku juga dirasakan bila
pasien terlalu lama duduk di lantai. Kaku dirasakan selama kurang lebih 15
menit. Pasien tidak meminum obat ataupun jamu apapun untuk mengurangi
kaku tersebut karena menurut pengakuan pasien kekakuan lututnya berkurang
dengan dipijat.

3 bulan yang lalu pasien mulai merasa lututnya makin sulit untuk
digerakkan dan kadang-kadang disertai sedikit rasa nyeri, terutama saat
berjalan namun nyeri hilang dengan istirahat. Walaupun pasien merasa ada
sedikit gangguan dalam berjalan, namun pasien masih tidak memerlukan alat
bantu apapun untuk berjalan.

1 bulan yang lalu pasien mengatakan keluhan – keluhan yang


dialaminya makin bertambah hebat. Lutut terasa nyeri dan panas, nyeri

2
dirasakan terus menerus dan makin bertambah bila digunakan untuk berjalan.
Nyeri sedikit berkurang dengan istirahat. Pasien kesulitan untuk berjalan
hingga harus dibantu dengan menggunakan tongkat. Pasien kemudian berobat
ke Puskesmas tapi belum ada perbaikan.

Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam dengan kondisi lutut kanan


yang sudah agak bengkak, terasa sangat nyeri dan tidak panas. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan serupa pada sendi-sendi lainnya.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat tensi tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat tensi tinggi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal

F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : (+) sejak umur 20 tahun @ 7 batang/hari
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat minum obat-obatan : disangkal
penghilang rasa nyeri
Riwayat olahraga : disangkal

3
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang suami yang saat ini tinggal dengan anak yang pertama.
Pasien adalah seorang petani. Penderita makan sehari tiga kali, porsi sedang
dengan lauk pauk tempe, tahu, telur, ikan, kadang-kadang daging ayam atau
sapi. Penderita tidak punya kegemaran khusus pada makanan-makanan
tertentu. Pasien berobat di RSUD Moewardi dengan fasilitas Jamkesmas.

II. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum sedang, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup

B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80x / menit, isi cukup, irama teratur, simetris

Respirasi : 28x / menit

Suhu : 36,5º C per aksiler

C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venectasi (-), spider
naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-)

D. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
mudah rontok, mudah dicabut, atrofi otot (-).

E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
lansung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-)

F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)

G. Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)

4
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (+),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-).
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak
membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-)

J. Thorax
Retraksi (-), bentuk barrel chest, simetris
 Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Konfigurasi Jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, reguler,

bising (-)

 Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)

K. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebrae (-)

L. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Tympani, pekak beralih (-)

5
M. Ektremitas
Oedem Akral dingin

- - - -

- - - -

N. Status Psikiatri

Deskripsi Umum

1. Penampilan : Pria, tampak sesuai umur, perawatan diri cukup

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik : Normoaktif

4. Pembicaraan : Normal

5. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif, kontak mata cukup

Afek dan Mood

Afek : Appropiate

Mood : Eutimik

Gangguan Persepsi

Halusinasi : (-)

Ilusi : (-)

Proses Pikir

Bentuk : realistik

Isi : waham (-)

Arus : koheren

Sensorium dan Kognitif

Daya konsentrasi : baik

Orientasi : Orang : baik

Waktu : baik

Tempat : baik

6
Daya Ingat : Jangka panjang : baik

Jangka pendek : baik

Daya Nilai : Daya nilai realitas dan sosial baik

Insight : Baik

O. Status Neurologis

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Nervus Cranialis : dalam batas normal

Fungsi Sensorik

- Rasa Eksteroseptik : suhu, nyeri, dan raba dalam batas normal

- Rasa Propioseptik : getar, posisi, dan tekan dalam batas normal

- Rasa Kortikal : stereognosis, barognosis dalam batas normal

Fungsi Motorik dan Reflek

Kekuatan Tonus R.Fisiologis R.patologis

5 5 N N +2 +2 - -

4 4 N N +2 +2 - -

P. Range of Motion

NECK
ROM Pasif ROM Aktif

Fleksi 0 - 70º 0 - 70º

Ekstensi 0 - 40º 0 - 40º

Lateral bending kanan 0 - 60º 0 - 60º

Lateral bending kiri 0 - 60º 0 - 60º

7
Rotasi kanan 0 - 90º 0 - 90º

Rotasi kiri 0 - 90º 0 - 90º

ROM Pasif ROM Aktif


Ektremitas Superior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Ektensi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

Abduksi 0-180º 0-180º 0-180º 0-180º


Shoulder
Adduksi 0-75º 0-75º 0-75º 0-75º

Eksternal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Internal Rotasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Fleksi 0-150º 0-150º 0-150º 0-150º

Ekstensi 0º 0º 0º 0º
Elbow
Pronasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Supinasi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

Ekstensi 0-70º 0-70º 0-70º 0-70º


Wrist
Ulnar Deviasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Radius deviasi 0-20º 0-20º 0-20º 0-20º

Finger MCP I Fleksi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

MCP II-IV fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

DIP II-V fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

PIP II-V fleksi 0-100º 0-100º 0-100º 0-100º

MCP I Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Trunk Fleksi 0-90º 0-90º 0-90º 0-90º

8
Ekstensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Right Lateral 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º


Bending

Left Lateral 0-35º 0-35º 0-35º 0-35º


Bending

ROM Pasif ROM Aktif


Ektremitas Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Fleksi 0-120º 0-120º 0-120º 0-120º

Ektensi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Abduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º


Hip
Adduksi 0-45º 0-45º 0-45º 0-45º

Eksorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Endorotasi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Fleksi 0-100º 0-90º 0-100º 0-90º


Knee
Ekstensi 0º 0º 0º 0º

Dorsofleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º

Plantarfleksi 0-30º 0-30º 0-30º 0-30º


Ankle
Eversi 0-50º 0-50º 0-50º 0-50º

Inversi 0-40º 0-40º 0-40º 0-40º

Q. Manual Muscle Testing (MMT)

NECK

Fleksor M. Sternocleidomastoideum 5

Ekstensor M. Sternocleidomastoideum 5

9
TRUNK

Fleksor M. Rectus Abdominis 5

Thoracic group 5
Ektensor
Lumbal group 5

Rotator M. Obliquus Eksternus Abdominis 5

Pelvic Elevation M. Quadratus Lumbaris 5

Dekst Sinistr
Ektremitas Superior
ra a

M. Deltoideus anterior 5 5
Fleksor
M. Bisepss anterior 5 5

M. Deltoideu 5 5
Ekstensor
M. Teres Mayor 5 5

M. Deltoideus 5 5
Abduktor
M. Biseps 5 5
Shoulder
M. Latissimus dorsi 5 5
Adduktor
M. Pectoralis mayor 5 5

M. Latissimus dorsi 5 5
Internal Rotasi
M. Pectoralis mayor 5 5

Eksternal M. Teres mayor 5 5

Rotasi M. Infra supinatus 5 5

M. Biseps 5 5
Fleksor
M. Brachilais 5 5
Elbow
Eksternsor M. Triseps 5 5

Supinator M. Supinatus 5 5

10
Pronator M. Pronator teres 5 5

Fleksor M. Fleksor carpi radialis 5 5

Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5


Wrist
Abduktor M. Ekstensor carpi radialis 5 5

Adduktor M. Ekstensor carpi ulnaris 5 5

Fleksor M. Fleksor digitorum 5 5


Finger
Ekstensor M. Ekstensor digitorum 5 5

Dekst Sinistr
Ektremitas Inferior
ra a

Hip Fleksor M. Psoas mayor 5 5

Ekstensor M. Gluteus maksimus 5 5

Abduktor M. Gluteus medius 5 5

Adduktor M. Adduktor longus 5 5

Knee Fleksor Hamstring muscle 4 4

Ekstensor Quadriceps femoris 4 3

Ankle Fleksor M. Tibialis 5 5

Ekstensor M. Soleus 5 5

Status Ambulasi : moderate dependendent

Pengukuran Nyeri dengan VDS

Dekstra Nilai Sinistra Nilai


1. Nyeri diam 1 1. Nyeri diam 1
2. Nyeri tekan 1 2. Nyeri tekan 3
3. Nyeri gerak 3 3. Nyeri gerak 5

11
II.PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium Darah ( 18 Maret 2012)

Hb : 14,4 g/dL

Hct : 40 %

AE : 4,44. 106 / UL

AL : 6,2. 103 /UL

AT : 318. 103 /UL

Ureum : 34 mg/dL

Kreatinin : 0,9 mg/dL

Asam Urat : 3,3 mg/dL

Kolesterol Total : 231 mg/dL

LDL Kolesterol : 155 mg/dL

HDL Kolesterol : 41 mg/dL

Trigliserida : 317 mg/dL

B. Foto Genu AP/Lat (20 Maret 2012)

 Alignment baik

 Trabekulasi tulang normal

 Tampak osteofit di eminentia intercondylaris os tibia dekstra dan sinistra

 Tak tampak erosi/destruksi tulang

 Tak tampak soft tissue mass/swealing

Kesan : Osteoarthtritis bilateral

12
III.ASSESMENT

 Geriatri
 Osteoarthtritis Genu Bilateral

IV.DAFTAR MASALAH

Masalah Medis :

 Geriatri
 Osteoarthtritis Genu Bilateral

13
Problem Rehabilitasi Medik

1. Speech Terapi : (-)


2. Okupasi Terapi : keterbatasan melakukan kegiatan sehari-hari karena nyeri
pada lutut
3. Sosiomedik : terkadang membutuhkan bantuan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari

4. Ortesa-protesa : (-)
5. Psikologi : beban pikiran karena keterbatasan melakukan aktivitas sehari
- hari
6. Fisioterapi : mengurangi nyeri

V.PENATALAKSANAAN

 Terapi Medikamentosa

- Meloksikam 7,5 mg 2x1


- Ranitidin 2x1
- Antasida syr 3x1

 Rehabilitasi Medik

1.Fisioterapi :

Terapi Modalitas

- MWD ( Micro Wave Diathermy)

- Transcutaneus Elactrical Nerve Stimulation ( TENS )

- Latihan active movement

- Strengthening exercise otot quadriceps dan hamstring

2. Speech Terapi : (-)

3. Okupasi Terapi : latihan dalam meakukan aktivitas sehari-hari

4. Sosiomedik : memberi edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai


penyakit pasien

5. Ortesa-protesa : (-)

14
6. Psikologi : Psikoterapi suportif , mengurangi kecemasan pasien

VI.IMPAIRMENT, DISABILITAS, dan HANDICAP

A. Impairment : Geriatri, keterbatasan dalam ruang lingkup gerak sendi lutut

B. Disabilitas : pasien masih mampu melakukan kegiatan di masyarakat

C. Handicap : keterbatasan aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri pada salah satu

lutut

VII.PLANNING

Planning Diagnostik : cairan sinovial

Planning Terapi : tidak ada

Planning Edukasi :

- Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi

- Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan

- Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi

- Usahakan memakai deker pada lututnya pada saat beraktifitas untuk menjaga

efisiensi sendi lutut

- Dianjurkan pada pasien untuk membatasi yang mengakibatkan pembebanan

sendi lutut secara berlebihan

Planning Monitoring : Evaluasi hasil terapi.

VIII.GOAL

A. Perbaikan keadaan umum

B. Minimalisasi impairment, disabilitas, dan handicap pada pasien

C. Mengurangi nyeri, baik tekan maupun nyeri gerak

D. Meningkatkan dan memelihara kekuatan otot

15
E. Meningkatkan dan memelihara LGS

F. Mengurangi spasme pada otot quadriceps dan hamstring

G. Meningkatkan aktifitas ADL

H. Mengatasi masalah psikologis yang timbul akibat penyakit yang diderita


pasien

IX.PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia et malam

Ad fungsionam : dubia et bonam

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GERIATRI

Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses
menua atau aging process merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap
makhluk hidup di dunia ini. Hingga sekarang belum ada definisi yang memuaskan
mengenai proses menua ini. Definisi yang paling sederhana ialah "menjadi tua",
sedangkan definisi yang lebih kompleks dari Stehler: "Proses menua merupakan
perubahan yang berhubungan dengan waktu, bersifat universal, intrinsik, terjadi
kerusakan yang progresif, yang mengakibatkan penurunan adaptasi terhadap
lingkungan sehingga menyebabkan hilangnya kemampuan organisme untuk bertahan
hidup".

Sedangkan menurut Harman, proses menua ialah penjumlahan semua


perubahan yang terjadi dengan berlalunya waktu. Perubahan ini menjadi penyebab
atau berkaitan erat dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit yang
berakhir dengan kematian.

Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk


memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya. Banyak teori mengenai proses menua ini.

Teori yang menjelaskan tentang sebab-sebab menua antara lain:

1. Teori “ Genetik clock”  Tiap spesies mempunyai di dalam nukleusnya suatu


jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.

2. Mutasi somatik (teori Error Catastrophe)  Proses menua dipengaruhi oleh


faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik (radiasi dan
zat-zat kimia)  Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNARNA),
maupun dalam proses translasi (RNAprotein/enzim).

17
3. Rusaknya sistem imun tubuh (with incised Auto-Antibodies) Mutasi yang
berulang atau perubahan protein pasca-translasi, dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition).

4. Teori menua karena metabolisme  Pada tahun 1935, McKay et al. (terdapat
dalam Goldstein, et al, 1989), memperlihatkan bahwa pengurangan intake
kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur

5. Kerusakan akibat radikal bebas  Radikal bebas dapat terbentuk di alam


bebas, dan di dalam tubuh kita jika fagosit pecah, dan sebagai produk
sampingan di dalam rantai pernafasan di dalam mitokondria (Oen, 1993).
Radikal bebas dapat juga dinetralkan menggunakan senyawa non-enzimatik,
seperti: vitamin C (asam askorbat), provitamin A (Beta-Karoten), dan vitamin
E (Tocopherol).

Batasan usia lanjut di Indonesia menurut WHO South East Asia Regional
Office (Organisasi Kesehatan Dunia untuk Regional Asia Selatan dan Timur) adalah
usia lebih dari 60 tahun. Selain istilah usia lanjut, istilah yang sering muncul adalah
geriatri. Tidak jarang pasien usia lanjut disalahartikan sebagai pasien geriatri, padahal
pasien usia lanjut belum tentu geriatri. Sebaliknya, pasien geriatri sudah pasti berusia
lanjut. Kriteria geriattri, sebagai berikut :

a. DEP.KES RI
 60 – 69 th à usia lanjut
 ≥ 70 th à usia lanjut resiko tinggi
b. WHO :
 60 – 64 th à transition to elderly person
 65 – 79 th à old
 ≥ 80 th à old old
c. Menurut Bould et al (1989)
 65 – 74 th à “young” old
 75 – 84 th à “ old “ old
 ≥ 85 th à ”oldest” old

18
Konsep "Menua Sehat"

Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua, tetapi tetap sehat (healthy aging).
Healthy aging artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Dalam hal ini, yang
terpenting adalah promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang juga harus
dimulai sedini mungkin dengan cara dan gaya hidup sehat. Prevensi yang
dimaksudkan adalah mencegah agar proses menua tadi tidak disertai dengan proses
patologik.

Healthy aging akan dipengaruhi oleh

1. faktor-faktor:Endogenic aging, dimulai dengan cellular aging lewat tissue dan


anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam
yang terus berputar.

2. Exogenic factor, dibagi dalam penyebab lingkungan (environtment) di mana


seseorang hidup dan faktor sosio-ekonomi, sosio budaya, atau yang paling tepat
disebut gaya hidup (life style). Faktor exogenic aging tadi, kini lebih

Asesmen Geriartri

Asesmen Geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai


aspek medik, fungsional, psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam rangka
menyusun rencana program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
Asesmen Geriatrik ada 2 macam yaitu :

1. Asesmen geriatrik administrative

2. Asesmen geriatrik klinik

Uji Klinis tentang Asesmen Geriatrik

1. Hendrik et al (1984)  Asesmen Geriatrik mempunyai efek terhadap pencegahan


mortalitas, rehospitalisasi dan mengurangi kunjungan ke dokter.

2. Rubenstein et al (1984)  Asesmen geriatrik menunjukkan keuntungan dengan


biaya lebih murah dibandingkan pendekatan perawatan rumah sakit konvensional
pada frail elderly.

3. Applegate et al (1990)  Pengkajian geriatrik memberikan perbaikan fungsi dan


menurunkan resiko perawatan di nursing home.

19
4. Stuck et al (1995)  Program asesmen geriatrik dirumah dapat memperlambat
timbulnya keterbatasan dan menurunkan angka perawatan di institusi kesehatan.

Penanganan Holistik (Hadi Martono, 1999; Kane et al, 1999)

Mengingat sifat dan karakteristik penderita usia lanjut seperti disebutkan di


atas, maka penanganannya harus bersifat holistik, yaitu:

1. Penegakan diagnosis: berbeda dengan tata cara diagnosis yang dilaksanakan


pada golongan usia lain, penegakan diagnosis pada penderita usia lanjut
dilaksanakan dengan tata cara khusus yang disebut dengan asesmen geriatrik.
Cara ini merupakan suatu analisis multidimensional dan sebaiknya dilakukan
oleh suatu tim geriatrik.

2. Penatalaksanaan penderita: penatalaksanaan penderita juga dilaksanakan oleh


suatu tim multidisipliner yang bekerja secara interdisipliner dan disebut
sebagai "tim geriatri". Hal ini perlu mengingat semua aspek penyakit (fisik-
psikis), sosial-ekonomi, dan lingkungan harus mendapat perhatian yang sama.
Susunan dan besar tim bisa berbeda-beda tergantung pada tingkatan
pelayanan. Di tingkat pelayanan dasar, hanya diperlukan tim "inti" yang terdiri
dari dokter, perawat, dan tenaga sosiomedik.

3. Pelayanan kesehatan vertikal dan horisontal: aspek holistik dari pelayanan


geriatri harus tercermin dari pemberian pelayanan vertikal, yaitu pelayanan
yang diberikan dari Puskesmas sampai ke pusat rujukan geriatri tertinggi,
yaitu di rumah sakit provinsi. Pelayanan kesehatan horizontal adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan bagian dari pelayanan
kesejahteraan menyeluruh. Dengan demikian, ada kerjasama lintas sektoral
dengan bidang kesejahteraan lain, misalnya agama, pendidikan/kebudayaan,
olah raga, dan sosial.

4. Jenis pelayanan kesehatan: sesuai dengan batasan geriatri seperti tersebut di


atas, maka pelayanan kesehatan yang diberikan harus meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitasi dengan memperhatikan aspek psiko-sosial
serta lingkungan.

Tugas masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut:

 Asesmen lingkungan/sosial: petugas sosio-medik

20
 Asesmen fisik: dokter/perawat.

 Asesmen psikis: dokter/perawat/psikolog-psikogeriatris.

 Asesmen fungsional/disabilitas: dokter/terapis rehabilitasi.

 Asesmen psikologik: dokter-psikolog/psikogeriatri.

Dengan tata cara asesmen geriatric yang terarah dan terpola, maka kemungkinan
terjadinya "mis/under diagnosis" yang sering didapatkan pada praktik geriatri dapat
dihindari atau dieliminasi sekecil mungkin.

Karakteristik Pasien Geriatri

1. Penurunan kapasitas fungsional yang meliputi : fisik, psikologik, sosial, ekonomi

2. Multi patologik

3. Presentasi penyakit tidak spesifik

4. Cepat memburuk bila tidak segera diobati

5. Resiko komplikasi penyakit dan terapi

6. Perlu program rehabilitasi

Pasien geriatri memiliki beberapa ciri khas, yaitu: multipatologi, tampilan


gejala dan tanda penyakit tidak khas, daya cadangan faali menurun, biasanya disertai
gangguan status fungsional. Sedangkan di Indonesia pada umumnya disertai dengan
gangguan nutrisi.

Multipatologi berarti penyakit yang dialami oleh seseorang pada saat yang
sama lebih daripada satu. Misalnya seorang pasien wanita yang menderita nyeri sendi
(osteoartritis) yang disertai dengan pengeroposan tulang (osteoporosis). Atau seorang
penderita dengan penyakit kencing manis, darah tinggi, gangguan persarafan di kaki,
dan katarak.

B. OSTEOARTHTRITIS

Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang berhubungan dengan


degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.

21
Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis
degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah
kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang
usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering
mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada
pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih
dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai
kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom
klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine,
meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi
synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.

1. Definisi

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik dengan


menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang
baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru
pada tepi sendi (osteofit).

2. Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut


dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat
terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan,
kelainan metabolik dan neurologik., yang disebut dengan osteoartritis sekunder.
Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari
itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak,
seperti halnya pada orang tua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara
osteoartritis primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis
pada 1 atau beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan
usia antara 15-44 tahun menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64
tahun, dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan
pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang
normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun,

22
hubungan antara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit
dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti
menyebabkan degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat
sederhana dari penggunaan sendi.

Meskipun akhiran –itis menunjukkan bahwa osteoartritis merupakan suatu


penyakit inflamasi dan ada beberapa bukti sering terjadi sinovitis, inflamasi bukan
merupakan komponen utama dari kelainan yang terjadi pada pasien. Tidak seperti
kerusakan sendi yang disebabkam oleh inflamasi sinovial, osteoartritis merupakan
sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matrik yang berakibat kerusakan
struktur dan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan reaksi perbaikan dan
remodeling tulang. Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi
permukaan artikuler pada osteoartritis tidak bersifat progresif, dan kecepatan
degenerasi sendi bervariasi pada tiap individu dan sendi. Osteoartritis sering
terjadi, tapi pada sebagian besar kasus osteoartritis berkembang lambat selama
bertahun-tahun, meskipun dapat menjadi stabil atau bahkan membaik dengan
spontan dengan restorasi parsial yang minimal dari permukaan sendi dan
pengurangan gejala.

Osteoartritis biasanya melibatkan semua jaringan yang membentuk sendi


sinovial, termasuk rawan sendi, tulang subchondral, tulang metafise, synovium,
ligamen, kapsul sendi, dan otot – otot yang bekerja melalui sendi; tetapi
perubahan primer meliputi kerusakan rawan sendi, remodeling tulang
subchondral, dan pembentukan osteofit.

Perubahan struktur tulang rawan sendiyang paling dini terlihat pada


osteoartritis adalah kerusakan atau fibrilasi zona superfisial sampai ke zona
transisional dan violasi oleh pembuluh darah tulang subchondral. Berberapa
peneliti memperkirakan bahwa kekakuan tulang subchondral menyebabkan dan
mempercepat degenerasi rawan sendi, dan progresi degenerasi kartilago
mengakibatkan kekakuan tulang subchondral, tapi beberapa peneliti lain
mengatakan bahwa kerusakan tulang rawan sendimeningkatkan stress pada tulang
subchondral yang menyebabkan remodeling tulang.

Degenerasi kartilago artikuler dan remodeling tulang subchondral muncul


pada pasien yang mengeluhkan gejala, dan kerusakan rawan sendilah yang

23
mengakibatkan kerusakan fungsi sendi. Walaupun insidens OA meningkat dengan
bertambahnya usia, ternyata proses OA bukan sekedar suatu proses wear and tear
yang terjadi pada sendi di sepanjang kehidupan. Dikatakan demikian karena
beberapa hal, sebagai berikut :

1) Perubahan biokimiawi rawan sendi pada tingkat molekuler yang terjadi akibat
proses menua berbeda dengan yang terjadi pada rawan sendi akibat OA.

2) Perubahan menyerupai OA dapat terjadi pada rawan sendi percobaan berusia


muda yang dirangsang dengan berbagai trauma seperti tekanan mekanik dan
zat kimia.

Penyebab OA bukan tunggal, OA merupakan gangguan yang disebabkan


oleh multifaktor, antara lain usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor
kebudayaan. Menipisnya rawan sendi diawali dengan retak dan terbelahnya
permukaan sendi di beberapa tempat yang kemudian menyatu dan disebut sebagai
fibrilasi. Di lain pihak pada tulang akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi
tubuh untuk memperbaiki kerusakan. Perubahan itu adalah penebalan tulang
subkondral dan pembentukan osteofit marginal, disusul kemudian dengan
perubahan komposisi molekular dan struktur tulang

3. Patogenesis
 Tulang rawan sendi

Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan


peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan
metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak
berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi
aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Ketika


kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta
berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago.
Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

24
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk
menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendidisertai dan diperparah oleh penurunan
respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui,
namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan,
dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit
terhadap sitokin anabolik.

 Perubahan Tulang.

Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang


rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan myxoid,
fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi tempat
pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit
(crescent).Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan
lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari
penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi pada beberapa sendi
rongga–rongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara
keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak
seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini
berartikulasi dengan permukaan tulang “denuded” dari sendi lawan.
Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah
bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai
yang terlibat.

Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti


dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.
Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-
tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan,
tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler).
Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang
mengalami degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit
marginal memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi
yang normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada
sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang

25
gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola
karakter yang khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis
biasanya membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan
femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi tulang
rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk pelepasan sitokin
anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matrik
kartilageneus.

 Jaringan Periartikuler.

Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder


dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta
sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi.Semakin
lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted. Kurangnya penggunaan
sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini
sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.

Perubahan Patologi

Kartilago sendi biasanya licin, mengkilat, dan basah; pada sendi sehat,
kartilago melindungi permukaan yang bergerak satu sama lain dengan gesekan sekecil
mungkin, seperti “gelas dengan gelas”. Kartilago biasanya menyerap nutrisi dan
cairan seperti spons, dan ini dapat mempertahankan kartilago tetap sehat dan licin.
Pada OA, kartilago tidak mendapatkan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan. Lama-
kelamaan kartilago dapat mengering dan retak, bukannya membuat gerakan halus
sepeti “gelas pada gelas “, kartilago yang kasar bergerak seperti kertas amplas dengan
kertas amplas lain. Pada kasus yang ekstrim habisnya kartilago menyebabkkan
terjadinya kontak antara tulang dengan tulang. Rasa sakit pada OA tidak ada
hubungannya dengan rusaknya kartilago tetapi timbul karena aktivasi dari nosiseptif
ujung-ujung saraf di dalam sendi oleh iritan mekanis ataupun kimiawi. Nyeri pada
OA dapat karena penggelembungan dari kapsul sinovial oleh peningkatan cairan

26
sendi, mikrofaktur, iritasi periosteal, atau kerusakan ligamen, sinovium, atau
meniskus.

MANIFESTASI KLINIK OA

a. Umur : Biasanya manula


b. Gender : Umur <45 lebih banyak laki-laki
Umur >45 lebh banyak perempuan
Simptom
 rasa nyeri, dalam, ngilu
 sakit bila digerakkan
 kaku pada sendi yang terkena
 sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena gelling)
 biasanya < 30 menit lamanya
 Sering dipengaruhi oleh cuaca
 Gerakan sendi yang terbatas
 Dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas sehari-hari
 Ketidakstabilan pada sendi penyangga beban

27
Tanda, riwayat, pemeriksaan fisik
1. monoartikular atau oligoartikular
2. asimetrik
3. tangan
- sendi distal interfalangeal
Heberden’s nodes (osteofit atau pembesaran tulang). Muncul knopknop kecil
di ujung atau di tengah sendi jari tangan, atau di ujung sendi ibu jari
(Heberden’s nodes). Jari tangan dapat membesar, sakit, kaku dan kebal. Knop
serupa dapat timbul di sendi tengan dari jari.
- sendi proksimal interfalangeal
o Bouchard’s nodes (osteofit)
o Dasar dari ibu jari juga dapat terkena OA
o Kadang knop ini berwarna merah, hangat, bengkak, dan nyeri, biasanya
akibat dari trauma
- sendi pertama carpometacarpal
osteofit memberikan kesan kelihatannya tangan berbentuk persegi
 OsteoArthritis di jari tangan adalah tipe yang penyebabnya kemungkinan
karena faktor turunan
 Penderita perempuan lebih banyak (10 kali) dibanding laki-laki, terutama
muncul setelah menopause
 OA di tangan dapat dibantu dengan obat, bidai atau dengan pemanasan

4. Lutut
 Lutut adalah sendi utama penahan berat badan. Sebab itu lutut paling sering
terkena OA. Gejala: kaku, bengkak, sakit dan krepitus, sehingga
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan, menaiki tangga, bangkit serta duduk
dll.
 Bila tidak diobati, OA di lutut dapat mengakibabatkan cacat
 Obat-obat, penurunan berat badan, olahraga, dan alat penyangga dapat
mengurangi rasa sakit.
 Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah lutut

28
5. Panggul
 Yang terasa sakit adalah daerah lipat paha, panggul, dan bokong; sakit pada
saat aktivitas menyangga beban
 Kaku terutama sesudah istirahat
 Gerakan sendi terbatas
 Penyangga seperti tongkat, walkers, dapat mengurangi tekanan dipanggul.
 Obat-obat, penyangga, olahraga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan gerakan.
 Pada kondisi yang parah, dapat dilakukan bedah panggul

6. Tulang Belakang
 yang paling sering terkena adalah tulang belakang L3 dan L4.
 Kaku dan nyeri di leher atau tulang belakang bagian bawah dapat disebabkan
karena OA di tulang belakang
 Lemas atau kebal di lengan dan kaki
 Beberapa orang merasa lebih nyaman bila tidur di kasur yang keras atau duduk
dengan memakai bantal penyangga
 Disamping nyeri, keterbatasan gerak, dan kompresi akar saraf berpotensi
untuk timbulnya komplikasi
7. Kaki
 Terutama sendi metatarsofalangeal

Pemeriksaan Fisik

 Observasi pada pemeriksaan sendi


 Proliferasi tulang, kadang-kadang radang sinovium
 Peka terhadap sentuhan
 Krepitus
 Atrofi otot
 Keterbatasan gerak pasif maupun aktif
 Perubahan bentuk
 Evaluasi radiologi
- Awal OA ringan : Sering belum terlihat perubahan gambaran radiologi
- OA moderat : Jarak sendi menyempit, Osteofit marginal

29
- OA lanjut : Sendi bengkok, Efusi
 Cairan synovial : - Sangat kental
- Leukositosis ringan (<2000 sel/mm)
 Nilai laboratorium
- Tidak ada test yang spesifik
- Laju Endap Darah normal

4. Faktor Resiko

Predisposisi genetik dan kelemahan sendiri merupakan faktor resiko


osteoartritis sedangkan usia merupakan faktor resiko yang paling penting.
Bebannya mekanik yang mempengaruhi kemampuan sendi memperbaiki atau
mempertahankan dirinya juga merupakan faktor bentuk sendi post trauma,
instabilitas, atau alignment dan displasia sendi dapat menghasilkan tekanan
mekanik yang merusak permukaan sendi tulang rawan.

 Usia

Fungsi kondrosit menurun dengan bertambahnya usia. Sel-sel ini


mensintesis aggrecans yang lebih kecil dan protein penghubung yang kurang
fungsional sehingga mengakibatkan pembentukan agregat proteoglikan yang
ireguler dan lebih kecil. Aktivitas mitotik dan sintesis menurun dengan
bertambahnya usia, dan mereka kurang responsif terhadap sitokin anabolik
dan rangsang mekanik.

 Beban Sendi yang Berlebihan dan Berulang-ulang.

Pemeliharaan struktur dan fungsi sendi synovial yang normal


dilakukan melalui penggunaan sendi yanng teratur dalam aktivitas sehari-hari.
Namun, beban berlebihan dan berulang-ulang dari sendi yang normal dapat
meningkatkan resiko kerusakan degeneratif pada sendi.

 Riwayat Penyakit

Penelitian longitudinal meninjukkan bahwa selama beberapa puluh


tahun, pemeriksaan radiologi pasien dengan osteoartritis sendi panggul dan
lutut, tidak berkembang pada 1/3 sampai 2/3 pasien. Tidak terdapat hubungan
kuat antara perubahan radiografik dan klinis. Faktor lain yang sukar dinilai

30
adalah hubungan antara derajat degenerasi sendi dengan gejala yang
ditimbulkannya. Meskipun gejala osteoartritis utama yaitu nyeri dan kekakuan
sendi, muncul dari degenerasi sendi, tingkat keparahan kerusakan tulang
rawan tidak memiliki korelasi kuat dengan tingkat keparahan gejala. Pasien
dengan degenerasi sendi yang berat dapat merasakan nyeri yang minimal dan
ruang gerak yang luas, dan sebaliknya. Oleh karena itu, sangatlah penting
untuk membedakan riwayat klinis dan riwayat penyakit.

5. Diagnosis

Sindrom klinis osteoartritis muncul akibat degenerasi sendi synovial;


berupa kerusakan keseluruhan yang progresif dari tulang rawan sendi diikuti oleh
perbaikan, remodelling, dan sklerosis dari tulang subchondral, dan pada banyak
kasus terjadi kista subchondral dan osteofit submarginal. Selain perubahan sendi
synovial, yang biasanya dapat dibuktikan melalui foto rontgen, diagnosis sindrom
klinis osteoartritis harus disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien
dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan
gerakan, dan efusi sendi. Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang
dan subluksasi.

Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan


nyeri sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri yang dalam, ketidaknyamanan
yang sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama bertahun-tahun. Nyeri
dapat bertambah dengan perubahan cuaca, khususnya dalam cuaca dengan suhu
yang dingin, dan aktivitas. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya
terasa segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-
jam setelah aktivitas. Beberapa pasien pada awalnya memperhatikan adanya
gejala penyakit degeneratif sendi ini setelah trauma ringan sendi atau aktivitas
fisik yang berat, pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan perubahan
degenerasi sendi. Pada tahap lanjut, nyeri menjadi konstan hingga dapat
membangunkan pasien dari tidurnya. Selama degenerasi sendi berlanjut, pasien
dapat mengeluhkan nyeri yang tajam yang dipicu dengan gerakan. Pembesaran
sendi karena pembentukan osteofit dan deformitas muncul pada tahap akhir dari
penyakit.

31
Tanda awal osteoartritis meliputi penurunan kecepatan dan ruang gerak
aktif sendi. Keterbatasan gerakan dapat muncul akibat rusaknya kartilaggo
artikularis, kontraktur ligamen & kapsul sendi, kontraktur & spasme otot, osteofit,
atau adanya fragmen kartilago, tulang, atau meniskus intraartikuler. Pada palpasi
dapat ditemukan krepitasi, efusi, dan nyeri sendi.

Osteofit dapat menyebabkan tonjolan tulang yang dapat diraba dan


dilihat, kerusakan progresif kartilago artikuler dan tulang subchondral dapat
mengakibatkan luksasi sendi dan deformitas. Atrofi otot dapat terjadi pada kasus
osteoartritis yang sudah lama.

Osteoarthritis sering didiagnosis berdasar riwayat penyakit dan


pemeriksaan fisik. Perubahan – perubahan yang nampak pada rontgen foto dapat
digunakan penunjang, namun hubungan antara klinis dan perubahan radiografis
bervariasi diantara pasien. Beberapa pasien dengan rontgen foto yang
menunjukkan kerusakan sendi berat mengeluhkan gejala yang ringan, sedangkan
pasien dengan rontgen foto yang menunjukkan kerusakan sendi minimal dapat
mengeluhkan nyeri yang hebat. Perubahan radiografis yang tampak pada
osteoartritis adalah adanya penyempitan spatium kartilago, peningkatan densitas
tulang subchondral, dan adanya osteofit. Meskipun 3 marker radiografis dari
degenerasi sendi ini sering muncul bersamaan, pada beberapa sendi hanya 1 atau 2
dari marker tersebut yang tampak di rontgen standar. Kista subchondral yang
muncul pada osteoartritis memiliki ukuran yang berbeda-beda dan khas memiliki
batas dengan densitas tulang. Benda-benda osteochondral yang lepas, tampak
pada rontgen foto sebagai fragmen-fragmen tulang intra artikuler yang berasal dari
pecahan permukaan sendi. Subluksasi, deformitas, dan malalignment sendi
muncul pada tahap lanjut. Ankylosis tulang jarang terjadi. Pencitraan diagnostik
tambahan, termasuk scanning tulang, CT, dan MRI akan sangat mambantu
menilai stadium awal penyakit degeneratif sendi, tapi pemeriksaan ini jarang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence.
0 : tidak ada gambaran osteoartritis.
1 : osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal, tetapi terdapat
osteofit minimal.

32
2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sklerosis
dan kista subkondral, serta celah sendi baik.
3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan
celah sendi sempit
4 : osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas ujung tulang, celah sendi
hilang, serta adanya sklerosis dan kista subkondral

6. TERAPI

Penatalaksanaan pasien OA dimulai dengan dasar diagnosis dari


anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, temuan radiografi, penilaian sendi
yang terkena. Pengobatan harus direncanakan sesuai kebutuhan individual.
Tujuan terapi adalah :
o menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan
o menjaga atau meningkatkan mobilitas sendi
o membatasi kerusakan fungsi
o mengurangi faktor penyebab
Sasaran penatalaksanaan adalah mempertahankan dan meningkatkan
kualitas hidup. Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan rasa nyeri, paling

33
efektif bila dikombinasikan dengan strategi terapi non farmakologis. Terapi non
farmakologis adalah dasar dari rencana asuhan kefarmasian untuk OA, harus
dilaksanakan untuk semua pasien dan dimulai sebelum atau bersama-sama dengan
analgesik sederhana seperti parasetamol.5 Komunikasi antara pasien, klinisi, dan
farmasis merupakan faktor yang penting dalam penatalaksanaan rasa nyeri; hasil
terapi terbaik dapat dicapai dengan aliansi pihak-pihak ini.
Pendekatan secara umum:
Terapi untuk setiap pasien OA tergantung dari distribusi dan keparahan
sendi yang terlibat, penyakit lain yang menyertai, obat-obatan lain yang dipakai,
dan alergi. Penatalaksanaan setiap individu dengan OA dimulai dengan edukasi
pasien, terapi fisik, pengurangan berat badan atau pemakaian alat bantu.

a) Farmakologi

a.1) Lini Pertama

Pengobatan OA yang ada saat ini barulah bersifat simptomatik dengan obat
anti inflamasi non steroid (OAINS) dikombinasi dengan program
rehabilitasi dan proteksi sendi. Pada stadium lanjut dapat dipikirkan
berbagai tindakan operatif. Pengetahuan tentang patogenesis OA
mendorong para peneliti untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat
menghambat perjalanan/progresivitas penyakit yang disebut sebagai
Disease-Modifying Osteoarthritis Drugs (DMOA), sayang hingga saat ini
obat tersebut masih dalam taraf penelitian.

Tabel . Obat-obatan pada Penatalaksanaan OA

Pengobatan simptomatik (* dalam penelitian)


Short acting
Obat antiinflamasi non steroid
Analgetik non-antiinflamasi (opioid, non-opioid)
Antispasmodik
Long acting
Depokortikosteroid infra-artikuler
Asam hialuronat infra-artikuler*
S-adenosilmetionin (SAM)*
Kondroitin-sulfat oral*
Glukosamin-sulfat (Dona)*
Orgotein intra-artikuler*
Diacerhein*
Avocado/soy nonsaponifiables*

34
Disease Modifying Osteoarthritis Drugs (* dalam penelitian)
Tetrasiklin*
Glycosaminoglycan polysulfuric acid (GAPS)*
Glycosaminoglycan peptide complexes*
Pentosan polysulfate*
Growth factors dan sitokin (TGF-()*
Tetapi genetik*
Transplantasi stem cell den Osteochondral Graft*

a.2) Lini Kedua

Penggunaan nutrisi seperti glukosamin dan chondroitin sulfat msih


controversial, pada penelitian masih belum menunjukkan hasil yang
bagus.

Injesi articular :

- Dengan kortikosteroid, dapat menurunkan rasa sakit pada jangka


waktu yang pendek

- Dengan asam hialuronat dapat menurunkan sedikit rasa sakit

Pemberian opioid dapat digunakan pada pasien dengan rasa sakit yang
sangat berat dan pasien yang tidak kooperatif.

35
36
37
b) Terapi Non Farmakologis untuk OA
b.1) Edukasi pasien
b.2) Terapi Fisik, okupasional, aplikasi dingin/panas
b.3) Latihan Fisik
b.4) Istirahat dan merawat persendian
b.5) Penurunan berat badan
b.6) Bedah (pilihan terakhir)

b.1) Edukasi Pasien


Edukasi pasien, keluarga pasien, teman, adalah bagian integral dari
penatalaksanaan OA. Pasien harus didorong untuk berpartisipasi dalam
program-program yang ada misalnya Program edukasi pasien; Program self-
management; Kelompok pendukung Arthritis dsb.
Dalam studi-studi ternyata pasien yang berpartisipasi akan mengalami
penurunan rasa nyeri, penurunan frekuensi kunjungan ke dokter, peningkatan
aktivitas fisik, dan peningkatan kualitas hidup. Pasien didorong untuk membaca
brosur, pamflet, buku panduan dan melakukan konseling tentang OA yang di
dapat dari perkumpulan penderita OA, internet dan dari mana saja.
Dalam program ini pasien belajar memahami OA :
• Proses penyakit
• Prognosis
• Pilihan terapi
• Perubahan paradigma: bahwa OA dianggap sebagai penyakit yang tidak
dapat dihindari, merupakan proses penuaan.
Selain itu belajar mengurangi rasa sakit, latihan fisik dan relaksasi,
komunikasi dengan staf kesehatan, dan pemecahan masalah, dapat
menghadapi secara fisik, emosi dan mental, mempunyai kendali lebih baik
terhadap OA, meningkatkan percaya diri untuk hidup aktif dan mempunyai
hidup yang tidak tergantung orang lain.3 Hasil studi menegaskan bahwa
konsep peningkatan komunikasi dan edukasi adalah faktor penting untuk
mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fungsi pada pasien OA, selain itu
bahwa program ini menguntungkan untuk jangka panjang.

38
b.2) Terapi Fisik & Occupational Therapy
Mengurangi rasa sakit dengan cara non farmakologik. Terapi fisik
dengan panas atau dingin dan latihan fisik akan membantu menjaga dan
mengembalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan kejang
otot. Mandi atau berendam air hangat akan mengurangi rasa sakit dan
kekakuan. Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan mengurangi rasa
sakit. Walau demikian pemakaian panas harus dipertimbangkan secara
komprehensif bagi pasien OA. Penderita ada yang melakukan penyembuhan
tanpa obat.
• Handuk hangat, kantung panas (hot packs), atau mandi air hangat, dapat
mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
• Kadang kantung es (cold packs) dibungkus handuk dapat menghilangkan
rasa sakit atau mengebalkan bagian yang ngilu. Tanyakan kepada dokter
atau terapi mana yang lebih cocok bagi pasien. Untuk OA di lutut, pasien
dapat memakai sepatu dengan sol tambahan yang empuk untuk meratakan
pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan mengurangi
tekanan di lutut.

b.3) Latihan Fisik


Penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik adalah penyembuhan yang
paling baik untuk OA. Olahraga dapat meningkatkan suasana hati (mood) dan
harapan (outlook), mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas,
memperbaiki jantung dan aliran darah, menjaga berat badan, dan memperbaiki
kebugaran secara umum. Olahraga juga tidak mahal, bila dilakukan dengan
benar, tidak ada efek samping. Jumlah dan bentuk olahraga tergantung dari
persendian yang terlibat, kestabilan dan apakah sudah pernah dilakukan
pembedahan.3 Dengan latihan fisik secara teratur (penguatan, rentang
gerakan, isometrik, isotonik, isokinetik, postural), kartilago dapat
dipertahankan tetap sehat, mendorong gerakan, dan membantu pengembangan
otot dan tendon untuk meredam tekanan dan mencegah kerusakan selanjutnya
akibat OA. Sebaliknya inaktivitas dan imobilisasi walau untuk periode pendek
akan memperburuk atau mempercepat berkembangnya OA.5 Latihan fisik dan
penguatan quadriseps akan meningkatkan fungsi fisik dan mengurangi
kecacatan, rasa sakit, pemakaian analgesik. Ada panduan dari American
39
Geriatrics Society untuk latihan fisik bagi pasien OA. Lebih dianjurkan latihan
fisik isometrik dibandingkan dengan isotonik karena isotonik akan
memperburuk sendi yang terkena. Latihan fisik harus diajarkan kepada pasien
sebelum pasien mempraktekan di rumah. Latihan fisik sebaiknya dilakukan
tiga sampai empat kali sehari. Bila terasa sakit, kurangi pengulangan. Rujukan
kepada terapis fisik atau okupasi sangat dibutuhkan bagi pasien yang sudah
cacat fungsi sendinya. Terapis dapat menilai kekuatan otot, stabilitas sendi,
dan dapat merekomendasikan latihan fisik dan metoda untuk melindungi sendi
yang terkena, dari tekanan berlebihan. Terapis juga dapat memberikan alat
bantu seperti tongkat, bebat, dsb yang dipakai saat latihan fisik maupun
kegiatan sehari-hari. Latihan Fisik sebagai berikut :
 Latihan Fisik Penyembuhan
 Menjaga sendi bekerja sebaik mungkin
 Latihan Fisik Aerobik :Meningkatkan kekuatan dan kebugaran, dan
mengontrol berat badan Pasien harus belajar melakukan latihan ini
secara benar, karena kalau tidak, justru dapat menimbulkan
masalah.
Contoh latihan fisik:
Latihan untuk menguatkan
o Latihan dengan ban elastik, alat tidak mahal, menambah resistensi
o Aktivitas aerobic : Membuat paru dan peredaran darah lebih baik
o Aktivitas rentang gerakan : Membuat sendi lentur, lemah gemulai
o Latihan kegesitan, ketangkasan : Menjaga kegesitan sehari-hari
o Latihan untuk menguatkan leher dan punggung
o Menguatkan tulang belakang kuat dan lentur

40
b.4) Istirahat dan merawat persendian
Rencana penyembuhan termasuk penjadwalan istirahat. Pasien harus
belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan tahu kapan harus menghentikan
atau memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa sakit karena aktivitas
berlebihan. Beberapa pasien merasakan teknik relaksasi, pengurangan stres,
dan biofeedback sangat membantu. Beberapa pasien menggunakan tongkat
atau bidai untuk melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan
(braces) memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga
menjaga persendian pada posisi yang benar selama tidur maupun beraktivitas.

41
Bidai hanya dipakai untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan latihan
untuk mencegah kekakuan dan kelemahan

b.5) Pengendalian Berat Badan


Kelebihan berat badan meningkatkan beban biomekanik pada sendi
penyangga berat dan ini adalah prediktor tunggal paling baik dari kebutuhan
operasi sendi. Pengurangan berat badan dikaitkan dengan pengurangan
simtom dan kecacatan. Walau penurunan hanya 5 lb (2,5Kg) dapat
menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga beban. Walau
intervensi diet untuk yang berat badan berlebih masuk akal, tetapi ini
membutuhakan motivasi yang kuat dan program penurunan badan yang
terstruktur. Diet yang sehat dan olahraga akan sangat membantu.

a.6) Pembedahan

Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint

1. Realignment osteotomi

Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah


sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat
menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan
ligamen atau meniscus repair.

2. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang
baru ditanam.Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang
berada dalam high-density polyethylene.

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :

o Partial replacement/unicompartemental

o High tibial osteotmy : orang muda

o Patella &condyle resurfacing

o Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan


sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.

42
o Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang dan severe
instability.

Indikasi total knee replacement :

 Nyeri

 Deformitas

 Instability

 Akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis

Kontraindikasi :

 Non fungsi otot ektensor

 Neuromuscular dysfunction

 Infection

 Neuropathic Joint

 Prior Surgical fusion

Komplikasi :

 Deep vein thrombosis

 Infeksi

 Loosening

 Problem patella ; rekuren sublukssasi/dislokasi, loosening prostetic


component, fraktur, catching soft tissue.

 Tibial tray wear

 Peroneal palsy

 Fraktur supracondyl femur

Keuntungan total knee replacement ;

1. Mengurangi nyeri

2. Meningkatkan mobilitas dan gerakan

3. Koreksi deformitas

43
4. Menambah kekuatan kaki (dengan latihan)

5. Meningkatkan kualitas hidup

44
DAFTAR PUSTAKA

Altman R.D et al,. 2000. Recommendations for the Medical Management of Osteoarthritis of
the Hip and Knee, American College of Rheumatology vol 43:9.

American Geriatrics Society Panel on Exercise and Osteoarthritis, Exercise Prescription for
Older Adults with Osteoarthritis Pain; The American Geriatrics Society.

Barrack L, Booth E, et all. 2006. OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip and Knee
Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric.

Chapman, Michael W et al. 2001. Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd edition. Chapter 107:
Osteotomies of The Knee For Osteoarthritis. Lippincott Williams & Wilkins.
USA

Fransisca, Frank J et al. 2007. 5-Minutes Orthopaedic Consult 2nd edition. Lippincott
Williams & Wilkins.USA

Hansen K.E; Elliot M.E. 2005. Osteoarthritis, Pharmacotherapy, A Pathophysiological


Approach, McGraw-Hill. USA.

Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis.
Cermin Dunia Kedokteran.

National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases, Handout on Health:
Osteoarthritis, Bethesda MD, July 2002.

Zegaria M.A., 2006. Osteoarthritisin Seniors, Key Elements in Disease Management, US


Pharmacist.

45

Вам также может понравиться