Вы находитесь на странице: 1из 19

Anemia dalam kehamilan

Nuraihan Bt Mohd Jalaludin

102008309

Universitas Kristen Krida Wacana

Kampus II,Arjuna Utara No.6,

Jakarta 11510

nuraihan6624@yahoo.com

Pendahuluan

Anemia adalah suatu kondisi ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin, nilai
hematokrit dan jumlah sel darah merah sehingga sirkulasi zat dalam tubuh tidak berjalan secara
normal. Keadaan ini akan berpengaruh pada semua organ tubuh, bertumpuknya CO2 dalam sel
yang dapat meracuni sel atau setidaknya menurunkan efisiensi dan proses lainnya dalam tubuh.
Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan
patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan
laboratorium yang menunjang.

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia bentuk ini merupakan bentuk
anemia yang sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang.
Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya
merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi lebih sering ditemukan di negara yang
sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein
hewani yang rendah, dan investasi parasit yang merupakan masalah endemik. Saat ini di
Indonesia anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kurang
kalori protein, vitamin A dan Yodium.
Anemia defisiensi besi merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak,
serta wanita hamil. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa, defisiensi besi dapat terjadi bila

1
jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit, ketidakcukupan besi ini
dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya zat besi dalam makanan,
meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Bila hal tersebut berlangsung lama maka defisiensi zat
besi akan menimbulkan anemia.

Anamnesis

Secara umumnya anamnesa yang dilakukan pada pasien hamil adalah sama seperti anamnesa
yang dilakukan pada keadaan penyakit lain.

 Ditanya identitas pasien yang meliputi:1,2


 nama lengkap dan nama panggilan
 nama suami atau keluarga terdekat
 alamat
 umur
 nama orang tua
 data orang tua (umur, pendidikan dan pekerjaan)
 agama dan suku bangsa

 Seterusnya pada pasien hamil kita tanyakan tentang haid:1,2


 Kapan hari pertama haid terakhir
 Menarche sewaktu berusia berapa tahun
 Apakah haidnya teratur
 Lazimnya haidnya terjadi berapa lama setiap bulan
 Adakah timbul rasa nyeri semasa haid dan jika ada di bahagian mana dan kapan
timbulnya.

 Seterusnya ditanyakan tentang riwayat kehamilan pasien:1,2


 Ditanya sudah berapa kali pasien hamil.
 Adakah terdapat komplikasi pada kehamilan terdahulu.

2
 Apakah pasien pernah mengalami keguguran. Jika ada ditanya berapa kali pernah
keguguran dan keguguran tersebut berlaku pada usia berapa kehamilan.

 Selanjutnya jika pasien pernah bersalin sebelum ini, ditanyakan riwayat persalinan pasien:1,2
 Sebelum ini pasien sudah berapa kali bersalin.
 Bagaimanakah persalinan terdahulu.
 Persalinan terdahulu merupakan persalinan normal atau secara Sectio Caesarea.
 Jika persalinan terdahulu secara Sectio Caesarea, apakah alasannya.
 Ditanya juga mengenai pregnancy outcome.

 Ditanya mengenai riwayat perkahwinan pasien:1,2


 Sudah berapa kali pasien menikah
 Pernikahan sekarang sudah berapa lama

 Ditanya mengenai riwayat penyakit pasien:1,2


 Ditanyakan jika sama ada pasien sebelum ini memang sudah menghidap anemia.
 Adakah pasien menghidap penyakit-penyakit lain misalnya hipertensi, diabetes
mellitus dan lain-lain.
 Ditanya adakah pasien masih mengkonsumsi obat-obatan untuk kelainan-kelainan
tersebut jika ada.

 Ditanyakan riwayat penyakit keluarga misalnya adakah ahli keluarga pasien yang menghidap
penyakit-penyakit kronik.1,2

 Ditanya keluhan yang dihidapi pasien sekarang. Keluhan yang sering timbul pada kehamilan
adalah:1,2

 Nausea dan vomitus


 Backache
 Varicosities
 Hemorrhoids
3
 Heartburn
 Ptyalism
 Fatigue
 Headache
 Leucorrhea
 Pica

 Ditanya jika adanya timbul gejala-gejala anemia misalnya lemah, lesu pucat, pusing, keringat
dingin, kaki dingin dan mudah pingsan.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

 Tanda vital
Pada pemeriksaan tanda vital didapati, denyut jantung mungkin meningkat. Ini berlaku
karena oksigen yang diangkut di dalam tubuh berkurang akibat daripada defisiensi
hemoglobin. Maka jantung perlu bekerja lebih keras supaya kebutuhan oksigen tubuh
terpenuhi. Pada pemeriksaan tekanan darah pula didapati tekanan darahnya normal akibat
resistensi perifer yang berkurang. Suhu dan frekuensi pernapasan juga adalah normal.2

 Inspeksi
Inspeksi dilakukan sejak pasien masuk ke ruang pemeriksaan. Keadaan umum, sikap dan
kesadaran pasien harus diamati dengan cermat. Diperhatikan jika terdapatnya tanda-tanda
anemia pada pasien seperti lemah, lesu, pucat pada mukosa bibir, kuku, dan konjunktiva
okuler, atrofi papil lidah serta sesak nafas.2

 Palpasi
Pada palpasi dapat dirasakan kaki pada ibu hamil dingin. 2

4
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan darah tepi


Pada pemeriksaan darah tepi bagi anemia defisiensi besi diperhatikan beberapa perkara
yaitu:2
 Kadar hemoglobin kurang daripada 10.5g/dL
 Jumlah hematokrit dan eritrosit menurun
 LED meningkat
 Hitung leukosit dapat menurun atau normal
 Hitung trombosit dapat normal atau meningkat
 Hitung retikulosit normal
 Pada sediaan hapus darah tepi akan ditemukan anisositosis, poikilositosis, eritrosit
hipokrom, sel pensil, eritrosit mikrositik hipokrom, dan polikromasi.
 Pemeriksaan MCV dilakukan untuk menyingkirkan talasemia. MVV kurang 80 uL
dan kadar RDW lebih 14% dicurigai talasemia. Kadar HbF lebih 2% dan HbA2
abnormal akan menentukan jenis talasemia.

 Pemeriksaan kimia darah


Pada pemeriksaan ini diperhatikan kadar besi serum, daya ikat besi total, kadar feritin,
dan saturasi transferin. Hasilnya pada anemia defisiensi besi adalah:2
 Kadar besi serum yang berikatan dengan transferin menurun
 Daya ikat besi total meninggi
 Kadar ferritin menurun
 Saturasi transferin menurun

 Pemeriksaan sumsum tulang


Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil:2
 Kepadatan sel meningkat
 Aktivitas eritropoiesis meningkat

5
 Dominasi metarubrisit dengan sitoplasma sedikit dan berwarna lebih biru
 Cadangan besi atau hemosiderin menurun atau kosong.

 Pemeriksaan urin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat jika adanya perdarahan dalam saluran kemih.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah;2
 Pemeriksaan warna urin
 Pemeriksaan mikroskopik yaitu melihat sama ada terdapatnya eritrosit, silinder
eritrosit serta hemosiderinuria.
 Pada pemeriksaan kimia dilakukan tes darah samar

 Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat jika adanya perdarahan melalui saluran
pencernaan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah:2
 Pemeriksaan warna tinja
 Pemeriksaan mikroskopik yaitu melihat sama ada terdapatnya eritrosit, telur cacing
dan parasit.
 Pada pemeriksaan kimia dilakukan tes darah samar

 Pemeriksaan darah tepi dan sputum


 Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat jika terdapatnya infeksi malaria ataupun
TBC yang dapat memberikan gejala yang hamper sama. Pemeriksaan ini dilakukan
karena kedua penyakit ini endemis di Indonesia.2

Diagnosis kerja

Berdasarkan gejala-gejala yang timbul, pasien didiagnosa menghidap anemia defisiensi besi pada
kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11
gr% pada trimester I dan III atau kadar haemoglobin di bawah 10,5 gr% pada trimester II.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,

6
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran
sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin
menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan kadar
feritin menurun.3

Wintrobe mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat
bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol,
ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-
gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku,
gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.
Konstipasi juga dapat timbul dan ia dapat merupakan gejala awal dari anemia. Selain itu, dapat
juga timbul penurunan selera makan. 3

Takikardi dapat timbul karena kurangnya oksigen yang diangkut oleh sel darah merah ke
seluruh tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh, maka jantung perlu memompa darah
dengan lebih kerap sehingga berlakunya peningkatan denyut jantung. Walaubagaimanapun,
gejala ini lebih jelas pada anemia yang berat. Selain itu, dapat juga timbul gejala-gejala lain yang
berupa sirkulasi darah yang buruk disertai ekstremitas yang dingin, pada anemia yang berat dapat
timbul kesukaran untuk tidur, napas yang pendek, konsentrasi menurun serta adanya depresi atau
emosi yang mudah berubah. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7
gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.3

Berdasarkan WHO, nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia
ibuhamil, ditetapkan dalam 3 kategori,yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan
anemia berat (kurang dari 8g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar
hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan
kadar tertinggi adalah 14.00 mg/dl.3

Differensial diagnosis
1. Anemia defisiensi asam folat
Anemia pernisiosa pada kehamilan disebabkan oleh asam folat bukan defisiensi
B12.Meskipun jarang terjadi di AS ,insiden anemia yang dilaporkan di luar negeri adalah 1:
400 – 1: 1200 persalinan.Defisiensi asam folat paling umum terjadi pada multipara > 30

7
tahun atau pada orang-orang dengan diet yang tidak memadai.Predisposisi ADAF lainnya
adalah kehamilan multiple,preeclampsia-eklamsia,anemia sel sabit dan pasien epilepsy yang
mendapat pengobatan jangka panjang dengan pirimidone atau fenitoine.Berbagai gejala yang
lazim meliputi kelelahan ,anoreksia dan depresi mental.Pucat mungkin tidak
menonjol.Glositis,gingivitis,emesis atau diare dapat terjadi tetapi tidak ada tanda-tanda gejala
neurologis.3
Penemuan laboratorium :3
 Asam folat serum rendah
 Peningkatan leukosit terutama PMN segmen.
 Hb ≤ 4-6 g/Dl dan sel darah merah ≤ 2 juta /Dl
 MCV normal atau meningkat
 Hiperplasia sumsum tulang terutama megaloblas
 Kadar besi serum tinggi
 Kadar vitamin B12 serum normal.
Komplikasi
Infeksi sekunder,pelepasan plasenta dan perdarahan sering terjadi pada
ADAF.Peningkatan kesakitan ibu dan kematian perinatal sudah diketahui,meskipun janin
secara mengejutkan tetap dalam keadaan baik sekalipun ibu anemia berat.3
Prognosis
ADAF selama kehamilan cenderung tidak menjadi berat kecuali disertai infeksi
sistemik atau preeclampsia-eklampsia.Jika diagnosis ADAF ditegakkan setidaknya 4
minggu sebelum cukup bulan ,pengobatan sering kali dapat menaikkan kadar hemoglobin
mencapai normal atau hampir normal.Prognosis ibu dan bayi jika tersedia cukup waktu
untuk pengobatan.Remisi spontan biasanya terjadi setelah melahirkan.Anemia biasanya
berulang ketika pasien hamil lagi.3

2. Anemia hemolitik yang dipicu obat


Anemia hemolitik yang dipicu oleh obat selama kehamilan atau nifas dapat terjadi pada
individu-individu dengan kelainan metabolism bawaan,defisiensi G6PD dalam
eritrosit.Kelainan terkait X ini mengenai 12% laki-laki kulit hitam dan 3% kulit
hitam.Kelainan ini terkait seks dan dominasi intermediate.Anemia ini dapat terjadi setelah

8
asidosis diabetic,infeksi virus atau bakteri,makan jenis kacang tertentu,terpapar naftalen,atau
setelah pengobatan dengan obat-obatan oksidan.Anemia ini dapat mempengaruhi ibu maupun
neonatus dan merupakan anemia hemolitik akut yang agak berat dan dapat sembuh sendiri.3

Pemeriksaan laboratorium :
Lakukan pemeriksaan G6PD.3

Prognosis :
Ada kemungkinan sembuh dengan terapi yang tepat.3

Etiologi
Ada kenaikan kebutuhan besi selama kehamilan.Kira-kira 300mg besi ditransfer ke janin
dan plasenta dan 500mg yang dimasukkan kalau tersedia ke dalam massa hemoglobin ibu yang
bertambah ,hampir semuanya digunakan pada paruh pertama kehamilan.Pada waktu ini,rata-rata
keprluan besi yang dibebankan oleh kehamilannya sendiri adalah sekitar 6mg sehari dan sebagai
tambahan ada kebutuhan hampir 1mg untuk mengkompensasi ekskresi maternal,totalnya
sejumlah 7mg besi per hari.4

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gangguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun.4

 Kehilangan besi akibat pendarahan menahun dapat berasal dari:4


- Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang
- Saluran genitalia perempuan : monorrhagia atau metrorhagia
- Saluran kemih : hematuria
- Saluran napas : hemoptoe
 Faktor nutrisi : akibat kurangnya besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan
rendah daging)4
 Kebutuhan besi meningkat: prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan
kehamilan.4

9
 Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical spure atau kolitis kronik4

Patofisiologi

 Penurunan kadar hemoglobin atau anemia pada kehamilan disebabkan oleh adanya
peningkatan kadar plasma darah yang tidak sebanding dengan peningkatan kadar jumlah
sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan berlakunya pengenceran darah. Lazimnya
akan berlaku peningkatan plasma sebanyak 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
Peningkatan volume darah dan sel darah merah yang tidak sebanding ini paling jelas
berlaku pada trimester kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, peningkatan volume
plasma ini berkurang manakala jumlah hemoglobin pula meningkat. Volume plasma
meningkat karena adanya stimulasi dari laktogen plasenta yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldosteron. Pengenceran darah yang berlaku menyebabkan beban
kerja jantung berkurang. Resistensi perifer turut berkurang sehingga tidak berlakunya
peningkatan tekanan darah. 4
 Pada kehamilan kebutuhan besi adalah sebanyak 800mg. 300 mg diperlukan untuk janin
dan plasenta manakala 500mg lagi untuk pertumbuhan eritrosit ibu. Kira-kira 200mg besi
hilang melalui urin, kulit dan juga saluran gastrointestinal. Apabila seorang wanita hamil
tidak memiliki simpanan besi yang mencukupi maka dapat terjadi anemia defisiensi besi.
Untuk memastikan simpanan besi tersebut mencukupi, maka dibutuhkan besi tambahan
dalam bentuk supplemen sebanyak 2-3 mg besi per hari. Defisiensi besi turut berlaku
pada penyakit hati, infeksi kronis, dan thalasemia. 4
 Kadar besi yang ditranspor dari ibu ke janin melalui plasenta adalah sama pada ibu yang
kekurangan besi dan juga pada ibu yang normal. Disebabkan ini, efek anemia hanya
timbul pada ibu dan tidak pada janin karena janin masih mendapat jumlah besi yang
mencukupi untuk pertumbuhannya. Setelah persalinan, kadar hemoglobin meningkat
karena berlakunya kehilangan volume plasma darah sewaktu persalinan dan juga adanya
peningkatan kadar hemoglobin sendiri.4

10
Manifestasi klinis

 Gejala umum pada anemia berupa pucat yang disebabkan oleh kurangnya volume
darah,berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi untuk memaksimalkan pengiriman
O2 ke organ-organ vital. Adanya takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan
oleh peningkatan kecepatan aliran darah) mencerminkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat. Badan lemah dikarenakan pasokan O2 untuk respirasi sel menghasilkan
energi berkurang. Telinga mendenging pada anemia disebabkan oleh kurangnya
oksigenasi pada system saraf pusat dikarenakan oksigenasi lebih mengutamakn organ
vital. Pucat pada konjungiva anemis dan jaringan di bawah kuku dikarenakan kurangnya
suplai O2 yang dibawa oleh hemoglobin.4
 Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di
samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita
yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah. 4
 Dampak anemia pada wanita hamil bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan,abortus,partus (matur / imatur),gangguan
proses persalinan (partus lama,perdarahan atonia),gangguan pada masa nifas,dan
gangguan pada janin (abortus,BBLR,lahir prematur).4

Klasifikasi anemia dalam kehamilan


1. Anemia defisiensi besi (62.3%)
2. Anemia megaloblastik (29.0%)
3. Anemia hipoplastik (8.0%)
4. Anemia hemolitik (0.7%)

11
Komplikasi
 Anemia kekurangan zat besi mengurangi kinerja dengan memaksa otot tergantung, pada
tingkat yang lebih besar dari pada orang sehat, setelah metabolisme anaerobik. Hal ini
diyakini terjadi karena kekurangan zat besi yang mengandung enzim pernafasan sebagai
penyebab lebih utama daripada anemia.5
 Anemia yang parah dapat menghasilkan hipoksemia dan meningkatkan terjadinya
insufisiensi koroner dan iskemia miokard. Demikian pula, dapat memperburuk status
paru pasien dengan penyakit paru kronis.5
 Kerusakan struktur dan fungsi jaringan epitel dapat diamati pada pasien kekurangan zat
besi. Kuku menjadi rapuh atau longitudinal bergerigi dengan perkembangan koilonychia
(kuku sendok). Lidah dapat menunjukkan atrofi papila lingual dan kelihatan
mengkilap. Angular stomatitis dapat terjadi dengan celah di sudut mulut. Disfagia
mungkin terjadi bila memakan makanan padat, dengan anyaman (webbing) dari mukosa
pada persimpangan hipofaring dan esofagus (Plummer-Vinson sindrom); ini telah
dikaitkan dengan karsinoma sel skuamosa daerah esofagus. Atrophic gastritis terjadi pada
defisiensi zat besi dengan kehilangan progresif sekresi asam, pepsin, dan faktor intrinsik
dan pembentukan antibodi terhadap sel parietal lambung. Vili usus kecil menjadi
tumpul.5
 Itoleransi terhadap dingin berkembang pada satu dari lima pasien dengan anemia
kekurangan zat besi kronis dengan manifestasi gangguan vasomotor, nyeri neurologik,
atau mati rasa dan kesemutan.5
 Gangguan fungsi kekebalan dilaporkan pada pasien yang kekurangan zat besi, dan ada
laporan bahwa pasien rentan terhadap infeksi, namun bukti bahwa ini adalah langsung
disebabkan oleh kekurangan zat besi tidak meyakinkan karena adanya faktor lain.5
 Masalah jantung. Anemia kekurangan zat besi dapat menyebabkan detak jantung yang
cepat atau tidak teratur. Jantung harus memompa darah lebih banyak untuk
mengkompensasi kekurangan oksigen yang dibawa oleh darah. Hal ini
dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung.5
 Masalah selama kehamilan. Pada wanita hamil, anemia defisiensdi besi dikaitkan dengan
kelahiran prematur dan bayi berat badan lahir rendah. Tetapi kondisi ini mudah dicegah

12
pada wanita hamil yeng menerima suplemen zat besi sebagai bagian dari perawatan
pralahir mereka.5
 Anemia dapat memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan
masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus (keguguran), kelahiran
prematur (lahir sebelum waktu-nya), persalinan yang lama karena rahim tidak
berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi pada saat persalinan atau
setelahnya.5
 Perdarahan antepartum (perdarahan dalam kehamilan) yang disebabkan karena lokasi
implantasi plasenta (ari-ari) yang abnormal atau lepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah (DIC : Disseminated
Intravascular Coagulation) dapat memperberat kondisi anemia saat kehamilan. Dan
efeknya akan memberi pengaruh buruk pada bayi, seperti lahir dengan berat lahir rendah
sampai kematian perinatal.Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan gagal
jantung.Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hbnya berada pada
ukuran kurang dari 4 gr/dl. Hal ini menyebabkan angka kematian ibu masih sangat besar.
Diperkirakan dalam 1 jam, 2 ibu meninggal akibat perdarahan, preeklampsia (penyakit
pada wanita hamil dimana terjadi bengkak pada kaki, hipertensi dan adanya protein
dalam air seni), infeksi, abortus dan persalinan yang macet. 5

Epidemiologi

 Distribusi

Frekuensi anemia pada kehamilan bergantung pada suplementasi ferum. Masalah ini lebih umum
pada wanita-wanita yang tidak mampu. Kadar hemoglobin pada masa kehamilan adalah rata-
ratanya 12.7g/dL pada wanita yang mengkonsumsi suplemen ferum manakala pada wanita yang
tidak mengkonsumsi ferum rata-rata kadar hemoglobinnya adalah 11.2g/ dL. Frekuensi anemia
di Indonesia relatif tinggi yaitu sebanyak 63.5% berbanding Amerika yang hanya mencatat 6%
kasus. Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, didapati daripada 59 248 wanita yang
mengandung, 27% daripadanya menghidap anemia postpartum. Keadaan ini berhubungan kuat
dengan anemia pada masa kehamilan. Prevalensi anemia yang didapat dari beberapa hasil studi
di Indonesia terutama disebabkan oleh kurangnya zat besi. Hasil Survei Kesehatan Rumah

13
Tangga (SKRT) tahun 1985-1986 terhadap 3349 ibu hamil. mendapatkan 73.7 % menderita
anemia (Hb 11.0 Kalimantan Barat yaitu 87.6 % dan terendah di daerah Yogyakarta yaitu 57.5
%. Didapatkan pula prevalensi anemia pada trimester III lebih tinggi dari trimester I. Penelitian
di tiga Kecamatan di Kabupaten Kuningan terhadap 87 orang ibu hamil, diperoleh hasilnya
adalah 37,3 %menderita anemia. Dari beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa pada
ibu hamil di Jawa Timur tahun 1976 di dapat 40,5 % adalah anemia. Penelitian di daerah ujung
Berung Jawa barat 1980, didapati prevalensi anemia pada ibu hamil adalah sebesar 44,3 %.
Prevalensi anemia ibu hamil yang didapati dari hasil penelitian yang dilakukan di empat Propinsi
Wilayah Indonesia Bagian Timur terhadap 1706 orang ibu hamil, dari hasil penelitian tersebut
diperoleh 50,1 % menderita anemia dengan prevalensi tertinggi didapat di Propinsi Timor Timur
yaitu 64,7 % dan yang terendah adalah di Propinsi Irian Jaya yaitu 38,0 %. Hal ini
menggambarkan bahwa resiko anemia pada ibu hamil cenderung lebih besar di Propinsi Timor
Timur dari pada ditiga Propinsi lainnya. Prevalensi anemia ibu hamil di beberapa negara seperti
di Philipina adalah 48 %, Thailand adalah 22 -39 % dan di Republik Rakyat Gina menunjukkan
sebesar 32%. Di India, penyebab anemia gizi pada ibu hamil juga disebabkan oleh kurangnya
zat besi. suatu penelitian terhadap 232 ibu hamil di daerah pedesaan ditemukan 75% ibu hamil
adalah anemia, didaerah Selatan India di dapatkan 33 % ibu hamil menderita anemia. Dari reviu
yang dibuat oleh Florentino dan Kuizon tahun 1984, dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada
ibu hamil di Srilangka adalah sebanyak 62 %, di Pakistan 54 %. di Nepal lebih dari 50 % dan di
Bangladesh 82 %. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa anemia merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Asia dengan prevalensi yang lebih tinggi pada negara-negara miskin dan
prevalensi yang lebih rendah pada negara-negara yang lebih maju seperti Jepang dan Korea.
Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan. 5

 Faktor resiko

Antara faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya anemia pada kehamilan adalah:5

 Vomitus berat yang disebabkan oleh morning sickness


 Konsumsi makanan yang mengandungi ferum kurang
 Menstruasi yang berat sebelum kehamilan

14
 Jarak antara 2 kehamilan yang rapat
 Hamil anak kembar, triplet atau lebih
 Hamil pada usia remaja
 Kehilangan banyak darah akibat daripada trauma atau sewaktu operasi

Penatalaksanaan

 Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya adalah dengan pemberian tablet besi. Yang pertama diberikan terapi oral
preparat besi. Cara ini dilakukan dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisitrat. Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet
setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. Tablet tambah darah (TTD)
mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg
asam folat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas,
karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia.
Walaubagaimanapun pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual,
nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Selain itu, zat besi juga
hamper selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang
normal dan tidak berbahaya.5
 Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua.
Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena
atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% .
Penanganan dengan cara transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diindikasikan.
Ia hanya dilakukan jika berlakunya hipovolemia akibat daripada kehilangan darah atau pada
keadaan akan dilakukan operasi pada wanita yang meanghidap anemia yang berat. Supaya
simpanan ferum mencukupi, maka terapi ferum secara oral harus diteruskan sehingga 3 bulan
selepas anemia diatasi. 5

15
Pencegahan

Langkah-langkah pencegahan harus dilakukan supaya kasus anemia pada kehamilan dapat
dikurangkan. Pencegahan dapat dilakukan dalam pelbagai cara meliputi pemberian suplemen
besi, modifikasi diet dan kebiasaan serta dengan cara memberi pendidikan pada masyarakat.
Antara langkah yang dapat diambil adalah:

 Pemberian tablet besi .

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diberi keutamaan dalam program
suplementasi. Dosis yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet
mengandung 60 mg Fe dan 200 mg asam folat) yang dimakan selama paruh kedua
kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.5

 Pendididkan
Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu
sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut
sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka
memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus diberikan
pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemi
dan harus pula diyakini bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.5

 Modifikasi makanan

Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara, pertama
pemastian konsumsi makanan yang cukup kalori sebesar yang dikonsunsi. Kedua
dengan cara meningkatkan meningkatkan ketersediaan zat besi yang dimakan yaitu
dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan

16
pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi misalnya antasida. Selain itu,
diberikan juga kalori 300kal/hari.5

 Pengawasan penyakit infeksi

Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak
diinginkan. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit berlangsung
adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat selama dan
sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan
masyarakat, pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi dan
kebersihan perorangan.5

 Fortifikasi makanan

Merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Kelompok
masyarakat yang dijadikan target harus dibiasakan mengkonsumsi makanan
fortifikasi ini serta harus memiliki kemampuan untuk mendapatkannya Hasil olahan
makanan fortifikasi yang paling lazim adalah tepung gandum, roti, makanan yang
terbuat dari jagung serta jagung giling dan hasil olahan susu meliputi formula bayi
dan makanan sapihan (tepung bayi). 5

Terdapat pelbagai cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar ferum dalam tubuh.
Yang pertama adalah dengan meningkatkan absorpsi ferum dengan cara:5

 Meningkatkan konsumsi vitamin C


 Hindari kafein
 Hindari pecahan kulit gandum

17
Sumber-sumber ferum dari makanan adalah seperti:5

 Sayuran hijau seperti brokoli, kangkung, bok choy


 Kacang seperti tauhu, kacang ginjal, dan black eyed peas
 Roti gandum dan sereal
 Telur
 Beras perang
 Pasta
 Daging merah

Prognosis
 Gejala-gejala anemia defisiensi besi akan menghilang dengan perbaikan anemia.Perbaikan
setelah pemberian besi parenteral biasanya hanya sedikit lebih cepat dibanding dengan
pengobatan per oral.

18
Daftar pustaka

1. F. Gary Cunningham, Paul C. MacDonald, Norman F. Gant, Obtetri Williams, Ed. 19


2002, ECG, hal 394- 454
2. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, Ed. keempat 2009, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, hal 562-80
3. Ralph C.Benson,M.D ,Martin L.Pernoll,M.D ,Buku Saku Obstetri &
Ginekologi,2009,Penerbit Buku Kedokteran EGC,halaman 399-404
4. Aru W.Sudoyo,Bambang Setiohady,Idrus Alwi,Marcellus Simadribata K, & Siti
Setiati,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid 2,Edisi keempat,2006,halaman 634-9
5. Lawrence Impey , Tim Child,Obstetric and Gynaecology,3rd edition,2008,Wiley-
Blackwell,halaman 183-4
6. Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3,Jilid 1,2005,halaman 35-7

19

Вам также может понравиться