Вы находитесь на странице: 1из 7

Nama : Dany Mahdyawan Agusta

NIM : 142150107

Kelas : EA-B

ANALISIS PROSPEKTIF

Analisis prospektif merupakan langkah akhir dalam proses analisis laporan keuangan.
Analisis ini dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk
mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat. Analisis prospektif meliputi
peramalan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, dan laporan arus kas.

Analisis prospektif merupakan inti dari penilaian efek. Analisis prospektif juga berguna
untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan dan berguna bagi kreditor untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Proses Proyeksi
Proses proyeksi dimulai dari laporan laba rugi, diikuti dengan laporan posisi keuangan
(neraca) dan laporan arus kas.

Proyeksi Laporan Laba Rugi

Proses proyeksi dimulai dengan pertumbuhan penjualan yang diharapkan, misalnya


dengan menggunakan tren historis untuk memprediksi tingkat penjualan di masa depan.
Analisis lebih rinci juga bisa melibatkan informasi eksternal seperti tingkat aktivitas ekonomi
makro yang diharapkan, peta persaingan, dan bauran toko baru dan toko lama.

Setelah penjualan diproyeksi, margin laba kotor diproyeksi berdasarkan tren historis,
kekuatan ekonomi dan tingkat kompetisi pasar. Biaya penjualan, umum dan administrasi
biasanya diasumsikan tetap konstan (tiak bergantung dari penjualan), sedangkan biaya tenaga
kerja (gaji) serta biaya iklan memerlukan estimasi lebih lanjut.

Beban penyusutan merupakan pos material dan harus diproyeksi secara terpisah.
Penyusutan merupakan beban tetap dan merupakan fungsi dari jumlah aset yang dapat
disusutkan. Untuk itu beban penyusutan harus dihitung berdasarkan persentase penyusutan
dikalikan saldo akhir aset di tahun sebelumnya (ditambah pengeluaran modal untuk membeli
aset baru apabila ada). Demikian pula halnya dengan beban bunga yang dihitung berdasarkan
persentase suku bunga dikalikan dengan utang pada awal periode (saldo akhir utang berbunga
pada periode sebelumnya).

Proyeksi Posisi Keuangan (Neraca)


Ramalan terhadap neraca dapat meliputi beberapa langkah berikut:
1) Buatlah proyeksi aset lancar selain kas, dengan menggunakan proyeksi penjualan
atau harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan
Contoh, proyeksi piutang usaha dilakukan sebagai berikut
Proyeksi piutang usaha =
Proyeksi Penjualan
Tingkat perputaran piutang usaha

2) Buatlah proyeksi kenaikan aset tetap dengan estimasi pengeluaran modal yang
didasarkan pada tren historis atau informasi dalam bagian Management Discussion
and Analysis-MDA di laporan tahunan
3) Buatlah proyeksi kewajiban lancar selain utang dengan menggunakan proyeksi
penjualan atau harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan
4) Hitunglah bagian lancar hutang jangka panjang (bagian yang jatuh tempo) dari
catatan utang jangka panjang
5) Utang jangka pendek lainnya diasumsikan tidak berubah dari tahun-tahun
sebelumnya kecuali menunjukkan tren yang jelas berbeda
6) Saldo awal utang jangka panjang diasumsikan sama dengan utang jangka panjang
tahun lalu dikurangi dengan bagian yang jatuh tempo.
7) Asumsikan kewajiban jangka panjang lainnya sama dengan saldo tahun lalu kecuali
menunjukkan tren yang jelas berbeda
8) Saham biasa awal diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu
9) Laba ditahan diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu ditambah (dikurangi)
dengan laba (rugi) bersih dan dikurang dividen yang diperkirakan.
10) Pos ekuitas lainnya diasumsikan sama dengan saldo tahun, kecuali menunjukkan
tren yang jelas berbeda.
Jumlah angka 3) s.d 10) menghasilkan total kewajiban dan ekuitas. Karena total
kewajiban dan ekuitas sama dengan total aset, maka angka Kas diperoleh dari total aset
dikurangi item pada angka 1) dan 2). Pada titik ini kas akan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Selanjutnya, utang jangka panjang dan saham disesuaikan untuk penerbitan (pembelian
kembali) yang diperlukan untuk mencapai tingkat kas yang diinginkan dan untuk
mempertahankan leverage keuangan historis.

Proyeksi Laporan Arus Kas

Proyeksi laporan arus kas dihitung dari proyeksi laporan laba rugi dan proyeksi neraca.

Analisis Sensitivitas

Proyeksi laporan keuangan didasarkan pada hubungan yang diharapkan antara pos
laporan laba rugi dengan pos neraca. Dalam analisis sensitivitas analis sering kali menyiapkan
beberapa proyeksi untuk melihat skenario terbaik (terburuk) sebagai tambahan atas skenario
yang paling mungkin (most likely) terjadi. Analisis sensitivitas ini menunjukkan asumsi mana
yang memiliki dampak paling besar pada hasil keuangan dan sebagai konsekuensinya,
membantu identifikasi area yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Aplikasi Analisis Prospektif dalam Model Penilaian Sisa

Analisis prospektif merupakan inti analisis efek, model penilaian laba sisa, misalnya,
menentukan nilai ekuitas pada waktu t sebagai jumlah nilai buku kini dan nilai sekarang laba
sisa yang diperkirakan di masa depan:

di mana BV t merupakan nilai buku pada akhir periode t, RI t + n adalah laba sisa di periode t
+ n, dan k adalah biaya modal. Laba residu (residual income) pada waktu t didefinisikan
sebagai laba bersih komprehensif dikurangi pembebanan pada nilai buku awal, yaitu RI t = NI
t – (k x BV t – 1).

Proses penilaian memerlukan estimasi laba bersih di masa depan dan nilai buku ekuitas
pemegang saham. Dalam bentuk yang relatif sederhana ini, model penilaian memerlukan
estimasi atas enam parameter berikut:

 Pertumbuhan penjualan,
 Margin laba bersih (laba bersih/penjualan),

 Perputaran modal kerja bersih (penjualan/modal kerja bersih),

 Perputaran aset tetap (penjualan/ aset tetap),

 Leverage keuangan (aset operasi/aset tetap),

 Biaya modal ekuitas.

Laba bersih diestimasikan dengan menggunakan proyeksi penjualan dan proyeksi


margin laba bersih (penjualan x margin laba bersih). Modal kerja bersih dan aset tetap
diestimasikan dengan menggunakan proyeksi penjualan dan estimasi tingkat perputaran untuk
modal kerja bersih dan aset tetap (penjualan/tingkat perputaran). Terakhir, ekuitas
diproyeksikan menggunakan rasio aset operasi terhadap ekuitas (aset operasi = modal kerja
bersih + aset tetap).

Tren Penggerak Nilai

Modal laba sisa menentukan harga saham sebagai nilai buku ekuitas pemegang saham
ditambah nilai sekarang dari laba sisa (residual income-RI) yang diperkirakan, di mana RI t =
NI t – (k x BV t-1). Laba sisa juga dapat dinyatakan dlam bentuk rasio sebagai,

RI = (ROE t – k) x BV t-1

di mana ROE = NI t/BV t-1. Bentuk ini menekankan kenyataan bahwa harga saham berubah
hanya jika ROE tidak sama dengan k. Dalam kondisi ekuilibrium, tekanan kompetisi akan
mendorong tingkat pengembalian (ROE) mendekati biaya (k) sehingga laba abnormal akan
hilang. Dengan demikian, estimasi harga saham adalah proyeksi pembalikan ROE pada nilai
jangka panjangnya bagi perusahaan dan industri tertentu.

ROE dianggap sebagai penggerak nilai (value driver) karena ROE merupakan variabel
yang memengaruhi harga saham secara langsung. Selanjutnya, komponen ROA dipecah
menjadi margin laba dan perputaran. Saat pembuatan estimasi, proyeksi margin laba dan
tingkat perputaran perlu mempertimbangkan pola pembalikan yang umum dan tingkat
penggerak nilai dari rata-rata jangka panjangnya. Lebih lanjut, kita perlu memperhatikan
karakteristik industri karena tampilan ini menunjukkan terdapat perbedaan dalam margin laba
bersih-perputaran total aset. Dengan demikian, horizon proyeksi tidak terlalu panjang karena
akan mengurangi keyakinan atas proyeksi dan ROE cenderung kembali mendekat ke biaya
modal selama periode waktu yang relatif pendek.

Peramalan Jangka Pendek

Untuk analisis likuiditas jangka pendek, salah satu alat yang berguna adalah peramalan
arus kas jangka pendek (short term cash forecasting). Peramalan jangka pendek diminati oleh
penggunaan internal seperti manajer dan auditor untuk mengevaluasi aktivitas operasi
perusahaan saat ini dan masa depan. Peramalan ini juga diminati oleh pengguna eksternal
seperti kreditor jangka pendek guna menilai kemampuan perusahaan untuk melunasi utang
jangka pendek. Analisis ini menekankan pada peramalan kas jangka pendek saat kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya diragukan. Keakuratan peramalan
arus kas berbanding terbalik dengan horizon peramalan-semakin lama periode peramalan,
semakin berkurang keandalan peramalan tersebut. Hal ini disebabkan jumlah dan kompleksitas
faktor-faktor yang memengaruhi arus kas masuk dan arus kas keluar yang tidak dapat
diestimasikan secara andal dalam jangka panjang. Dalam peramalan jangka pendek pun,
informasi yang jumlahnya signifikan diperlukan. Karena peramalan arus kas bergantung pada
informasi yang tersedia bagi publik, tujuan analisis ini adalah peramalan yang cukup akurat.
Dengan mempelajari dan membuat peramalan arus kas, analisis akan menghasilkan pandangan
yang lebih luas atas pola arus kas perusahaan.

Pola Arus Kas

Pola arus kas penting untuk dipelajari sebelum menguji model untuk analisis dan
proyeksi arus kas. Kas dan setara kas (selanjutnya disebut “kas”) merupakan aset yang paling
likuid. Hampir seluruh keputusan manajemen adalah melakukan investasi aset atau membayar
beban memerlukan kas. Hal ini menyebabkan manajemen lebih berfokus pada kas daripada
konsep dana likuid lainnya. Beberapa pengguna (seperti kreditor) terkadang menganggap aset
seperti piutang dan persediaan sebagai bagian dari aset yang likuid mengingat pos tersebut
bersifat dalam dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.

Kas yang dimiliki tidak menghasilkan atau hasilnya kecil, dan dalam situasi kenaikan
harga, kas (seperti semua aset moneter) menghadapi penurunan daya beli. Namun, demikian,
kas memiliki rasio yang paling kecil. Manajemen bertanggung jawab atas keputusan investasi
kas dalam bentuk aset atau untuk membayar biaya . Konversi kas ini meningkatkan risiko
karena pemulihan kas dari aktivitas-aktivitas tersebut kurang pasti. Beragam jenis dan tingkat
risiko terkait dengan konversi kas tersebut. Misalnya, risiko konversi kas menjadi investasi
sementara lebih rendah daripada risiko konversi kas menjadi aset jangka panjang seperti pabrik
dan peralatan. Investasi kas dalam aset atau biaya untuk mengembangkan dan memasarkan
produk baru memiliki risiko pemulihan menjadi kas yang lebih tinggi. Likuiditas jangka
pendek dan solvabilitas jangka panjang bergantung pada pemulihan dan kemampuan realisasi
pengeluaran kas.

Arus kas masuk dan arus kas keluar saling terkait. Kegagalan salah satu aspek aktivitas
bisnis perusahaan akan berdampak pada keseluruhan sistem arus kas. Kegagalan penjualan
berdampak pada konversi persediaan menjadi piutang dan kas yang mengakibatkan penurunan
persediaan kas. Ketidakmampuan perusahaan untuk mengganti kas dari sumber seperti ekuitas,
pinjaman, atau utang usaha dapat menghambat aktivitas produksi dan mengakibatkan kerugian
di penjualan masa depan. Sebaliknya, membatasi pengeluaran pada pos seperti iklan dan
pemasaran dapat memperlambat konversi persediaan menjadi piutang dan kas. Pembatasan
jangka panjang atas arus kas keluar atau arus kas masuk dapat menurunkan solvabilitas
perusahaan.

Keterkaitan antara arus kas, akrual, dan laba harus disertakan dalam analisis. Saat
persediaan barang jadi yang merupakan akumulasi banyak biaya dan beban dijual, margin laba
perusahaan menghasilkan arus kas masuk dana likuid melalui piutang dan kas. Makin tinggi
margin laba, makin besar pertumbuhan dana likuid. Laba terutama berasal dari selisih antara
penjualan dan harga pokok penjualan (laba kotor) dan memiliki dampak yang sangat besar pada
arus kas. Banyak biaya, seperti biaya yang berasal dari penggunaan aset tetap atau beban yang
ditangguhkan, tidak membutuhkan pengeluaran kas. Sama halnya dengan pos seperti penjualan
tanah secara cicilan jangka panjang yang menghasilkan piutang tak lancar yang membatasi
relevansi akrual bagi arus kas, ukuran-ukuran tersebut harus digunakan secara tepat dalam
analisis untuk menilai pola arus kas.

Arus kas memiliki keterbatasan dalam satu hal penting. Saat perusahaan memperoleh
kas masuk, manajemen berwenang menentukan penggunaannya. Pilihan penggunaan ini
bergantung pada komitmen pembayaran, seperti dividen, akumulasi persediaan, pengeluaran
modal, atau pembayaran utang. Arus kas juga bergantung pada kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan dana dari berbagai sumber seperti ekuitas dan utang. Manajaemen memiliki
wewenang yang besar atas penggunaan arus kas masuk yang tidak dikomitmenkan (disebut
arus kas bebas). Komponen arus kas beban ini penting dan menjadi perhatian khusus dalam
analisis.

Pentingnya Peramalan Penjualan

Keandalan peramalan laba bergantung pada kualitas peramalan penjualan. Dengan


sedikit pengecualian, seperti dana dari aktivitas pendanaan atau dana untuk aktivitas investasi,
sebagian besar arus kas terkait dan bergantung pada penjualan. Peramalan penjualan meliputi
analisis atas:

 arah dan tren penjualan,


 pangsa pasar,
 kondisi industri dan ekonomi,
 kapasitas produksi dan keuangan,
 faktor kompetisi.

Komponen-komponen tersebut umumnya dinilai bersamaan dengan lini produk yang


berpotensi dipengaruhi oleh kekuatan pasar masing-masing.

Peramalan Arus Kas dengan Analisis Pro Forma

Kewajaran dan kelayakan ramalan kas jangka pendek biasanya diuji dengan laporan
keuangan pro forma (proforma financial statements). Dalam pengujian ini, asumsi yang
mendasari peramalan kas digunakan untuk menyusun laporan laba rugi pro forma selama
periode yang diramal dan neraca pro forma pada akhir periode ramalan. Laporan keuangan pro
forma ini digunakan untuk menghitung rasio keuangan dan menyimpulkan hubungan lainnya,
dan dibandingkan dengan data historis untuk menguji kelayakannya. Perbandingan ini harus
menyertakan penyesuaian untuk faktor-faktor yang diperkirakan akan memengaruhinya selama
periode yang diramalkan.

Вам также может понравиться