Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA:
Jerawat pada wajah bagian tengah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Seorang wanita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Kota Makassar dengan
keluhan sejak 1 bulan yang lalu timbul jerawat yang semakin banyak di bagian tengah
wajah dari hidung, pipi, dan dahi, pasien juga mengeluhkan hidungnya terlihat kasar
disertai kemerahan pada daerah tengah wajah yang dirasakan semakin berat. Keluhan
tidak disertai rasa gatal dan nyeri. Keluhan wajah berminyak tidak ada. Keluhan
jerawat yang timbul di daerah lain seperti leher, dada dan punggung tidak ada. Pasien
tidak pernah mencoba memencet atau memecahkan jerawatnya sendiri. Pasien belum
pernah berobat ke dokter sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya dan riwayat alergi
disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama.
RIWAYAT KEBIASAAN:
Pasien tidak pernah menggunakan tabir surya dan jarang membersihkan wajahnya,
pasien menyukai makanan pedas.
RIWAYAT PENGOBATAN:
Pasien belum pernah mengkonsultasikan masalah kulitnya ke dokter kulit,
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Baik
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7°C
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan gizi : Baik
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : facialis
Efloresensi : eritem (+) simetris, papul (+), pustule (+), telangiektasis (+), edema
(+), komedo (-), jaringan parut (-), skuama (-), kulit berminyak (-)
Penyebaran : regional
RESUME
Seorang wanita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Kota Makassar
dengan keluhan sejak 1 bulan yang lalu timbul jerawat yang semakin banyak di
bagian tengah wajah dari hidung, pipi, dahi dan bagian atas bibir, pasien juga
mengeluhkan hidungnya terlihat kasar disertai kemerahan pada daerah tengah wajah
yang dirasakan semakin berat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologis eritem (+) simetris,
papul (+), pustule (-), nodul (+), telangiektasis (+), edema (+), komedo (-), jaringan
parut (-), skuama (-), kulit berminyak (-)
DIAGNOSIS : Rosasea
DIAGNOSIS BANDING
Acne Vulgaris
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Perioral
SLE
TERAPI :
UMUM
- Memberi tahu pasien tentang penyebab, pencegahan penyakit serta cara
pengobatan dan lama pengobatan.
- Menjaga kebersihan dan perawatan kulit.
- Menyarankan kepada pasien untuk menghindari factor pencetus seperti sinar
matahari serta memakai pelindung wajah saat bekerja.
- Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan tabir surya dengan SPF 15
sebagai pelindung terhadap sinar UV A dan UV B.
- Diet kopi dan makanan pedas untuk mengurangi rangsangan eritem.
KHUSUS
SISTEMIK
- Tetrasiklin 500 mg 1x1 tablet
- Isotetrinoin 20 mg 1x1 tablet
LOKAL
- Metronidazole 0,75% gel dioleskan dua kali sehari
TINDAKAN : -
PROGNOSIS
Quo Ad Sanam : Bonam
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Kosmetikum : Dubia
PENDAHULUAN
Rosasea dikenal dengan akne rosasea, merupakan penyakit kulit kronis pada
daerah sentral wajah yang menonjol yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan
talangiektasi disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, eritema,
telangiektasi, kekasaran kulit, papulopustular inflamasi menyerupai jerawat dan
1
edema. Meskipun etiologi rosasea tidak sepenuhnya dipahami, sebuah respon
tambahan dari sistem kekebalan bawaan dan jalur neurovaaskular terhadap pemicu
tertentu dianggap sebagai factor utama dalam proses peradangan kronis yang terkait
dengan kondisi ini. Lebh dari 50% pasien dengan rosasea memiliki manifestasi
ocular, dan temuan ocular mungkin merupakan manifestasi pertama rosasea pada
beberapa pasien.5
Rosasea sering diderita pada umur diatas 30 tahun, namun dapat pula pada
remaja maupun orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena daripada pria. Ras
kulit putih (Kaukasia) lebih banyak terkena daripada kulit hitam (Negro) atau
berwarna (Polinesia).1
KLASIFIKASI SUBTIPE
Subtipe bertepatan dengan klasifikasi staging pertama yang diajukan Plewig
dan Kligman. Subtipe eritematelangetatik adalah penyakit subtipe analog stage I yang
diajukan Plewig dan Kligman, subtype Papulopustular stage II diajukan Plewig-
Kligman, dan subtipe pimatosa stage III Plewig-Kligman.2
EPIDEMIOLOGI
Rosasea adalah penyakit yang sangat umum. Meskipun prevalensi rosacea
tidak diketahui, namun penyakit ini lebih umum terjadi pada orang berkulit putih
daripada orang berkulit gelap karena orang yang berkulit gelap dapat menutupi
eritema rosasea. Orang-orang afrika dan keturunan asia juga dapat terkena rosasea.
Rosasea terjadi pada pria dan wanita dengan onset biasanya setelah usia 30 tahun.
Wanita lebih 2 kali lebih sering terkena rosasea Papulopustular dan
Erythematotelangiectatic. Sedangkan, rosasea Phymatous lebih sering pada laki-laki.
Tidak menutup kemungkinan, remaja anak-anak, dan orang dewasa muda juga dapat
terkena rosasea.2,3,5
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi yang tepat dari rosasea masih belum jelas, tetapi dapat
disebabkan karena disregulasi pembuluh darah dan respon sistem imun dan
perubahan inflamasi. Penelitian terbaru telah menunjukkan adanya peningkatan
regulasi proinflamasi dan gen vasoregulatory pada pasien rosacea. Perubahan dalam
respon sistem kekebalan tubuh bawaan yaitu aktivitas berlebihan cathelicidin (peptide
antimikroba), bersama dengan kallikrein-5, suatu enzim yang terlibat dalam
pengolahan cathelicidin. Selain itu, aktivitas reseptor 2 dalam sistem kekebalan
bawaan meningkat pada pasien dengan rosasea.
Berbagai pemicu rosacea adalah kolonisasi kulit akibat tungau Demodex
(bersama dengn bakteri dalam usus) dan Staphyloccocus epidermidis. Eradikasi
Helicobacter pylori telah menunjukkan peningkatan kejadian rosasea pada beberapa
pasien, dan beberapa organisme mungkin berperan dalam pathogenesis peradangan
pada rosasea.5
GEJALA KLINIK
Rosasea erythematotelangictatic (ETR) cirinya yaitu eritem persisten pada
wajah serta kemerahan selama telangiektasis terjadi, edema di tengah wajah, rasa
terbakar dan tersengat, kulit membesar atau bersisik, atau kombinasu tanda dan gejala
ini. Stadium ringan, sedang, berat dapat dikenali. Yang mencolok pada manifestasi
Papulopustular (PPR) adalah eritem persisten di tengah wajah dengan predominasi
papul dan pustule pada area konveks. Stadium ringan, sedang, berat dapat dibedakan.
Rasa terbakar atau tersengat pada kulit wajah mungkin dapat terjadi pada PPR namun
jarang terjadi pada ETR. Kemerahan sering tidak berat pada PPR dibandingkan ETR.
Pada kedua stadium, eritema terjadi pada area preorbital. Edema bisa sedang atau
berat,edema berat mungkin terbentuk plak atau bagian keras pada wajah. Hal ini
paling sering terjadi pada bagian dahi dan glabella dan sedikit mempengaruhi alis dan
dahi atas.2
Berdasarkan tanda-tanda klinis yang spesifik dan gejala,, National Rosacea
Society mengklasifikasikan rosacea ke dalam 3 stadium:
1. Rosasea Erythematotelangiectatic
- Kemerahan pada wajah bagian tengah, sering disertai dengan adanya rasa
terbakar atau tersengat.
- Kemerahan di area periokular.
- Daerah eritematous di wajah muncul dengan jumlah yang bervariasi mungkin
karena tingkat kronis dan dermatitis ringan.
- Rasa terbakar atau tersengat ketika terjadi kontak agen topical.
2. Rosasea Papulopustular
- Pasien biasanya wanita usia pertengahan (dewasa).
- Mengeluh adanya kemerahan pada wajah bagian tengah yang mengandung
papul eritematosa dan pustule.
- Memiliki riwayat flushing.
3. Rosasea Phymatous
- Penebalan kulit ditandai dengan nodul irregular yang tersebar di seluruh
permukaan hidung, dagu, dahi, 1 atau kedua telinga , dan/atau kelopak
mata.2,3
DIAGNOSIS BANDING
1. Akne Vulgaris
Akne vulgaris terjadi pada umur remaja, kulit seboroik, klinis komedo, papul,
pustule, nodus, kista. Tempat predileksi muka, leher, bahu, dada dan
punggung bagian atas. Tidak ada telangiectasia.1
2. Dermatitis Seboroik
Terdapat sebore, skuama berminyak dan agak gatal. Tempat predileksi
reteroaurikular, alis mata, sulkus nasolabial.1
3. Dermatitis Perioral
Terjadi pada wanita muda, tempat predileksi sekitar mulut dan dagu,
polimorfi tanpa telangiectasia dan keluhan gatal.1
4. Sistemik Lupus Eritematosa
Meskipun SLE dapat menstimulasi terjadinya rosasea, namun klinis terlihat
eritema dan atrofi pada pipi dan hidung dengan batas tegas dan berbentuk
kupu-kupu.1
TATALAKSANA
1. Kontrol peradangan
Topical
- Azelaic Acid gel 15%
- Metronidazole 0,75% dan 1% (cream, gel dan lotio)
- Sodium sulfacetamide !0% dan sulfur 5%
- Benzoyl peroxide 2,5%
- Erythromycin/clindamycin
- Tretinoin
Oral
- Tetrasiklin 200 sampai 500 mg per hari
- Isotetrinoin 0,5-1/kgBB/hr
2. Memperbaiki kerusakan jaringan
- Laser
- Intense pulsed light
- Bedah (rhinophyma)
3. Pencegahan kerusakan lebih lanjut
- memakai tabir surya dengan SPF 15
- hindari suhu yang ekstrem, makanan pedas atau panas.1,4
KOMPLIKASI
Komplikasi yang ditimbulkan oleh rosasea antara lain rinofima, inflamasi
ocular, dan rosasea limfadema. Umumnya persisten, berangsur bertambah berat
melalui episode akut. Namun ada pula yang remisi secara spontan.1
PROGNOSIS
Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui episode akut.
Namun adapula yang remisi secara spontan.1
PROGNOSIS
Durasi penyakit dan hasil akhirnya sangat bervariasi dan sulit diprediksi.
Dalam sebuah penelitian lanjutan terhadap 70 pasien setelah 6 bulan pengobatan
dengan tetrasiklin, 2-3 telah kambuh setelah masa tindak lanjut rata-rata 2,6 tahun.
Dalam sebuah survei terhadap 92 pasien 10 tahun atau lebih setelah diagnosis
rosacea, 48 orang merespons dan 25 masih memiliki penyakit aktif, sementara 23
lainnya telah sembuh.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima Dalam Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2010: 253-263.
2. Pelle, Michelle T. Rosacea. Dalam : Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffel DJ, Wolff K. Editor. Ftizpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Edisi ke-8. New York. McGraw. Hill Companies; 2012. h1291-99.
4. James WD, Berger TG, Elston DM. Editor. Andrews Disease of The Skin Clinical
Dermatology. Edisi ke-10. Kanada. Sauders Elsivier: 2006. h245-248.