Вы находитесь на странице: 1из 39

Sejarah Penemuan Hormon Giberilin

Ilmuan Jepang, F. Kurusawa (tahun 1926) menemukan suat zat yang mempunyai kemiripan dengan
auksin. Zat tersebut ditemukan dari sejenis jamur yang hidup sebagai parasit pada tanaman padi yang
dikenal dengan Gibberella fujikuroi. Setelah diteliti lebih lanjut, didapatkan zat pengatur pertumbuhan
yang dinamakan Giberelin atau Giberelat acid atau GA. Hormon GA ini bekerja secara bersama-sama
dengan hormon-hormon lainnya dan memacu pertumbuhan tanaman.
Advertisement

Hormon giberilin terutama dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi dan juga jamur. Tumbuhan
memproduksi giberelin pada jaringan meristem kuncup apikal dan tunas, daun-daun muda serta biji
yang sedang berkembang. Giberilin ditransportasikan ke seluruh bagian tumbuhan melalui fungsi
xilem dan floem.

Terdapat dua fase giberelin dalam tumbuhan, yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif.
Giberelin aktif berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian tumbuhan
mulai dari biji hingga dewasa. Giberelin ini merangsang pertumbuhan primer pada tumbuhan.

Mekanisme Kerja Hormon Giberilin


Peran utama hormon giberelin adalah dalam proses pemanjangan sel yang berpengaruh langsung
terhadap auksin. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
1.Hormon giberelin berpengaruh terhadap konsentrasi kadar auksin melalui pembentukan enzim
proteolitik yang akan melepaskan asam amino triptofan (pembentuk auksin) sehingga akan
meningkatkan kadar auksin pada tumbuhan serta merangsang pembentukan polihidroksi asam
sinamat, yang mampu menghambat kerja enzim IAA oksidase dimana enzim ini merupakan enzim
perusak auksin
2.Giberelin dapat memacu terbentuknya enzim amilase yang akan menghidrolisis pati sehingga kadar
gula dalam sel akan naik. Hal ini akan mengakibatkan air lebih banyak masuk sehingga proses
pemanjangan sel terjadi.

Fungsi Hormon Giberilin


Selain itu, giberelin pada tumbuhan juga berfungsi untuk:
1.Merangsang pertumbuhan antar buku sehingga tanaman yang kerdil dapat menjadi normal
2.Membantu percepatan tumbuhanya bunga
3.Mempercepat pertumbuhan biji, tunas serta tumbuhan utuh
4.Membantu proses perkecambahan biji. Hal ini terutama pada biji yang memerlukan perlakuan suhu
rendah. Perkecambahannya dapat dibantu dengan pemberian GA. Contohnya pada proses vernalisasi
terhadap biji bawang merah yang bertujuan agar bawang merah dapat berbunga dan menghasilkan
biji ketika ditanam di dataran rendah. Cara kerjanya yaitu giberelin akan memacu pembentukan enzim
amylase yang berperan dalam hidrolisis pati dan protein sehingga tersedianya energi bagi
perkembangan embrio.
5.Merangsang inisiasi pembungaan dan pembesaran buah. Hal ini dapat terlihat pada buah anggur
yang diberikan GA akan berukuran lebih besar.
6.Dapat meningkatkan laju fotosintesis apabila diberikan di bawah tajuk tumbuhan.
7.Mempengaruhi ekspresi seks*al pada tumbuhan.
8.Pada beberapa kasus, pemberian hormon pada tumbuhan satu ini dapat berpengaruh terhadap
proses patenokarpi, yaitu proses pembenutkan buah tanpa adanya pembuahan.

Giberelin bersama dengan auksin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Namun, giberelin
yang dihasilkan tumbuhan dapat bergerak ke dua arah, sedangkan auksin hanya dapat bergerak ke
satu arah. Hal ini menyebabkan giberelin ada di hampir setiap bagian-bagian tumbuhan.

Pengertian Hormon Giberelin


Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon, sedangkan yang
sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Hormon tanaman didefinisikan sebagai
senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian tertentu
dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut menimbulkan
tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
Menurut definisi tersebut hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat berikut, yaitu :
(1) senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman sendiri, (2) harus dapat ditranslokasikan, (3) tempat
sintesis dan kerja berbeda, (4) aktif dalam konsentrasi rendah. Dengan batasan-batasan tersebut
vitamin dan gula tidak termasuk dalam hormon. Dikenal 5 golongan fitohormon yaitu auksin,
giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen.
Pada umumnya, hormon mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, dengan
mempengaruhi pembelahan sel, perpanjangan sel, dan diferensiasi sel. Suatu hormon tidak hanya
berperan atau bekerja dalam satu macam proses fisiologi, namun kadang-kadang dalam pengaturan
berbagai proses. Setiap hormon mempunyai efek ganda tergantung pada : tempat kegiatannya,
konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya. Hormon tumbuhan, diproduksi dalam
konsentrasi rendah, tetapi sejumlah kecil hormon dapat membuat efek yang sangat besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan organ suatu tumbuhan.
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup
tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga,
pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga
berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan
mekanisme biosntesis GA. Giberelin pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu
giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif)
mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan
biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008
terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari
mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.
2.2 Sejarah Hormon Giberelin
Giberelin (GA) adalah kelompok asam diterpenoid yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan
tanaman inflencing berbagai proses perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi termasuk
pemanjangan batang, perkecambahan, dormansi, berbunga, ekspresi seks, induksi enzim dan daun
dan penuaan buah. Asal usul penelitian giberelin dapat ditelusuri ke patologi tanaman Jepang yang
sedang menyelidiki penyebab dari "bakanae" (bibit bodoh) penyakit yang serius menurunkan hasil
panen padi di Jepang, Taiwan dan di seluruh benua Asia.Gejala dari penyakit ini kuning pucat, bibit
memanjang dengan daun ramping dan akar terhambat. Parah tanaman berpenyakit mati sedangkan
tanaman dengan gejala sedikit bertahan hidup, tetapi menghasilkan biji-bijian kurang berkembang,
atau tidak sama sekali.
Bakanae sekarang mudah dicegah dengan pengobatan benih dengan fungisida sebelum menabur.
Makalah pertama tentang penyebab bakanae diterbitkan pada tahun 1898 oleh Shotaro Hori yang
menunjukkan bahwa gejala-gejala yang disebabkan oleh infeksi dengan jamur milik genus Fusarium,
Nees heterosporium mungkin Fusarium. Karakteristik bibit padi memanjang disebabkan oleh
bakanae. Pada tahun 1912, Sawada menerbitkan makalah dalam Ulasan Pertanian Formosa berjudul
"Penyakit Tanaman di Taiwan" di mana ia menyarankan bahwa perpanjangan dalam bibit padi
terinfeksi bakanae jamur mungkin karena stimulus yang berasal dari hifa jamur.
Selanjutnya, Eiichi Kurosawa (1926) menemukan bahwa budaya filtrat dari bibit padi kering
menyebabkan perpanjangan ditandai beras dan lainnya sub-tropis rumput. Dia menyimpulkan bahwa
jamur bakanae mengeluarkan zat kimia yang merangsang pemanjangan tunas, menghambat
pembentukan klorofil dan menekan pertumbuhan akar. Meskipun ada kontroversi antara patolog
tanaman atas nomenklatur bakanae jamur, pada tahun 1930, tahap sempurna dari jamur Fusarium
moniliforme bernama (Sheldon) dan tahap sempurna, Gibberella fujikuroi (Saw.) Wr. oleh H.W.
Wollenweber. Istilah "Fujikuroi" dan "Saw." di Gibberella fujikuroi (Saw.) Wr. berasal dari nama dua
patolog tanaman dibedakan Jepang, Yosaburo Fujikuro dan Kenkichi Sawada. Teijiro Yabuta memulai
bekerja pada isolasi komponen aktif menggunakan strain jamur yang disediakan oleh Kurosawa. Pada
tahun 1934, Yabuta mengisolasi senyawa kristal dari budaya filtrat jamur yang menghambat
pertumbuhan bibit padi pada semua konsentrasi yang diuji. Struktur inhibitor ditunjukkan untuk
menjadi 5-n-butylpicolinic acid atau asam fusarat. Pembentukan asam fusarat dalam filtrat kultur
ditindas dengan mengubah komposisi media kultur. Akibatnya, padat non-kristal diperoleh dari filtrat
kultur yang merangsang pertumbuhan bibit padi. Senyawa ini diberi nama giberelin oleh Yabuta pada
tahun 1935, penggunaan pertama dari istilah "giberelin" dalam literatur ilmiah. Pada tahun 1938,
Yabuta dan rekannya Yusuke Sumiki akhirnya berhasil mengkristal padat kuning pucat untuk
menghasilkan giberelin A dan B giberelin Penentuan struktur (Nama-nama itu kemudian dipertukarkan
pada tahun 1941 dan giberelin asli A ditemukan tidak aktif.) aktif giberelin terhambat oleh kekurangan
sampel kristal murni. Dengan standar saat ini produktivitas strain jamur mereka sangat miskin dan
mereka tidak tahu bahwa sampel mereka giberelin A itu tidak murni, tetapi campuran giberelin
struktural terkait.
Di Amerika Serikat, penelitian pertama pada giberelin dimulai setelah Perang Dunia II oleh unit
penelitian di Camp Dietrick, Maryland. Pada tahun 1950, John E. Mitchell melaporkan prosedur
fermentasi optimal untuk jamur, serta efek dari ekstrak jamur terhadap pertumbuhan kacang (Vicia
faba) bibit (Mitchell & Angel 1951). Pekerjaan juga mulai di USDA Northern Regional Research
Laboratories di Peoria, Illinois di Amerika Serikat menggunakan strain yang disediakan oleh Mitchell.
Fermentasi skala besar dilakukan dengan tujuan memproduksi giberelin A murni untuk keperluan
pertanian, tetapi fermentasi awal tidak aktif. Pada tahun 1951, Sumiki mengunjungi Amerika Serikat
dan bertemu Frank H. Stodola. Setelah kembali ke Jepang ia mengirim budaya baru ke Amerika Serikat
tetapi ini juga terbukti tidak aktif. Masalahnya ini terlacak kurangnya magnesium dalam medium kultur
dan hasil yang baik dari giberelin diperoleh ketika media kultur dilengkapi dengan magnesium sulfat.
Sifat fisik giberelin terisolasi dari fermentasi ditemukan secara mengejutkan sangat berbeda dari yang
dilaporkan oleh Jepang dan senyawa baru bernama giberelin-x. (Stodola et al., 1955). Pada sekitar
waktu yang sama di Inggris, tim peneliti (Philip Curtis, Brian Cross, John Grove, Jake MacMillan dan
Paddy Mulholland) di Akers Research Laboratories (ICI) mengisolasi giberelin baru yang diberi nama
"asam giberelat".
Senyawa ini memiliki sifat fisik yang berbeda dari A giberelin Jepang (Curtis & Cross, 1954). Sampel
dipertukarkan antara Stodola dan Grove dan "asam giberelat" dan giberelin-X ditemukan memiliki
kimia yang identik dan sifat fisik dan asam giberelat nama diterima oleh kedua kelompok. Sebuah
struktur asam giberelat diusulkan pada tahun 1956 namun kemudian direvisi melihat Grove
1961. Pada tahun 1955, anggota Sumuki kelompok, (Takahashi et al.) Berhasil memisahkan ester metil
dari giberelin A menjadi tiga komponen, dari mana asam bebas yang sesuai diperoleh dan bernama
giberelin A1, A2, dan A3. Giberelin A3 ditemukan identik dengan asam giberelat. Pada tahun 1957,
Takahashi et al. mengisolasi giberelin baru bernama A4 giberelin sebagai komponen minor dari filtrat
kultur. Pada pertengahan 1950-an, bukti bahwa giberelin yang alami zat dalam tumbuhan tingkat
tinggi mulai muncul dalam literatur. Menggunakan teknik yang telah digunakan untuk mengisolasi
giberelin dari jamur, Margaret Radley di ICI di Inggris menunjukkan adanya giberelin seperti zat dalam
tumbuhan tingkat tinggi.
Di Amerika Serikat, laporan pertama dari substansi giberelin seperti pada jagung berasal dari Bernard
Phinney et al menggunakan mutan kerdil jagung untuk assay untuk aktivitas dalam ekstrak tumbuh-
tumbuhan. Hal ini diikuti oleh isolasi A1 giberelin kristal, A5, A6 dan A8 dari pelari kacang (Phaseolus
multiflorus) (MacMillan et al 1958,. 1959, 1960,1962). Sampel asli dari isolasi ini sekarang dipajang di
Ashton panjang. Pada tahun 1960 jumlah giberelin dilaporkan dalam literatur terisolasi dari asal jamur
dan tanaman cepat meningkat.
Pada tahun 1968, J. MacMillan & N. Takahashi mencapai kesepakatan bahwa semua giberelin harus
diberi nomor sebagai giberelin A1-x, terlepas dari asal-usul mereka. Selama 20 tahun terakhir dengan
menggunakan teknik analisis modern giberelin banyak lagi telah diidentifikasi. Pada saat ini
jumlah giberelin diidentifikasi 126.

2.3 Karakteristik Kimia Giberelin


Giberelin termasuk senyawa isoprenoid dan merupakan diterpen yang disintesis dari unit-unit
asetat yang berasal dari asetil-KoA melalui jalur asam mevalonat, senyawa isoprene memiliki 5 atom
karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene
(C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30).
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan
mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C.
Sedangkan berdasarkan posisi gugus hidroksil dapat dibedakan menjadi gugus hidroksil yang berada di
atom C nomor 3 dan nomor 13.Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain yang
memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’. Semua giberelin dengan 19
atom adalah asam monokarbosiklik yang mengandung grup COOH pada posisi 7 dan mempunyai
sebuah laktonering.

2.4 Biosintesis dan Transport Giberelin


Jalur biosintesis giberelin berasal dari prekursor asam mevalonat yang dibentuk oleh asetil koenzim
A. Giberelin disintesis pada daun yang sedang berkembang, primordium cabang, ujung akar dan biji
yang sedang berkembang. Salisbury dan Ross menyatakan bahwa pengangkutan asam giberelat dalam
tumbuhan tidak terjadi secara polar. Pengangkutan berlangsung melalui difusi. Selain itu,
pengangkutan juga berlangsung melalui xilem dan floem.
2.5 Pengaruh Fisiologi dari Giberelin
Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman berpengaruh terhadap sifat genetik (genetic
dwarfism), pembungaan, penyinaran, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan
dan aspek fisiologis lainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel,
aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein . Kebanyakan
tanaman memberikan respon terhadap pemberian GA3 dengan pertambahan panjang batang.
Pengaruh GA3 terutama di dalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel-sel
pada ruas-ruas tersebut bertambah besar. Peran giberelin dalam pemanjangan batang merupakan
hasil dari 3 proses. Proses pertama adalah pembelahan di daerah ujung batang. Dari hasil penelitian
Lui dan Loy (1976) menunjukkan pembelahan sel diakibatkan oleh stimulus giberelin terhadap sel
yang berada pada fase G1 agar segera memasuki fase S dan memperpendek fase S. Proses kedua
adalah giberelin memacu pertumbuhan sel dengan cara meningkatkan hidrolilis amilum, fruktan dan
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa sehingga dapat digunakan untuk respirasi yang menghasilkan
energi. Energi tersebut kemudian akan digunakan untuk pembentukan dinding sel dan komponen-
komponen sel lain sehingga proses pembentukan sel dapat berlangsung dengan cepat. Giberelin juga
menurunkan potensial air sehingga air dapat masuk ke dalam sel dengan lebih cepat dan terjadi
pembentangan sel. Proses ketiga adalah giberelin meningkatkan plastisitas dinding sel. Giberelin juga
memenuhi kebutuhan beberapa spesies akan masa dingin untuk menginduksi pembungaan atau agar
berbunga lebih awal (vernalisasi). Giberelin secara luas juga dikenal dapat mengubah ekspresi jenis
kelamin.
Biasanya fertilisasi diperlukan sebelum pertumbuhan buah dimulai tetapi pada beberapa kasus
buah berkembang meskipun dengan tidak adanya fertilisasi. Proses tersebut dikenal sebagai
partenokarpi. (Rismunandar, 1988) menyatakan partenokarpi terdiri atas dua kata yaitu parthenos
yang berarti perawan (belum dibuahi sel telurnya) dan karpos yang berarti buah. Partenokarpi
meliputi perkembangan buah tanpa penyerbukan, kemudian diperluas semua menjadi perkembangan
buah tanpa fertilisasi baik setelah terjadinya penyerbukan maupun tanpa penyerbukan. Pertumbuhan
partenokarpi buah dipicu oleh hormon giberelin, tanaman-tanaman yang mengalami perkembangan
buah tanpa adanya fertilisasi tetapi perkembangan buahnya di picu oleh hormon giberelin adalah
tomat, apel dan buah persik. Bradley dan Crane (1962) memperlihatkan bahwa buah persik
partenokarpi yang dihasilkan oleh pemrosesan giberelin adalah serupa dengan buah persik normal
dalam ukuran dan rasio jumlah sel terhadap ukuran sel.
Telah banyak diuraikan giberelin dalam hubungannya dengan partenokarpi. Hasil penelitian
Barker dan Collin (1965) menunjukkan bahwa GA3 lebih efektif dalam terjadinya partenokarpi
dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil penelitian Clore menunjukkan bahwa
pencelupan klaster anggur jenis Delaware pada saat sebelum berbunga (prebloom) dan sesudah
berbunga (post bloom) dalam larutan GA3 dapat dihasilkan 88-96% beri yang tak berbiji. Begitu pula
Delvin dan Demoranville (1967) meneliti cranberry, dan Mdlibowska (1966) meneliti peardengan
mengaplikasikan GA3. Rismunandar (1988) menyatakan bahwa penggunaan GA3 konsentrasi 10 ppm
disemprotkan pada seluruh malai bunga tomat, konsentrasi 25 ppm untuk tanaman terong,
konsentrasi 50 ppm untuk buah mentimun, disemprotkan langsung seluruh tanaman pada saat malai
berbunga, menghasilkan buah-buah tak berbiji.

2.6 Fungsi Giberelin


Hormon giberelin secara alami terdapat pada bagian tertentu tumbuhan yaitu pada buah dan biji
saat berkecambah. Giberelin pertama kali ditemukan pada tumbuhan sejenis jamur Giberella
fujikuroi (Fusarium moniliformae) oleh F.Kurusawa, seorang berkebangsaan Jepang di tahun 1930-an.
Ketika itu, ia sedang mengamati penyakit Banane pada tumbuhan padi. Padi yang terserang oleh
sejenis jamur memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga batangnya mudah patah. Jamur ini
kemudian diberi nama Gibberella fujikuroi yang menyekresikan zat kimia bernama giberelin. Giberelin
ini kemudian diteliti lebih lanjut dan diketahui banyak berperan dalam pembentukan bunga, buah,
serta pemanjangan sel tumbuhan. Kubis yang diberi hormon giberelin dengan konsentrasi tinggi, akan
mengalami pemanjangan batang yang mencolok.
Pengaruh giberelin terhadap pertumbuhan tanaman. Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama
atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi
giberelin adalah membantu pembentukan tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi
aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon ini memacu aleuron untuk membuat
(mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan antara lain: enzim α-amilase, maltase,
dan enzim pemecah protein. Menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi
apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan sangat
nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel. Hal itu dapat dibuktikan pada tumbuhan
kerdil, jika diberi giberelin akan tumbuh normal, jika pada tumbuhan normal diberi giberelin akan
tumbuh lebih cepat. Fungsi hormon giberelin dapat dirangkum sebagai berikut:
• Menyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya
• Menyebabkan tanaman tumbuh tinggi
• Memacu aktivitas kambium
• Menghasilkan buah yang tidak berbiji
• Membantu perkecambahan biji
Pengaruh Giberelin pada Pertumbuhan Batang. Giberelin seperti halnya auksin memegang peranan
penting dalam pertumbuhan batang, namun dapat menyebabkan pertumbuhan batang menjadi
terlalu panjang. Sebaris jagung kerdil dapat dibuat supaya tumbuh seperti jagung biasa dengan
memberinyaGiberelin berkali-kali. Anehnya, pertumbuhan jagung biasa tidak dapat ditingkatkan
dengan giberelin.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi
giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Hormon tanaman didefinisikan sebagai senyawa organik
bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman,
hormon tanaman harus memenuhi syarat, yaitu : Senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman
sendiri, Harus dapat ditranslokasikan, Tempat sintesis dan kerja berbeda, Aktif dalam konsentrasi
rendah. Giberelin merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup
tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga,
pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp.
Giberelin adalah kelompok asam diterpenoid yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan
tanaman inflencingberbagai proses perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi termasuk
pemanjangan batang, perkecambahan, dormansi, berbunga, ekspresi seks, induksi enzim dan daun
dan penuaan buah. penelitian giberelin ditelusuri ke patologi tanaman Jepang yang sedang
menyelidiki penyebab dari "bakanae" (bibit bodoh) penyakit yang serius menurunkan hasil panen padi
di Jepang, Taiwan dan di seluruh benua Asia. Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban
Skeleton’Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman berpengaruh terhadap sifat genetik
(genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Giberelin pertama kali ditemukan pada tumbuhan sejenis
jamur Giberella fujikuroi (Fusarium moniliformae) oleh F.Kurusawa, seorang berkebangsaan Jepang di
tahun 1930-an.

Giberelin : Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan


pertumbuhan daun; mendorong pembungaan dan perkembangan buah; mempengaruhi
pertumbuhan dan diferensiasi akar.

 Giberelin
Gambar 5 menunjukkan 2 kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh. Kelompok di sebelah kiri
adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal; sedangkan tanaman di sebelah kiri adalah
tanaman padi dengan tinggi tanaman yang lebih besar tetapi memiliki daun yang berwarna kuning.
Tanaman padi ini telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi. Bibit padi yang telah terinfeksi
akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga. Selama berabad-abad petani
padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola
pertumbuhan yang menyimpang ini disebut juga dengan “bakanae” atau “foolish seedling disease”
atau “penyakit rebah anakan/kecambah“ .
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella
fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia
tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan
secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini akan
muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi yang menghasilkan
senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya disingkat
sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat
diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun
muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif,
tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai
kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan
paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak
seperti auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA.
Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin
dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada
tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi
perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin (Gambar 4). Pada beberapa tanaman pemberian GA
bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu
efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya
meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara
pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan mempengaruhi perkembangan
buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa
fertilisasi. Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa biji pada
varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur lebih besar dengan jarak antar
buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang
membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah akan segera
berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji
merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan
embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan
memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang
menyebabkan dormansi biji.
Pertumbuhan tanaman adalah sebuah proses berkembangnya organisme individu, dalam hal ini
tanaman secara alami. Pertumbuhan merupakan suatu proses biologis dari serangkaian kejadian yang
tak terlihat dan bertahap dalam organisme tersebut.
Pertumbuhan tanaman sendiri tak bisa berbalik (irreversibel terhadap sel, organ, atau keseluruhan
tanaman.
Tanaman sendiri punya pertumbuhan yang indeterminan, yang berarti mereka punya kapasitas untuk
terus bertumbuh tanpa henti. Pertumbuhan pada tanaman sendiri terjadi berdasarkan siklus musiman
atau harian, tergantung jenisnya.
Informasi yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh dan berfungsi dibawa oleh kromosom, yang
berada di masing-masing nukleus sel. Semasa hidup tanaman, program genetik ini digunakan oleh
tanaman untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman.
Namun informasi genetik dari kromosom tidak serta merta dapat digunakan. Ada serangkaian faktor
yang diperlukan:
Sinyal dari lingkungan
Sinyal hormonal
Faktor nutrisi
Seperti contoh, sel mesofil pada daun, dan sel akar memiliki semua informasi yang dibutuhkan di
dalam nukleus untuk membuat klorofil. Namun sel daun lah yang membentuk kloroplas jika terpapar
cahaya.
Bisa dibilang bahwa kemampuan bertumbuh memang dilakukan oleh kromosom, namun bagaimana
bentuk dan ukurannya masih ditentukan oleh faktor eksternal alias lingkungan.
Artikel kali ini akan membahas mengenai faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Apa saja?
Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman: Gen
Gen membawa kode genetik dalam bentuk basa nitrogen DNA dan RNA. Gen mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan karena tanpa gen, akan mustahil bagi sel untuk
beraktivitas.
Bayangkan sel sebagai pekerja, dan gen adalah rancangan pekerjaan. Tanpa rancangan pekerjaan,
maka pekerja tidak bisa bekerja, dan tidak tahu harus mengerjakan apa.
Gen sendiri adalah substansi pembawa sifat dari induk ke generasi penerusnya. Genetik bisa
menentukan ciri dan sifat makhluk hidup. Pada tumbuhan, gen akan mempengaruhi tinggi tumbuhan,
warna bunga yang muncul, atau rasa dan ukuran buah.
Bisa juga menentukan ketahanan terhadap hama, lama panen, kualitas hasil produksi, ukuran
fisiologis, dan lain sebagainya.
Gen pada tumbuhan adalah faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Agar menciptakan
tumbuhan yang lebih kuat dan berkualitas, maka yang perlu dimanipulasi adalah genetiknya. Tak
heran, peneliti dari lembaga riset bekerja memanipulasi genetik pada tumbuhan, agar mampu
menciptakan tumbuhan yang berkualitas, biaya produksi minim, namun hasilnya melimpah.
Gen dapat menentukan warna kulit dan daging buah naga
Meski faktor genetik sangat penting, namun faktor ini tak langsung menentukan keseluruhan nasib
tumbuhan ke depannya. Ada persyaratan agar gen bekerja dengan maksimal, yaitu kondisi tanah,
kecukupan nutrisi, temperatur, dan perlakuan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.

Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman: Hormon
Hormon adalah zat berperan mengendalikan berbagai fungsi tubuh. Meski jumlahnya sedikit, hormon
dapat berpengaruh krusial dalam mengatur berbagai proses tumbuh kembang tumbuhan.
Hormon sendiri adalah senyawa kimia yang diproduksi dalam kadar kecil, yang secara keseluruhan
akan mempengaruhi sel atau organ dari tumbuhan.
Pada tumbuhan sendiri ada beberapa hormon yang diproduksi: auksin, giberelin, sitokinin, absisat,
dan gas etilen.
Masing-masing hormon memiliki tugas khusus, namun hormon ini juga bisa bekerja bersama hormon
lain untuk melakukan proses pertumbuhan tanaman, seperti contohnya giberelin dan sitokinin bisa
menstimulasi pembentukan biji, namun mempengaruhi juga pertumbuhan di area tumbuhan lain,
sehingga jumlah, massa, dan volume dari sel tetap bertumbuh.

Hormon Auksin
Hormon auksin adalah senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA), yang merupakan hasil sekresi ujung
tunas, ujung akar, daun muda, buah, bunga, dan kambium (pada tumbuhan berkambium).
Jika hormon auksin ini berada di pucuk tunas, maka hormon ini diangkut jaringan pembuluh menuju
tunas, agar dapat tumbuh dan dapat melakukan proses pemanjangan sel-sel jaringan batangnya.
Hormon Giberelin
Hormon giberelin terletak pada buah dan biji saat masih berupa kecambah.
Hormon ini berperan dalam dominansi apikal, memanjangkan sel, membesarkan dan mematangkan
buah, memekarkan bunga, serta distribusi nutrisi cadang makanan untuk biji. Giberelin pun ikut
berpengaruh dalam membentuk akar tumbuhan, karena giberelin juga terdapat di bagian
mersitematik akar.
Hormon Sitokinin
Sitokinin terletak di tubuh tumbuhan. Hormon ini dibentuk pada sistem perakaran. Fungsi hormon
sitokinin pada tumbuhan adalah:
Merangsang akar lebih cepat bertumbuh
Merangsang pertumbuhan dan pelebaran daun
Merangsang tumbuhnya tanaman ke arah samping dan merangsang pertumbuhan pucuk tanaman
Merangsang aktivitas mitosis
Membantu proses biji bertumbuh menjadi kecambah.

Asam Absisat
Pada titik tertentu, tumbuhan harus berhenti bertumbuh. Konsentrasi nutrisi harus disalurkan pada
bunga atau buah. Hormon asam absisatlah yang melakukan tugas ini.
Asam absisat (ABA) adalah penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon ini diproduksi
pada daun daun dewasa.
Asam absisat sendiri mempunyai peran sebagai berikut:
Mempercepat absisi pada bagian tumbuhan yang mulai menua, seperti contohnya daun, buah, dan
dormansi tunas.
Memicu pengangkutan hasil fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong proses
pembuatan protein cadangan.
Mengatur tertutup dan terbukanya stomata, tergantung pada suplai air yang tersedia di tanah.

Gas Etilen
Etilen adalah gas yang dihasilkan oleh buah, saat buah tersebut sudah mulai menua. Fungsinya adalah
agar buah tersebut menjadi matang.
Etilen inilah yang menyebabkan buah menjadi matang dan bisa dinikmati oleh makhluk lain.
gas etilen memacu kematangan buah
Selain mematangkan buah, fungsi lain etilen adalah membantu pertumbuhan batang jadi lebih kuat
dan kokoh, memacu pembungaan, serta mengatur rasio bunga jantan dan betina di tumbuhan
tersebut.

Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman: Enzim
Enzim pada tumbuhan adalah senyawa kimia yang berbentuk protein, dan didapat melalui proses
sintesa protein dari sel. Enzim sendiri merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Ini karena enzim memiliki fungsi spesifik. Beberapa jenis enzim akan
berpengaruh terhadap reaksi metabolisme dan biokimia pada tanaman.
Enzim itu terdiri dari apoenzim dan rangkaian gugus prostetik. Apoenzim merupakan bagian dari
enzim yang tersusun dari protein. Gugus prostetik sendiri adalah bagian enzim yang tidak tersusun
atas protein. Gugus prostetik bisa dikelompokkan menjadi dua: koenzim (tersusun atas bahan organik)
dan kofaktor (tersusun atas bahan anorganik).
Enzim berperan secara spesifik dalam menentukan reaksi mana yang akan terjadi. Ribuan reaksi dapat
terjadi, tanpa menghasilkan produk sampingan yang beracun untuk tanaman itu sendiri.
Giberelin merupakan kelompok senyawa dengan inti gibban. Giberelin yang berperan penting dalam
pertumbuhan tumbuhan adalah GA1, sedang asam giberelat (GA3) yang banyak digunakan dalam
penelitian dihasilkan oleh jamur.

image.png707x300 332 KB

Giberelin disintesis dari asam mevalonat di jaringan muda di bagian pucuk (tepatnya tidak diketahui)
dan di biji yang sedang tumbuh. Belum diketahui apakah akar mampu mensintesis giberelin. Giberelin
ditransport melalui floem dan melalui proses difusi.
Proses fisiologi yang dipengaruhi giberelin antara lain:
1.Memacu pemanjangan batang dengan meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel.
2.Menginduksi perkecambahan biji
3.Menginduksi sintesis enzim selama perkecambahan biji
4.Terbentuknya buah dan pertumbuhannya
5.Menginduksi terbentuknya bungajantan pada tumbuhan berumah dua

rudilinaRudi Cahyono
Jun '17
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella
fujikuroimengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia
tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan
secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT.
Penyakit rebah kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan
Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya disingkat
sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat
diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun
muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif,
tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai
kurang lebih 15 macam GA.
Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah
dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin
pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA.
Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin
dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada
tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi
juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Pada beberapa
tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.

image.png726x242 372 KB

Gambar Penyakit Kecambah Abnormal pada Padi


Sumber : Campbell dan Reece, 2002 : 812
Keterangan Gambar Penyakit Kecambah Abnormal pada Padi :
Tanaman padi yang tinggi lurus di sebelah kanan diinfeksi dengan jamur Gibberella. Patogen tersebut
mengeluarkan gibberellin, suatu stimulus pertumbuhan. Tanaman yang tidak diinfeksi, di sebelah kiri
menghasilkan gibberellin dalam jumlah yang lebih sedikit.
###Peranan Giberellin
###1. Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah tempat utama yang memproduksi gibberellin. Gibberellin menstimulasi
pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Di
dalam batang, gibberellin menstimulasi perpanjangan sel dan pembelahan sel.
Seperti halnya auksin, gibberellin menyebabkan pula pengendoran dinding sel, tetapi tidak
mengasamkan dinding sel. Satu hipotesis menyatakan bahwa; gibberellin menstimulasi enzim yang
mengendorkan dinding sel, yang memfasilitasi penetrasi protein ekspansin ke dalam dinding sel.
Di dalam batang yang sedang tumbuh, auksin, mengasamkan dinding sel dan mengaktifkan ekspansin;
sedangkan gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin ke dalam dinding sel untuk bekerja sama
dalam meningkatkan perpanjangan sel.
Efek gibberellin dalam meningkatkan perpanjangan batang, adalah jelas, ketika mutan tumbuhan
tertentu yang kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri yang kerdil (termasuk yang dipelajari oleh
Mendel), tumbuh dengan ketinggian normal bila diberi gibberellin. Apabila gibberellin diaplikasikan ke
tumbuhan yang ukurannya normal, seringkali tidak memberikan respon. Nampaknya, tumbuhan
tersebut sudah memproduksi dosis hormon yang optimal.
Suatu contoh yang paling menonjol, dari perpanjangan batang yang telah diinduksi oleh gibberellin;
adalah terjadinya pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting, yaitu pertumbuhan tangkai bunga
yang cepat.

Gambar Pemberian Hormon Tumbuh pada Perkecambahan Kacang Kapri yang Kerdil (Sumber :
Campbell dan Reece, 2002 : 812 )
Keterangan Gambar Pemberian Hormon Tumbuh pada Perkecambahan Kacang Kapri yang Kerdil :
Bandingkanlah perkecambahan kacang kapri yang tidak diberi perlakuan di sebelah kiri, dengan
perkecambahan kapri kerdil yang diberi perlakuan di sebelah kanan, yang diberi 5 mikro gram
gibberellin 5 hari sebelumnya.
Fase vegetatif beberapa tumbuhan, seperti pada kubis, tumbuh dalam bentuk roset; yaitu, tumbuhnya
pendek dekat dengan tanah karena ruas-ruas (internodus) yang pendek.
Pada saat tumbuhan berubah ke fase reproduktif, maka terjadi ledakan gibberellin yang menginduksi
internodus menjadi memanjang dengan cepat, sehingga kuncup bunga menjadi tinggi dan
berkembang pada ujung batang.
####2. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun gibberellin hendaknya selalu tersedia untuk mengatur
pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu dengan menyemprot anggur
‘Thompson’ menjadi tanpa biji (Gambar Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji) adalah
sangat penting.
Hormon, menjadikan buah anggur secara individu tumbuh lebih besar, sesuai dengan ukuran yang
diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas (internodus) lebih panjang, sehingga lebih banyak
tempat bagi tiap-tiap buah anggur untuk berkembang.
Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi udara antara buah anggur yang satu
dengan yang lainnya; juga menjadikan buah anggur lebih keras, sehingga tahan terhadap jamur serta
mikroorganisme lainnya yang akan menginfeksi buah

Gambar Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji


Sumber : Campbell dan Reece, 2002 : 813
Keterangan Gambar Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji:
Rangkaian tandan anggur di sebelah kiri adalah kontrol, yang tidak diberi perlakuan. Rangkaian tandan
di sebelah kanan tumbuh dari tanaman anggur yang disemprot dengan gibberellin selama
perkembangan buahnya.
####3. Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin. Setelah air diimbibisi, terjadi pelepasan gibberellin dari
embrio, yang mengisyaratkan biji untuk memecahkan dormansi dan segera berkecambah.
Pada beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah, misal
keterbukaan terhadap cahaya atau temperatur yang dingin, maka pemberian gibberellin akan
memecahkan dormansi. Gibberellin, membantu pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan
menstimulasi sintesis enzim pencerna seperti -amilase, yang memobilisasi cadangan makanan.
Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam
jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji.
Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya
dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.

ZAT PENGATUR TUMBUH GIBERELIN


1. Pengertian Giberelin:
Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi
giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin adalah membantu pembentukan tunas/
embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA). Hormon
ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang dikeluarkan
antara lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein
Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan
makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan sumber energy pertumbuhan. Apabila
giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
Produksi giberalin yang paling besar berada pada akar dan daun muda. Meskipun demikian pangaruh
giberelin hanya pada batang dan daun. Pada batang giberelin bersama auksin merangsang
pemanjangan dan pembelahan sel batang. Giberelin juga berpengaruh pada perkembangan buah.
Namun kinerja giberelin harus dibarengi dengan control auksin. Salah satu contoh pengaplikasian
giberelin adalah pada buah anggur Thompson yang tumbuh besar dan terpisah jauh antara buah yang
lain. Perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh giberelin, karena setelah sebuah biji mengimbibisi
air,giberekin akan dibebaskan dan mengakhiri dormansi biji.

1. 2. Rangkaian Kimia Giberelin


Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk
dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung
menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30).
Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma
dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif.

Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua
kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan
berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C
nomor 3 dan nomor 13.
1.3 Sistem Kerja Giberelin
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada
tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi
juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin.
Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena GA3
memacu aktivitas enzim–enzim hidrolitik khususnya α amilase yang menghidrolisis cadangan pati
sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa tumbuh lebih cepat. Tinggi tanaman
tidak dipengaruhi oleh giberelin. Hal ini karena giberelin diberikan pada umbi bibit sebelum ditanam
sehingga pengaruhnya hanya pada fase awal pertumbuhan yaitu berupa pemacuan pertumbuhan
tunas lateral. Pengaruh tersebut tidak terbawa ke fase pertumbuhan selanjutnya sehingga tinggi
tanaman tidak terpengaruh.
Penggunaan giberelin juga bisa terjadi menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini
terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan
sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.

1.4 Waktu Pemberian Giberelin


· Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian
yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata
pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
· Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik.
Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-
sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin
mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa
pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan
tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik
karena pemberian giberelin.
· Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin
dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin
pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah
pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
· Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang
dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan
nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan
merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
· Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan
xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi
pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian
auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
· Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan
proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada
endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase
perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.
1.3.1 Contoh Cara Pemberian Giberelin:
1) Pada Tanaman Hias
Hormon giberelin dipakai untuk tanaman hias yang berbunga .Semprotkan pada arah akar dan tunas,
tiap 3-4 hari sekali (3-4 kali saja) saat tanamanhias diperkirakan sudah akan tumbuh bunganya,
Lanjutkan dengan pemupukan.Makatanaman hias akan cepat tumbuh bunganya.Untuk tanaman padi,
melon, kacang-kacangan, kedelai, kelapa sawit dan lain lainnya, hormonegiberelin disemprotkan kira-
kira umur tanaman tersebut sudah akan mulai keluar buahnya. Semprotkan hormone giberelin 3-4
hari sekali (3-4 kali saja), dengan pacuan hormon giberelin dan hormonecolchicine untuk merendam
bibit, maka tumbuhnya buah akan lebih besar-besar dan lebih lebat.
Pembentukan bunga pada tumbuhan tergantung pada beberapa faktor termasuk umur dan keadaan
lingkungan. Misalnya perbandingan siang dan malam sangat berpengaruh pada beberapa spesies.
Beberapa spesies hanya berbunga pada saat lama siang hari melewati titik kritis tertentu dan lainnya
hanya berbunga jika lamanya siang hari lebih pendek dari krisis tertentu. Giberelin dapat
menggantikan har panjang yang dibutuhkan oleh bebrapa spesies hal ini menunjukan adanya interaksi
dengan cahaya. Giberelin juga mempengaruhi kebutuhan beberapa spesies pada saat musim dingin
untuk menginduksi pembungaan atau berbunga lebih awal.
2) Buah-Buahan

Untuk tanaman buah buahan, randam akar cangkokan tanaman pada larutancolchicine-air selama 20-
25 menit, kemudian tanam. Lanjutkan dengan pemakainhormone auksin dan msitokinin. Cara
penyemprotannya seperti pada tanaman padi, jagung, melon, kelapa sawit dan sebagainya. Lanjutkan
dengan pemupukan danperawatan. Saat tanaman buah buahan diperkirakan sudah akan mulai
berbuah, pacukeluarnya buah dengan hormongiberelin.caranya Tertibkan penyiraman, hingga banyak
tumbuh tunas. Beri kejutan pada tanaman. Dengan tidak menyiramnyabeberapa hari, sehingga
daunnya rontok. Kemudian semprotkan hormone giberelin 3- 4 hari sekali (3-4 kali saja). Setelah itu
pacu dengan penyiraman secukupnya. Makabunga buah-buahan akan cepat tumbuh.
1.3.2 Penggunaan giberelin secara komersial
Ada sekitar 100 giberelin yang berbeda, tapi asam giberelat (GA3) adalah bentuk paling sering
digunakan untuk aplikasi komersial. Giberelat asam digunakan untuk mengobati benih beberapa
tanaman pangan karena memicu mereka untuk memecahkan dormansi. Dan hasilnya adalah
perkecambahan biji yang seragam.
Penggunaan lain komersial untuk giberelin adalah untuk menerapkan tanaman menghasilkan buah
tanpa biji. Contoh dari ini adalah anggur tanpa biji. Aplikasi giberelin juga memungkinkan buah untuk
sepenuhnya matang dengan ukuran yang lebih besar dari biasanya.
Pembuat Beer juga menggunakan giberelin untuk meningkatkan jumlah gula yang dihasilkan dalam
proses malting. Hal ini menghasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi.
1.4 Fungsi Hormon Giberelin
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam
tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti
di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
1. Mengatasi Kekerdilan Akibat Mutasi (Gnetic Dwafism)
Giberelin merupakan hormon yang mampu merangsang pertumbuhan secara sinergi, baik bagian
batang, akar, maupun daun. Di dunia pertanian, manfaat giberelin yang penting adalah mengatasi
masalah genetic dwafism atau kekerdilan pada tanaman. Genetic dwafism adalah suatu gejala yang di
sebabkan adanya mutasi. Dengan pemberian giberelin, tanaman yang tadinya tumbuh kerdil dapat
kembali tumbuh normal. Hasil penelitian menunjukan pemberian giberelic acid pada tanaman kacang
menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tinggi.
2. Membuat Buah Tanpa Biji (Seedless)
Pemberian giberelin bermanfaat dalam proses parhenocarpy dan fruit set. Parthenocsrpy adalah
proses tidak terbentuknya biji dalam buah. Karena itu , pemberian giberelin bermanfaat dalam proses
rekayasa untuk menghasilkan buah yang tak berbiji. Pemberian giberelin juga bermanfaat dalam
meningkatkan jumlah tandah buah (fruit set) dan meningkatkan hasil buah. Pemberian giberelin juga
dapat menyebabkan buah yang telah di panen tidak cepat busuk, sehingga lebih tahan lama.

Gambar. Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji


Sumber : Campbell dan Reece, 2002 : 813

3. Mempercepat Proses Pertumbuhan


Pemberian giberelin pada fase perkecambahan (Germination) sangat menguntungkan . Giberelin
membantu proses anzimatik untuk mengubah pati menjadi gula yang selanjutnya di translokasi ke
embrio. Gula akan di gunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan, sehingga pertumbuhan
embrio berlangsung cepat. Pemberian GA3 dapat meningkatkan aktivitas kambium dan
perkembangan xilem sehingga aktivitas pertumbuhan berjalan lancar dan cepat. Pemberian Giberelin
pada tanaman kacang-kacangan akan memacu pertumbuhan dan mempercepat perambatan. Begitu
juga pada tanaman semangka, mentimun air, dan mentimun yang di semprot giberelin mengalami
perpanjangan batang yang sangat cepat.
4. Mempercepat Proses Pembungaan
Giberelin berfungsi untuk mempercepat proses pembungaan. Giberelin dapat memenuhi kebutuhan
bunga beberapa jenis tanaman pada musim dingin ketika potosintesis kurang dan memacu taanaman
agar berbunga lebih awal.
5. Meningkatkan Produktivitas
Di Amerika serikat, Perkebunan anggur telah menggunakan giberelin untuk meningkatkan kerenyahan
dan ukuran anggur. Di Hawai, giberelin digunakan untuk meningkatkan produksi tebu. Selain itu,
giberelin yang disemprotkan ke tanaman seledri menyebebkan tanaman bertambah panjang,
bertambah renyah, produksi meningkat. Penggunaan giberelin pada tanaman anggur tahan terhadap
infeksi cendawan. Penyemprotan giberelin dilakukan sejak tanaman berbunga dan pada fase
pembentukan rangkaian buah. Penyemprotan giberelin pada buah dan daun jeruk nevel bisa
mencegah timbulnya gangguan pada kulit buah dan menjaga agar kulit tetap kencang selama
penyimpanan.
SUMBER:
Anonymous. 2009. Hormon Tumbuhan (online). http//:Wikipedia.com. diakses tanggal 25 November
2009
Heddy, Suwasono. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : Rajawali
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Wattimena G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tumbuhan. Bogor : Pusat Antar Universitas IPB.

Zainal Abidin. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung : Angkasa

SEJARAH SINGKAT GIBERELIN


Sejarah giberelin sedikit unik. Awal mulanya giberelin ditemukan oleh Eiichi Kurowasa, orang Jepang,
pada tahun 1926. Pada tahun itu Pagerang Diponegoro sedang giat-giatnya berperang melawan
penjajah londo. Kurosawa sebenarnya sedang meneliti tentang penyakit aneh pada padi yang disebut
‘bakane’. Padi yang terserang penyakit ini tumbuh membesar tidak normal. Batang dan daunnya
membesar dan memanjang. Kurosawa berhasil mengisolasi jamur penyebab penyakit ini yang
dinamakan Giberrella fujikori. Ketika jamur ini diinfeksikan ke tanaman yang sehat, tanaman yang
sehat memperlihatkan gejala itu. Ya…mengikuti postulat Koch yang terkenal itu.
Kurang lebih satu dasawarsa kemudian penelitian ini dilanjutkan oleh Yabuta dan Hayashi tahun 1939.
Kedua orang jepang ini melangkah lebih maju dan berhasil mengisolasi kristal protein yang dihasilkan
oleh Giberrella fujikori. Kristal ini bisa menstimulasi pertumbuhan akar kecambah.
Setelah perang dunia ke dua, pada tahun 1951 Stodola dan teman-temannya melanjutkan penelitian
ini dan menemukan ‘Giberelin A’ dan ‘Giberelin X’. Hasil penelitian selanjutnya ditemukan varian dari
giberelin, yaitu GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang hampir bersamaan dilakukan penelitian juga di
Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris. Dari penelitian ini juga ditemukan GA3.
Selanjutnya nama Gibberellic acid disepakati oleh kelompok peneliti itu dan populer hingga jaman
sekarang.
Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 126 macam giberelin. Giberelin diberi nama dengan GAn…..,
diurutkan berdasarkan urutan ditemukannya senyawa giberlin tersebut. Giberelin yang ditemukan
pertama kali adalah GA3.
KARAKTERISTIK KIMIA GIBERELIN
Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk
dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung
menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30).
Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma
dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif.
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua
kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan
berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C
nomor 3 dan nomor 13.
Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain yang memiliki fungsi seperti giberelin
tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’.

Struktur GA1 (sumber: wikipedia)

Struktur GA3 (sumber: wikipedia)

Struktur Ent-Gibberellane (gibbal skeleton) (sumber: wikipedia)


FUNGSI FISIOLOGIS GIBERELIN
Cara kerja giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di
dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah
seperti di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
Merangsang batang dengan merangsang pembelahan sel dan perpanjangan.
Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari panjang.
Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau cahaya untuk
menginduksi perkecambahan.
Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk mobilisasi cadangan
benih.
Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).
Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah.
Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk.
Genetik Dwarsfism
Penjelasan singkat dari masing-masing cara kerja giberelin atau fungsi fisiologis giberelin diuraikan di
bawah ini.
Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian
yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata
pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik.
Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-
sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin
mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa
pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan
tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik
karena pemberian giberelin.
Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin
dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin
pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah
pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang
dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan
nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan
merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan
xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi
pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian
auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan
proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada
endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase
perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

Sinkronisasi Aktivitas Hormon Giberelin dengan Hormon Tumbuhan Lainnya

Giberelin adalah hormon pada tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai agen perangsang pemanjangan
sel sehingga bagian tanaman menjadi lebih besar dari ukuran normalnya. Giberelin mula-mula
diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Menurut Abidin (1990) Kurosawa melakukan
penelitian terhadap penyakit ”bakane” yang menyerang tanaman padi dan ternyata penyebab dari
penyakit ini adalah jamur Giberella fujikuroi. Penyakit bakane menyebabkan tumbuhan padi rebah, hal
ini akibat dari tanaman padi tumbuh tinggi melebihi ukuran normal. Dengan kata lain cendawan
tersebut mampu mengakibatkan pemanjangan ruas-ruas yang berlebihan pada batang dan daun
sehingga padi lebih mudah rebah.

Hormon giberelin merupakan zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk memperbesar
ukuran hasil panen komoditas pertanian. Oleh karena itulah hormon ini sering dijadikan faktor kunci
dalam perangkaian teknologi inovasi pertanian khususnya dalam hal memperbesar komoditas panen.
Giberelin mampu mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapattumbuh normal (tidak kerdil), memacu proses perkecambahan biji, merangsang pembelahan sel
dan perpanjangan, merangsang pembungaan, merangsang produksi enzim (a-amilase), menyebabkan
parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah, dan menunda penuaan dalam daun dan buah jeruk.

Dalam hal pembesaran suatu organ dalam tanaman giberelin tidak bekerja sendiri. Giberelin menjalin
kerjas sama dengan hormon dan ezim lainnya. Giberelin mampu membentuk enzim yang dapat
melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan sebagai
prekusor/pembentuk auksin sehingga kadar auxin dalam tanaman tersebut meningkat. Secara tidak
langsung, giberelin dapat dikatan mengaktivkan auksin yang dalam tubuh tanaman yang diperlakukan.
Auksin dan giberelin bekerja sama dalam hal pemanjangan sel sehingga kecepatan tumbuh tanaman
meningkat dan daya tumbuh organ tanaman melebihi batas normalnya.

Selain itu giberelin juga mampu membentuk enzim alpha amilase yang berfungsi sebagai katalisator
pada reaksi perombakan pati menjadi gula sederhana (glukosa) yang memeiliki karakteristik rasa lebih
manis. Sehingga secara logika tanaman yang diperlakukan dengan giberelin akan meningkat kualitas
rasanya dalam hal kemanisan. Selain itu jika konsentrasi gula meningkat, tekanan osmotik di dalam sel
juga menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.

Pendapat dari ahli mengenai Cell elongation atau pemanjangan sel adalah giberelin mendukung
pengembangan dinding sel. Penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzim proteolitik
yang akan membebaskan triptopan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran
giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin. Mekanisme lainnya menerangkan bahwa
giberelin akan menstimulasi cell elongation , karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari
giberelin, akan mendukung terbentuknya α amylase (Abidin,1990).

Selain auksin, secara tidak langsung ada sinergisme aktivitas dengan hormon sitokinin. Misalnya pada
kasus pembentukan kuncup liar. Pembentukan kuncup liar dianggap terjadi karena dipacu oleh adanya
sinergisme antara auksin dan sitokinin. (Heide,1972) dalam Handayani (2004). Golongan sitokinin
sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis (Winata, 1988 dalam Handayani,
2004). Sitokinin sebagai senyawa organik yang mendorong pembelahan sel tanaman dan menentukan
arah diferensiasi sel tanaman. Wattimena (1988) dalam Handayani (2004) menjelaskan bahwa
sitokinin juga dapat memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun, dan
memperlambat proses senesen pada daun, buah dan organ-organ lainnya. Dari sini mulai terkuak
bahwa penyebab terjadinya penundaan penuaan pada organ tanaman adalah berkat kerjasama
giberelin-auksin-sitokinin misalnya penundaan penuaan daun dan buah jeruk.

Hormon giberelin diaplikasikan melalui perendaman namun dapat juga disemprotkan pada fase
tertentu pada tanaman, bergantung jenis tanaman dan umur tanaman yang akan diperlakukan. Pada
tanaman anggrek untuk menciptakan anggrek yang berbunga serempak maka hormon giberelin
diberikan pada saat tanamna hampir melakukan inisiasi bunga dengan cukup disemprotkan dengan
dosis sebesar 2 mg/liter. Sedangkan pada semangka, perlakuan giberelin diberikan pada saat tanaman
berupa bibit atau benih siap tanam.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Zainal.1990. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Bandung :Angkasa.

Handayani, Rd. Selvy. 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Duku (Lansium domesticum Corr.) dengan
penyemprotan Giberelin, Sitokinin, dan Triakontanol. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor

Harjadi,Sri Setyati.2009.Zat Pengatur Tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Giberelin

Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian terhadap tanaman padi yang sakit.
Padi yang terserang jamur Gibberella fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang
mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Bentuk-bentuk giberelin
diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh
jamur dan tumbuhan tinggi.

Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin
memiliki beberapa peranan, antara lain:

1) Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh.


2) Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari endosperm untuk pertumbuhan embrio.
3) Perkembangan bunga dan buah.
4) Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan.
5) Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.

Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat kembali lagi yang
disebabkan adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel. Alat untuk mengukur pertumbuhan
disebut dengan Auksanometer.
Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan
tidak dapat diukur dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat
kedewasaan. Perkembangan awal suatu tumbuhan secara garis besar melalui tiga tahap, yaitu :
pembelahan sel, morfogenesis, dan difesensiasi seluler.
1. Pembelahan sel
Zigot didalam biji tumbuhan mengalami pembelahan sel mitosis membentuk jaringan embrional.
2. Morfogenesis (perkembangan bentuk)
Embrio yang terbentuk di dalam biji memiliki kotiledon dan akar serta tunas rudimeter. Sesudah
berkecambah, akar dan tunas rudimeter tersebut akan berkembang membentuk sistem akar dan
tunas tumbuhan. Proses ini yang dinamakan morfogenesis.

3. Diferensiasi seluler
Pada tahap ini, jaringan embrional terus berkembang menjadi struktur dengan fungsi khusus yang
akan dimiliki saat dewasa.

PERKECAMBAHAN

home.earthlink.net

Perkecambahan adalah munculnya Plantula (tanaman kecil dari dalam biji)


a. Proses perkecambahan
Dalam proses perkecambahan melibatkan proses fisika dan proses kimiawi
· Proses fisika terjadi ketika biji menyerap air (imbibisi) akibat dari potensial air rendah pada biji
yang kering.
· Proses kimia terjadi ketika air masuk pada biji kemuadian air tersebut mengaktifkan embrio untuk
melepaskan hormon Giberelin (GA). Hormon ini mendorong aleuron (lapisan tipis bagian luar
endosperma) untuk mensintesis dan mengeluarkan enzim.
Enzim bekerja dengan menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat
pada kotuledon dan endosperma. Kemudian enzim yang ada pada biji tersebut misalnya enzim
amilase akan mengubah amilun yang terdapat pada kotiledon menjadi glukosa. Dan glukosa ini
diperlukan untuk proses pembentukan energi bersama oksigen. Selanjutnya, selama pertumbuhan
embrio akan menjadi bibit tanaman.

b. Macam Perkecambahan

2.bp.blogspot.com

2.bp.blogspot.com

· Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga
atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya
pada kacang hijau.

· Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga
daun lembaha ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di dalam tanah

a. Pertumbuhan Akar

·
Tudung Akar
Tudung akar merupakan daerah akar yang paling ujung. Fungsi tudung akar adalah
mensekresikan cairan polisakarida untuk melumasi tanah disekitar titik pertumbuhan akar. Cairan ini
menyebabkan tanah menjadi lunak dan mudah diembus akar. Selain itu tudung akar berfungsi untuk
melindungi daerah meristem akar.
· Daerah Meristem
Daerah meristem terletak di belakang tudung akar, yang meliputi meristem apikal dan derivatnya.
Meristem apikal merupakan daerah pusat pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel meristem primer
untuk menggantikan sel-sel tudung akar yang tanggal.
· Daerah Pemanjangan
Daerah pemanjangan terletak di belakang daerah meristem. Sel-sel di daerah pemanjangan
membelah lebih lambat daripada sel meristem. Sel-selmya relatif lebih tahan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh radiasi dan bahan kimia beracun dibandingkan daerah lain. Sel-sel di daerah ini juga
berfungsi sebagai penyimpanan makanan. Pemanjangan sel berperan penting untuk menekan ujung
akar, termasuk meristem, agar akar memanjang.
· Daerah diferensiasi
Daerah diferensiasi terletak dibagian akhir akar. Di daerah diferensiasi terdapat tiga sisten jaringan
yang dihasilkan dari sel-sel meristem, yaitu :
a. Protoderma, merupakan lapisan terluar meristem primer yang akan menjadi epidermis.
b. Meristem dasar, merupakan lapisan kedua yang akan erkembang menjadi sistem jaringan dasar.
Jaringan ini mengisi daerah lapisan korteks pada akar di antara stele dan epidermis.
c. Prokambium, merupakan lapisan pusat (dalam) yang akan berkembang menjadi silinder vaskuler
pusat (stele), yaitu xilem dan floem.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor luar
dan faktor dalam.
1. Faktor Luar
Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan pada perkembangan adalah makanan, air, suhu,
kelembapan, oksigen, dan cahaya.
a. Makanan
Makanan adalah sumber energi dan sumber materi untuk mensyintetis berbagai komponen sel.
Nutrien yang dibutuhkan tumbuhan bukan hanya karbon dioksida dan air, tetapi unsur-unsur lainnya.
Karbon dioksida diabsorpsi oleh daun, sedangkan air dan mineral diserap oleh akar.
b. Air
Air termasuk senyawa utama yang sangat dibutuhkan tumbuhan. Air berfungsi antara lain untuk
berfotosintesis, mengaktifkan reaksi enzimatik, menjaga kelembapan, dan memebantu
perkecambahan biji. Tanpa air reaksi kimia tidak akan terjadi yang akan mengakibatkan tumbuhan
tersebut mati.
c. Suhu
Tumbuhan membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, yang disebut
dengann suhuoptimum. Suhu yang paling rendah yang masih memungkinkan tumbuh untuk tumbuh
disebut suhu minimum. Suhu yang paling tinggi yang masih memungkinkan untuk tumbuhan tumbuh
disebut suhu maksimum.
d. Kelembapan
Pengaruh kelembapan udara berbeda-beda terhadap berbagai tumbuhan. Tanah dan udara yang
lembap berpengaruh baik bagi pertumbuhan. Kondisi lembap menyebabkan banyak air yang diserap
tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi tersebut mendukung aktivitas pemanjangan sel-
sel. Dengan demikian, sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum sehingga tumbuhan bertambah
besar.
e. Cahaya
Banyaknya cahaya yang dibutuhkan oleh tumbuhan tidak selalu sama. Umumnya cahaya dapat
menghambat pertumbuhan meninggi, karena cahaya matahari dapat menguraikan auksin (hormon
pertumbuhan). Hal seperti ini dapat kita lihat dengan tanamanan yang tumbuh di tempat gelap akan
lebih cepat tinggi daripada di tempat yang terang. Pertumbuhan yang cepat di tempat gelap
disebut etiolasi.
Cahaya juga dapat merangsang pembungaan tumbuhan tertentu. Ada tumbuhan yang dapat berbunga
pada hari pendek (lamanya penyinaran matahari lebih pendek pada waktu gelapnya). Ada pula
tumbuhan yang berbunga pada hari panjang (lamanya penyinaran lebih panjang daripada waktu
gelapnya).

2. Faktor Dalam
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam, misalnya gen dan hormon.
a. Gen
Gen mengandung faktor-faktor sifat keturunan yang dapat diturunkan pada keturunannya. Gen juga
berfungsi untuk mengontrol reaksi kimia di dalam sel, misalnya sintesis protein. Pembentukan yang
merupakan dasar penusun tubuh tumbuhan, yang dikendalikan oleh gen secara langsung. Maka gen
dapat mengatur pada pertumbuhan melalui sifat yang diturunkan dan sintesis-sintesis yang
dikendalikannya.
b. Hormon
Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada suatu bagian
tumbuhan.
1) Auksin
Auksin merupakan senyawa Asam idol Asetat (idol Acetic Acid/aa) yang dihasilkan di ujung meristem
apikal (ujung akar dan batang). Hormon auksin juga ditemukan pada bagian tanaman yang sedang
mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun fungsi hormon auksin adalah untuk membantu
perkecambahan, merangsang perpanjangan sel, memperpanjang titik tumbuh, serta merangsang
pembentukan bunga dan buah.
2) Giberelin
Fungsi hormon giberelin adalah: berperan dalam pemanjangan tumbuhan dan merangsang aktivitas
kambium, berperan dalam partenikarpi (pembentukan buah tanpa biji), merangsang pertumbuhan
ung sehingga tanaman dapat berbunga sebelum waktunya, juga menyebabkan tanaman tumbuh
tinggi besar (raksasa).
3) Sitokinin
Hormon ini merangsang pembelahan sel, merangsang pertumbuhan ke arah samping dari pucuk, dan
mempercepat pertumbuhan akar, serta pelebaran daun. Hormon sitokinin dan auksin dapat bekerja
secara sinergis. Perbandingan kadar hormon sitokinin dan akusin memengaruhi pertumbuhan. Jika
konsentrasi sitokinin lebih tinggi, pembelahan sel terjadi di bagian pucuk batang.
4) Gas etilen
Gas etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah matang. Gas etilen dapat merangsang
pematangan buah karena gas etilen dapat mengakibatkan respirasi sehingga buah yang keras dan
masam akan menjadi matang, empuk, dan manis. Interaksi gas etilen dan hormon auksin juga akan
merangsang pertumbuhan bunga pada tumbuhan.
5) Kalin
Hormon ini yang mempengaruhi pertumbuhan organ tumbuhan.
Rhizokalin : merangsang pertumbuhan akar
Kaulokalin : merangsang pertumbuhan batang
Filokalin : merangsang pertumbuhan daun
Antokalin : merangsang pembentukan bunga
Asam Traumalin : merangsang pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi
luka.

DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi D A dkk. 2007. BIOLOGI Untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga
Kusnadi, Didik Priyandoko. 2006. BIOLOGI SMA dan MA kelas XII.Jakarta : Piranti
Pembungaan atau agar berbunga lebih awal.

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan,
sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam
sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon
eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat
pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan
hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh
yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern
mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman
pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.

2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimkasud dengan giberelin ?
b. bagaimana sejarah hormone giberelin?
c. Bagaimana efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman?
d. bagaimana biosintesis giberelin ?
e. bagaimana karakteristik kimia giberelin?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian giberelin
b. Untuk mengetahui sejarah hormone giberelin
c. Untuk mengetahui efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman
d. Untuk mengetahui biosintesis giberelin
e. Untuk mengetahui karakteristik kimia giberelin

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN HORMON
Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Hormon tanaman
didefinisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang
disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain
tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.
Menurut definisi tersebut hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat
berikut, yaitu : (1) senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman sendiri, (2) harus dapat
ditraslokasikan, (3) tempat sintesis dan kerja berbeda, (4) aktif dalam konsentrasi rendah.
Dengan batasan-batasan tersebut vitamin dan gula tidak termasuk dalam hormon. Dikenal 5
golongan fitohormon yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Wattimena
G.A. 1988: 8).
Pada umumnya, hormon mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
dengan mempengaruhi pembelahan sel, perpanjangan sel, dan diferensiasi sel. Menurut
Meyer et al. (1973) dan Bidwell (1979), suatu hormon tidak hanya berperan atau bekerja
dalam satu macam proses fisiologi, namun kadang-kadang dalam pengaturan berbagai proses
(Retno Wahyuningtyas, 1994: 8). Setiap hormon mempunyai efek ganda tergantung pada :
tempat kegiatannya, konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya. Hormon
tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi rendah, tetapi sejumlah kecil hormon dapat
membuat efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ suatu
tumbuhan

2. PENGERTIAN HORMON GIBERELIN


Dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan hormone merupakan factor
internal yang berpengaruh dalam kelangsungan hidup suatu tumbuhan . giberelin merupakan
turunan ent- giberelin . Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada
hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji,
batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan
pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga berperan dalam respon menanggapi
rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan dengan mekanisme biosntesis GA. Giberelin
pada tumbuhan dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif)
dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) mengontrol beragam
aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk perkecambahan biji, batang
perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan pengembangan benih. Hingga tahun 2008
terdapat lebih lebih dari seratus GA telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah
kecil dari mereka, seperti GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.
Giberelin pertama kali dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi
Kurosawa, yang meneliti tentang penyakit padi "bakanae" [2]. Hormon ini pertama kali
diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella fujikuroi). oleh
Kurosawa [1] Yabuta disebut isolat giberelin. [1]
3. SEJARAH PENEMUAN HORMON GIBERELIN
Giberelin pertama kali ditemukan pada tahun 1926 oleh seorang ahli penyakit
tanaman dari jepang bernama E. Kurosawa . Hormin ini diisolasi dari jamur Gibberella
fujikuroi yang merupakan parasit dari tanaman padi. Tanaman tersebut sering tak mampu
menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati karena kelemahan ini dan kerusakan oleh
parasit. Sejak Tanya penyakit tahun 1890-an orang jepang menyebutnya penyakit bakanae
(kecambah tolol) Pada tahun 1926 , beberapa ahli patologi tumbuhan mendapatkan bahwa
ekstrak cendawan tersebut yang disemprotkan ke tanaman padi menimbulkan gejala yang
sama dengan endawan itu sendiri . hal itu menunjukkan bahwa bahan kimia tertentu
menimbulkan penyakit tersebut .
Pada tahun 1930-an, T yabuta dan T hayasi memisahkan satu senyawa aktif dari
cendawan tersebut , yang mereka namakan giberelin . hingga tahun 1990 telah ditemukan 84
jenis giberelin pada berbagai jenis cendawan dan tumbuhan . dari jumlah itu, 73 jenis berasal
dari tumbuhan tingkat tinggi , 25 jenis daricendawan giberella dan 14 dari keduannya .
Hormon giberelin secara alami terdapat pada bagian tertentu tumbuhan yaitu pada
buah dan biji saat berkecambah. Giberelin pertama kali ditemukan pada tumbuhan sejenis
jamur Giberella fujikuroi (Fusarium moniliformae) oleh F.Kurusawa, seorang berkebangsaan
Jepang di tahun 1930-an. Ketika itu, ia sedang mengamati penyakit Banane pada tumbuhan
padi. Padi yang terserang oleh sejenis jamur memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga
batangnya mudah patah. Jamur ini kemudian diberi nama Gibberella fujikuroi yang
menyekresikan zat kimia bernama giberelin.
Giberelin ini kemudian diteliti lebih lanjut dan diketahui banyak berperan dalam
pembentukan bunga, buah, serta pemanjangan sel tumbuhan. Kubis yang diberi hormon
giberelin dengan konsentrasi tinggi, akan mengalami pemanjangan batang yang mencolok.

Hormon giberilin
4. KARAKTERISTIK KIMIA GIBERELIN
Giberelin termasuk senyawa isoprenoid dan merupakan diterpen yang disintesis dari unit-unit
asetat yang berasal dari asetil-KoA melalui jalur asam mevalonat (Dardjat Sasmitamihardja dan
Arbayah, 1996 : 334), senyawa isoprene memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat
bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene
(C-30).

Gambar 5. Struktur GA3 (Salisbury dan Ross, 1995: 51)


Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat
dikelompokkan mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19
atom C dan 20 atom C. Sedangkan berdasarkan posisi gugus hidroksil dapat dibedakan
menjadi gugus hidroksil yang berada di atom C nomor 3 dan nomor 13. Penelitian lebih lanjut
juga menemukan beberapa senyawa lain yang memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak
memiliki ‘Gibban Skeleton’. Semua giberelin dengan 19 atom adalah asam monokarbosiklik
yang mengandung grup COOH pada posisi 7 dan mempunyai sebuah laktonering.

Gambar 6. Struktur Ent-Gibberellane (gibban skeleton)


(Salisbury dan Ross, 1995: 51)
Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan
hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan perkecambahan embrio.
Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amilase. Enzim tersebut berperan memecah
senyawa amilum yang terdapat pada endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa
glukosa.Glukosa merupakan sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada
tumbuhan kerdil, tumbuhan akan tumbuh normal kembali.
(Anonymousa,2011)

5. PERANAN HORMON GIBERELIN


Hormon gibberellins hampir bisa ditemukan di seluruh bagian tanaman , baik akar, batang,
daun, bunga maupun buah. Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis
giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh
giberelin antara lain adalah seperti di bawah ini :
a. Bersama dengan auksin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel
b. Merangsang pertumbuhan batang dan daun
c. Menghilangkan sifat kerdil tanaman
d. Pada konsentrasi tinggi , merangsang pertumbuhan akar
e. Merangsang pembentukan bunga pada tanaman hari panjang (long day plant )
f. merangsang perkecambahan serbuk sari dari peertumbuhan buluh serbuk sari
g. menghambat pertumbuhan akar adventif
h. mematahkan dormansi sebagian besar jenis biji .
i. Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau cahaya
untuk menginduksi perkecambahan.
j. Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk mobilisasi
cadangan benih.
k. Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).
l. Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah.
m. Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk.
n. Peran Giberelin pada Perkecambahan

Ø Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman
Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah
beberapa minggu perlakuan.
Ø Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi
genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil
menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena
pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang.
Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan
enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini
menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin.
Ø Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma.
Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan
buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
Ø Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat
pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung
pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas
enzim amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh
embrio.
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak
tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti
suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses
metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam
jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin
yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat
di dalam biji.
Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT
lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
Ø Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas
kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk
tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada
xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
Ø Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi
merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan
oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease,
amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan,
giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

6. PENGARUH GIBERELIN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi
fungsi giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Fungsi giberelin adalah membantu pembentukan
tunas/ embrio, Jika embrio terkena air, embrio menjadi aktif dan melepaskan hormon giberelin (GA).
Hormon ini memacu aleuron untuk membuat (mensintesis) dan mengeluarkan enzim. Enzim yang
dikeluarkan antara lain: enzim α-amilase, maltase, dan enzim pemecah protein. Menghambat
perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka
buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan
pembelahan sel. Hal itu dapat dibuktikan pada tumbuhan kerdil, jika diberi giberelin akan tumbuh
normal, jika pada tumbuhan normal diberi giberelin akan tumbuh lebih cepat.
Fungsi hormon giberelin dapat dirangkum sebagai berikut:
• Menyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya
• Menyebabkan tanaman tumbuh tinggi
• Memacu aktivitas cambium
• Menghasilkan buah yang tidak berbiji
• Membantu perkecambahan biji
Pengaruh Giberelin pada Pertumbuhan Batang. Giberelin seperti halnya auksin
memegang peranan penting dalam pertumbuhan batang, namun dapat menyebabkan
pertumbuhan batang menjadi terlalu panjang. Sebaris jagung kerdil dapat dibuat supaya
tumbuh seperti jagung biasa dengan memberinya giberelin berkali-kali. Anehnya,
pertumbuhan jagung biasa tidak dapat ditingkatkan dengan giberelin.
Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman berpengaruh terhadap sifat
genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat
selama perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Giberelin mempunyai peranan dalam
mendukung perpanjangan sel, aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru
serta sintesis protein (Zainal Abidin, 1982: 44). Kebanyakan tanaman memberikan respon
terhadap pemberian GA3 dengan pertambahan panjang batang. Pengaruh GA3 terutama di
dalam perpanjangan ruas tanaman yang disebabkan oleh jumlah sel-sel pada ruas-ruas
tersebut bertambah besar (Wattimena, 1987 : 23-24 ). Peran giberelin dalam pemanjangan
batang merupakan hasil dari 3 proses. Proses pertama adalah pembelahan di daerah ujung
batang. Dari hasil penelitian Lui dan Loy (1976) menunjukkan pembelahan sel diakibatkan
oleh stimulus giberelin terhadap sel yang berada pada fase G1 agar segera memasuki fase S
dan memperpendek fase S. Proses kedua adalah giberelin memacu pertumbuhan sel dengan
cara meningkatkan hidrolilis amilum, fruktan dan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
sehingga dapat digunakan untuk respirasi yang menghasilkan energi. Energi tersebut
kemudian akan digunakan untuk pembentukan dinding sel dan komponen-komponen sel lain
sehingga proses pembentukan sel dapat berlangsung dengan cepat. Giberelin juga
menurunkan potensial air sehingga air dapat masuk ke dalam sel dengan lebih cepat dan
terjadi pembentangan sel. Proses ketiga adalah giberelin meningkatkan plastisitas dinding sel
(Salisbury & Ross, 1985: 61). Giberelin juga memenuhi kebutuhan beberapa spesies akan
masa dingin untuk menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih awal (vernalisasi).
Giberelin secara luas juga dikenal dapat mengubah ekspresi jenis kelamin.
Biasanya fertilisasi diperlukan sebelum pertumbuhan buah dimulai tetapi pada
beberapa kasus buah berkembang meskipun dengan tidak adanya fertilisasi. Proses tersebut
dikenal sebagai partenokarpi. (Rismunandar, 1988) menyatakan partenokarpi terdiri atas dua
kata yaitu parthenos yang berarti perawan (belum dibuahi sel telurnya) dan karpos yang
berarti buah. Partenokarpi meliputi perkembangan buah tanpa penyerbukan, kemudian
diperluas semua menjadi perkembangan buah tanpa fertilisasi baik setelah terjadinya
penyerbukan maupun tanpa penyerbukan (Retno Wahyuningtyas, 1994: 23). Pertumbuhan
partenokarpi buah dipicu oleh hormon giberelin, tanaman-tanaman yang mengalami
perkembangan buah tanpa adanya fertilisasi tetapi perkembangan buahnya di picu oleh
hormon giberelin adalah tomat, apel dan buah persik (Mulyani dan Kartasapoetra, 1989: 61).
Bradley dan Crane (1962) memperlihatkan bahwa buah persik partenokarpi yang dihasilkan
oleh pemrosesan giberelin adalah serupa dengan buah persik normal dalam ukuran dan rasio
jumlah sel terhadap ukuran sel (Mulyani dan Kartasapoetra, 1989: 83).
Telah banyak diuraikan giberelin dalam hubungannya dengan partenokarpi. Hasil
penelitian Barker dan Collin (1965) menunjukkan bahwa GA3 lebih efektif dalam terjadinya
partenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil penelitian Clore
menunjukkan bahwa pencelupan klaster anggur jenis Delaware pada saat sebelum berbunga
(prebloom) dan sesudah berbunga (post bloom) dalam larutan GA3 dapat dihasilkan 88-96%
beri yang tak berbiji. Begitu pula Delvin dan Demoranville (1967) meneliti cranberry, dan
Mdlibowska (1966) meneliti pear dengan mengaplikasikan GA3. (Zainal Abidin, 1982: 47).
Rismunandar (1988) menyatakan bahwa penggunaan GA3 konsentrasi 10 ppm disemprotkan
pada seluruh malai bunga tomat, konsentrasi 25 ppm untuk tanaman terong, konsentrasi 50
ppm untuk buah mentimun, disemprotkan langsung seluruh tanaman pada saat malai
berbunga, menghasilkan buah-buah tak berbiji (Retno Wahyuningtyas, 1994: 25)

7. BIOSINTESIS HORMON GIBERELIN


Giberelin adalah senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu
biji karena bersifat pengontrol perkecambahan.Giberelin dibutuhkan untuk pembebasan α-amilase
yang menghasilkan hidrolisis tepung dan perkecambahan. Adapun respon positif terhadap giberelin
terjadi dalam kisaran konsentrasi yang luas, bahkan kandungan giberelin yang tinggi tidak bersifat
racun. Penggunaan giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses
pembelahan dan pembesaran sel. Keutamaan sintesis goberelin pada tanaman tingkat tinggi adalah
meristematik daun,akar dan perkecambahan. Giberelin sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman
sangat perbengaruh sifat genetik, perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Selain itu giberelin
mempunyai peranan dalam mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
Giberelin aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat meningkatkan hasil
tanaman. Perendaman giberelin selain menambah tinggi tanaman juga menambah luas daun yang
berarti terdapat peninggatan aktivitas fotosintesa. Biosintesis Giberelin Acid terutama berlangsung
dalam tunas, daun dan akar.
Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas dari enzim-enzim
hidrolotik pada proses perkecambahan biji-biji serelia. Hal ini mula-mula datang dari observasi
perubahan-perubahan kimia yang terjadi pada biji jelai selama proses malting (perubahan pati ke
gula). Pada proses ini biji jelai itu menghisap air dan biji mulai berkecambah. Pada proses
perkecambahab ini pati di ubah menjadi gula. Biji jelai yang mulai berkecambah ini dikenal sebagai
malt yang dipakai untuk menumbuhkan ragi yang kemudian merubah gula menjadi alkohol. Giberelin
menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam sel-sel auleron, lapisan sel-sel paling luar
endosperm. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa protase dan enzim-enzim hidrolitik
lainnya. Senyawa-senyawa gula dan asam amino, zat-zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas
amilase dan protase ditranspor ke embrio, dan zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan
munculnya kecambah. Aktifnya enzim α-amilase akan semakin meningkatkan perombakan karbohidrat
menjadi gula reduksi. Gula reduksi tersebut sebagian akan digunakan sebagai respirasi dan sebagian
lagi translokasi ke titik-titik tumbuh penyusunan senyawa baru. Proses respirasi tersebut sangat
penting karena respirasi akan menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan untuk proses-proses
metabolisme benih.

8. METABOLISME GIBERELIN
Giberelin adalah senyawa isoprenoid,khususnya berupa di terpen yang di sintesis dari unit
asetad asetil Koenzim A melalui lintasan asam mevalonat yaitu senyawa 20-karbon,bertindak sebagai
donor bagi semua atom karbon pada giberelin.senyawa itu di ubah menjadi kapalilpiro fosfat yang
memiliki system 2 cincin.dan senyawa terahir tersebut kemudian di ubah menjadi kauren yang
mempunyai system Empat cincin.perubahan kauren lebih lanjut di sepanjang lintasan meliputi oksidasi
yang terjadi di retikulum endosplasma,menghasilkan senyawa antara kaurenol(jenis alkohol),kaurenal
(jenis aldehid)dan asam kaurenoad.setiap senyawa teroksidasi lebih lanjut.
Senyawa pertama dengan system cincin gibrelin yang sejati adalah aldehit GA12 suatu
molekul 20-karbon . Dari senyawa itu terbentuk giberelin 20-karbon dan giberelin 19-karbon ,
barangkali terdapat di ER juga . Aldehid-GA12 terbentuk dengan cara menerobos salah satu karbon
cincin B pada asam kaurenoat dan mengerutkan cincin tersebut. Semua tumbuhan mungkin
menggunakan reaksi yang sama dalam membentuk aldehit- GA12 tapi dari titik ini dalam
lintasan,spesies yang berdeda menggunakan paling sedikit 3 lintasan yang berbeda untuk membentuk
giberelin yang berbeda.Tapi pada umumnya gugus aldehid yang meruak ke bawah dari cincin B aldehid
GA12 teroksidasi menjadi gugus karboksil yang penting untuk aktivitas biologis semua giberelin.
Umumnya giberelin 19-karbon lebih aktif dari pada giberelin 20 karbon dan gugus yang hilang
dari molekul 20-karbon adalah karbon yang menempel antara cincin A da n cincin baldehid GA12.
Karbon tersebut teroksidasi menjadi guugus karboksil . yang kemudian terlepas
menjadi karbondioksida . Pada sebagian besar giberelin, system cincin kelima (lakton) dibentuk dari
karbon 19 gugus karboksil pada aldehid GA12 untuk menghasilkan GA9 . Perubahan lainnya pada
system cincin dapat pula terjadi . Misalnya, GA1 memiliki satu gugus hidroksil yang menempel pada
cincin A dan satu gugus lainnya menempel diantara cincin Cdan D . Seperti yang akan diuraikan , GA1
nampakknya sangat penting bagi pemanjangan batang .

Zat pelambat pertumbuhan tertentu yang di perdagangkan , yang menghambat pemanjangan


batang dan menyebabkan pengkerdilan , bekerja antara lain dengan menghambat sintesis giberelin
.GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang paling lambat terurai, namun selama pertumbuhan aktif ,
sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan cepat melalui proses hidroksilasi , menghasilkan
produk yang tidak aktif . Giberelin dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar tidak
aktif. Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan sebelum dilepaskan pada saat dan temugpat
yang tepat . konjugat yang dikenal meliputi glukosida , yang glukosanya dihubungkan dengan ikatan
eter pada salah satu gugus –OH atau dengan ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut .
proses metabolic penting lainnya ialah perubahan giberelin yang aktif sekali menjadi kurang aktif .
misalnya , tajuk cemara douglas , yang dalam responnya terhadap giberelin menunjukkan sedikit
pertumbuhan vegetative , dapat secara efektif menghidroksilasi GA4 menjadi GA34 yang jauh kurang
aktif .
Bagian tumbuhan yang menghasilakan giberelin adalah organ tempat ditemukannya giberelin
. Tapi bisa jadi giberelin tersebut dipindahkan dari organ lain . Organ tumbuhan yang paling tinggi
adalah biji . ekstrak-eksrak bebas sel dari biji beberapa spesies dapat mensintesis giberelin . Hasil
giberelin biji yang paling banyak didapatkan dari hasil biosintesis .
Daun muda di duga menjadi tempat utama sistetis giberelin seperti halnya auksin. Hipotesis
ini sesuai dengan kenyataan bahwa jika ujung tajuk dan daun muda di pangkas dan tumbul batangnya
di beri giberelin atau auksin, pemanjangan panjang terpacung jika di bandingkan dengan batang
terpotong yang tak di beri hormon. Daun muda memacu pemanjangan batang karena daun muda
mengirim kedua jenis hormone tersebut ke batang. Pengangkutan giberelin selain melalui difusi, juga
melalui xylem dan floem dan tidak polar. Cara giberelin di angkut secara efektif dari daun muda untuk
menghasilkan pemanjangan batang.

9. PEMACUAN PERTUMBUHAN TUMBUHAN UTUH OLEH GIBERELIN


jDiantara hormon tumbuhan yang di kenal giberelin mempunyai kemampuan kemammpuan
khusus memecu pertumbuhan tumbuhan utuh pada banyak spesies,terutama tumbuhan kerdil atau
tumbuhan dwitahunan yang berada dalam fase roseta.giberelin biasanya lebih banyak mendorong
pemanjangan batang utuh dari pada potongan batang sehingga efeknya berlawanan dengan efek
auksin.
Demontrasi pemanjangan yang di sebabkan pertubuhan oleh suatu bahan larut dalam eter
yang di ekstrak dari biji kacang kacangan,yang di lakukan petama kali oleh Jhon W Mitchell, dan
beberapa kawan nya(1957) mereka tidak begitu yakin tentang apa yang menyebabakan pemacuan
pertumbuhan yang tidak lazim tersebut,namun berhasil menunjukkan bahwa IAA buksnlah dengan
penyebabanya,sekarang kita mengetahui bahwa biji kacang kacangan terdapat banyak Giberelin.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan beberapa monokotil memberikan respons dengan cara
tumbuh lebih cepat ketika di beri perlkuan giberelin,namun beberapa spesies,dari suku pinaceae
memperhatikan sedikit respons pertumbuhan terhadap GA3,atau tidak tidakada respon sama
sekali,sebaliknya tumbuhan tersebut menunjukkan respons yang baik terhadap camputan GA4 dan
GA7.
Kubis dan spesies lainnya yang berbentuk roseta artinya yang sampai setinggi 2m dan
kemudian berbunga setelah di beri GA3,Sedangkan tumbuhan yang tidak di beri perlakuan tetap
pendek dan vegetatif tumbuhan kacang semak pendek bisa menjadi tinngi menjalar ke atas,dan
mutan genetik kerdil pada padi,jagung,dan kapri menjadi berfenotip tinggi seperti ciri farietas yang
normal,bila di beri GA3.
Semangka ,mentimun air. Dan menytimun memanjang paling cepat dalam
responnya,terhadap giberelin tanpa gugus hidrosil lkarbon 13(GA4GA7,GA9,) kapri meteor kerdil peka
terhadap GA3 Pada konsentrasi sekecil 10-9 gram,.(1 nano gram),sehingga pertumbuhannya sejak
lama di gunakan sebagai bahan uji,biologi giberelin.
Padi kerdil (Kultivar tanginbu) bahkan menunjukkan respon terhadap 3,5 pikogram
(3.5x10-12g) GA3

10. MACAM-MACAM GIBERELIN


Semua giberelin yang ditemukan adalah senyawa diterpenoid. Semua kelompok terpinoid
terbentuk dari unit isoprene yang memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat bergabung
menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene (C-30).
Asam diterpenoid disintesis melalui jalur terpenoid dan dimodifikasi di dalam retikulum endoplasma
dan sitosol sampai menjadi senyawa yang aktif.
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan
mejadi dua kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C.
Sedangkan berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di
atom C nomor 3 dan nomor 13. Penelitian lebih lanjut juga menemukan beberapa senyawa lain yang
memiliki fungsi seperti giberelin tetapi tidak memiliki ‘Gibban Skeleton’.

Struktur GA1 (sumber: wikipedia)

Struktur GA3 (sumber: wikipedia)

Struktur Ent-Gibberellane (gibbal skeleton) (sumber: wikipedia)

11. EFEK SAMPING BURUK GIBERELIN


Giberelin adalah salah satu jenis ZPT yang banyak beredar kios-kios pertanian. Telah kita
ketahui manfaat giberelin sangat banyak dalam dunia pertanian. Manfaat yang paling sering kita
gunakan adalah untuk mengatasi tanaman yang kerdil dan untuk menyerempakkan pembungaan pada
tanaman. Namun Giberelin juga bisa memberikan efek yang kurang baik pada tanaman padi. Dari
beberapa fungsi Giberelin ada fungsi lain. Yaitu fungsi giberelin untuk memperpanjang masa
perkawinan padi.
Tehnik ini sebenarnya saya dapat dari orang PT Tanindo subur prima ketika mereka membuat
benih padi hibrida. Untuk memperoleh benih padi hibrida kita harus mengawinkan antara padi jantan
dan padi betina. Namun sayangnya padi jantan mempunyai sifat lebih cepat keluar malai dan lebih
cepat menyelesaikan masa perkawinannya.. Untuk mengatasi ini kita harus mengaplikasikan giberelin
pada padi jantan sekitar 7 - 10 ppm supaya bisa memperlama masa perkawinan.
Secara teori giberelin berfungsi untuk merangsang perpanjangan dan pembelahan sel-sel
tanaman. Dari kedua fungsi tersebut giberelin akan mempunyai respon pada tanaman menunda
pematangan buah alias memperlama proses pematangan sehingga buah tidak cepat rontok. Nah
fungsi tidak cepat merontokkan ini yang akan kita gunakan untuk memperlama bunga jantan pada
tanaman padi bertahan pada malainya. Semakin lama tepung sari dan putik bisa bertahan pada malai
secara otomatis proses perkawinan tanaman (pembungaan) akan semakin lama.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut
fitohormon, sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik.
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh
siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang
perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan
pertumbuhan pericarp . . Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung
pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut
2. Saran
· menggunakan hormone giberelin dalam pertanian karena giberelin sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
· mengatur pemberian giberelin pada tanaman sesuai dengan kebutuhannya
· selain memperhatikan factor-faktor internal , seorang petani harus
rmemperhatikan factor-faktor eksternalnya juga . seperti air, suhu , kelembapan
dll .

DAFTAR PUSTAKA
Pujiyanto,Sri.2012.menjelajahi Dunia Biologi.Platinum;Solo
Anonymousa.2011.http://artikelterbaru.com/pendidikan/fungsi-hormon-dan-vitamin-untuk-
tumbuhan-20111107.html
Anonymousb.2011.http://mybioma.wordpress.com/category/fisiologi-produksi-tumbuhan/
Anonymousc.2011.http://www.scribd.com/doc/44646508/sitokinin
Anonymousd.2011.http://budisma.web.id/kelas-xii-biologi/efek-hormon--fisiologis-sitokinin
Dardjat Sasmitamihardja dan Siregar A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Jurusan Biologi
FMIPA IPB.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik (Terjemahan :
Kuswata Kartawinata, Sarkat Danimiharja dan Usep Soetisna). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Mul Mulyani Sutedjo dan Kartasapoetra, A. G. 1989. Fisiologi Tanaman 1. Jakarta : Bumi
Aksara.
Retno Wahyuningtyas. 1994. Pembentukan dan Perkembangan Buah Tanaman Pare Pahit
(Momordica charantia Linn.) dengan Perlakuan Auxin dan Giberelin. Skripsi. Yogyakarta :
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Salisbury, F.B and Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan : Dian R Lukman
dan Sumaryono). Bandung : Penerbit ITB.

HORMON GIBERELIN
A. Sejarah Penemuan
Sejarah giberelin sedikit unik. Awal mulanya giberelin ditemukan oleh Eiichi Kurowasa, orang Jepang,
pada tahun 1926. Pada tahun itu Pagerang Diponegoro sedang giat-giatnya berperang melawan
penjajah londo. Kurosawa sebenarnya sedang meneliti tentang penyakit aneh pada padi yang disebut
‘bakane’. Padi yang terserang penyakit ini tumbuh membesar tidak normal. Batang dan daunnya
membesar dan memanjang. Kurosawa berhasil mengisolasi jamur penyebab penyakit ini yang
dinamakan Giberrella fujikori. Ketika jamur ini diinfeksikan ke tanaman yang sehat, tanaman yang
sehat memperlihatkan gejala itu.
Kurang lebih satu dasawarsa kemudian penelitian ini dilanjutkan oleh Yabuta dan Hayashi tahun 1939.
Kedua orang jepang ini melangkah lebih maju dan berhasil mengisolasi kristal protein yang dihasilkan
oleh Giberrella fujikori. Kristal ini bisa menstimulasi pertumbuhan akar kecambah.
Setelah perang dunia ke dua, pada tahun 1951 Stodola dan teman-temannya melanjutkan penelitian
ini dan menemukan ‘Giberelin A’ dan ‘Giberelin X’. Hasil penelitian selanjutnya ditemukan varian dari
giberelin, yaitu GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang hampir bersamaan dilakukan penelitian juga di
Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris. Dari penelitian ini juga ditemukan GA3.
Selanjutnya nama Gibberellic acid disepakati oleh kelompok peneliti itu dan populer hingga jaman
sekarang.
Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 126 macam giberelin. Giberelin diberi nama dengan GAn…..,
diurutkan berdasarkan urutan ditemukannya senyawa giberlin tersebut. Giberelin yang ditemukan
pertama kali adalah GA3.

B. Biosintesis
Giberelin merupakan senyawa isoprenoid yang disintesis dari asetil koenzim A melalui asam
mevalonat, GGPP senyawa CO2 bertindak sebagai donor bagi semua atom karbon, Diubah kopalil
pirofosfat mempunyai sistem 2 cincin , diubah menjadi kauren dengan sistem 4 cincin. Oksidasi terjadi
di retikulum endoplasmik dengan hasil kaurenol (jenis alkohol), kaurenal (aldehid), asam kaurenoat.
Giberelin dibuat di daun muda, buah yang sedang tumbuh, dan ujung akar. Sintesis giberelin dipacu
oleh hari panjang dan temperatur 20 – 30oC, Giberelin ditranslokasi lewat berkas pengangkut dan
parenkim.

Giberelin adalah senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena
bersifat pengontrol perkecambahan.Giberelin dibutuhkan untuk pembebasan α-amilase yang
menghasilkan hidrolisis tepung dan perkecambahan. Adapun respon positif terhadap giberelin terjadi
dalam kisaran konsentrasi yang luas, bahkan kandungan giberelin yang tinggi tidak bersifat racun.
Penggunaan giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses pembelahan dan
pembesaran sel. Keutamaan sintesis goberelin pada tanaman tingkat tinggi adalah meristematik
daun,akar dan perkecambahan. Giberelin sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman sangat
perbengaruh sifat genetik, perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Selain itu giberelin
mempunyai peranan dalam mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
Giberelin aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat meningkatkan hasil tanaman.
Perendaman giberelin selain menambah tinggi tanaman juga menambah luas daun yang berarti
terdapat peninggatan aktivitas fotosintesa. Biosintesis Giberelin Acid terutama berlangsung dalam
tunas, daun dan akar.
Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas dari enzim-enzim hidrolotik pada
proses perkecambahan biji-biji serelia. Hal ini mula-mula datang dari observasi perubahan-perubahan
kimia yang terjadi pada biji jelai selama proses malting (perubahan pati ke gula). Pada proses ini biji
jelai itu menghisap air dan biji mulai berkecambah. Pada proses perkecambahab ini pati di ubah
menjadi gula. Biji jelai yang mulai berkecambah ini dikenal sebagai malt yang dipakai untuk
menumbuhkan ragi yang kemudian merubah gula menjadi alkohol. Giberelin menginisiasi sintesa
amilase, enzim pencerna, dalam sel-sel auleron, lapisan sel-sel paling luar endosperm. Giberelin juga
terlibat dalam pengaktifan sintesa protase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula
dan asam amino, zat-zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protase ditranspor ke
embrio, dan zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah. Aktifnya enzim
α-amilase akan semakin meningkatkan perombakan karbohidrat menjadi gula reduksi. Gula reduksi
tersebut sebagian akan digunakan sebagai respirasi dan sebagian lagi translokasi ke titik-titik tumbuh
penyusunan senyawa baru. Proses respirasi tersebut sangat penting karena respirasi akan
menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan untuk proses-proses metabolisme benih.

C. Fungsi Fisiologis Giberelin


Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam
tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti
di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
• Merangsang batang dengan merangsang pembelahan sel dan perpanjangan.
• Merangsang lari / berbunga dalam menanggapi hari panjang.
• Breaks dormansi benih di beberapa tanaman yang memerlukan stratifikasi atau cahaya untuk
menginduksi perkecambahan.
• Merangsang produksi enzim (a-amilase) di germinating butir serealia untuk mobilisasi cadangan
benih.
• Menginduksi maleness di bunga dioecious (ekspresi seksual).
• Dapat menyebabkan parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah.
• Dapatkah penundaan penuaan dalam daun dan buah jeruk.
• Genetik Dwarsfism
Penjelasan singkat dari masing-masing fungsi fisiologis tersebut.
• Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian. Misalnya penelitian
yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman Spathiphyllum mauna. Ternyata
pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah beberapa minggu perlakuan.
• Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi genetik.
Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil menjadi tinggi. Sel-
sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena pengaruh giberelin. Giberelin
mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang. Penelitian lain juga menemukan bahwa
pemberian giberelin merangsang pembentukan enzim proteolitik yang akan membebaskan
tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik
karena pemberian giberelin.
• Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma. Pemberian giberelin
dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa aplikasi giberelin
pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah
pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
• Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat pati yang
dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung pada ketersediaan
nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas enzim amilase yang akan
merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh embrio.
• Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas kambium dan
xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk tanaman. Kombinasi
pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada xylem. sedangkan pemberian
auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
• Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi merupakan
proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Warner
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease, amulase, dan proteasi pada
endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan, giberelin perperan dalam fase
perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Hormonik Hormon Tumbuh ZPT. Diakses dari


(http://hijauqoe.wordpress.com/2009/01/03/hormonik-hormon-tumbuh-zpt/) pada hari Sabtu, 2 Juni
2012.
Anonim. 2010. Hormon Auksin. Diakses dari (http://ilmubiologi-
belajarbiologi.blogspot.com/2010/01/hormon-auksin.html) pada hari Sabtu, 2 Juni 2012.
Heriyanto. 2011. Hormon Auksin. Diakses dari (http://www.scribd.com/doc/91788316/Hormon-
Auksin) pada hari Sabtu, 2 Juni 2012.
Isroi. 2010. Hormon Tanaman Giberelin. Diakses dari (http://isroi.com/2010/09/01/hormon-tanaman-
giberelin/) pada hari Sabtu, 2 Juni 2012.
Karyanto, A. 2011. Mechanism of Hormone Action6. Diakses dari
(http://blogs.unpad.ac.id/asepzainalmutaqin/files/2011/03/Mechanism-of-Hormone-action6.pdf)
pada hari Sabtu, 2 Juni 2012.
Hanif. 2012. Fungsi Hormon Auksin. Diakses dari (http://agri-man.blogspot.com/2012/05/fungsi-
hormon-auksin.html) pada hari Sabtu, 2 Juni 2012.
Nia. 2008. Hormon Pertumbuhan pada Tumbuhan. Diakses dari
(http://anthuriumonline.wordpress.com/2008/01/25/hormon-pertumbuhan-pada-tumbuhan/) pada
hari Sabtu, 2 Juni 2012.
Nurlaili. 2011. Hasil Percobaan Peran Hormon. Auksin. Diakses dari
(http://nurlailiarum.wordpress.com/2011/09/04/hasil-percobaan-peran-hormon-auksin/) pada hari
Sabtu, 2 Juni 2012.
MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

1. Giberelin
Giberelin pertama kali diteliti pada tahun 1930 oleh E Kurosawa pada tanaman yang
tumbuh abnormal yaitu tumbuh memanjang dan langsing sehingga mudah rebah.
Ternyata tanaman tersebut diserang jamur Gibberella fujikuroi. Jamur ini
menghasilkan hormon giberelin yang menyebabkan tanaman tumbuh memanjang pad
ruas batang padi.Senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium
moniliformae. Fungsi giberelin untuk pemanjangan tumbuhan dan berperan
dalam partenokarpi.

Giberelin merupakan turunan dari asam gibberalat, juga merupakan hormon yang
berfungsi sinergis dengan hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap
pekembangan dan perkecambahan biji. Giberelin akan merangsang pembentukan
enzim amilase. Enzim tersebut berperan penting untuk memecah senyawa amilum
yang terdapat pada endosperma ( cadangan makanan ) menjadi senyawa glukosa
sebagai sumber energi pertumbuhan. Jika giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil
maka pertumbuhannya kan kembali normal. Geberelin juga berfungsi dalam proses
pembentukan biji yaitu merangsang pembentukkan serbuk sari ( polen), memperbesar
ukuran buah, merangsang pembentukkan bunga dan mengakhiri masa dormansi biji.
Pada konsentrasi tinggi giberelin akan merangsang pembentukkan akar. . Ada sekitar
100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling umum
digunakan.

Peranan Giberellin

1. a. Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah tempat utama yang memproduksi gibberellin.
Gibberellin menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi
efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Di dalam batang, gibberellin menstimulasi
perpanjangan sel dan pembelahan sel. Seperti halnya auksin, gibberellin
menyebabkan pula pengendoran dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel.
Satu hipotesis menyatakan bahwa; gibberellin menstimulasi enzim yang
mengendorkan dinding sel, yang memfasilitasi penetrasi protein ekspansin ke dalam
dinding sel. Di dalam batang yang sedang tumbuh, auksin, mengasamkan dinding sel
dan mengaktifkan ekspansin; sedangkan gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin
ke dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel. Efek
gibberellin dalam meningkatkan perpanjangan batang, adalah jelas, ketika mutan
tumbuhan tertentu yang kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri yang kerdil
(termasuk yang dipelajari oleh Mendel), tumbuh dengan ketinggian normal bila diberi
gibberellin. Apabila gibberellin diaplikasikan ke tumbuhan yang ukurannya normal,
seringkali tidak memberikan respon. Nampaknya, tumbuhan tersebut sudah
memproduksi dosis hormon yang optimal. Suatu contoh yang paling menonjol, dari
perpanjangan batang yang telah diinduksi oleh gibberellin; adalah terjadinya
pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting, yaitu pertumbuhan tangkai bunga
yang cepat.

1. b. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun gibberellin hendaknya selalu tersedia
untuk mengatur pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu
dengan menyemprot anggur ‘Thompson’ menjadi tanpa biji (Gambar 6) adalah sangat
penting. Hormon, menjadikan buah anggur secara individu tumbuh lebih besar, sesuai
dengan ukuran yang diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas (internodus)
lebih panjang, sehingga Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi
udara antara buah anggur yang satu dengan yang lainnya; juga menjadikan buah
anggur lebih keras, sehingga tahan terhadap jamur serta mikroorganisme lainnya yang
akan menginfeksi buah

1. c. Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin. Setelah air diimbibisi, terjadi pelepasan
gibberellin dari embrio, yang mengisyaratkan biji untuk memecahkan dormansi dan
segera berkecambah. Pada beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan khusus
untuk berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahaya atau temperatur yang dingin,
maka pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi. Gibberellin, membantu
pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan menstimulasi sintesis enzim
pencerna seperti -amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang
tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.

Tinjauan Umum Tentang Giberelin

Giberelin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh
Kurosawa pada tahun 1926. Kurosawa melakukan penelitian terhadap penyakit
”bakane” yang menyerang tanaman padi. Adapun penyebab dari penyakit ini adalah
jamur Giberella fujikuroi (Abidin,1990). Senyawa ini diketemukan ketika ekstrak
jamur Giberella fujikuroi, yang menyerang tanaman padi, dapat menimbulkan gejala
yang sama pada waktu disemprotkan kembali pada padi yang sehat. Karakteristik dari
penyakit ini ialah menyebabkan pemanjangan ruas-ruas yang berlebihan batang dan
daun memanjang secara tidak normal, sehingga menyebabkan tumbuhan mudah
rebah.
Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yatuba dan Hahayasi pada tahun 1939. Mereka
dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada
akar kecambah. Pada tahun 1951,Stodola dan kawan-kawan melakukan penelitian
terhadap substansi ini dan menghasilkan “Giberelin A” dan “Giberelin X”. Adapun
hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1,GA2,dan GA3 1926 (Abidin,1990).
Hingga tahun 1990 telah ditemukan 84 jenis giberelin pada berbagai jenis cendawan
dan tumbuhan (Salisbury dan Cleon, 1995).

Giberelin adalah suatu golongan ZPT dengan rangka ent-Giberelin yang berfungsi
merangsang pemebelahan sel, pemanjangan sel, dan fungsi pengaturan. Semua
giberelin bersifat asam dan dinamakan GA (asam giberelat). (Harjadi,2009).

GA3 merupakan giberelin komersial pertama. Pada awalnya disebut dengan asam
gibberelat . GA3 merupakan wakil dari 90 jenis Giberelins yang dikenal dewasa ini.
(Harjadi,2009).

Menurut Harjadi (2009), secara umum telah diterima bahwa giberelin disintesis lewat
lintas alam melavonik dalam pucuk yang sedang aktif tumbuh dan biji-biji yang
sedang berkembang. Giberelin telah terbukti terlibat dalam banyak proses fisiologi
tumbuhan, namun marga dan jenis tanaman serta faktor-faktor lain akan menentukan
giberelin khusus mana yang paling efektif dalam meningkatkan suatu respon tertentu.

Metabolisme Giberelin

Giberelin adalah senyawa isoprenoid, khususnya berupa diterpen yang disintesis dari
unit asetat asetil koenzim A melalui lintasan asam melavonat (Salisbury dan Cleon,
1995).

GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang lambat terurai, namun selama
pertumbuhan aktif, sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan cepat melalui
proses hidroksilasi, yang menghasilkan produk yang tidak aktif (Salisbury dan Cleon,
1995). Giberelin juga dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar
tidak aktif. Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan sebelum dilepaskan
pada saat dan tempat yang tepat. Konjugat yang dikenal meliputi glukosida yang
glukosanya dihubunghkan dengan ikatan eter pada salah satu gugus –OH atau dengan
ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut. Proses metabolik lainnya ialah
perubahan giberelin yang aktif sekali menjadi kurang aktif. Contohnya ialah tajuk
cemara Douglas, yang dalam responnya terhadap giberelin menunjukkan sedikit
pertumbuhan vegetatif, dapat secara efektif menghidroksilali GA4 menjadi
GA34 yang jauh kurang aktif. (Salisbury dan Cleon, 1995 ).

Giberelin disintesis pada organ-organ yang merupakan tempat ditemukannya hormon


tersebut. Bila giberelin ditemukan di suatu organ tumbuhan, mungkin giberelin
disintesis di tempat itu atau dipindahkan ke tempat itu. Biji yang belum matang
mengandung giberelin dalam jumlah yang cukup tinggi dibandingkan bagian
tumbuhan lainnya, dan ekstrak bebas sel dari biji beberapa spesies dapat mensintesis
giberelin. Beberapa hasil percobaan menunjukkan bahwa sebagian besar giberelin
yang terkandung dalam biji diperoleh dari biosintesis, bukan diangkut ke situ.
(Salisbury dan Cleon, 1995)

Daun muda menjadi tempat utama sintesis giberelin seperti halnya auksin. Hipotesis
ini sesuai dengan kenyataan bahwa jika ujung tajuk dan daun muda dipangkas dan
tunggul batangnya diberi giberelin atau auksin, pemanjangan batangnya terpacu jika
dibandingkan dengan batang terpotong yang tidak diberi hormon. Dapat disimpulkan
bahwa daun muda biasanya memacu pemanjangan batang karena daun muda
mengirim kedua jenis hormon tersebut ke batang. (Salisbury dan Cleon, 1995)

Akar juga mensintesis giberelin, namun giberelin eksogen menimbulkan afek kecil
pada pertumbuhan akar, dan akan menghambat pertumbuhan akar liar. Pelukaan pada
bagian sistem akar akan menyebabkan konsentrasi giberelin pada tajuk menurun
tajam, hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar pasokan giberelin pada tajuk
berasal dari akar melalui xilem. Akar yang dilukai berulang kali tak dapat memasok
air dan hara mineral dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan kemampuan
tajuk dalam mensintesis giberelin sendiri. (Salisbury dan Cleon, 1995)

Pengaruh Fisiologis Giberelin Terhadap Tanaman

Giberelin telah terbukti terlibat dalam banyak proses fisiologi tumbuhan, namun
marga dan jenis tanaman serta faktor-faktor lain akan menentukan giberelin khusus
mana yang paling efektif dalam meningkatkan suatu respon tertentu. Giberelin sangat
berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran,
partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan
aspek fisiologi lainnya (Abidin,1990). Giberelin mempunyai peranan dalam
mendukung perpanjang sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesa protein.

Genetic dwarfism, adalah gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi gen.
Terhadap gejala ini, giberelin mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi.
Hal ini telah dibuktikan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Brian dan Hemming
(1955) , yaitu dengan memberikan penyemprotan berbagai gibberellic acid pada
berbagai varietas kacang dan hasilnya menunjukkan bahwa gibberellic
acid berpengaruh terhadap tanaman yang kerdil menjadi tinggi. (Abidin,1990)

Cell elongation, dalam hal ini giberelin mendukung pengembangan dinding sel.
Penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzim proteolitik yang akan
membebaskan triptopan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa
kehadiran giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin. Mekanisme
lainnya menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell elongation , karena
adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin, akan mendukung terbentuknya
α amylase (Abidin,1990). Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula
meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga
ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
Pembungaan, pembentukan bunga pada tumbuhan tergantung pada beberapa faktor,
termasuk umur dan keadaan lingkungan. Misalnya perbandingan lamanya siang dan
malam sangat berpengaruh pada beberapa spesies. Beberapa spesies hanya berbunga
apabila lamanya siang hari melewati titik kritis tertentu, dan yang lainnya hanya
berbunga jika lamanya siang hari lebih pendek dari titik kritis tertentu. Giberelin
dapat menggantikan hari panjang yang dibutuhkan oleh beberapa spesies hal ini pun
menunjukkan adanya interaksi dengan cahaya (Salisbury dan Cleon, 1995). Giberelin
juga memenuhi kebutuhan beberapa spesies pada saat musim dingin untuk
menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih awal (vernalisasi).

Perilaku tertentu tumbuhan biasa dianggap sebagai respon terhadap bermacam-


macam rangsangan yang mempengaruhi tumbuhan. Rangsangan itu bisa eksternal
atau bisa merupakan internal sebagai akibat dari proses metabolik atau proses
melanjutkan keturunan. Faktor-faktor pertumbuhan melalui kontrol terhadap sel dan
aktivitas jaringan adalah pengatur tumbuhan sebagai satu kesatuan.(Heddy,1996)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Zainal.1990. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan.


Bandung :Angkasa.

Adimihardja, Abdurachman.2009. Strategi Mempertahankan Multifungsi


Pertanian di Indonesia. Tersesdia pada www.plantasia.com (diakses tanggal 5
Maret 2010)

Amay.2009.Sinar Bio Genetik.Tersesdia pada www.biofir.com (dikses tanggal 5 Maret


2010).

Anonim.2009.Gibberellin.Tersedia pada www.wikimedia.com (diakses tanggal 5


Maret 2010).

Arnyana, IBP.2007. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian. Denpasar : Bagian Ilmu


Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Budiarto,K.,Yoyo, S.,Ruud,M. & Sri, W.2006. Budidaya Krisan Bunga Potong.


Tersedia pada http:// www,litbanghotikultura.go.id (diakses tanggal 3 November
2009 )

Campbell ., Reece. & Mitchell.2003. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Chusnul. 2007. Peluang Investasi Budidaya Krisan. Tersedia


pada http://www.wordpress.com (diakses tanggal 3 Noevember 2009)

Cronquist,A.1981. An Integrated System of Clasification of Flowering Plants. New


York : Columbia University Press.
Cumming, R.W. 1964. The Chrysanthemum Book. D. Van Nostrand Comp. Inc. New
Jersey.

Dimech, A. 2006. Photoperiod: the length of day. The Story of Flowers, Why Plants
Flower When They Do. Tersedia pada www.adonline.id.au (diakses tanggal 10
November 2009).

Gardner, F.P., R.B. Pearce, Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
(Terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hanafiah, Kemas Ali. 2003.Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Harjadi,Sri Setyati.2009.Zat Pengatur Tumbuhan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Heddy,Suwarsono.1996.Hormon Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

——-. Suwarsono.1987. Ekofisiologi Pertanaman. Bandung : Sinar Baru.

Jumin,Hasan Basri.1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis.Jakarta :


Rajawali Pers.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp. tanpa tahun. Krisan (C. morifolium Ramat, C.
indicum, C.
daisy) (online). http://amiere.multiply.com/journal/item/117/Budidaya_Bunga_Krisan
_C._morifolium_Ramat_C._indicum_C._daisy, diakses 9 April 2010).

Lakitan,Benyamin.2001.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.

Khristyana, Lya., Endang Anggarwulan.,dan MArsusi. 2005. Pertumbuhan Kadar


Saponin dan Nitrogen Jaringan Tanaman Daun Sendok (Plantago major L.) Pada
Pemberian Asam Giberelat (GA3). Surakarta : Jurusan Farmasi Universitas Sebelas
Mater ( UNS).

Muhit,Abdul.2007. Teknik Produksi Tahap Awal Benih Vegetatif


Krisan (Chrysanthemum morifolium R.). Tersedia pada
www. Balithi.Litbang.depten .go.id (dikases 3 November 2009).

Nurhalisyah, 2007. Pembungaan Tanaman Krisan (chrysanthenum sp.)

Pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3
No. 2 Hlm. 102-105. ISSN 1858-4330.
Oryza.2008. Agribisnis Bunga Krisan. Tersedia
pada http://www.multiply.com/journal/item/9/Agribisnis_Bunga_Krisan (diakses
tanggal 3 November 2009).

Purwanto, Arie W dan Tri Martini.2009. Krisan Bunga Seribu Warna. Yogyakarta :
Kanisisus.

Pusat penelitian dan Pengembangan Hortikultura [PUSLITBANGHORTI].


2006. Budidaya Krisan Bunga Potong Prosedur Sistem Produksi (online). Dipublikasi
di http://www.kennisonline.wur.nl/NR/rdonlyres/DFE5D50E-A530-48F6-9660-
63421045384B/42658/Book1.pdf, diakses 9 April 2010).

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia


Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Rai,I Gst. Ngr., Wijana Nyoman.,dan Arnyana,I.B.P. 1998. Buku Ajar Ekologi
Tumbuhan. Singaraja : STKIP Singaraja.

Salisbury,Frank B. Dan Cleon W. Ross.1995. Fisisologi Tumbuhan Jilid


3 (Terjemahan). Bandung : ITB.

Sanjaya, L., R. Meilasari, dan K. Budiarto. 2004. Pengaruh Nitrogen dan Gibberellin
Pada Dua Sistem Pembudidayaan Tanaman Induk Krisan. Prosiding Seminar
Nasional Florikultura. hlm. 228- 236. Tersedia pada www. Balithi.Litbang.depten
.go.id (dikases 3 November 2009).

Вам также может понравиться