Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ilmuan Jepang, F. Kurusawa (tahun 1926) menemukan suat zat yang mempunyai kemiripan dengan
auksin. Zat tersebut ditemukan dari sejenis jamur yang hidup sebagai parasit pada tanaman padi yang
dikenal dengan Gibberella fujikuroi. Setelah diteliti lebih lanjut, didapatkan zat pengatur pertumbuhan
yang dinamakan Giberelin atau Giberelat acid atau GA. Hormon GA ini bekerja secara bersama-sama
dengan hormon-hormon lainnya dan memacu pertumbuhan tanaman.
Advertisement
Hormon giberilin terutama dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi dan juga jamur. Tumbuhan
memproduksi giberelin pada jaringan meristem kuncup apikal dan tunas, daun-daun muda serta biji
yang sedang berkembang. Giberilin ditransportasikan ke seluruh bagian tumbuhan melalui fungsi
xilem dan floem.
Terdapat dua fase giberelin dalam tumbuhan, yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif.
Giberelin aktif berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan bagian-bagian tumbuhan
mulai dari biji hingga dewasa. Giberelin ini merangsang pertumbuhan primer pada tumbuhan.
Giberelin bersama dengan auksin mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Namun, giberelin
yang dihasilkan tumbuhan dapat bergerak ke dua arah, sedangkan auksin hanya dapat bergerak ke
satu arah. Hal ini menyebabkan giberelin ada di hampir setiap bagian-bagian tumbuhan.
3.1 Kesimpulan
Giberelin adalah zat tumbuh yang sifatnya sama atau menyerupai hormon auksin, tetapi fungsi
giberelin sedikit berbeda dengan auksin. Hormon tanaman didefinisikan sebagai senyawa organik
bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman,
hormon tanaman harus memenuhi syarat, yaitu : Senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman
sendiri, Harus dapat ditranslokasikan, Tempat sintesis dan kerja berbeda, Aktif dalam konsentrasi
rendah. Giberelin merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh siklus hidup
tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga,
pengembangan anter, perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp.
Giberelin adalah kelompok asam diterpenoid yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan
tanaman inflencingberbagai proses perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi termasuk
pemanjangan batang, perkecambahan, dormansi, berbunga, ekspresi seks, induksi enzim dan daun
dan penuaan buah. penelitian giberelin ditelusuri ke patologi tanaman Jepang yang sedang
menyelidiki penyebab dari "bakanae" (bibit bodoh) penyakit yang serius menurunkan hasil panen padi
di Jepang, Taiwan dan di seluruh benua Asia. Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban
Skeleton’Giberelin sebagai hormon tumbuh pada tanaman berpengaruh terhadap sifat genetik
(genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, partenokarpi, mobilisasi karbohidrat selama
perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Giberelin pertama kali ditemukan pada tumbuhan sejenis
jamur Giberella fujikuroi (Fusarium moniliformae) oleh F.Kurusawa, seorang berkebangsaan Jepang di
tahun 1930-an.
Giberelin
Gambar 5 menunjukkan 2 kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh. Kelompok di sebelah kiri
adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal; sedangkan tanaman di sebelah kiri adalah
tanaman padi dengan tinggi tanaman yang lebih besar tetapi memiliki daun yang berwarna kuning.
Tanaman padi ini telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi. Bibit padi yang telah terinfeksi
akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga. Selama berabad-abad petani
padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola
pertumbuhan yang menyimpang ini disebut juga dengan “bakanae” atau “foolish seedling disease”
atau “penyakit rebah anakan/kecambah“ .
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella
fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia
tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan
secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini akan
muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi yang menghasilkan
senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya disingkat
sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat
diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun
muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif,
tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai
kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan
paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak
seperti auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA.
Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin
dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada
tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam proses regulasi
perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin (Gambar 4). Pada beberapa tanaman pemberian GA
bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu
efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya
meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara
pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan mempengaruhi perkembangan
buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa
fertilisasi. Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa biji pada
varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur lebih besar dengan jarak antar
buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Biji-biji yang
membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah akan segera
berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji
merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan
embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan
memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang
menyebabkan dormansi biji.
Pertumbuhan tanaman adalah sebuah proses berkembangnya organisme individu, dalam hal ini
tanaman secara alami. Pertumbuhan merupakan suatu proses biologis dari serangkaian kejadian yang
tak terlihat dan bertahap dalam organisme tersebut.
Pertumbuhan tanaman sendiri tak bisa berbalik (irreversibel terhadap sel, organ, atau keseluruhan
tanaman.
Tanaman sendiri punya pertumbuhan yang indeterminan, yang berarti mereka punya kapasitas untuk
terus bertumbuh tanpa henti. Pertumbuhan pada tanaman sendiri terjadi berdasarkan siklus musiman
atau harian, tergantung jenisnya.
Informasi yang dibutuhkan tanaman untuk bertumbuh dan berfungsi dibawa oleh kromosom, yang
berada di masing-masing nukleus sel. Semasa hidup tanaman, program genetik ini digunakan oleh
tanaman untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman.
Namun informasi genetik dari kromosom tidak serta merta dapat digunakan. Ada serangkaian faktor
yang diperlukan:
Sinyal dari lingkungan
Sinyal hormonal
Faktor nutrisi
Seperti contoh, sel mesofil pada daun, dan sel akar memiliki semua informasi yang dibutuhkan di
dalam nukleus untuk membuat klorofil. Namun sel daun lah yang membentuk kloroplas jika terpapar
cahaya.
Bisa dibilang bahwa kemampuan bertumbuh memang dilakukan oleh kromosom, namun bagaimana
bentuk dan ukurannya masih ditentukan oleh faktor eksternal alias lingkungan.
Artikel kali ini akan membahas mengenai faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Apa saja?
Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman: Gen
Gen membawa kode genetik dalam bentuk basa nitrogen DNA dan RNA. Gen mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan karena tanpa gen, akan mustahil bagi sel untuk
beraktivitas.
Bayangkan sel sebagai pekerja, dan gen adalah rancangan pekerjaan. Tanpa rancangan pekerjaan,
maka pekerja tidak bisa bekerja, dan tidak tahu harus mengerjakan apa.
Gen sendiri adalah substansi pembawa sifat dari induk ke generasi penerusnya. Genetik bisa
menentukan ciri dan sifat makhluk hidup. Pada tumbuhan, gen akan mempengaruhi tinggi tumbuhan,
warna bunga yang muncul, atau rasa dan ukuran buah.
Bisa juga menentukan ketahanan terhadap hama, lama panen, kualitas hasil produksi, ukuran
fisiologis, dan lain sebagainya.
Gen pada tumbuhan adalah faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Agar menciptakan
tumbuhan yang lebih kuat dan berkualitas, maka yang perlu dimanipulasi adalah genetiknya. Tak
heran, peneliti dari lembaga riset bekerja memanipulasi genetik pada tumbuhan, agar mampu
menciptakan tumbuhan yang berkualitas, biaya produksi minim, namun hasilnya melimpah.
Gen dapat menentukan warna kulit dan daging buah naga
Meski faktor genetik sangat penting, namun faktor ini tak langsung menentukan keseluruhan nasib
tumbuhan ke depannya. Ada persyaratan agar gen bekerja dengan maksimal, yaitu kondisi tanah,
kecukupan nutrisi, temperatur, dan perlakuan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
聽
Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman: Hormon
Hormon adalah zat berperan mengendalikan berbagai fungsi tubuh. Meski jumlahnya sedikit, hormon
dapat berpengaruh krusial dalam mengatur berbagai proses tumbuh kembang tumbuhan.
Hormon sendiri adalah senyawa kimia yang diproduksi dalam kadar kecil, yang secara keseluruhan
akan mempengaruhi sel atau organ dari tumbuhan.
Pada tumbuhan sendiri ada beberapa hormon yang diproduksi: auksin, giberelin, sitokinin, absisat,
dan gas etilen.
Masing-masing hormon memiliki tugas khusus, namun hormon ini juga bisa bekerja bersama hormon
lain untuk melakukan proses pertumbuhan tanaman, seperti contohnya giberelin dan sitokinin bisa
menstimulasi pembentukan biji, namun mempengaruhi juga pertumbuhan di area tumbuhan lain,
sehingga jumlah, massa, dan volume dari sel tetap bertumbuh.
聽
Hormon Auksin
Hormon auksin adalah senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA), yang merupakan hasil sekresi ujung
tunas, ujung akar, daun muda, buah, bunga, dan kambium (pada tumbuhan berkambium).
Jika hormon auksin ini berada di pucuk tunas, maka hormon ini diangkut jaringan pembuluh menuju
tunas, agar dapat tumbuh dan dapat melakukan proses pemanjangan sel-sel jaringan batangnya.
Hormon Giberelin
Hormon giberelin terletak pada buah dan biji saat masih berupa kecambah.
Hormon ini berperan dalam dominansi apikal, memanjangkan sel, membesarkan dan mematangkan
buah, memekarkan bunga, serta distribusi nutrisi cadang makanan untuk biji. Giberelin pun ikut
berpengaruh dalam membentuk akar tumbuhan, karena giberelin juga terdapat di bagian
mersitematik akar.
Hormon Sitokinin
Sitokinin terletak di tubuh tumbuhan. Hormon ini dibentuk pada sistem perakaran. Fungsi hormon
sitokinin pada tumbuhan adalah:
Merangsang akar lebih cepat bertumbuh
Merangsang pertumbuhan dan pelebaran daun
Merangsang tumbuhnya tanaman ke arah samping dan merangsang pertumbuhan pucuk tanaman
Merangsang aktivitas mitosis
Membantu proses biji bertumbuh menjadi kecambah.
聽
Asam Absisat
Pada titik tertentu, tumbuhan harus berhenti bertumbuh. Konsentrasi nutrisi harus disalurkan pada
bunga atau buah. Hormon asam absisatlah yang melakukan tugas ini.
Asam absisat (ABA) adalah penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon ini diproduksi
pada daun daun dewasa.
Asam absisat sendiri mempunyai peran sebagai berikut:
Mempercepat absisi pada bagian tumbuhan yang mulai menua, seperti contohnya daun, buah, dan
dormansi tunas.
Memicu pengangkutan hasil fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong proses
pembuatan protein cadangan.
Mengatur tertutup dan terbukanya stomata, tergantung pada suplai air yang tersedia di tanah.
聽
Gas Etilen
Etilen adalah gas yang dihasilkan oleh buah, saat buah tersebut sudah mulai menua. Fungsinya adalah
agar buah tersebut menjadi matang.
Etilen inilah yang menyebabkan buah menjadi matang dan bisa dinikmati oleh makhluk lain.
gas etilen memacu kematangan buah
Selain mematangkan buah, fungsi lain etilen adalah membantu pertumbuhan batang jadi lebih kuat
dan kokoh, memacu pembungaan, serta mengatur rasio bunga jantan dan betina di tumbuhan
tersebut.
聽
Faktor Internal Pertumbuhan Tanaman: Enzim
Enzim pada tumbuhan adalah senyawa kimia yang berbentuk protein, dan didapat melalui proses
sintesa protein dari sel. Enzim sendiri merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Ini karena enzim memiliki fungsi spesifik. Beberapa jenis enzim akan
berpengaruh terhadap reaksi metabolisme dan biokimia pada tanaman.
Enzim itu terdiri dari apoenzim dan rangkaian gugus prostetik. Apoenzim merupakan bagian dari
enzim yang tersusun dari protein. Gugus prostetik sendiri adalah bagian enzim yang tidak tersusun
atas protein. Gugus prostetik bisa dikelompokkan menjadi dua: koenzim (tersusun atas bahan organik)
dan kofaktor (tersusun atas bahan anorganik).
Enzim berperan secara spesifik dalam menentukan reaksi mana yang akan terjadi. Ribuan reaksi dapat
terjadi, tanpa menghasilkan produk sampingan yang beracun untuk tanaman itu sendiri.
Giberelin merupakan kelompok senyawa dengan inti gibban. Giberelin yang berperan penting dalam
pertumbuhan tumbuhan adalah GA1, sedang asam giberelat (GA3) yang banyak digunakan dalam
penelitian dihasilkan oleh jamur.
image.png707x300 332 KB
Giberelin disintesis dari asam mevalonat di jaringan muda di bagian pucuk (tepatnya tidak diketahui)
dan di biji yang sedang tumbuh. Belum diketahui apakah akar mampu mensintesis giberelin. Giberelin
ditransport melalui floem dan melalui proses difusi.
Proses fisiologi yang dipengaruhi giberelin antara lain:
1.Memacu pemanjangan batang dengan meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel.
2.Menginduksi perkecambahan biji
3.Menginduksi sintesis enzim selama perkecambahan biji
4.Terbentuknya buah dan pertumbuhannya
5.Menginduksi terbentuknya bungajantan pada tumbuhan berumah dua
rudilinaRudi Cahyono
Jun '17
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan Gibberella
fujikuroimengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia
tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan
secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT.
Penyakit rebah kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan
Gibberella fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya disingkat
sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat
diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun
muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam bentuk inaktif,
tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada spesies tumbuhan dijumpai
kurang lebih 15 macam GA.
Disamping terdapat pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah
dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin
pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA.
Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan
pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin
dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang maksimal.
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada
tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi
juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin. Pada beberapa
tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji.
image.png726x242 372 KB
Gambar Pemberian Hormon Tumbuh pada Perkecambahan Kacang Kapri yang Kerdil (Sumber :
Campbell dan Reece, 2002 : 812 )
Keterangan Gambar Pemberian Hormon Tumbuh pada Perkecambahan Kacang Kapri yang Kerdil :
Bandingkanlah perkecambahan kacang kapri yang tidak diberi perlakuan di sebelah kiri, dengan
perkecambahan kapri kerdil yang diberi perlakuan di sebelah kanan, yang diberi 5 mikro gram
gibberellin 5 hari sebelumnya.
Fase vegetatif beberapa tumbuhan, seperti pada kubis, tumbuh dalam bentuk roset; yaitu, tumbuhnya
pendek dekat dengan tanah karena ruas-ruas (internodus) yang pendek.
Pada saat tumbuhan berubah ke fase reproduktif, maka terjadi ledakan gibberellin yang menginduksi
internodus menjadi memanjang dengan cepat, sehingga kuncup bunga menjadi tinggi dan
berkembang pada ujung batang.
####2. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun gibberellin hendaknya selalu tersedia untuk mengatur
pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu dengan menyemprot anggur
‘Thompson’ menjadi tanpa biji (Gambar Efek Pemberian Gibberellin pada Anggur Tanpa Biji) adalah
sangat penting.
Hormon, menjadikan buah anggur secara individu tumbuh lebih besar, sesuai dengan ukuran yang
diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas (internodus) lebih panjang, sehingga lebih banyak
tempat bagi tiap-tiap buah anggur untuk berkembang.
Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi udara antara buah anggur yang satu
dengan yang lainnya; juga menjadikan buah anggur lebih keras, sehingga tahan terhadap jamur serta
mikroorganisme lainnya yang akan menginfeksi buah
Semua molekul giberelin mengandung ‘Gibban Skeleton’. Giberelin dapat dikelompokkan mejadi dua
kelompok berdasarkan jumlah atom C, yaitu yang mengandung 19 atom C dan 20 atom C. Sedangkan
berdasarkan posisi gugus hydroksil dapat dibedakan menjadi gugu hidroksil yang berada di atom C
nomor 3 dan nomor 13.
1.3 Sistem Kerja Giberelin
Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika
diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada
tanaman kubis tinggi tanamannya bisa mencapai 2 m.Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA. Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi
juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin.
Giberelin mempercepat munculnya tunas di permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena GA3
memacu aktivitas enzim–enzim hidrolitik khususnya α amilase yang menghidrolisis cadangan pati
sehingga tersedia nutrisi yang cukup untuk tunas supaya bisa tumbuh lebih cepat. Tinggi tanaman
tidak dipengaruhi oleh giberelin. Hal ini karena giberelin diberikan pada umbi bibit sebelum ditanam
sehingga pengaruhnya hanya pada fase awal pertumbuhan yaitu berupa pemacuan pertumbuhan
tunas lateral. Pengaruh tersebut tidak terbawa ke fase pertumbuhan selanjutnya sehingga tinggi
tanaman tidak terpengaruh.
Penggunaan giberelin juga bisa terjadi menghambat perkecambahan dan pembentukan biji. Hal ini
terjadi apabila giberelin diberikan pada bunga maka buah yang terbentuk menjadi buah tanpa biji dan
sangat nyata mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel.
Untuk tanaman buah buahan, randam akar cangkokan tanaman pada larutancolchicine-air selama 20-
25 menit, kemudian tanam. Lanjutkan dengan pemakainhormone auksin dan msitokinin. Cara
penyemprotannya seperti pada tanaman padi, jagung, melon, kelapa sawit dan sebagainya. Lanjutkan
dengan pemupukan danperawatan. Saat tanaman buah buahan diperkirakan sudah akan mulai
berbuah, pacukeluarnya buah dengan hormongiberelin.caranya Tertibkan penyiraman, hingga banyak
tumbuh tunas. Beri kejutan pada tanaman. Dengan tidak menyiramnyabeberapa hari, sehingga
daunnya rontok. Kemudian semprotkan hormone giberelin 3- 4 hari sekali (3-4 kali saja). Setelah itu
pacu dengan penyiraman secukupnya. Makabunga buah-buahan akan cepat tumbuh.
1.3.2 Penggunaan giberelin secara komersial
Ada sekitar 100 giberelin yang berbeda, tapi asam giberelat (GA3) adalah bentuk paling sering
digunakan untuk aplikasi komersial. Giberelat asam digunakan untuk mengobati benih beberapa
tanaman pangan karena memicu mereka untuk memecahkan dormansi. Dan hasilnya adalah
perkecambahan biji yang seragam.
Penggunaan lain komersial untuk giberelin adalah untuk menerapkan tanaman menghasilkan buah
tanpa biji. Contoh dari ini adalah anggur tanpa biji. Aplikasi giberelin juga memungkinkan buah untuk
sepenuhnya matang dengan ukuran yang lebih besar dari biasanya.
Pembuat Beer juga menggunakan giberelin untuk meningkatkan jumlah gula yang dihasilkan dalam
proses malting. Hal ini menghasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi.
1.4 Fungsi Hormon Giberelin
Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung pada jenis giberelin yang ada di dalam
tanaman tersebut. Beberapa proses fisiologi yang dirangsang oleh giberelin antara lain adalah seperti
di bawah ini(Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury dan Ross, 1992).
1. Mengatasi Kekerdilan Akibat Mutasi (Gnetic Dwafism)
Giberelin merupakan hormon yang mampu merangsang pertumbuhan secara sinergi, baik bagian
batang, akar, maupun daun. Di dunia pertanian, manfaat giberelin yang penting adalah mengatasi
masalah genetic dwafism atau kekerdilan pada tanaman. Genetic dwafism adalah suatu gejala yang di
sebabkan adanya mutasi. Dengan pemberian giberelin, tanaman yang tadinya tumbuh kerdil dapat
kembali tumbuh normal. Hasil penelitian menunjukan pemberian giberelic acid pada tanaman kacang
menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tinggi.
2. Membuat Buah Tanpa Biji (Seedless)
Pemberian giberelin bermanfaat dalam proses parhenocarpy dan fruit set. Parthenocsrpy adalah
proses tidak terbentuknya biji dalam buah. Karena itu , pemberian giberelin bermanfaat dalam proses
rekayasa untuk menghasilkan buah yang tak berbiji. Pemberian giberelin juga bermanfaat dalam
meningkatkan jumlah tandah buah (fruit set) dan meningkatkan hasil buah. Pemberian giberelin juga
dapat menyebabkan buah yang telah di panen tidak cepat busuk, sehingga lebih tahan lama.
Zainal Abidin. 1982. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung : Angkasa
Giberelin adalah hormon pada tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai agen perangsang pemanjangan
sel sehingga bagian tanaman menjadi lebih besar dari ukuran normalnya. Giberelin mula-mula
diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Menurut Abidin (1990) Kurosawa melakukan
penelitian terhadap penyakit ”bakane” yang menyerang tanaman padi dan ternyata penyebab dari
penyakit ini adalah jamur Giberella fujikuroi. Penyakit bakane menyebabkan tumbuhan padi rebah, hal
ini akibat dari tanaman padi tumbuh tinggi melebihi ukuran normal. Dengan kata lain cendawan
tersebut mampu mengakibatkan pemanjangan ruas-ruas yang berlebihan pada batang dan daun
sehingga padi lebih mudah rebah.
Hormon giberelin merupakan zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk memperbesar
ukuran hasil panen komoditas pertanian. Oleh karena itulah hormon ini sering dijadikan faktor kunci
dalam perangkaian teknologi inovasi pertanian khususnya dalam hal memperbesar komoditas panen.
Giberelin mampu mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapattumbuh normal (tidak kerdil), memacu proses perkecambahan biji, merangsang pembelahan sel
dan perpanjangan, merangsang pembungaan, merangsang produksi enzim (a-amilase), menyebabkan
parthenocarpic (tanpa biji) pengembangan buah, dan menunda penuaan dalam daun dan buah jeruk.
Dalam hal pembesaran suatu organ dalam tanaman giberelin tidak bekerja sendiri. Giberelin menjalin
kerjas sama dengan hormon dan ezim lainnya. Giberelin mampu membentuk enzim yang dapat
melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino triptofan sebagai
prekusor/pembentuk auksin sehingga kadar auxin dalam tanaman tersebut meningkat. Secara tidak
langsung, giberelin dapat dikatan mengaktivkan auksin yang dalam tubuh tanaman yang diperlakukan.
Auksin dan giberelin bekerja sama dalam hal pemanjangan sel sehingga kecepatan tumbuh tanaman
meningkat dan daya tumbuh organ tanaman melebihi batas normalnya.
Selain itu giberelin juga mampu membentuk enzim alpha amilase yang berfungsi sebagai katalisator
pada reaksi perombakan pati menjadi gula sederhana (glukosa) yang memeiliki karakteristik rasa lebih
manis. Sehingga secara logika tanaman yang diperlakukan dengan giberelin akan meningkat kualitas
rasanya dalam hal kemanisan. Selain itu jika konsentrasi gula meningkat, tekanan osmotik di dalam sel
juga menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
Pendapat dari ahli mengenai Cell elongation atau pemanjangan sel adalah giberelin mendukung
pengembangan dinding sel. Penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzim proteolitik
yang akan membebaskan triptopan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa kehadiran
giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin. Mekanisme lainnya menerangkan bahwa
giberelin akan menstimulasi cell elongation , karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari
giberelin, akan mendukung terbentuknya α amylase (Abidin,1990).
Selain auksin, secara tidak langsung ada sinergisme aktivitas dengan hormon sitokinin. Misalnya pada
kasus pembentukan kuncup liar. Pembentukan kuncup liar dianggap terjadi karena dipacu oleh adanya
sinergisme antara auksin dan sitokinin. (Heide,1972) dalam Handayani (2004). Golongan sitokinin
sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis (Winata, 1988 dalam Handayani,
2004). Sitokinin sebagai senyawa organik yang mendorong pembelahan sel tanaman dan menentukan
arah diferensiasi sel tanaman. Wattimena (1988) dalam Handayani (2004) menjelaskan bahwa
sitokinin juga dapat memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun, dan
memperlambat proses senesen pada daun, buah dan organ-organ lainnya. Dari sini mulai terkuak
bahwa penyebab terjadinya penundaan penuaan pada organ tanaman adalah berkat kerjasama
giberelin-auksin-sitokinin misalnya penundaan penuaan daun dan buah jeruk.
Hormon giberelin diaplikasikan melalui perendaman namun dapat juga disemprotkan pada fase
tertentu pada tanaman, bergantung jenis tanaman dan umur tanaman yang akan diperlakukan. Pada
tanaman anggrek untuk menciptakan anggrek yang berbunga serempak maka hormon giberelin
diberikan pada saat tanamna hampir melakukan inisiasi bunga dengan cukup disemprotkan dengan
dosis sebesar 2 mg/liter. Sedangkan pada semangka, perlakuan giberelin diberikan pada saat tanaman
berupa bibit atau benih siap tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Rd. Selvy. 2004. Respon Pertumbuhan Bibit Duku (Lansium domesticum Corr.) dengan
penyemprotan Giberelin, Sitokinin, dan Triakontanol. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor
Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian terhadap tanaman padi yang sakit.
Padi yang terserang jamur Gibberella fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang
mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Bentuk-bentuk giberelin
diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh
jamur dan tumbuhan tinggi.
Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin
memiliki beberapa peranan, antara lain:
Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat kembali lagi yang
disebabkan adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel. Alat untuk mengukur pertumbuhan
disebut dengan Auksanometer.
Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan
tidak dapat diukur dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat
kedewasaan. Perkembangan awal suatu tumbuhan secara garis besar melalui tiga tahap, yaitu :
pembelahan sel, morfogenesis, dan difesensiasi seluler.
1. Pembelahan sel
Zigot didalam biji tumbuhan mengalami pembelahan sel mitosis membentuk jaringan embrional.
2. Morfogenesis (perkembangan bentuk)
Embrio yang terbentuk di dalam biji memiliki kotiledon dan akar serta tunas rudimeter. Sesudah
berkecambah, akar dan tunas rudimeter tersebut akan berkembang membentuk sistem akar dan
tunas tumbuhan. Proses ini yang dinamakan morfogenesis.
3. Diferensiasi seluler
Pada tahap ini, jaringan embrional terus berkembang menjadi struktur dengan fungsi khusus yang
akan dimiliki saat dewasa.
PERKECAMBAHAN
home.earthlink.net
b. Macam Perkecambahan
2.bp.blogspot.com
2.bp.blogspot.com
· Epigeal
Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga
atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya
pada kacang hijau.
· Hipogeal
Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga
daun lembaha ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di dalam tanah
a. Pertumbuhan Akar
·
Tudung Akar
Tudung akar merupakan daerah akar yang paling ujung. Fungsi tudung akar adalah
mensekresikan cairan polisakarida untuk melumasi tanah disekitar titik pertumbuhan akar. Cairan ini
menyebabkan tanah menjadi lunak dan mudah diembus akar. Selain itu tudung akar berfungsi untuk
melindungi daerah meristem akar.
· Daerah Meristem
Daerah meristem terletak di belakang tudung akar, yang meliputi meristem apikal dan derivatnya.
Meristem apikal merupakan daerah pusat pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel meristem primer
untuk menggantikan sel-sel tudung akar yang tanggal.
· Daerah Pemanjangan
Daerah pemanjangan terletak di belakang daerah meristem. Sel-sel di daerah pemanjangan
membelah lebih lambat daripada sel meristem. Sel-selmya relatif lebih tahan terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh radiasi dan bahan kimia beracun dibandingkan daerah lain. Sel-sel di daerah ini juga
berfungsi sebagai penyimpanan makanan. Pemanjangan sel berperan penting untuk menekan ujung
akar, termasuk meristem, agar akar memanjang.
· Daerah diferensiasi
Daerah diferensiasi terletak dibagian akhir akar. Di daerah diferensiasi terdapat tiga sisten jaringan
yang dihasilkan dari sel-sel meristem, yaitu :
a. Protoderma, merupakan lapisan terluar meristem primer yang akan menjadi epidermis.
b. Meristem dasar, merupakan lapisan kedua yang akan erkembang menjadi sistem jaringan dasar.
Jaringan ini mengisi daerah lapisan korteks pada akar di antara stele dan epidermis.
c. Prokambium, merupakan lapisan pusat (dalam) yang akan berkembang menjadi silinder vaskuler
pusat (stele), yaitu xilem dan floem.
2. Faktor Dalam
Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam, misalnya gen dan hormon.
a. Gen
Gen mengandung faktor-faktor sifat keturunan yang dapat diturunkan pada keturunannya. Gen juga
berfungsi untuk mengontrol reaksi kimia di dalam sel, misalnya sintesis protein. Pembentukan yang
merupakan dasar penusun tubuh tumbuhan, yang dikendalikan oleh gen secara langsung. Maka gen
dapat mengatur pada pertumbuhan melalui sifat yang diturunkan dan sintesis-sintesis yang
dikendalikannya.
b. Hormon
Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada suatu bagian
tumbuhan.
1) Auksin
Auksin merupakan senyawa Asam idol Asetat (idol Acetic Acid/aa) yang dihasilkan di ujung meristem
apikal (ujung akar dan batang). Hormon auksin juga ditemukan pada bagian tanaman yang sedang
mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun fungsi hormon auksin adalah untuk membantu
perkecambahan, merangsang perpanjangan sel, memperpanjang titik tumbuh, serta merangsang
pembentukan bunga dan buah.
2) Giberelin
Fungsi hormon giberelin adalah: berperan dalam pemanjangan tumbuhan dan merangsang aktivitas
kambium, berperan dalam partenikarpi (pembentukan buah tanpa biji), merangsang pertumbuhan
ung sehingga tanaman dapat berbunga sebelum waktunya, juga menyebabkan tanaman tumbuh
tinggi besar (raksasa).
3) Sitokinin
Hormon ini merangsang pembelahan sel, merangsang pertumbuhan ke arah samping dari pucuk, dan
mempercepat pertumbuhan akar, serta pelebaran daun. Hormon sitokinin dan auksin dapat bekerja
secara sinergis. Perbandingan kadar hormon sitokinin dan akusin memengaruhi pertumbuhan. Jika
konsentrasi sitokinin lebih tinggi, pembelahan sel terjadi di bagian pucuk batang.
4) Gas etilen
Gas etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah matang. Gas etilen dapat merangsang
pematangan buah karena gas etilen dapat mengakibatkan respirasi sehingga buah yang keras dan
masam akan menjadi matang, empuk, dan manis. Interaksi gas etilen dan hormon auksin juga akan
merangsang pertumbuhan bunga pada tumbuhan.
5) Kalin
Hormon ini yang mempengaruhi pertumbuhan organ tumbuhan.
Rhizokalin : merangsang pertumbuhan akar
Kaulokalin : merangsang pertumbuhan batang
Filokalin : merangsang pertumbuhan daun
Antokalin : merangsang pembentukan bunga
Asam Traumalin : merangsang pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi
luka.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi D A dkk. 2007. BIOLOGI Untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga
Kusnadi, Didik Priyandoko. 2006. BIOLOGI SMA dan MA kelas XII.Jakarta : Piranti
Pembungaan atau agar berbunga lebih awal.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan,
sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam
sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat
diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon
eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat
pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan
hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh
yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern
mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman
pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimkasud dengan giberelin ?
b. bagaimana sejarah hormone giberelin?
c. Bagaimana efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman?
d. bagaimana biosintesis giberelin ?
e. bagaimana karakteristik kimia giberelin?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian giberelin
b. Untuk mengetahui sejarah hormone giberelin
c. Untuk mengetahui efek giberelin dan bagi pertumbuhan tanaman
d. Untuk mengetahui biosintesis giberelin
e. Untuk mengetahui karakteristik kimia giberelin
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN HORMON
Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon,
sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik. Hormon tanaman
didefinisikan sebagai senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil yang
disintesiskan pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain
tanaman dimana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis.
Menurut definisi tersebut hormon tanaman harus memenuhi beberapa syarat
berikut, yaitu : (1) senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaman sendiri, (2) harus dapat
ditraslokasikan, (3) tempat sintesis dan kerja berbeda, (4) aktif dalam konsentrasi rendah.
Dengan batasan-batasan tersebut vitamin dan gula tidak termasuk dalam hormon. Dikenal 5
golongan fitohormon yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Wattimena
G.A. 1988: 8).
Pada umumnya, hormon mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan,
dengan mempengaruhi pembelahan sel, perpanjangan sel, dan diferensiasi sel. Menurut
Meyer et al. (1973) dan Bidwell (1979), suatu hormon tidak hanya berperan atau bekerja
dalam satu macam proses fisiologi, namun kadang-kadang dalam pengaturan berbagai proses
(Retno Wahyuningtyas, 1994: 8). Setiap hormon mempunyai efek ganda tergantung pada :
tempat kegiatannya, konsentrasinya, dan stadia perkembangan tumbuhannya. Hormon
tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi rendah, tetapi sejumlah kecil hormon dapat
membuat efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ suatu
tumbuhan
Hormon giberilin
4. KARAKTERISTIK KIMIA GIBERELIN
Giberelin termasuk senyawa isoprenoid dan merupakan diterpen yang disintesis dari unit-unit
asetat yang berasal dari asetil-KoA melalui jalur asam mevalonat (Dardjat Sasmitamihardja dan
Arbayah, 1996 : 334), senyawa isoprene memiliki 5 atom karbon (C). Unit-unit isoprene ini dapat
bergabung menghasilkan monoterpene (C-10), sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20), dan triterpene
(C-30).
Ø Pembungaan
Peranan giberelin terhadap pembungaan telah dibuktikan oleh banyak penelitian.
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Henny (1981), pemberian GA3 pada tanaman
Spathiphyllum mauna. Ternyata pemberian GA3 meningkatkan pembungaan setelah
beberapa minggu perlakuan.
Ø Genetik Dwarsfism
Genetik Dwarsfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi
genetik. Penyemprotan giberelin pada tanaman yang kerdil bisa mengubah tanaman kerdil
menjadi tinggi. Sel-sel pada tanaman keril mengalami perpanjangan (elongation) karena
pengaruh giberelin. Giberelin mendukung perkembangan dinding sel menjadi memanjang.
Penelitian lain juga menemukan bahwa pemberian giberelin merangsang pembentukan
enzim proteolitik yang akan membebaskan tryptophan (senyawa asal auksin). Hal ini
menjelaskan fonomena peningkatan kandungan auksik karena pemberian giberelin.
Ø Pematangan Buah
Proses pematangan ditandai dengan perubahan tekture, warna, rasa, dan aroma.
Pemberian giberelin dapat memperlambat pematangan buah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa aplikasi giberelin pada buah tomat dapat memperlambat pematangan
buah. Pengaruh ini juga terlihat pada buah pisang matang yang diberi aplikasi giberelin.
Ø Perkecambahan
Biji/benih tanaman terdiri dari embrio dan endosperm. Di dalam endoperm terdapat
pati yang dikelilingi oleh lapisan yang dinamakan ‘aleuron’. Pertumbuhan embrio tergantung
pada ketersediaan nutrisi untuk tumbuh. Giberelin meningkatkan/merangsang aktivitas
enzim amilase yang akan merubah pati menjadi gula sehingga dapat dimanfaatkan oleh
embrio.
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak
tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti
suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses
metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam
jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin
yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat
di dalam biji.
Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT
lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
Ø Stimulasi aktivitas kambium dan xylem
Beberapa penelitian membuktikan bahwa aplikasi giberelin mempengaruhi aktivitas
kambium dan xylem. Pemberian giberelin memicu terjadinya differensiasi xylem pada pucuk
tanaman. Kombinasi pemberian giberelin + auksin menunjukkan pengaruh sinergistik pada
xylem. sedangkan pemberian auksin saja tidak memberikan pengaruh pad xylem.
Ø Dormansi
Dormansi dapat diistilahkan sebagai masa istirahan pada tanaman. Proses dormansi
merupakan proses yang komplek dan dipengaruhi banyak faktor. Penelitian yang dilakukan
oleh Warner menunjukkan bahwa aplikasi giberelin menstimulasi sintesis ribonuklease,
amulase, dan proteasi pada endosperm biji. Fase akhir dormansi adalah fase perkecambahan,
giberelin perperan dalam fase perkecambahan ini seperti yang telah dijelaskan di atas.
8. METABOLISME GIBERELIN
Giberelin adalah senyawa isoprenoid,khususnya berupa di terpen yang di sintesis dari unit
asetad asetil Koenzim A melalui lintasan asam mevalonat yaitu senyawa 20-karbon,bertindak sebagai
donor bagi semua atom karbon pada giberelin.senyawa itu di ubah menjadi kapalilpiro fosfat yang
memiliki system 2 cincin.dan senyawa terahir tersebut kemudian di ubah menjadi kauren yang
mempunyai system Empat cincin.perubahan kauren lebih lanjut di sepanjang lintasan meliputi oksidasi
yang terjadi di retikulum endosplasma,menghasilkan senyawa antara kaurenol(jenis alkohol),kaurenal
(jenis aldehid)dan asam kaurenoad.setiap senyawa teroksidasi lebih lanjut.
Senyawa pertama dengan system cincin gibrelin yang sejati adalah aldehit GA12 suatu
molekul 20-karbon . Dari senyawa itu terbentuk giberelin 20-karbon dan giberelin 19-karbon ,
barangkali terdapat di ER juga . Aldehid-GA12 terbentuk dengan cara menerobos salah satu karbon
cincin B pada asam kaurenoat dan mengerutkan cincin tersebut. Semua tumbuhan mungkin
menggunakan reaksi yang sama dalam membentuk aldehit- GA12 tapi dari titik ini dalam
lintasan,spesies yang berdeda menggunakan paling sedikit 3 lintasan yang berbeda untuk membentuk
giberelin yang berbeda.Tapi pada umumnya gugus aldehid yang meruak ke bawah dari cincin B aldehid
GA12 teroksidasi menjadi gugus karboksil yang penting untuk aktivitas biologis semua giberelin.
Umumnya giberelin 19-karbon lebih aktif dari pada giberelin 20 karbon dan gugus yang hilang
dari molekul 20-karbon adalah karbon yang menempel antara cincin A da n cincin baldehid GA12.
Karbon tersebut teroksidasi menjadi guugus karboksil . yang kemudian terlepas
menjadi karbondioksida . Pada sebagian besar giberelin, system cincin kelima (lakton) dibentuk dari
karbon 19 gugus karboksil pada aldehid GA12 untuk menghasilkan GA9 . Perubahan lainnya pada
system cincin dapat pula terjadi . Misalnya, GA1 memiliki satu gugus hidroksil yang menempel pada
cincin A dan satu gugus lainnya menempel diantara cincin Cdan D . Seperti yang akan diuraikan , GA1
nampakknya sangat penting bagi pemanjangan batang .
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan oleh tanaman disebut
fitohormon, sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh tanaman sintetik.
Giberelin (GA) merupakan hormon yang dapat ditemukan pada hampir semua seluruh
siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi perkecambahan biji, batang
perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter, perkembangan biji dan
pertumbuhan pericarp . . Fungsi giberelin pada tanaman sangat banyak dan tergantung
pada jenis giberelin yang ada di dalam tanaman tersebut
2. Saran
· menggunakan hormone giberelin dalam pertanian karena giberelin sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
· mengatur pemberian giberelin pada tanaman sesuai dengan kebutuhannya
· selain memperhatikan factor-faktor internal , seorang petani harus
rmemperhatikan factor-faktor eksternalnya juga . seperti air, suhu , kelembapan
dll .
DAFTAR PUSTAKA
Pujiyanto,Sri.2012.menjelajahi Dunia Biologi.Platinum;Solo
Anonymousa.2011.http://artikelterbaru.com/pendidikan/fungsi-hormon-dan-vitamin-untuk-
tumbuhan-20111107.html
Anonymousb.2011.http://mybioma.wordpress.com/category/fisiologi-produksi-tumbuhan/
Anonymousc.2011.http://www.scribd.com/doc/44646508/sitokinin
Anonymousd.2011.http://budisma.web.id/kelas-xii-biologi/efek-hormon--fisiologis-sitokinin
Dardjat Sasmitamihardja dan Siregar A. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Jurusan Biologi
FMIPA IPB.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik (Terjemahan :
Kuswata Kartawinata, Sarkat Danimiharja dan Usep Soetisna). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Mul Mulyani Sutedjo dan Kartasapoetra, A. G. 1989. Fisiologi Tanaman 1. Jakarta : Bumi
Aksara.
Retno Wahyuningtyas. 1994. Pembentukan dan Perkembangan Buah Tanaman Pare Pahit
(Momordica charantia Linn.) dengan Perlakuan Auxin dan Giberelin. Skripsi. Yogyakarta :
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.
Salisbury, F.B and Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. (Terjemahan : Dian R Lukman
dan Sumaryono). Bandung : Penerbit ITB.
HORMON GIBERELIN
A. Sejarah Penemuan
Sejarah giberelin sedikit unik. Awal mulanya giberelin ditemukan oleh Eiichi Kurowasa, orang Jepang,
pada tahun 1926. Pada tahun itu Pagerang Diponegoro sedang giat-giatnya berperang melawan
penjajah londo. Kurosawa sebenarnya sedang meneliti tentang penyakit aneh pada padi yang disebut
‘bakane’. Padi yang terserang penyakit ini tumbuh membesar tidak normal. Batang dan daunnya
membesar dan memanjang. Kurosawa berhasil mengisolasi jamur penyebab penyakit ini yang
dinamakan Giberrella fujikori. Ketika jamur ini diinfeksikan ke tanaman yang sehat, tanaman yang
sehat memperlihatkan gejala itu.
Kurang lebih satu dasawarsa kemudian penelitian ini dilanjutkan oleh Yabuta dan Hayashi tahun 1939.
Kedua orang jepang ini melangkah lebih maju dan berhasil mengisolasi kristal protein yang dihasilkan
oleh Giberrella fujikori. Kristal ini bisa menstimulasi pertumbuhan akar kecambah.
Setelah perang dunia ke dua, pada tahun 1951 Stodola dan teman-temannya melanjutkan penelitian
ini dan menemukan ‘Giberelin A’ dan ‘Giberelin X’. Hasil penelitian selanjutnya ditemukan varian dari
giberelin, yaitu GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang hampir bersamaan dilakukan penelitian juga di
Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris. Dari penelitian ini juga ditemukan GA3.
Selanjutnya nama Gibberellic acid disepakati oleh kelompok peneliti itu dan populer hingga jaman
sekarang.
Saat ini telah ditemukan tidak kurang dari 126 macam giberelin. Giberelin diberi nama dengan GAn…..,
diurutkan berdasarkan urutan ditemukannya senyawa giberlin tersebut. Giberelin yang ditemukan
pertama kali adalah GA3.
B. Biosintesis
Giberelin merupakan senyawa isoprenoid yang disintesis dari asetil koenzim A melalui asam
mevalonat, GGPP senyawa CO2 bertindak sebagai donor bagi semua atom karbon, Diubah kopalil
pirofosfat mempunyai sistem 2 cincin , diubah menjadi kauren dengan sistem 4 cincin. Oksidasi terjadi
di retikulum endoplasmik dengan hasil kaurenol (jenis alkohol), kaurenal (aldehid), asam kaurenoat.
Giberelin dibuat di daun muda, buah yang sedang tumbuh, dan ujung akar. Sintesis giberelin dipacu
oleh hari panjang dan temperatur 20 – 30oC, Giberelin ditranslokasi lewat berkas pengangkut dan
parenkim.
Giberelin adalah senyawa organik yang sangat penting dalam proses perkecambahan suatu biji karena
bersifat pengontrol perkecambahan.Giberelin dibutuhkan untuk pembebasan α-amilase yang
menghasilkan hidrolisis tepung dan perkecambahan. Adapun respon positif terhadap giberelin terjadi
dalam kisaran konsentrasi yang luas, bahkan kandungan giberelin yang tinggi tidak bersifat racun.
Penggunaan giberelin dapat mempengaruhi besarnya organ tanaman melalui proses pembelahan dan
pembesaran sel. Keutamaan sintesis goberelin pada tanaman tingkat tinggi adalah meristematik
daun,akar dan perkecambahan. Giberelin sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman sangat
perbengaruh sifat genetik, perkecambahan dan aspek fisiologis lainnya. Selain itu giberelin
mempunyai peranan dalam mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
Giberelin aktif untuk merangsang perkembangan sel serta dapat meningkatkan hasil tanaman.
Perendaman giberelin selain menambah tinggi tanaman juga menambah luas daun yang berarti
terdapat peninggatan aktivitas fotosintesa. Biosintesis Giberelin Acid terutama berlangsung dalam
tunas, daun dan akar.
Salah satu efek fisiologis dari giberelin adalah mendorong aktivitas dari enzim-enzim hidrolotik pada
proses perkecambahan biji-biji serelia. Hal ini mula-mula datang dari observasi perubahan-perubahan
kimia yang terjadi pada biji jelai selama proses malting (perubahan pati ke gula). Pada proses ini biji
jelai itu menghisap air dan biji mulai berkecambah. Pada proses perkecambahab ini pati di ubah
menjadi gula. Biji jelai yang mulai berkecambah ini dikenal sebagai malt yang dipakai untuk
menumbuhkan ragi yang kemudian merubah gula menjadi alkohol. Giberelin menginisiasi sintesa
amilase, enzim pencerna, dalam sel-sel auleron, lapisan sel-sel paling luar endosperm. Giberelin juga
terlibat dalam pengaktifan sintesa protase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula
dan asam amino, zat-zat dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan protase ditranspor ke
embrio, dan zat-zat ini mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah. Aktifnya enzim
α-amilase akan semakin meningkatkan perombakan karbohidrat menjadi gula reduksi. Gula reduksi
tersebut sebagian akan digunakan sebagai respirasi dan sebagian lagi translokasi ke titik-titik tumbuh
penyusunan senyawa baru. Proses respirasi tersebut sangat penting karena respirasi akan
menghasilkan energi yang selanjutnya digunakan untuk proses-proses metabolisme benih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Giberelin
Giberelin pertama kali diteliti pada tahun 1930 oleh E Kurosawa pada tanaman yang
tumbuh abnormal yaitu tumbuh memanjang dan langsing sehingga mudah rebah.
Ternyata tanaman tersebut diserang jamur Gibberella fujikuroi. Jamur ini
menghasilkan hormon giberelin yang menyebabkan tanaman tumbuh memanjang pad
ruas batang padi.Senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium
moniliformae. Fungsi giberelin untuk pemanjangan tumbuhan dan berperan
dalam partenokarpi.
Giberelin merupakan turunan dari asam gibberalat, juga merupakan hormon yang
berfungsi sinergis dengan hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap
pekembangan dan perkecambahan biji. Giberelin akan merangsang pembentukan
enzim amilase. Enzim tersebut berperan penting untuk memecah senyawa amilum
yang terdapat pada endosperma ( cadangan makanan ) menjadi senyawa glukosa
sebagai sumber energi pertumbuhan. Jika giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil
maka pertumbuhannya kan kembali normal. Geberelin juga berfungsi dalam proses
pembentukan biji yaitu merangsang pembentukkan serbuk sari ( polen), memperbesar
ukuran buah, merangsang pembentukkan bunga dan mengakhiri masa dormansi biji.
Pada konsentrasi tinggi giberelin akan merangsang pembentukkan akar. . Ada sekitar
100 jenis gibberellin, namun Gibberellic acid (GA3)-lah yang paling umum
digunakan.
Peranan Giberellin
1. a. Perpanjangan Batang
Akar dan daun muda, adalah tempat utama yang memproduksi gibberellin.
Gibberellin menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi
efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Di dalam batang, gibberellin menstimulasi
perpanjangan sel dan pembelahan sel. Seperti halnya auksin, gibberellin
menyebabkan pula pengendoran dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel.
Satu hipotesis menyatakan bahwa; gibberellin menstimulasi enzim yang
mengendorkan dinding sel, yang memfasilitasi penetrasi protein ekspansin ke dalam
dinding sel. Di dalam batang yang sedang tumbuh, auksin, mengasamkan dinding sel
dan mengaktifkan ekspansin; sedangkan gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin
ke dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel. Efek
gibberellin dalam meningkatkan perpanjangan batang, adalah jelas, ketika mutan
tumbuhan tertentu yang kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri yang kerdil
(termasuk yang dipelajari oleh Mendel), tumbuh dengan ketinggian normal bila diberi
gibberellin. Apabila gibberellin diaplikasikan ke tumbuhan yang ukurannya normal,
seringkali tidak memberikan respon. Nampaknya, tumbuhan tersebut sudah
memproduksi dosis hormon yang optimal. Suatu contoh yang paling menonjol, dari
perpanjangan batang yang telah diinduksi oleh gibberellin; adalah terjadinya
pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting, yaitu pertumbuhan tangkai bunga
yang cepat.
1. b. Pertumbuhan Buah
Pada kebanyakan tumbuhan, auksin maupun gibberellin hendaknya selalu tersedia
untuk mengatur pertumbuhan buah. Aplikasi gibberellin secara komersial yaitu
dengan menyemprot anggur ‘Thompson’ menjadi tanpa biji (Gambar 6) adalah sangat
penting. Hormon, menjadikan buah anggur secara individu tumbuh lebih besar, sesuai
dengan ukuran yang diinginkan konsumen; dan juga menjadikan ruas (internodus)
lebih panjang, sehingga Penambahan ruang tumbuh ini, akan meningkatkan sirkulasi
udara antara buah anggur yang satu dengan yang lainnya; juga menjadikan buah
anggur lebih keras, sehingga tahan terhadap jamur serta mikroorganisme lainnya yang
akan menginfeksi buah
1. c. Perkecambahan
Embrio biji kaya dengan sumber gibberellin. Setelah air diimbibisi, terjadi pelepasan
gibberellin dari embrio, yang mengisyaratkan biji untuk memecahkan dormansi dan
segera berkecambah. Pada beberapa biji yang memerlukan kondisi lingkungan khusus
untuk berkecambah, misal keterbukaan terhadap cahaya atau temperatur yang dingin,
maka pemberian gibberellin akan memecahkan dormansi. Gibberellin, membantu
pertumbuhan pada perkecambahan serialia, dengan menstimulasi sintesis enzim
pencerna seperti -amilase, yang memobilisasi cadangan makanan. Diduga giberelin
yang terdapat di dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan
proses metabolik yang menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang
tersedia dalam jumlah cukup akan menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan
mengeluarkan giberelin yang mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan
cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin
menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat
yang menyebabkan dormansi biji.
Giberelin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang oleh
Kurosawa pada tahun 1926. Kurosawa melakukan penelitian terhadap penyakit
”bakane” yang menyerang tanaman padi. Adapun penyebab dari penyakit ini adalah
jamur Giberella fujikuroi (Abidin,1990). Senyawa ini diketemukan ketika ekstrak
jamur Giberella fujikuroi, yang menyerang tanaman padi, dapat menimbulkan gejala
yang sama pada waktu disemprotkan kembali pada padi yang sehat. Karakteristik dari
penyakit ini ialah menyebabkan pemanjangan ruas-ruas yang berlebihan batang dan
daun memanjang secara tidak normal, sehingga menyebabkan tumbuhan mudah
rebah.
Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yatuba dan Hahayasi pada tahun 1939. Mereka
dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada
akar kecambah. Pada tahun 1951,Stodola dan kawan-kawan melakukan penelitian
terhadap substansi ini dan menghasilkan “Giberelin A” dan “Giberelin X”. Adapun
hasil penelitian lanjutannya menghasilkan GA1,GA2,dan GA3 1926 (Abidin,1990).
Hingga tahun 1990 telah ditemukan 84 jenis giberelin pada berbagai jenis cendawan
dan tumbuhan (Salisbury dan Cleon, 1995).
Giberelin adalah suatu golongan ZPT dengan rangka ent-Giberelin yang berfungsi
merangsang pemebelahan sel, pemanjangan sel, dan fungsi pengaturan. Semua
giberelin bersifat asam dan dinamakan GA (asam giberelat). (Harjadi,2009).
GA3 merupakan giberelin komersial pertama. Pada awalnya disebut dengan asam
gibberelat . GA3 merupakan wakil dari 90 jenis Giberelins yang dikenal dewasa ini.
(Harjadi,2009).
Menurut Harjadi (2009), secara umum telah diterima bahwa giberelin disintesis lewat
lintas alam melavonik dalam pucuk yang sedang aktif tumbuh dan biji-biji yang
sedang berkembang. Giberelin telah terbukti terlibat dalam banyak proses fisiologi
tumbuhan, namun marga dan jenis tanaman serta faktor-faktor lain akan menentukan
giberelin khusus mana yang paling efektif dalam meningkatkan suatu respon tertentu.
Metabolisme Giberelin
Giberelin adalah senyawa isoprenoid, khususnya berupa diterpen yang disintesis dari
unit asetat asetil koenzim A melalui lintasan asam melavonat (Salisbury dan Cleon,
1995).
GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang lambat terurai, namun selama
pertumbuhan aktif, sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan cepat melalui
proses hidroksilasi, yang menghasilkan produk yang tidak aktif (Salisbury dan Cleon,
1995). Giberelin juga dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar
tidak aktif. Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan sebelum dilepaskan
pada saat dan tempat yang tepat. Konjugat yang dikenal meliputi glukosida yang
glukosanya dihubunghkan dengan ikatan eter pada salah satu gugus –OH atau dengan
ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut. Proses metabolik lainnya ialah
perubahan giberelin yang aktif sekali menjadi kurang aktif. Contohnya ialah tajuk
cemara Douglas, yang dalam responnya terhadap giberelin menunjukkan sedikit
pertumbuhan vegetatif, dapat secara efektif menghidroksilali GA4 menjadi
GA34 yang jauh kurang aktif. (Salisbury dan Cleon, 1995 ).
Daun muda menjadi tempat utama sintesis giberelin seperti halnya auksin. Hipotesis
ini sesuai dengan kenyataan bahwa jika ujung tajuk dan daun muda dipangkas dan
tunggul batangnya diberi giberelin atau auksin, pemanjangan batangnya terpacu jika
dibandingkan dengan batang terpotong yang tidak diberi hormon. Dapat disimpulkan
bahwa daun muda biasanya memacu pemanjangan batang karena daun muda
mengirim kedua jenis hormon tersebut ke batang. (Salisbury dan Cleon, 1995)
Akar juga mensintesis giberelin, namun giberelin eksogen menimbulkan afek kecil
pada pertumbuhan akar, dan akan menghambat pertumbuhan akar liar. Pelukaan pada
bagian sistem akar akan menyebabkan konsentrasi giberelin pada tajuk menurun
tajam, hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar pasokan giberelin pada tajuk
berasal dari akar melalui xilem. Akar yang dilukai berulang kali tak dapat memasok
air dan hara mineral dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan kemampuan
tajuk dalam mensintesis giberelin sendiri. (Salisbury dan Cleon, 1995)
Giberelin telah terbukti terlibat dalam banyak proses fisiologi tumbuhan, namun
marga dan jenis tanaman serta faktor-faktor lain akan menentukan giberelin khusus
mana yang paling efektif dalam meningkatkan suatu respon tertentu. Giberelin sangat
berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran,
partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan
aspek fisiologi lainnya (Abidin,1990). Giberelin mempunyai peranan dalam
mendukung perpanjang sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung
pembentukan RNA baru serta sintesa protein.
Genetic dwarfism, adalah gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi gen.
Terhadap gejala ini, giberelin mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi.
Hal ini telah dibuktikan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Brian dan Hemming
(1955) , yaitu dengan memberikan penyemprotan berbagai gibberellic acid pada
berbagai varietas kacang dan hasilnya menunjukkan bahwa gibberellic
acid berpengaruh terhadap tanaman yang kerdil menjadi tinggi. (Abidin,1990)
Cell elongation, dalam hal ini giberelin mendukung pengembangan dinding sel.
Penggunaan giberelin akan mendukung pembentukan enzim proteolitik yang akan
membebaskan triptopan sebagai asal bentuk dari auksin. Hal ini berarti bahwa
kehadiran giberelin tersebut akan meningkatkan kandungan auksin. Mekanisme
lainnya menerangkan bahwa giberelin akan menstimulasi cell elongation , karena
adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari giberelin, akan mendukung terbentuknya
α amylase (Abidin,1990). Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula
meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi naik, sehingga
ada kecenderungan sel tersebut berkembang.
Pembungaan, pembentukan bunga pada tumbuhan tergantung pada beberapa faktor,
termasuk umur dan keadaan lingkungan. Misalnya perbandingan lamanya siang dan
malam sangat berpengaruh pada beberapa spesies. Beberapa spesies hanya berbunga
apabila lamanya siang hari melewati titik kritis tertentu, dan yang lainnya hanya
berbunga jika lamanya siang hari lebih pendek dari titik kritis tertentu. Giberelin
dapat menggantikan hari panjang yang dibutuhkan oleh beberapa spesies hal ini pun
menunjukkan adanya interaksi dengan cahaya (Salisbury dan Cleon, 1995). Giberelin
juga memenuhi kebutuhan beberapa spesies pada saat musim dingin untuk
menginduksi pembungaan atau agar berbunga lebih awal (vernalisasi).
DAFTAR PUSTAKA
Dimech, A. 2006. Photoperiod: the length of day. The Story of Flowers, Why Plants
Flower When They Do. Tersedia pada www.adonline.id.au (diakses tanggal 10
November 2009).
Gardner, F.P., R.B. Pearce, Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
(Terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hanafiah, Kemas Ali. 2003.Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3
No. 2 Hlm. 102-105. ISSN 1858-4330.
Oryza.2008. Agribisnis Bunga Krisan. Tersedia
pada http://www.multiply.com/journal/item/9/Agribisnis_Bunga_Krisan (diakses
tanggal 3 November 2009).
Purwanto, Arie W dan Tri Martini.2009. Krisan Bunga Seribu Warna. Yogyakarta :
Kanisisus.
Rai,I Gst. Ngr., Wijana Nyoman.,dan Arnyana,I.B.P. 1998. Buku Ajar Ekologi
Tumbuhan. Singaraja : STKIP Singaraja.
Sanjaya, L., R. Meilasari, dan K. Budiarto. 2004. Pengaruh Nitrogen dan Gibberellin
Pada Dua Sistem Pembudidayaan Tanaman Induk Krisan. Prosiding Seminar
Nasional Florikultura. hlm. 228- 236. Tersedia pada www. Balithi.Litbang.depten
.go.id (dikases 3 November 2009).