Вы находитесь на странице: 1из 68

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Ilmu Ukur Tanah
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW.

Selaku tim penyusun, kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H.
Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktik Ilmu Ukur
Tanah yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini. Selain itu,
kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam dalam
memudahkan proses pembuatan makalah.

Laporan yang berjudul Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horizontal ini


merupakan salah satu untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah.
Tersusunnya laporan ini berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok kami
walaupun pada mulanya kami mengalami kesulitan dalam menyelesaikan laporan
ini. Namun, al-hamdulillah akhirnya laporan ini dapat diselesaikan. Harapan kami
laporan ini dapat bermanfaat untuk rekan-rekan kami baik dalam proses
pembelajaran di kampus maupun luar kampus.

Kami menyadari dalam laporan ini ada kelemahan dan kekurangan, oleh
karena itu adanya kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat kami nantikan
untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin

Bandung, 09 Maret 2017

Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..vi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1.Latar Belakang………………………………………………………….1
1.2.Rumusan Masalah…………………...………………………………….1
1.3.Tujuan…………………………………………..………………………2
1.4.Manfaat………………………………..………………………………..2
1.5.Sistematika Penulisan…………………………………………………..2
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………3
2.1.Pengertian Poligon……………………………….…………………….3
2.2.Jenis – Jenis Poligon……………………………….……………..……7
2.2.1. Poligon Tertutup………………………………..…….....……7
2.2.2. Poligon Terbuka……………………………..…………….…9
2.2.3. Poligon Bercabang……………………………..……………16
2.3.Pengukuran Luas…………………………………………………...…20
BAB III TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN POLIGON…..……22
3.1 Tujuan Instruksional Umum………………………………………….22
3.2 Tujuan Instruksional Khusus…………………………………………22
3.3 Peralatan dan Bahan yang Digunakan……………………………..….23
3.4 Prosedur Pengukuran…………………………………………………25
3.5 Prosedur Pengolahan Data……………………………………………26
3.6 Prosedur Penggambaran……………………………………………...29
BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM…………………………………….30
4.1 Lokasi Pengukuran…………………………………………………...30
4.2 Waktu Pengukuran…………………………………………………....31
4.3 Pelaksanaan Praktikum……………………………………………….31

ii
BAB V PENGOLAHAN DATA………………………………………………..32
5.1 Data Hasil Pengukuran di Lapangan…………………………………32
5.2 Analisa Data Hasil Pengukuran………………………………………33
BAB VI PENUTUPAN………………………………………………………….60
6.1 Kesimpulan…………………………………………………………...60
6.2 Saran………………………………………………………………….60
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...61
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perhitungan α ……………………………………….…………6

Gambar 2. Poligon Tertutup…………………………….....……………………..9

Gambar 3. Poligon terbuka tanpa ikatan ……………………………………….10


Gambar 4. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan
ujung lain tanpa ikatan…………………………………………...….11

Gambar 5. Polygon terbuka, satu ujung terikat koordinat saja dan ujung lain tanpa
ikatan …………………………………………………..……………11

Gambar 6. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung lagi
tanpa ikatan …………………………………………………….……12

Gambar 7. Polygon terbuka, pada kedua ujung-ujungnya terikat azimuth………13

Gambar 8. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung yang
satu lagi terikat orientasi………………………………….…………13
Gambar 9. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung yang
satu lagi terikat orientasi………………………………………..……14
Gambar 10. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, ujung yang
lain terikat azimut saja………………………………………..……..14

Gambar 11. Poligon terbuka, satu ujungnya terikat azimuth dan koordinat, ujung
yang lain terikat koordinat……………………………………..…….14

Gambar 12. Polygon terbuka, kedua ujungnya terikat azimuth maupun


koordinat..............................................................................................16
Gambar 13. Poligon Bercabang…………………………………………….……17
Gambar 14. Theodolite Wild Heerburg Switzerland TO-241557………………..23
Gambar 15. Statif……………………………………………………………..….23

Gambar 16. Unting-unting………………………………………………….……24

Gambar 17. Alat tulis dan formulir penguluran………………………………….24

iv
Gambar 18. Payung………………………………………………………………24
Gambar 19. Pita Ukur……………………………………………………………24
Gambar 20. Cat dan kuas………………………………………………….……..25
Gambar 21. Lokasi Pengukuran….………………………………………………30

Gambar 22. Lokasi Pengukuran………………………………………………….30

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran di Lapangan ………………………………….32

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu ukur tanah adalah ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan informasi
bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada
bidang yang dianggap datar. Ilmu ukur tanah sering disebut plan surveying, dan
ilmu ukur tanah juga bagian dari geodesi (geodetic surveying).
Ilmu geodesi mempunyai dua maksud:
 Maksud ilmiah yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
 Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajari penggambaran permukaan bumi
yang dinamakan peta (gambar).
Batasan datar ilmu ukur tanah cakupan wilayahnya yang relatif sempit yaitu
berkisar antara 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55 km. Yang membedakan
ilmu ukur dengan geodesi yaitu kalau ilmu ukur tanah tidak memperhatikan
kelengkungan bumi sedangkan geodesi sebaliknya.
Mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil sebagai calon ahli bidang Teknik Sipil
diharapkan mampu memahami, dan mengaplikasikan berbagai metoda pengukuran
poligon tersebut. Untuk itu, mahasiswa diberikan tugas untuk melaksanakan praktik
pengukuran poligon kerangka dasar horizontal di lingkungan Kampus Universitas
Pendidikan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari pengukuran poligon kerangka dasar horizontal?
2. Sebutkan jenis-jenis poligon ?
3. Sebutkan peralatan, bahan dan prosedur pengukuran poligon ?
4. Bagaimana pengolahan data pada poligon ?
5. Bagaimana penggambaran data poligon ?

1
2

1.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini untuk memperoleh data tentang pemaparan
mengenai praktik pengukuran poligon didalam ilmu ukur tanah, mencakup:
1. Mengetahui tujuan dari pengukuran poligon kerangka dasar horizontal;
2. Mengetahui jenis-jenis poligon;
3. Mengetahui peralatan, bahan dan prosedur pengukuran;
4. Memahami pengolahan data;
5. Bisa menggambarkan data poligon

1.4 Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, baik secara teoritis dan praktis. Manfaat yang diperoleh dalam pengukuran
ini antara lain:
1. Secara teoritis, hasil laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang ilmu pengukuran poligon didalam praktik ilmu ukur tanah.
2. Secara praktis, hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
mahasiwa yang tengah memperdalam pengetahuan mengenai praktik ilmu ukur
tanah.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan uraian lebih terperinci.


Maka laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR
BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB V PENGOLAHAN DATA
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Poligon


Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan. Kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat
planimetris (x,y) titik-titik pengukuran.

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal (KDH) :


a. Metode titik tunggal
b. Pengikatan kemuka
c. Pengikatan kebelakang
Pengikatan kebelakang di bagi dua metode :
a. Metode collins
b. Metode cassini
c. Metode titik banyak
Banyak titik di bagi lima metode :
a. Metode poligon
b. Metode triangulasi
c. Metode trilaterasi
d. Metode triangulterasi
e. Metode kuadrilateral
Pengukuran polygon sendiri mengandung arti salah satu metoda penentuan titik
diantara beberapa metoda penentuan titik yang lain. Berdasarkan bentuknya polygon dapat
dibagi dalam dua bagian, diantaranya :

1. Polygon berdasarkan visualnya, macamnya adalah :


a. Polygon tertutup
Pada poligon tertutup :
- Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.
- Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau
lebih besar daripada ketelitian letak titik awal.

3
4

- Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-sudut dan jarak


tertentu, suatu pertimbangan yang sangat penting.
- Titik sudut yang pertama = titik sudut yang terakhir.

Poligon tertutup biasanya dipergunakan untuk :


- Pengukuran titik kontur.
- Bangunan sipil terpusat.
- Waduk.
- Bendungan.
- Kampus UPI.
- Pemukiman.
- Jembatan (karena diisolir dari 1 tempat).
- Kepemilikan tanah.
- Topografi kerangka.

b. Polygon terbuka
(secara geometris dan matematis), terdiri atas serangkaian garis yang
berhubungan tetapi tidak kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan
ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. Titik pertama tidak sama dengan titik
terakhir.

Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :


- Jalur lintas / jalan raya.
- Saluran irigasi.
- Kabel listrik tegangan tinggi.
- Kabel TELKOM.
- Jalan kereta api.
5

c. Polygon bercabang
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Poligon terikat sempurna
Dikatakan poligon terikat sempurna, apabila :
- Sudut awal dan sudut akhir diketahui besarnya sehingga terjadi
hubungan antara sudut awal dengan sudut akhir.
- Adanya absis dan ordinat titik awal atau akhir.
- Koordinat awal dan koordinat akhir diketahui.
2. Poligon terikat sebagian.
Dikatakan poligon terikat sebagian, apabila :
- Hanya diikat oleh koordinat saja atau sudut saja.
- Terikat sudut dengan koordinat akhir tidak diketahui.
3. Poligon tidak terikat
Dikatakan poligon tidak terikat, apabila :
- Hanya ada titik awal, azimuth awal, dan jarak. Sedangkan tidak
diketahui koordinatnya.
- Tidak terikat koordinat dan tidak terikat sudut.
Dilihat dari geometris, poligon terbagi menjadi 3, yaitu:
- Polygon terikat sempurna
- Polygon terikat sebagian
- Polygon tidak terikat
Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak-jarak
mendatar antara titik-titik polygon diperoleh atau diukur dari lapangan menggunakan alat
pengukur sudut dan pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.

Pengolahan data polygon dikontrol terhadap sudut-sudut dalam atau luar


polygon dan dikontrol terhadap koordinat baik absis maupun ordinat. Pengolahan
data polygon dimulai dengan menghitung sudut awal dan sudut akhir dari titik-titik
ikat polygon. kontrol sudut polygon diawali terlebih dahulu dilakukan yaitu untuk
memperoleh koreksi sudut polygon dengan cara mengontroljumlah sudut polygon
terhadap pengurangan sudut akhir dengan sudut awal polygon.
6

Koreksi sudut polygon yang diperoleh kemudian dibagi secara merata tanpa
bobot terhadap sudut-sudut polygon hasil pengukuran dan pengamatan di lapangan.
Sudut-sudut jurusan titik polygon terhadap titik polygon berikutnya mengacu
terhadap sudut awal polygon dijumlahkan terhadap sudut polygon yang dikoreksi.
Kontrol koordinat berbeda dengan kontrol sudut yaitu koordinat akhir dan awal
dikurangi serta dibandingkan terhadap jumlah proyeksinya terhadap absis dan
ordinat. Koreksi absis dan ordinat akan diperoleh dan dibandingkan dengan
mempertimbangkan bobot kepada masing-masin titik polygon. Bobot koreksi
didekati dengan cara perbandingan jarak pada suatu ruas garis terhadap jarak total
polygon dari awal sampai dengan akhir pengukuran.
Syarat - syarat Polygon :

 Syarat geometric:
 akhir   awal     n  2180

 cd   ab    k   (n  2).180 0

Rumus n – 2 didapat dari:


C

c

a \

 awal b

A B

Gambar 1. Perhitungan α

awal = akhir

 Syarat absis :
  k
X akhir  X awal  d sin    
n


X C  X A  d cos 

X C  X A  d cos   kx
7

 Syarat ordinat :
Yakhir  Yawal  d cos 

YC  YA  d cos   ky

f
k   n = jumlah sudut
n
2.2. Jenis – Jenis Poligon
Berdasarkan berntuknya poligon dibagi dalam dua bagian, diantaranya :
 Jenis Poligon secara Visual :

2.2.1. Poligon Tertutup

Polygon tertutup ialah poligon yang bermula dan berakhir pada satu
titik yang sama. Poligon tertutup sering disebut poligon kring (kring
poligon). Ditinjau dari segi pengkatannya (azimut dan koordinat), terdapat
beberapa variasi seperti:
a) Tanpa ikatan
b) Terikat hanya azimut
c) Terikat hanya koordinat
d) Terikat azimut dan koordinat
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun tidak ada ikatan sama
sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya sifat poligon tertutup yang
jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-2) 1000. Selain itu, terdapat pula koreksi
koordinat dengan adanya konsekuensi logis dari bentuk geometrisnya bahwa
jumlah selisih absis dan jumlah selisih ordinat sama dengan nol.

Keuntungan inilah yang menyebabkan orang senang bentuk polygon


tertutup. Satu-satunya kelemahan polygon tertutup yang sangat menonjol ialah
bahwa bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak (salah satu salah
sistematis) tidak akan ketahuan, dengan kata lain walaupun ada kesalahan tersebut,
namun polygon tertutup itu kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang diukur secara
elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti itu, yaitu kalau ada kesalahan
frekuensi gelombang.
8

Untuk memudahkan, marilah kita lihat suatu contoh polygon tertutup seperti pada
berikut ini :

 I = sudut-sudut ukuran

Si = jarak-jarak ukuran

Langkah-langkah hitungan pada polygon tipe ini adalah sebagai berikut :

- Jumlahkan semua sudut-sudut polygon (  )


- Hitung jumlah koreksi sudut
(V  ) = (n-2). 1800 – (  )

- Bagikan koreksi tersebut kepada semua sudut


1
V = (V  )
n


- Bila salah satu sisi polygon itu diketahui misalnya 12 maka azimuth sisi-sisi
yang lain dapat dihitung sebagai berikut :
 
23 = 12 +  2 + V2 - 1800

 
34 = 23 +  3 + V3 - 1800

 
45 = 34 +  4 + V4 - 1800

 
56 = 45 +  5 + V5 - 1800

 
67 = 56 +  6 + V6 - 1800

 
78 = 67 +  7 + V7 - 1800

 
81 = 78 +  8 + V8 - 1800

Sebagai kontrol dihitung

 
12 = 81 +  1 + V1 - 1800


yang harus sama dengan 12 yang diketahui tadi.
9

Kelemahan poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional


dengan jarak (salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain,
walaupun ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak
yang diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan
frekuensi gelombang.

Pada Poligon Tertutup :

 Garis-garis kembali ke titik awal, jadi membentuk segi banyak.


Berakhir di stasiun lain yang mempunyai ketelitian letak sama atau lebih
besar daripada ketelitian letak titik awal.

Gambar 2. Poligon Tertutup


2.2.2. Poligon Terbuka
Yang dimaksud dengan polygon terbuka ialah polygon yang titik
awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (bukan satu titik
yang sama). Polygon terbuka ini dapat kita bagi lebih lanjut berdasarkan
peningkatan pada titik-titik (kedua titik ujungnya). Ada dua macam
peningkatan untuk polygon terbuka ini yaitu :
- Peningkatan azimut
- Peningkatan koordinat

Berdasarkan peningkatan-peningkatan itu, maka polygon terbuka dapat dibagi


lebih lanjut menjadi :
1. Tanpa ikatan sama sekali,
2. Pada salah satu ujung yang lain tanpa ikatan sama sekali,
3. Pada salah satu ujungnya terikat azimut saja, sedangkan pada ujung yang lain
tanpa ikatan sama sekali,
4. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan pada ujung
yang lain tanpa ikatan sama sekali,
5. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat azimuth,
10

6. Pada salah satu ujungnya terikat koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat
azimuth,
7. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat ,
8. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang
lain terikat azimut saja,
9. Pada salah satu ujungnya terikat azimut dan koordinat, sedangkan ujung yang
lain terikat koordinat saja,
10. Pada kedua ujungnya masing-masing terikat baik azimut maupun koordinat

Kesepuluh macam polygon terbuka berdasarkan pengikatan-pengikatannya


itu akan dibicarakan satu persatu berikut ini.

a. Polygon terbuka tanpa ikatan

2 4
5 Q
3
S1
S2 2 4 S6
1 S3 S4 S5
3 5

Gambar 3. Poligon terbuka tanpa ikatan

 I = sudut yang diukur


Si = sisi yang diukur

Kesimpulan dari polygon macam ini :

- Tidak ada koreksi sudut


- Tidak ada koreksi koordinat
- Orientasi lokal
- Koordinat local
11

b. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan
ujung lain tanpa ikatan

Gambar 4. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut terikat azimut saja dan ujung
lain tanpa ikatan

I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
 aw = azimut yang diketahui

Kesimpulan pada polygon tipe ini ialah :

- Tidak ada koreksi sudut


- Tidak ada koreksi koordinat
- Orientasi : benar (bukan lokal)
- Koordinat : lokal

c. Polygon terbuka, satu ujung terikat koordinat saja dan ujung lain
tanpa ikatan

Gambar 5. Polygon terbuka, satu ujung terikat koordinat saja dan ujung
lain tanpa ikatan

 I = sudut-sudut yang diukur


Si = jarak-jarak yang diukur
P = titik yang diketahui koordinatnya
12

Kesimpulan kita mengenai polygon ini ialah :

- Tidak ada koreksi sudut


- Tidak ada koreksi koordinat,
- Orientasi : local,
- Koordinat : lokal (kecuali P)

d. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung
lagi tanpa ikatan

Gambar 6. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, satu ujung
lagi tanpa ikatan

 I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
 aw = azimut yang diketahui
P = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan kita mengenai polygon ini ialah :

- Titik ada koreksi sudut


- Titik ada koreksi koordinat
- Orientasi : betul
- Koordinat : betul (bukan lokal)
13

e. Polygon terbuka, pada kedua ujung-ujungnya terikat azimut

Gambar 7. Polygon terbuka, pada kedua ujung-ujungnya terikat azimut

I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
 aw dan  ak = azimut-azimut yang diketahui

Kesimpulan kita mengenai polygon ini ialah :

- Koreksi sudut : ada


- Koreksi koordinat : tidak ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : local

f. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung yang


satu lagi terikat orientasi

1
3 5
1 2 6
4
S1
S2 2 4 S6
S3 S4 S5
3 5

Gambar 8. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung


yang satu lagi terikat orientasi

 I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
 aw = azimut yang diketahui
P = titik yang diketahui koordinatnya
14

Kesimpulan yang dapat kita tarik dari polygon tipe ini ialah :

- Koreksi sudut : tidak ada


- Koreksi koordinat : tidak ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

g. Polygon terbuka, kedua ujungnya masing-masing terikat koordinat

Gambar 9. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimut, sedangkan ujung


yang satu lagi terikat orientasi

I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
P, Q = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan kita dari polygon tipe ini ialah :

- Koreksi sudut : Tidak ada, yang ada hanya rotasi


- Koreksi koordinat : ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

h. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, ujung yang
lain terikat azimut saja

1 7
3 5
1 2 6
4 6
S1
S2 2 4 S6
S3 S4 S5
3 5
Gambar 10. Polygon terbuka, satu ujung terikat azimut dan koordinat, ujung yang
lain terikat azimut saja
15

 I = sudut ukuran
Si = sisi-sisi ukuran
 aw = azimut yang diketahui

Kesimpulan kita dari polygon tipe ini ialah :

- Koreksi sudut : ada


- Koreksi koordinat : tidak ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

i. Polygon terbuka, satu ujungnya terikat azimuth dan koordinat, ujung


yang lain terikat koordinat

Gambar 11. Poligon terbuka, satu ujungnya terikat azimuth dan koordinat,
ujung yang lain terikat koordinat

I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
 aw = azimut yang diketahui
P = titik yang diketahui koordinatnya

Dari polygon ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

- Koreksi sudut : tidak ada


- Koreksi koordinat : ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar
16

j. Polygon terbuka, kedua ujungnya terikat azimuth maupun koordinat

Polygon tipe ini merupakan polygon yang paling baik karena kedua
ujungnya terikat penuh. Kalau digambarkan polygon tipe ini mempunyai
bentuk sebagai berikut :

Gambar 12. Polygon terbuka, kedua ujungnya terikat azimuth maupun


koordinat

I = sudut-sudut ukuran
Si = jarak-jarak ukuran
 aw dan  ak = azimut-azimut yang diketahui
P, Q = titik yang diketahui koordinatnya

Kesimpulan polygon tipe ini dapat ditarik sebagai berikut :


- Koreksi sudut : ada
- Koreksi koordinat : ada
- Orientasi : benar
- Koordinat : benar

2.2.3. Poligon Bercabang


Poligon bercabang mempunyai satu atau lebih titik simpul, yaitu
titik dimana cabang itu terjadi. Cabang-cabang itu biasanya terbuka, tetapi
dapat juga menutup kepada cabang yang lain.
17

Gambar 13. Poligon Bercabang

Polygon bercabang dapat mempunyai satu atau lebih titik simpul, yaitu titik
dimana cabang itu terjadi. Cabang-cabang itu biasanya terbuka, akan tetapi tentu
saja cabang itu dapat saja menutup kepala cabang yang lain. Kalau hal ini terjadi
maka poligon itu sebetulnya adalah kombinasi antara poligon terbuka, tertutup dan
bercabang.

Perhitungannya berjalan sebagai berikut :


XpO  Xp1
Sudut jurusan  P1 P0 dihitung dari tg  P1 P0 =
Yp O  Yp1
XQO  XQ1
Sudut jurusan  Q1 Q0 dihitung dari tg  Q1 Q0 =
YQO  YQ1
XRO  XR1
Sudut jurusan  R1 R0 dihitung dari tg  R1 R0 =
YRO  YR1
Polygon- polygon I, II, dan III dihitung sudut jurusan sisi-sisinyadengan
menggunakan  P1 P0,  Q1 Q0 dan  R1 R0 masing-masing sebagai sudut jurusan
permulaan, dan sudut-sudut polygon yang diukur.

Masing-masing polygon tersebut berakhir pada sisi atau jurusan SH


Jadi 'SH =  P1 P0 + [p] n1 x 1800


''SH =  Q1 Q0 + [t] n2 x 1800


'''SH =  R1 R0 + [u] n3 x 1800


bila 'SH = sudut jurusan dari S ke H dihitung pada polygon I
18


''SH = sudut jurusan dari S ke H dihitung pada polygon II


'''SH = sudut jurusan dari S ke H dihitung pada polygon III

[p] = Jumlah sudut-sudut polygon (ukuran) pada polygon I

[t] = Jumlah sudut-sudut polygon (ukuran) pada polygon II

[u] = Jumlah sudut-sudut polygon (ukuran) pada polygon III

n1 = jumlah sudut ukuran pada polygon I

n2 = jumlah sudut ukuran pada polygon II

n3 = jumlah sudut ukuran pada polygon I

Bila berat (gewitch) masing-masing cabang polygon tersebut adalah a, b dan


c maka sudut jurusan dari S ke H adalah :

 a  ' SH  b  ' ' SH  c  ' ' ' SH


SH =
a  b  c

1 1
Untuk harga a, b dan c kita ambil masing-masing dan dimana n1 n2
n1 n3
dan n3 banyak titik-titik sudut pada masing-masing cabang polygon Setelah didapat

SH dari hitungan ditas, kita hitung koreksi sudut-sudut ukuran pada masing-
masing cabang polygon tersebut, karena masing-masing cabang polygon sekarang
dapat dipandang sebagai polygon terbuka yang terikat pada kedua ujungnya.

Dari masing-masing polygon dihitung koordinat titik S, dan didapat :


' '
x s = x p1 + {S sin  )I x s = y p1 + {S cos  )I
'' '
x s = x Q1 + {S sin  )II y s = yQ1 + {S cos  )II
''' '''
x s = x R1 + {S sin  )III y s = yR1 + {S cos  )III
Bila Ax' Bx' Cx' dan Ay', By' Cy adalah berat koordinat (koordianter
gewitch), maka :

' '' '''


Ax X s  Bx X s  Cx X s
Xs =
Ax  Bx  Cx
19

' '' '''


Ax Y s  By Y s  Cy Y s
Ys =
Ay  By  Cy

Untuk berat-berat (gewitch) koordinat-koordinat diambil :

1
Ax = Ay =
{S ) I

1
Bx = By =
{S ) II

1
Cx = Cy =
{S ) III

Dimana [S]I, [S)II,dan [S]III masing-masing adalah jumlah jarak sisi-sisi


pada cabang-cabang polygon I, II dan III. Setelah didapat koordinat titik S dengan
cara perhitungan diatas, kita menghitung koreksi-koreksi absis dan koreksi ordinat
pada masing-masing cabang polygon.

Bila titik simpul polygon cabang itu lebih dari data, maka hitungannya harus
dilakukan dengan cara perataan yang lain misalnya dengan method kudrat terkecil
atau dengan methoda.

 Jenis Poligon Secara Geometri


A. Poligon Terikat Sempurna
Poligon terikat sempurna, yaitu poligon yang diketahui dua buah
titik awal pengukuran dan dua buah titik akhir pengukuran yang telah
memiliki koordinat dan sudut yang didapat dari hasil pengukuran
sebelumnya.
B. Poligon Terikat Sebagian
Poligon terikat sebagian, yaitu poligon yang hanya diketahui salah
satu titik, baik itu koordinat maupun sudut, diawal dan diakhir pengukuran.
C. Poligon Tidak Terikat atau Poligon Bebas
Poligon tidak terikat atau poligon bebas, yaitu poligon yang tidak
diketahui sudut atau koordinatnya.
20

2.3 Pengukuran Luas

Luas adalah jumlah areal yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikeliligi oleh
garis-garis batas. Perhitungan dan informasi luas merupakan salah satu informasi yang
dibutuhkan perencana dari hasil pengukuran lapangan.

Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai macam kepentingan, yaitu: hukum
pertahanan, perubahan setatus hukum tanah, pajak bumi dan lain sebagainya. Perhitungan
luas dapat dilakukan dengan berbagai macam, yaitu:

a. Perhitungan luas secara numeris analog.


b. Mekanis planimetris dan.
c. Numeris digital.
Perhitungan luas secara numeris analaog menggunakan metode sarrus, yaitu
menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan untuk perhitungan luas.

Bentuk daerah yang dihitung luas daerahnya dengan menggunakan metode sarrus ini
haruslah beraturan dengan segmen-segmen garis yang jelas.

(XD,YD) D C (XC,YC)
(0,5) (5,5)

(XA,YA) A B (XB,YB)
(0,0) (5,0)

2 LABCD = X n .Yn1  Yn  X n1

XA XB XC XD XA

YA YB YC YD YA

X A .YB  X B .YC  X C .YD  X D .YA  YA .X B  YB .X C  YC .X D  YD . X A  2L


21

Perhitungan luas secara mekanis planimetris menggunakan alat serupa panthograph


(dibentuk dari 2 buah mistar penggaris) yang dinamakan alat planimeter. Perhitungan luas
dengan planimeter ini haruslah dilengkapi pula dengan skala peta.
beserta penetapan titik awal perhitungan luas. Bentuk daerah yang akan dihitung
luasnya dengan metode ini haruslah sudah disajikan dalam bentuk peta dengan sekala
tertentu dan bentruknya bisa tidak beraturan.

Perhitungan luas secara numeris digital menggunakan bantuan perangkat lunak CAD
(Computer Aided Design) dan perangkat keras computer. Daerah yang akan dihitung
luasnya haruslah sudah dimasukan kedalam bentuk digital melalui papan ketik keyboard,
digitizer (alay digitasi), atau scanner. Koordinat batas-batas daerah akan masuk kedalam
memori computer dan diolah secara digital. Bentuk daerah yang akan diukur luasnya
menggunakan metode nimeris digital ini dapat berbentuk beraturan dengan jumlah segmen
terbatas atau berbentuk tidak beraturan dengan jumlah segmen banyak serta berjarak kecil-
kecil.
BAB III

TUJUAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN POLIGON

3.1 Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan dan mengaplikasikan
penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metode poligon pada praktik
pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
3.2 Tujuan Instruksional Khusus Pengukuran Poligon
a. Mahasiswa dapat mengetahui gelembung nivo alat theodolite dengan
prinsip pergerakan dua sumbu kaki kiap kearah dalam atau luar saja dan
pergerakan satu sekerup kaki kiap ke kiri atau ke kanan saja.
b. Mahasiswa dapat membaca bacaan sudut horizontal alat theodolite dengan
cara membuka terlebih dahulu kunci bounselle, sedemikian rupa sehingga
bacaan horizontal telah hilang dari pengaruh benda-benda disekitarnya
(atraksi lokal) dan hanya dipengaruhi oleh medan magnet bumi.
c. Mahasiswa dapat melakukan pembacaan sudut horizontal secara biasa,
yaitu visir atau alat bidik teropong berada diatas teropong dan
mengarahkan pada target berupa benang unting-unting atau target lain
yang lebih kecil (misalnya : paku) pada arah belakang pengukuran.
Teropong kemudian diarahkan ke arah muka pengukuran .
d. Mahasiswa mampu melakukan pembacaan sudut horizontal pada target
muka dan belakang dalam bentuk bacaan derajat, menit dan detik (0, ‘, “)
untuk theodolite dengan sistem bacaan heksagesimal atau bacaan grid,
centigrid, centi centigrid (g, c, cc) untuk theodolite dengan sistem bacaan
sentisimal, pada posisi teropong biasa.
e. Mahasiswa mampu mengubah teropong theodolite menjadi posisi luar
biasa, yaitu posisi visir ( pembidik teropong ) berada di bawah, yaitu
dengan cara memutar teropong pada arah vertikal sebesar 1800 dilanjutkan
dengan memutar teropong pada arah horizontal sebesar 1800 pula.

22
23

f. Mahasiswa mampu membidikkan teropong kearah target belakang dan


membaca sudut horizontal target belakang dari arah utara magnetis.
Teropong kemudian diarahkan ke target muka dan mahasiwa mampu
melakukan pembacaan sudut horizontal dari arah utara magnetis dalam
bentuk bacaan sudut sistem heksagesimal atau sistem sentisimal.
g. Mahasiswa mampu mengolah data dari lapangan yang telah hilang dari
kesalahan sitematis alat bacaan sudut horizontal biasa dan luar biasa.
h. Mahasiswa dapat mengolah data baik secara manual maupun secara
tabelaris dengan bantuan perangkat lunak untuk mengeliminir kesalahan
acak dari pengukuran polygon.
3.3 Peralatan dan Bahan yang Digunakan
a. Alat Theodolite Wild Heerburg Switzerland

Gambar 14. Theodolite Wild Heerburg Switzerland TO-241557

b. Statif (perhatikan kecocokannya dengan alat)

Gambar 15. Statif


24

c. Unting-unting

Gambar 16. Unting-unting

d. Alat tulis dan formulir pengukuran.

Gambar 17. Alat tulis dan formulir penguluran

e. Payung satu buah.

Gambar 18. Payung


f. Pita ukur satu buah.

Gambar 19. Pita Ukur


25

g. Cat dan Kuas

.
Gambar 20. Cat dan kuas
h. Peta wilayah situasi (wilayah pengukuran).
3.4 Prosedur Pengukuran
Adapun langkah kerja pada pengukuran poligon, antara lain:
a. Dengan menggunakan patok-patok yang telah ada yang digunakan pada
pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal, didirikan alat theodolite pada titik
( patok) awal pengukuran. Pada pengukuran poligon, alat didirikan diatas patok,
berbeda dengan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal dengan alat yang
berdiri diantara dua buah titik (patok).
b. Target diletakkan diatas patok-patok yang mengapit tempat alat sipat datar
berdiri. Gelembung nivo tabung diketengahkan dengan cara memutar dua buah
sekerup kaki kiap kearah dalam saja atau keluar saja serta memutar sekerup kaki
kiap kearah kanan atau kiri. Teropong diarahkan ke target belakang dan dibaca
sudut horizontalnya pada posisi biasa. Teropong kemudian diputar kearah target
muka dibaca pula sudut horizontalnya pada posisi biasa.
c. Teropong diubah posisinya menjadi luar biasa dan diarahkan ketarget muka serta
dibaca sudut horizontalnya. Teropong di putar kearah target belakang dan dibaca
sudut horizontalnya.
d. Periksa pembacaan sudut dengan pengontrolan pembacaan dengan rumus
pembacaan sudut luarbiasa dikurangi pembacaan sudut biasa. [Kontrol : Sudut
Luar Biasa – Sudut Biasa = -10 < 0 < 10]. Jika sesuai teruskan dengan langkah
berikutnya, jika tidak ulangi pembacaan.
e. Alat Theodolite dipindahkan ke patok selanjutnya dan dilakukan hal yang sama
seperti pada patok sebelumnya. Pengukuran dilanjutkan sampai seluruh patok
didirikan alat Theodolite.
f. Data diperoleh dari lapangan kemudian diolah secara manual atau tabelaris
dengan menggunakan bantuan teknologi digital komputer. Pengolahan data
26

polygon dapat diselesaikan dengan metode Bowditch atau Transit. Pada metode
Bowditch, bobot koreksi absis dan ordinat diperoleh dari perbandingan jarak
resultan dengan total jarak pengukuran poligon, sedangkan pada metode transit
bobot koreksi absis / ordinat diperoleh jarak pada arah absis dibandingkan dengan
total jarak pada arah absis / ordinat.
g. Pengukuran poligon kerangka dasar horizontal selesai.

Hasil yang diperoleh dari praktik pengukuran poligon dilapangan adalah


koordinat titik-titik yang di ukur sebagai titik-titik ikat untuk keperluan
penggambaran titik-titik detail dalam pemetaan.

3.5 Prosedur Pengolahan Data


A. Metode Bowditch
1. Menghitung Syarat I dengan rumus :

|𝛼𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝛼 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟| = ∑ 𝛽 − (𝑛 − 2)𝑥 180° + 𝑓𝛽

𝑓𝛽
2. Lalu mencari 𝛽 koreksi dengan rumus : 𝛽𝑛 = 𝛽1 + 𝑛

3. Mencari 𝛼 koreksi dengan rumus :


𝛼1 = 𝛼 𝐴𝑤𝑎𝑙
α2= α1-β1+180
αn= αn-βn+180
4. Menghitung syarat II (Syarat Absis) dengan rumus :

∑ ∆𝑋 = 𝑑 𝑥 𝑆𝑖𝑛 𝛼

5. Menghitung syarat III (Syarat Ordinat) dengan rumus :

∑ ∆𝑌 = 𝑑 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝛼

6. Menghitung Bobot dengan rumus :

𝐷1
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 =
∑𝐷

Catatan : Jumlah bobot (∑Bobot) = 1


27

7. Menghitung ∆X koreksi dengan rumus :


Koreksi ∆Xn = Bobot n x ∑∆X
8. Menghitung ∆Y Koreksi dengan rumus :
Koreksi ∆Yn = Bobot n x ∑∆Y
9. Menghitung ∆X Setelah Koreksi dengan rumus :
Setelah Koreksi ∆Xn = ∆Xn + Koreksi ∆Xn
10. Menghitung ∆Y Setelah Koreksi dengan rumus :
Setelah Koreksi ∆Yn = ∆Yn + Koreksi ∆Yn
11. Menghitung Koordinat X dan Y dengan rumus :
X = X awal + Setelah Koreksi ∆Xn
Y = Y awal + Setelah Koreksi ∆Yn
Catatan : X awal = X akhir
Y awal = Y akhir
B. Mentode Transit
1. Menghitung Syarat I dengan rumus :

|𝛼𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝛼 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟| = ∑ 𝛽 − (𝑛 − 2)𝑥 180° + 𝑓𝛽

𝑓𝛽
2. Lalu mencari 𝛽 koreksi dengan rumus : 𝛽𝑛 = 𝛽1 + 𝑛

3. Mencari 𝛼 koreksi dengan rumus :


𝛼1 = 𝛼 𝐴𝑤𝑎𝑙
α2= α1-β1+180
αn= αn-βn+180
4. Menghitung syarat II (Syarat Absis) dengan rumus :

∑ ∆𝑋 = 𝑑 𝑥 𝑆𝑖𝑛 𝛼

5. Menghitung syarat III (Syarat Ordinat) dengan rumus :

∑ ∆𝑌 = 𝑑 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝛼
28

6. Menghitung Bobot ∆X dengan rumus :


𝑑𝑛 𝑥 sin 𝛼
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 =
∑ 𝑑 𝑥 sin 𝛼
Jumlah Bobot = 1

7. Menghitung Bobot ∆Y dengan rumus :


𝑑𝑛 𝑥 cos 𝛼
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 =
∑ 𝑑 𝑥 cos 𝛼
Jumlah Bobot = 1
8. Menghitung ∆X koreksi dengan rumus :
Koreksi ∆Xn = Bobot ∆X n x ∑∆X
9. Menghitung ∆Y Koreksi dengan rumus :
Koreksi ∆Yn = Bobot ∆Yn x ∑∆Y
10. Menghitung ∆X Setelah Koreksi dengan rumus :
Setelah Koreksi ∆Xn = ∆Xn + Koreksi ∆Xn
11. Menghitung ∆Y Setelah Koreksi dengan rumus :
Setelah Koreksi ∆Yn = ∆Yn + Koreksi ∆Yn
12. Menghitung Koordinat X dan Y dengan rumus :
X = X awal + Setelah Koreksi ∆Xn
Y = Y awal + Setelah Koreksi ∆Yn
Catatan : X awal = X akhir
Y awal = Y akhir
3.6 Prosedur Penggambaran
A. Gambar Manual
1. Siapkan kertas millimeter block ukuran A3 (42 cm x 29,7 cm) dan alat
tulis seperti pulpen, pensil penghapus, penggaris, dan lain-lain.
2. Atur orientasi kertas (Potrait/Landscape)
3. Buatlah tata jarak peta, meliputi muka peta dan ruang legenda
4. Hitunglah panjang dan lebar muka peta
5. Hitunglah skala jarak horizontal, dengan membuat perbandingan jarak
muka peta dengan total jarak horizontal dengan satuan yang sama.
6. Buatlah sumbu datar dan tegak yang titik pusatnya memiliki jarak
tertentu terhadap batas muka peta
29

7. Gambarlah titik-titik yang merupakan posisi tinggi hasil pengukuran


dengan jarak-jarak tertentu serta hubungkan titik-titik tersebut.
8. Buatlah keterangan nilai tinggi dan jarak di dalam muka peta, serta
melengkapi informasi legenda, skala, dan lain-lain
B. Gambar Digital
1. Siapkan komputer/laptop, lalu buka software Autocad
2. Atur satuan dngan command units -> Enter (Ubah dalam cm)
3. Atur orientasi (Potrait.Landscape)
4. Buatlah tata jarak peta, meliputi muka peta dan ruang legenda
5. Hitunglah panjang dan lebar muka peta
6. Hitunglah skala jarak horizontal, dengan membuat perbandingan jarak
muka peta dengan total jarak horizontal dengan satuan yang sama.
7. Buatlah sumbu datar dan tegak yang titik pusatnya memiliki jarak
tertentu terhadap batas muka peta
8. Gambarlah titik-titik yang merupakan posisi tinggi hasil pengukuran
dengan jarak-jarak tertentu serta hubungkan titik-titik tersebut.
9. Buatlah keterangan nilai tinggi dan jarak di dalam muka peta, serta
melengkapi informasi legenda, skala, dan lain-lain.
10. Save lalu Print.
BAB IV

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

4.1 Lokasi Pengukuran


Lokasi pengukuran kami bertempat di sekitar Gymnasium
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Gambar 21. Lokasi Pengukuran

Gambar 22. Lokasi Pengukuran

30
31

4.2 Waktu Pengukuran


1. Hari : Selasa
Pertemuan ke : 1
Tanggal : 21 Februari 2017
Kegiatan : Pengenalan alat theodolite
Waktu : 13.00 s.d 17.00 WIB
Lokasi : Helipad FPTK UPI

2. Hari : Kamis
Pertemuan ke : 2
Tanggal : 23 Februari 2017
Kegiatan : Pengukuran Poligon
Waktu : 09.00 s.d 12.30 WIB
Lokasi : Sekitar gedung Gymnasium UPI
4.3 Pelaksanaan Praktikum
Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka
saya bersama rekan dari kelompok 1 melaksankan praktikum pengukuran sipat
datar di Gymnasium UPI. Adapun langkah-langkah yang dilakukan :

1. Membaca paduan dan prosedur pelaksanaan praktikum


2. Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan
praktikum pengukuran sipat datar.
3. Setelah ke lapangan, buat sketsa untuk memberikan tanda buat penyimpanan
rambu ataupun alat sipat datar.
4. Dalam membuat seketsa pertimbangan jumlah slag jarak slag sesuai dengan
kontur yang ada di lapangan.
5. Jumlah slag yang di buat 16 slag dengan keliling 364.55 m
6. Setelah di buat 16 slag, beri tanda dengan cat.
7. Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah
disediakan.
8. Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan
program excel dan menampilkan gambar dengan Auto CAD.
BAB V
PENGOLAHAN DATA

5.1 Data Hasil Pengukuran di Lapangan

Tanggal Pengukuran : 23 Februari 2017 Cuaca : Cerah


Lokasi Pengukuran : Gymnasium-UPI Diukur Oleh : Kelompok 1
Alat Ukur : Theodolite Wild Heerburg
Switzerland TO-241557

Tabel 1. Data Hasil Pengukuran di Lapangan


BACAAN SUDUT
TITIK BACA BIASA LUAR BIASA α KIRI α KANAN β
◦ ‘ Desimal ◦ ‘ Desimal
Kiri 270 55 270.917 271 28 271.467
1 271.192 64.817 153.625
Kanan 64 39 64.650 64 59 64.983
Kiri 95 44.1 95.735 97 11.3 97.188
2 96.462 281.468 174.993
Kanan 281 28.2 281.470 281 28 281.467
Kiri 88 40 88.667 89 30 89.500
3 89.083 272.348 176.735
Kanan 272 24 272.400 272 17.8 272.297
Kiri 319 0.2 319.003 319 9.1 319.152
4 319.078 236.370 97.293
Kanan 236 40 236.667 236 4.44 236.074
Kiri 39 58.6 39.977 39 58 39.967
5 39.972 218.984 180.988
Kanan 219 42.4 219.707 218 15.7 218.262
Kiri 340 48.9 340.815 340 58.8 340.980
6 340.898 164.295 176.603
Kanan 164 18.7 164.312 164 16.7 164.278
Kiri 186 40.9 186.682 186 48.3 186.805
7 186.743 3.032 176.288
Kanan 3 1.9 3.032 3 1.9 3.032
Kiri 184 29.7 184.495 184 29 184.483
8 184.489 0.925 176.436
Kanan 0 55 0.917 0 56 0.933
Kiri 164 50.5 164.842 164 50.5 164.842
9 164.842 255.252 89.590
Kanan 255 15.1 255.252 255 15.1 255.252
Kiri 301 47.6 301.793 301 48 301.800
10 301.797 118.610 176.813
Kanan 118 36.8 118.613 118 36.4 118.607
Kiri 275 15.8 275.263 275 14 275.233
11 275.248 101.298 186.049
Kanan 101 17.7 101.295 101 18 101.300
Kiri 120 7.5 120.125 120 7.5 120.125
12 120.125 330.130 149.995
Kanan 330 7.8 330.130 330 7.8 330.130
Kiri 311 7.5 311.125 311 0 311.000
13 311.063 172.387 131.324
Kanan 172 26.9 172.448 172 19.5 172.325
Kiri 305 40.7 305.678 305 44 305.733
14 305.706 122.864 177.158
Kanan 122 52.9 122.882 122 50.8 122.847
Kiri 35 23.3 35.388 35 15.8 35.263
15 35.326 127.128 178.198
Kanan 127 7.7 127.128 127 7.7 127.128
Kiri 213 0 213.000 298 0 298.000
16 255.500 137.500 118.000
Kanan 119 0 119.000 156 0 156.000
Jumlah Sudut Dalam (β) 2520.0878

32
33

5.2 Analisa Hasil Data Pengukuran

1. Pengolahan Metode Polygon Dengan Metode Bowditch


a. Syarat I

[ α akhir – α awal ] = ∑ - ( n – 2 ) – 180o + f


= 2520.0878 – (16 – 2) . 180o + f

= 2520,0878 - 2520+ f

= 0.0878 + f

f = -0.0878

b. Mencari β Koreksi
𝑓𝛽
 β1 = β1 + = 153.6250 – 0.0878 = 153.620
16
𝑓𝛽
 β2 = β2 + = 174.9933 – 0.0878 = 174.988
16
𝑓𝛽
 β3 = β3 + = 176.7350 – 0.0878 = 176.730
16
𝑓𝛽
 β4 = β4 + = 97.2928 – 0.0878 = 97.287
16
𝑓𝛽
 β5 = β5 + = 180.9875 – 0.0878 = 180.982
16
𝑓𝛽
 β6 = β6 + = 176.6025 – 0.0878 = 176.597
16
𝑓𝛽
 β7 = β7 + = 176.2883 – 0.0878 = 176.597
16
𝑓𝛽
 β8 = β8 + = 176.4358 – 0.0878 = 176.283
16
𝑓𝛽
 β9 = β9 + = 89.59 – 0.0878 = 89.585
16
𝑓𝛽
 β10 = β10 + = 176.8133 – 0.0878 = 176.808
16
𝑓𝛽
 β11 = β11 + = 186.0492 – 0.0878 = 186.044
16
34

𝑓𝛽
 β12 = β12 + = 149.9950 – 0.0878 = 149.990
16
𝑓𝛽
 β13 = β13 + = 131.3242 – 0.0878 = 131.319
16
𝑓𝛽
 β14 = β14 + = 177.1583 – 0.0878 = 177.153
16
𝑓𝛽
 β15 = β15 + = 178.1975 – 0.0878 = 178.192
16
𝑓𝛽
 β16 = β16 + = 118 – 0.0878 = 177.995
16

c. Mencari α Koreksi
 α1 = 271.192
 α2 = α1 – β2 + 180o = 271.19165 - 174.988 + 180 = 276.204
 α3 = α2 – β3 + 180o = 276.204 – 176.730 + 180 = 279.474
 α4 = α3 – β4 + 180o - 360 o = 279.474 – 97.287 + 180 – 360 = 2.187
 α5 = α4 – β5 + 180o = 2.187 – 180.982 + 180 = 1.205
 α6 = α5 – β6 + 180o = 1.205 – 176.597 + 180 = 4.608
 α7 = α6 – β7 + 180o = 4.608 – 176.283 + 180 = 8.325
 α8 = α7 – β8 +180o = 8.325 – 176.43 + 180 = 11.895
 α9 = α8 – β9 + 180o = 11.895 – 89.585 + 180 = 102.31
 α10 = α9 – β10 + 180o = 102.31 – 176.808 + 180 = 105.502
 α11 = α10 – β11 + 180o = 105.502 – 186.044 + 180 = 99.459
 α12 = α11 - β12 + 180o = 99.459 – 149.99 + 180 = 129.469
 α13 = α12 - β13 + 180o = 129.469 – 131.319 + 180 = 178.151
 α14 = α13 - β14 + 180o = 178.151 – 177.153 + 180 = 180.998
 α15 = α14 - β14 +180o = 180.998 – 178.192 + 180 = 182.806
 α16 = α 15 - β15 + 180o = 182.806 – 117.995 + 180 = 244.811
 α1’ = α 16 - β1 + 180o = 244.811 – 153.620 + 180 = 271.192
35

d. Mencari Nilai Koreksi Absis (Fx) dan Ordinat (Fy)


ΣΔx = Σd. Sin α + Fx
= (d1 x Sin α1)+(d2 x Sin α2)+(d3 x Sin α3)+(d4 x Sin α4) +
(d5 x Sin α5)+(d6 x Sin α6)+(d7 x Sinα7)+(d8 x Sin α8) +
(d9 x Sin α9)+(d10 x Sin α10)+(d11 x Sin α11)+(d12 x Sin α12)
+ (d13 x Sin α13)+(d14 x Sin α14)+(d15 x Sin α15)+(d16 x Sin α16)
= (-29.9935) + (-29.8243) + (-32.5499) + 0.954 + 0.2103
+ 0.8154 + 4.3437 + 4.1223 + 29.3102 + 29.1013
+ 17.9526 + 13.8954 + 0.9682 + (-0.5084) + (-0.5727)
+ (-8.2347)
= -0.0101 + Fx
Fx = 0,0101

ΣΔy = Σd. Cos α + Fx

= (d1 x Cos α1)+(d2 x Cos α2)+(d3 x Cos α3)+(d4 x Cos α4) +


(d5 x Cos α5)+(d6 x Cos α6)+(d7 x Cos α7)+(d8 x Cos α8) +
(d9 x Cos α9)+(d10 x Cos α10)+(d11 x Cos α11)+(d12 x Cos α12)
+ (d13 x Cos α13)+(d14 x Cos α14)+(d15 x Cos α15)+(d16 x Cosα16)
= 0.624 + 3.242 + 5.432 + 24.982 + 9.998 + 10.117 + 29.684
+ 19.571 + (-6.396) + (-8.072) + (-2.991) + (-11.442) +
(-29.984) + (-29.196) + (-11.686) + (-3.873)
= 0.009 + Fy
Fy = -0,009
36

e. Mencari Nilai Bobot


 Bobot Titik 1 = 30 / 364.55 = 0,0823
 Bobot Titik 2 = 30 / 364.55 = 0,0823
 Bobot Titik 3 = 33 / 364.55 = 0,0905
 Bobot Titik 4 = 25 / 364.55 = 0,0686
 Bobot Titik 5 = 10 / 364.55 = 0,0274
 Bobot Titik 6 = 10.15 / 364.55 = 0,0278
 Bobot Titik 7 = 30 / 364.55 = 0,0823
 Bobot Titik 8 = 20 / 364.55 = 0,0549
 Bobot Titik 9 = 30 / 364.55 = 0,0823
 Bobot Titik 10 = 30.2 / 364.55 = 0,0828
 Bobot Titik 11 = 18.2 / 364.55 = 0,0499
 Bobot Titik 12 = 18 / 364.55 = 0,0494
 Bobot Titik 13 = 30 / 364.55 = 0,0823
 Bobot Titik 14 = 29.2 / 364.55 = 0,0801
 Bobot Titik 15 = 11.7/ 364.55 = 0,0321
 Bobot Titik 16 = 9.1 / 364.55 = 0,0250
+
1
37

f. Mencari Koreksi ΔX
 Koreksi ΔX1 = Bobot 1 . Fx = 0.0823 x 0.0101 = 0,0008
 Koreksi ΔX2 = Bobot 2. Fx = 0.0823 x 0.0101 = 0,0008
 Koreksi ΔX3 = Bobot 3 . Fx = 0.0905 x 0.0101 = 0,0009
 Koreksi ΔX4 = Bobot 4 . Fx = 0.0686 x 0.0101 = 0,0007
 Koreksi ΔX5 = Bobot 5 . Fx = 0.0274 x 0.0101 = 0,0003
 Koreksi ΔX6 = Bobot 6 . Fx = 0,0278 x 0.0101 = 0,0003
 Koreksi ΔX7 = Bobot 7 . Fx = 0,0823 x 0.0101 = 0,0008
 Koreksi ΔX8 = Bobot 8 . Fx = 0,0549 x 0.0101= 0,0006
 Koreksi ΔX9 = Bobot 9 . Fx = 0,0823 x 0.0101= 0,0008
 Koreksi ΔX10 = Bobot 10 . Fx = 0,0828 x 0.0101 = 0,0008
 Koreksi ΔX11 = Bobot 11 . Fx = 0,0499 x 0.0101 = 0,0005
 Koreksi ΔX12 = Bobot 12 . Fx = 0,0494 x 0.0101 = 0,0005
 Koreksi ΔX13 = Bobot 13 . Fx = 0,0823 x 0.0101 = 0,0008
 Koreksi ΔX14 = Bobot 14 . Fx = 0,0801 x 0.0101 = 0,0008
 Koreksi ΔX15 = Bobot 15. Fx = 0,0321 x 0.0101 = 0,0003
 Koreksi ΔX16 = Bobot 16. Fx = 0,0250 x 0.0101 = 0,0003

g. Mencari Koreksi ΔY
 Koreksi ΔY1 = Bobot 1 . Fy = 0,0823 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY2 = Bobot 2. Fy = 0,0823 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY3 = Bobot 3 . Fy = 0,0905 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY4 = Bobot 4 . Fy = 0,0686 x (-0,009) = -0,0006
 Koreksi ΔY5 = Bobot 5 . Fy = 0,0274 x (-0,009) = -0,0003
 Koreksi ΔY6 = Bobot 6 . Fy = 0,0278 x (-0,009) = -0,0003
 Koreksi ΔY7 = Bobot 7 . Fy = 0,0823 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY8 = Bobot 8 . Fy = 0,0549 x (-0,009) = -0,0005
 Koreksi ΔY9 = Bobot 9 . Fy = 0,0823 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY10 = Bobot 10 . Fy = 0,0828 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY11 = Bobot 11 . Fy = 0,0499 x (-0,009) = -0,0005
38

 Koreksi ΔY12 = Bobot 12 . Fy = 0,0494 x (-0,009)= -0,0005


 Koreksi ΔY13 = Bobot 13 . Fy = 0,0823 x (-0,009) = -0,0008
 Koreksi ΔY14 = Bobot 14 . Fy = 0,0801 x (-0,009) = -0,0007
 Koreksi ΔY15 = Bobot 15. Fy = 0,0321 x (-0,009) = -0,0003
 Koreksi ΔY16 = Bobot 16. Fy = 0,0250 x (-0,009) = -0,0002

h. Mencari Setelah Koreksi ΔX


 Setelah Koreksi ΔX1 = (D1 x Sin α1) + Koreksi ΔX1
= (-29.99) + 0,0008
= -29.993
 Setelah Koreksi ΔX2 = (D2 x Sin α2 ) + Koreksi ΔX2
= (-29.824) + 0,0008
= - 29,823
 Setelah Koreksi ΔX3 = (D3 x Sin α3) + Koreksi ΔX3
= -32.55 + 0,0009
= -32.549
 Setelah Koreksi ΔX4 = (D4 x Sin α4) + Koreksi ΔX4
= 0,954 + 0.0007
= 0.955
 Setelah Koreksi ΔX5 = (D5x Sin α5) + Koreksi ΔX5
= 0,211 + 0.0003
= 0.211
 Setelah Koreksi ΔX6 = (D6 x Sin α6) + Koreksi ΔX6
= 0.82 + 0.0003
= 0.816
 Setelah Koreksi ΔX7 = (D7 x Sin α7) + Koreksi ΔX7
= 4.3437 + 0.0008
= 4.345
 Setelah Koreksi ΔX8 = (D8 x Sin α8) + Koreksi ΔX8
= 4.1223 + 0.0006
= 4.123
39

 Setelah Koreksi ΔX9 = (D9 x Sin α9) + Koreksi ΔX9


= 29.3102 + 0.0008
= 29.311
 Setelah Koreksi ΔX10 = (D10 x Sin α10) + Koreksi ΔX10
= 29.1 + 0.0008
= 29.102
 Setelah Koreksi ΔX11 = (D11 x Sin α11) + Koreksi ΔX11
= 17.95 + 0.0005
= 17.953
 Setelah Koreksi ΔX12 = (D12 x Sin α12) + Koreksi ΔX12
= 13.90 + 0.0005
= 13.896
 Setelah Koreksi ΔX13 = (D13 x Sin α13) + Koreksi ΔX13
= 0.97 + 0.0008
= 0.969
 Setelah Koreksi ΔX14 = (D14 x Sin α14) + Koreksi ΔX14
= (-0.51) + 0.0008
= -0.508
 Setelah Koreksi ΔX15 = (D15 x Sin α15) + Koreksi ΔX15
= (-0.57) + 0.0003
= -0.572
 Setelah Koreksi ΔX16 = (D16 x Sin α16) + Koreksi ΔX16
= (-8.23) + 0.0003
= -8.234
KONTROL
= (-29,993) + (-29,823) + (-32,549) + 0,955 + 0,211 + 0,816 + 4,345 + 4,123
+ 29,311 + 29.102 + 17,953 + 13,896 + 0,969 + (-0,508) + (-0,72) +
(-8,234)
=0
40

i. Mencari Setelah Koreksi ΔY


 Setelah Koreksi ΔY1 = (D1 x Cos α1) + Koreksi ΔY1
= 0.6239 + (-0.0008)
= 0.623
 Setelah Koreksi ΔY2 = (D2 x Cos α2) + Koreksi ΔY2
= 3.2420 + (-0.0008)
= 3.241
 Setelah Koreksi ΔY3 = (D3 x Cos α3) + Koreksi ΔY3
= 5.4320 + (-0.0008)
= 5.431
 Setelah Koreksi ΔY4 = (D4 x Cos α4) + Koreksi ΔY4
= 24.9818 + (-0.0006)
= 24.981
 Setelah Koreksi ΔY5 = (D5 x Cos α5) + Koreksi ΔY5
= 9.998 + (-0.0003)
= 9.98
 Setelah Koreksi ΔY6 = (D6 x Cos α6) + Koreksi ΔY6
= 10.117 + (-0.0003)
= 10.117
 Setelah Koreksi ΔY7 = (D7 x Cos α7) + Koreksi ΔY7
= 29.6839 + (-0.0008)
= 29.683
 Setelah Koreksi ΔY8 = (D8 x Cos α8) + Koreksi ΔY8
= 19.5706 + (-0.0005)
= 19.57
41

 Setelah Koreksi ΔY9 = (D1 x Cos α9) + Koreksi ΔY9


= (-6.396) + (-0.0008)
= -6.397
 Setelah Koreksi ΔY10 = (D10 x Cos α10) + Koreksi ΔY10
= (-8.0184) + (-0.0008)
= -8.073
 Setelah Koreksi ΔY11= (D10 x Cos α11) + Koreksi ΔY11
= (-2.9581) + (-0.0005)
= -2.991
 Setelah Koreksi ΔY12 = (D12 x Cos α12) + Koreksi ΔY12
= (-11.4419) + (-0.0005)
= -11.442
 Setelah Koreksi ΔY13 = (D13 x Cos α13) + Koreksi ΔY13
= (-29.9844) + (-0.0008)
= -29.985
 Setelah Koreksi ΔY14 = (D14x Cos α14) + Koreksi ΔY14
= (-29.196) + (-0.0007)
= -29.196
 Setelah Koreksi ΔY15 = (D15 x Cos α15) + Koreksi ΔY15
= (-11.686) + (-0.0003)
= -11.686
 Setelah Koreksi ΔY16= (D16 x Cos α16) + Koreksi ΔY16
= (-3.873) + (-0.0002)
= -3.873

KONTROL
= 0,623 + 3,241 + 5,431 + 24,981 + 9,998 + 10,117 + 29,683 + 19,57
+ (-6,397) + (-8,073) + (-2,991) + (-11,442) + (-29,985) + (-29,196)
+ (-11,686) + (-3,873)
=0
42

j. Menghitung Koordinat
Koordinat X
 X1 = 786,080.395
 X2 = X1 + Setelah Koreksi ΔX1
= 786080.395 + (-29.993) = 786,050.402
 X3 = X2 + Setelah Koreksi ΔX2
= 786,050.402+ (-29,823) = 786,020.579
 X4 = X3 + Setelah Koreksi ΔX3
= 786,020.579+ (-32.549) = 785,988.030
 X5 = X4 + Setelah Koreksi ΔX4
= 785,988.030 + 0,955 = 785,988.985
 X6 = X5 + Setelah Koreksi ΔX5
= 785,988.985 + 0,211 = 785,989.195
 X7 = X6 + Setelah Koreksi ΔX6
= 785,989.195 + 0,816 = 785,990.011
 X8 = X7 + Setelah Koreksi ΔX7
= 785,990.011 + 4,345 = 785,994.355
 X9 = X8 + Setelah Koreksi ΔX8
= 785,994.355 + 4,123 = 785,998.478
 X10 = X9 + Setelah Koreksi ΔX9
= 785,998.478 + 29,311 = 786,027.789
 X11 = X10 + Setelah Koreksi ΔX10
= 786,027.789 + 29,102 = 786,056.891
 X12 = X11 + Setelah Koreksi ΔX11
= 786,056.891 + 17,953 = 786,074.844
 X13 = X12 + Setelah Koreksi ΔX12
= 786,074.844 + 13,896 = 786,088.740
 X14 = X13 + Setelah Koreksi ΔX13
= 786,088.740 + 0,969 = 786,089.709
 X15 = X14 + Setelah Koreksi ΔX14
= 786,089.709 + (-0,508) = 786,089.202
43

 X16 = X15 + Setelah Koreksi ΔX15


= 786,089.202 + (-0,572) = 786,088.629

KONTROL
X1’ = X16 + Setelah Koreksi ΔX16
= 786,088.629 + (-8,234) = 786,080.395

Koordinat Y
 Y1 = 9240941.291
 Y2 = Y1 + Setelah Koreksi ΔY1
= 9240941.291 + 0,623 = 9,240,941.914
 Y3 = Y2 + Setelah Koreksi ΔY2
= 9,240,941.914 + 3,241 = 9,240,945.155
 Y4 = Y3 + Setelah Koreksi ΔY3
= 9,240,945.155 + 5,341 = 9,240,950.586
 Y5 = Y4 + Setelah Koreksi ΔY4
= 9,240,950.586 + 24,981 = 9,240,975.568
 Y6 = Y5 + Setelah Koreksi ΔY5
= 9,240,975.568 + 9,998 = 9,240,985.565
 Y7 = Y6 + Setelah Koreksi ΔY6
= 9,240,985.565 + 10,117 = 9,240,995.682
 Y8 = Y7 + Setelah Koreksi ΔY7
= 9,240,995.682 + 29,683 = 9,241,025.365
 Y9 = Y8 + Setelah Koreksi ΔY8
= 9,241,025.365 + 19,570 = 9,241,044.935
 Y10 = Y9 + Setelah Koreksi ΔY9
= 9,241,044.935 + (-6,397) = 9,241,038.538
 Y11 = Y10 + Setelah Koreksi ΔY10
= 9,241,038.538 + (-8,073) = 9,241,030.466
 Y12 = Y11 + Setelah Koreksi ΔY11
= 9,241,030.466 + (-2,991) = 9,241,027.474
44

 Y13 = Y12 + Setelah Koreksi ΔY12


= 9,241,027.474 + (-11,442) = 9,241,016.032
 Y14 = Y13 + Setelah Koreksi ΔY13
= 9,241,016.032 + (-29,985) = 9,240,986.047
 Y15 = Y14 + Setelah Koreksi ΔY14
= 9,240,986.047 + (-29,196) = 9,240,956.850
 Y16 = Y15 + Setelah Koreksi ΔY15
= 9,240,956.850 + (-11,686) = 9,240,945.164
KONTROL
Y1’ = Y16 + Setelah Koreksi ΔY16
= 9,240,945.164 + (-3,873) = 9,240,941.291
k. Mencari Luas
Σ(𝑋𝑛 .𝑌𝑛+1)−Σ(𝑌𝑛 .𝑋𝑛+1)
Luas =
2
 Xn . Yn + 1
 L1= X1. Y2 = 786,080.395 x 9,240,941.914 = 7,264,123,269,119.05
 L2= X2. Y3 = 786,050.402 x 9,240,945.155 = 7,263,848,656,266.53
 L3= X3. Y4 = 786,020.579 x 9,240,950.586 = 7,263,577,328,108.86
 L4= X4. Y5 = 785,988.030 x 9,240,975.568 = 7,263,296,179,780.58
 L5= X5. Y6 = 785,988.985 x 9,240,985.565 = 7,263,312,860,159.14
 L6= X6. Y7 = 785,989.195 x 9,240,995.682 = 7,263,322,757,805.99
 L7= X7. Y8 = 785,990.011 x 9,241,025.365 = 7,263,353,626,351.87
 L8= X8. Y9 = 785,994.355 x 9,241,044.935 = 7,263,409,156,165.03
 L9= X9. Y10= 785,998.478 x 9,241,038.538 = 7,263,442,227,629.71
 L10= X10. Y11= 786,027.789 x 9,241,030.466 = 7,263,706,746,947.93
 L11= X11. Y12= 786,056.891 x 9,241,027.474 = 7,263,973,329,290.12
 L12= X12. Y13 = 786,074.844 x 9,241,016.032= 7,264,130,239,445.27
 L13= X13. Y14= 786,088.740 x 9,240,986.047 = 7,264,235,080,619.00
 L14= X14. Y15= 786,089.709 x 9,240,956.850 = 7,264,221,084,566.57
 L15= X15. Y16= 786,089.202x 9,240,945.164 = 7,264,207,207,156.45
 L16=X16.Y1= 786,088.629 x 9,240,941.291= 7,264,198,873,154.54
+
116,220,358,622,56
7
45

 Yn . Xn + 1
 L1= Y1. X2 = 9,240,941.291 x 786,050.402 = 7,263,845,618,692.37
 L2= Y2. X3 = 9,240,941.914 x 786,020.579 = 7,263,570,511,469.55
 L3= Y3. X4 = 9,240,945.155 x 785,988.030 = 7,263,272,276,085.09
 L4= Y4. X5 = 9,240,950.586 x 785,988.985 = 7,263,285,367,296.91
 L5= Y5. X6 = 9,240,975.568 x 785,989.195 = 7,263,306,948,052.04
 L6= Y6. X7 = 9,240,985.565x 785,990.011 = 7,263,322,343,916.59
 L7= Y7. X8 = 9,240,995.682 x 785,994.355 = 7,263,370,443,463.46
 L8= Y8. X9 = 9,241,025.365 x 785,998.478 = 7,263,431,873,572.58
 L9= Y9. X10= 9,241,044.935 x 786,027.789 = 7,263,718,120,386.38
 L10= Y10. X11= 9,241,038.538 x 786,056.891 = 7,263,982,026,216.87
 L11= Y11. X12= 9,241,030.466 x 786,074.844 = 7,264,141,585,495.26
 L12= Y12. X13= 9,241,027.474x 786,088.740 = 7,264,267,646,342.63
 L13= Y13. X14= 9,241,016.032x 786,089.709 = 7,264,267,606,499.67
 L14= Y14. X15= 9,240,986.047x 786,089.202 = 7,264,239,344,520.12
 L15= Y15. X16= 9,240,956.850x 786,088.629 = 7,264,211,104,293.35
 L16= Y16. X1= 9,240,945.164x 786,080.395 = 7,264,125,823,937.22
+
116,220,358,640,24
0
116,220,358,622,567 −116,220,358,640,240
Luas = = 8,836.719 m2
2
46

2. Pengolahan Metode Polygon Dengan Metode Transit


a. Syarat I

[ α akhir – α awal ] = ∑ - ( n – 2 ) – 180o + f


= 2520.0878 – (16 – 2) . 180o + f

= 2520,0878 - 2520+ f

= 0.0878 + f

f = -0.0878

b. Mencari β Koreksi
𝑓𝛽
 β1 = β1 + = 153.6250 – 0.0878 = 153.620
16
𝑓𝛽
 β2 = β2 + = 174.9933 – 0.0878 = 174.988
16
𝑓𝛽
 β3 = β3 + = 176.7350 – 0.0878 = 176.730
16
𝑓𝛽
 β4 = β4 + = 97.2928 – 0.0878 = 97.287
16
𝑓𝛽
 β5 = β5 + = 180.9875 – 0.0878 = 180.982
16
𝑓𝛽
 β6 = β6 + = 176.6025 – 0.0878 = 176.597
16
𝑓𝛽
 β7 = β7 + = 176.2883 – 0.0878 = 176.597
16
𝑓𝛽
 β8 = β8 + = 176.4358 – 0.0878 = 1746.283
16
𝑓𝛽
 β9 = β9 + = 89.59 – 0.0878 = 89.585
16
𝑓𝛽
 β10 = β10 + = 176.8133 – 0.0878 = 176.808
16
𝑓𝛽
 β11 = β11 + = 186.0492 – 0.0878 = 186.044
16
47

𝑓𝛽
 β12 = β12 + = 149.9950 – 0.0878 = 149.990
16
𝑓𝛽
 β13 = β13 + = 131.3242 – 0.0878 = 131.319
16
𝑓𝛽
 β14 = β14 + = 177.1583 – 0.0878 = 177.153
16
𝑓𝛽
 β15 = β15 + = 178.1975 – 0.0878 = 178.192
16
𝑓𝛽
 β16 = β16 + = 118 – 0.0878 = 177.995
16

c. Mencari α Koreksi
 α1 = 271.192
 α2 = α1 – β2 + 180o = 271.19165 - 174.988 + 180 = 276.204
 α3 = α2 – β3 + 180o = 276.204 – 176.730 + 180 = 279.474
 α4 = α3 – β4 + 180o - 360 o = 279.474 – 97.287 + 180 – 360 = 2.187
 α5 = α4 – β5 + 180o = 2.187 – 180.982 + 180 = 1.205
 α6 = α5 – β6 + 180o = 1.205 – 176.597 + 180 = 4.608
 α7 = α6 – β7 + 180o = 4.608 – 176.283 + 180 = 8.325
 α8 = α7 – β8 +180o = 8.325 – 176.43 + 180 = 11.895
 α9 = α8 – β9 + 180o = 11.895 – 89.585 + 180 = 102.31
 α10 = α9 – β10 + 180o = 102.31 – 176.808 + 180 = 105.502
 α11 = α10 – β11 + 180o = 105.502 – 186.044 + 180 = 99.459
 α12 = α11 + β12 – 180o = 99.459 – 149.99 + 180 = 129.469
 α13 = α12 + β13 – 180o = 129.469 – 131.319 + 180 = 178.151
 α14 = α13 + β14 – 180o = 178.151 – 177.153 + 180 = 180.998
 α15 = α14 + β14 – 180o = 180.998 – 178.192 + 180 = 182.806
 α16 = α 15 + β15 – 180o = 182.806 – 117.995 + 180 = 244.811
 α1’ = α 16 + β1 – 180o = 244.811 – 153.620 + 180 = 271.192
48

d. Mencari Nilai Koreksi Absis (Fx) dan Ordinat (Fy)


ΣΔx = Σd. Sin α + Fx
= (d1 x Sin α1)+(d2 x Sin α2)+(d3 x Sin α3)+(d4 x Sin α4) +
(d5 x Sin α5)+(d6 x Sin α6)+(d7 x Sinα7)+(d8 x Sin α8) +
(d9 x Sin α9)+(d10 x Sin α10)+(d11 x Sin α11)+(d12 x Sin α12)
+ (d13 x Sin α13)+(d14 x Sin α14)+(d15 x Sin α15)+(d16 x Sin α16)

= (-29.9935) + (-29.8243) + (-32.5499) + 0.954 + 0.2103


+ 0.8154 + 4.3437 + 4.1223 + 29.3102 + 29.1013
+ 17.9526 + 13.8954 + 0.9682 + (-0.5084) + (-0.5727)
+ (-8.2347)
= -0.0101

ΣΔy = Σd. Cos α + Fx

= (d1 x Cos α1)+(d2 x Cos α2)+(d3 x Cos α3)+(d4 x Cos α4) +


(d5 x Cos α5)+(d6 x Cos α6)+(d7 x Cos α7)+(d8 x Cos α8) +
(d9 x Cos α9)+(d10 x Cos α10)+(d11 x Cos α11)+(d12 x Cos α12)
+ (d13 x Cos α13)+(d14 x Cos α14)+(d15 x Cos α15)+(d16 x Cosα16)
= 0.624 + 3.242 + 5.432 + 24.982 + 9.998 + 10.117 + 29.684
+ 19.571 + (-6.396) + (-8.072) + (-2.991) + (-11.442) +
(-29.984) + (-29.196) + (-11.686) + (-3.873)
= 0.009
49

e. Menghitung Nilai | Σ d.sin α | dan | Σ d.cos α |

| Σ d.sin α | = 29.994 + 29.824 + 32.55 + 0.954 + 0.210 + 0.815 + 4.344


+ 4.122 + 29.310 + 29.101 + 17.953 + 13.895 + 0.968 + 0.508 + 0.573
+ 8.235
= 203.357

| Σ d.cos α | = 0.624 + 3.242 + 5.432 + 24.982 + 9.998 + 10.117 + 29.684


+ 19.571 + 6.396 + 8.072 + 2.991 + 11.442 + 29.984 + 29.196 +
11.686 + 3.873
= 207.289

f. Menghitung Bobot (ΔX) dan (ΔY)

Bobot ΔX

 Bobot Titik 1 = |d1.sin α1| / [Σd. Sin α] = 18.810 / 244,3885 = 0.0770


 Bobot Titik 2 = |d2.sin α2| / [Σd. Sin α] = 19.413 / 244,3885 = 0.0794
 Bobot Titik 3= |d3.sin α3| / [Σd. Sin α] = 20.717 / 244,3885 = 0.0848
 Bobot Titik 4 = |d4.sin α4| /[Σd. Sin α] = 19.431 / 244,3885 = 0.0795
 Bobot Titik 5 = |d5.sin α5| / [Σd. Sin α] = 21.792 / 244,3885 = 0.0892
 Bobot Titik 6 = |d6.sin α6| / [Σd. Sin α] = 22.403 / 244,3885 = 0.0917
 Bobot Titik 7 = |d7.sin α7| / [Σd. Sin α] = 27.876 / 244,3885 = 0.1141
 Bobot Titik 8= |d8.sin α8| / [Σd. Sin α] = 14.651 / 244,3885 = 0.0600
 Bobot Titik 9 = |d9.sin α9| / [Σd. Sin α] = 7.712 / 244,3885 = 0.0316
 Bobot Titik 10= |d10.sin α10| / [Σd. Sin α]= 7.412 / 244,3885 = 0.0303
 Bobot Titik 11= |d11.sin α11| /[Σd. Sin α]= 10.035 / 244,3885 = 0.0411
 Bobot Titik 12= |d12.sin α12| / [Σd. Sin α]= 9.868 / 244,3885 = 0.0404
 Bobot Titik 13 = |d13.sin α13| /[Σd. Sin α]= 9.720 / 244,3885 = 0.0398
 Bobot Titik 14= |d14.sin α14| /[Σd. Sin α]= 13.077 / 244,3885 = 0.0535
 Bobot Titik 15= |d15.sin α15| / [Σd. Sin α]= 12.101 / 244,3885 = 0.0495
 Bobot Titik 16= |d16.sin α16| / [Σd. Sin α]= 9.370 / 244,3885 = 0.0383
+
1
50

Bobot ΔY

 Bobot Titik 1 = |d1.cos α1| / [Σd. cos α] = 22.855 / 247,653 = 0.0923


 Bobot Titik 2 = |d2.cos α2| / [Σd. cos α] = 21.812 / 247,653 = 0.0881
 Bobot Titik 3= |d3.cos α3| / [Σd. cosα] = 21.001 / 247,653 = 0.0848
 Bobot Titik 4 = |d4.cos α4| /[Σd. cos α] = 20.849 / 247,653 = 0.0842
 Bobot Titik 5 = |d5.cos α5| / [Σd. cos α] = 19.436 / 247,653 = 0.0785
 Bobot Titik 6 = |d6.cos α6| / [Σd. cos α] = 17.617 / 247,653 = 0.0711
 Bobot Titik 7 = |d7.cos α7| / [Σd. cos α] = 6.829 / 247,653 = 0.0276
 Bobot Titik 8= |d8.cos α8| / [Σd. coc α] = 21.479 / 247,653 = 0.0867
 Bobot Titik 9 = |d9.cos α9| / [Σd. cos α] = 16.042 / 247,653 = 0.0648
 Bobot Titik 10= |d10.cos α10| / [Σd. cos α]= 13.840 / 247,653 = 0.0559
 Bobot Titik 11= |d11.cos α11| /[Σd. cos α]= 19.128 / 247,653 = 0.0772
 Bobot Titik 12= |d12.cos α12| / [Σd. cos α]= 13.473 / 247,653 = 0.0554
 Bobot Titik 13 = |d13.cos α13| /[Σd. cos α]= 15.741 / 247,653 = 0.0636
 Bobot Titik 14= |d14.cos α14| /[Σd. cos α] = 7.347 / 247,653 = 0.0297
 Bobot Titik 15= |d15.cos α15| / [Σd.cos α] = 2.707 / 247,653 = 0.0109
 Bobot Titik 16= |d16.cos α16| / [Σd. cos α] = 7.496 / 247,653 = 0.0303
+
1
g. Mencari Koreksi ΔX
 Koreksi ΔX1 = Bobot X1 . Fx = 0.0770 x -0.8922 = -0.0687
 Koreksi ΔX2 = Bobot X2. Fx = 0.0794 x -0.8922 = -0.0709
 Koreksi ΔX3 = Bobot X3 . Fx = 0.0848 x -0.8922 = -0.0756
 Koreksi ΔX4 = Bobot X4 . Fx = 0.0795 x -0.8922 = -0.0709
 Koreksi ΔX5 = Bobot X5 . Fx = 0.0892 x -0.8922 = -0.0796
 Koreksi ΔX6 = Bobot X6 . Fx = 0.0917 x -0.8922 = -0.0818
 Koreksi ΔX7 = Bobot X7 . Fx = 0.1141 x -0.8922 = -0.1018
 Koreksi ΔX8 = Bobot X8 . Fx = 0.0600 x -0.8922 = -0.0535
 Koreksi ΔX9 = Bobot X9 . Fx = 0.316 x -0.8922 = -0.0282
 Koreksi ΔX10 = Bobot X10 . Fx = 0.0303 x -0.8922 = -0.0271
 Koreksi ΔX11 = Bobot X11 . Fx = 0.0411 x -0.8922 = -0.0366
 Koreksi ΔX12 = Bobot X12 . Fx = 0.0404 x -0.8922 = -0.0360
51

 Koreksi ΔX13 = Bobot X13 . Fx = 0.0398 x -0.8922 = -0.0355


 Koreksi ΔX14 = Bobot X14 . Fx = 0.0535 x -0.8922 = -0.0477
 Koreksi ΔX15 = Bobot X15. Fx = 0.0495 x -0.8922 = -0.0442
 Koreksi ΔX16 = Bobot X16. Fx = 0.0383 x -0.8922 = -0.0342

h. Mencari Koreksi ΔY
 Koreksi ΔY1 = Bobot Y1 . Fy = 0.0923 x (-0,512) = -0.047
 Koreksi ΔY2 = Bobot Y2. Fy = 0.0881 x (-0,512) = -0.045
 Koreksi ΔY3 = Bobot Y3 . Fy = 0.0848 x (-0,512) = -0.043
 Koreksi ΔY4 = Bobot Y4 . Fy = 0.0842 x (-0,512) = -0.043
 Koreksi ΔY5 = Bobot Y5 . Fy = 0.0785 x (-0,512) = -0.040
 Koreksi ΔY6 = Bobot Y6 . Fy = 0.0711 x (-0,512) = -0.036
 Koreksi ΔY7 = Bobot Y7 . Fy = 0.0276 x (-0,512) = -0.014
 Koreksi ΔY8 = Bobot Y8 . Fy = 0.0867 x (-0,512) = -0.044
 Koreksi ΔY9 = Bobot Y9 . Fy = 0.0648 x (-0,512) = -0.033
 Koreksi ΔY10 = Bobot Y10 . Fy = 0.0559 x (-0,512) = -0.029
 Koreksi ΔY11 = Bobot Y11 . Fy = 0.0772 x (-0,512) = -0.040
 Koreksi ΔY12 = Bobot Y12 . Fy = 0.0544 x (-0,512) = -0.028
 Koreksi ΔY13 = Bobot Y13 . Fy = 0.636 x (-0,512) = -0.033
 Koreksi ΔY14 = Bobot Y14 . Fy = 0.297 x (-0,512) = -0.015
 Koreksi ΔY15 = Bobot Y15. Fy = 0.0109 x (-0,512) = -0.006
 Koreksi ΔY16 = Bobot Y16. Fy = 0.0303 x (-0,512) = -0.015

i. Mencari Setelah Koreksi ΔX


 Setelah Koreksi ΔX1 = (D1 x Sin α1) + Koreksi ΔX1
= (18.81) + -0.0687
= 18.74
 Setelah Koreksi ΔX2 = (D2 x Sin α2 ) + Koreksi ΔX2
= (19.41) + -0.0709
= 19.34
52

 Setelah Koreksi ΔX3 = (D3 x Sin α3) + Koreksi ΔX3


= (20.72) + -0.0756
= 20.64
 Setelah Koreksi ΔX4 = (D4 x Sin α4) + Koreksi ΔX4
= (19.43) + -0.0709
= 20.64
 Setelah Koreksi ΔX5 = (D5x Sin α5) + Koreksi ΔX5
= (-21.79) + -0.0796
= 19.36
 Setelah Koreksi ΔX6 = (D6 x Sin α6) + Koreksi ΔX6
= (-22.40) + -0.0818
= -21.87
 Setelah Koreksi ΔX7 = (D7 x Sin α7) + Koreksi ΔX7
= (-27.88) + 0.1018
= -22.48
 Setelah Koreksi ΔX8 = (D8 x Sin α8) + Koreksi ΔX8
= (-14.65) + 0.0535
= -27.98
 Setelah Koreksi ΔX9 = (D9 x Sin α9) + Koreksi ΔX9
= (-7.71) + 0.0282
= -14.70
 Setelah Koreksi ΔX10 = (D10 x Sin α10) + Koreksi ΔX10
= (-7.41) + 0.0271
= -7.74
 Setelah Koreksi ΔX11 = (D11 x Sin α11) + Koreksi ΔX11
= (-10.03) + 0.0366
= -10.07
 Setelah Koreksi ΔX12 = (D12 x Sin α12) + Koreksi ΔX12
= (-9.87) + 0.0360
= -9.90
53

 Setelah Koreksi ΔX13 = (D13 x Sin α13) + Koreksi ΔX13


= (9.72) + 0.0355
= 9.68
 Setelah Koreksi ΔX14 = (D14 x Sin α14) + Koreksi ΔX14
= (13.08) + 0.0477
= 13.03
 Setelah Koreksi ΔX15 = (D15 x Sin α15) + Koreksi ΔX15
= (12.10) + 0.0442
= 12.06
 Setelah Koreksi ΔX16 = (D16 x Sin α16) + Koreksi ΔX16
= (9.37) + -0.0342
= 9.34

KONTROL
= (-29.99) + (-29.82) + (-32.55) + 0.95 + 0.21 + 0.82+ 4.35 + 4.128
+ 29.31+ 29.10 + 17.95 + 13.90 + 0.97 +(-0.51) + (-0.573) + (-8.235)
=0
j. Mencari Setelah Koreksi ΔY
 Setelah Koreksi ΔY1 = (D1 x Cos α1) + Koreksi ΔY1
= (-22.8547) + (-0.047)
= -22.9019
 Setelah Koreksi ΔY2 = (D2 x Cos α2) + Koreksi ΔY2
= (-21.8121) + (-0.045)
= -21.8572
 Setelah Koreksi ΔY3 = (D3 x Cos α3) + Koreksi ΔY3
= (-21.0011) + (-0.043)
= -21.0455
 Setelah Koreksi ΔY4 = (D4 x Cos α4) + Koreksi ΔY4
= (-20.8494) + (-0.043)
= -20.8925
54

 Setelah Koreksi ΔY5 = (D5 x Cos α5) + Koreksi ΔY5


= (-19.4362) + (-0.040)
= -19.4764
 Setelah Koreksi ΔY6 = (D6 x Cos α6) + Koreksi ΔY6
= (-17.6170) + (-0.036)
= -17.6535
 Setelah Koreksi ΔY7 = (D7 x Cos α7) + Koreksi ΔY7
= (6.8289) + (-0.014)
= 6.8148
 Setelah Koreksi ΔY8 = (D8 x Cos α8) + Koreksi ΔY8
= (21.4788) + (-0.044)
= 21.4344
 Setelah Koreksi ΔY9 = (D1 x Cos α9) + Koreksi ΔY9
= (16.0424) + (-0.033)
= 16.0093
 Setelah Koreksi ΔY10 = (D10 x Cos α10) + Koreksi ΔY10
= (13.8403) + (-0.029)
= 13.8117
 Setelah Koreksi ΔY11= (D10 x Cos α11) + Koreksi ΔY11
= (19.1277) + (-0.040)
= 19.0881
 Setelah Koreksi ΔY12 = (D12 x Cos α12) + Koreksi ΔY12
= (13.4728) + (-0.028)
= 13.4450
 Setelah Koreksi ΔY13 = (D13 x Cos α13) + Koreksi ΔY13
= (15.7406) + (-0.033)
= 15.7080
 Setelah Koreksi ΔY14 = (D14x Cos α14) + Koreksi ΔY14
= (7.3472) + (-0.015)
= 7.3320
55

 Setelah Koreksi ΔY15 = (D15 x Cos α15) + Koreksi ΔY15


= (2.7075) + (-0.006)
= 2.7019
 Setelah Koreksi ΔY16= (D16 x Cos α16) + Koreksi ΔY16
= (7.4963) + (-0.015)
= 7.4808

KONTROL
= 0.6239 + 3.2418 + 5.4317 + 24.9807 + 9.973 + 10.1167 + 29.6825 +
19.597 + (-6.3964) + (-8.0722) + (-2.9911) + (-11.4425) + (-29.9857) +
(-29.1969) + (-11.6865) + (-3.8732)
=0
56

k. Menghitung Koordinat
Koordinat X
 X1 = 790835.367
 X2 = X1 + Setelah Koreksi ΔX1
= 790,835.367 + (18.74) = 786,050.403
 X3 = X2 + Setelah Koreksi ΔX2
= 790,854.108 + (19.34) = 786,020.580
 X4 = X3 + Setelah Koreksi ΔX3
= 790,873.451 + (20.64) = 785,988.032
 X5 = X4 + Setelah Koreksi ΔX4
= 790,894.092 + 19.36 = 785,988.986
 X6 = X5 + Setelah Koreksi ΔX5
= 790,913.452 + (-21.87) = 785,989.196
 X7 = X6 + Setelah Koreksi ΔX6
= 790,891.581 + (-22.48) = 785,990.012
 X8 = X7 + Setelah Koreksi ΔX7
= 790,869.096 + (-27.98) = 785,998.478
 X9 = X8 + Setelah Koreksi ΔX8
= 790,841.119 + (-14.70) = 786,027.790
 X10 = X9 + Setelah Koreksi ΔX9
= 790,826.414 + (-7.74) = 786,056.892
 X11 = X10 + Setelah Koreksi ΔX10
= 790,801.163 + (-10.07) = 786,074.846
 X12 = X11 + Setelah Koreksi ΔX11
= 790,791.259 + (-9.90) = 786,088.742
 X13 = X12 + Setelah Koreksi ΔX12
= 790,800.944 + 9.68 = 786,089.710
 X14 = X13 + Setelah Koreksi ΔX13
= 790,813.974 + 13.03 = 786,089.202
 X15 = X14 + Setelah Koreksi ΔX14
= 790,826.030 + 12.06 = 786,088.629
57

 X16 = X15 + Setelah Koreksi ΔX15


= 790,835.367 + 9.34 = 786088.528

KONTROL
X1’ = X16 + Setelah Koreksi ΔX16
= 786088.528 + (-8.23) = 786,080.395

Koordinat Y
 Y1 = 9240656.509
 Y2 = Y1 + Setelah Koreksi ΔY1
= 9,240,656.509 + (-22.9019) = 9240941.915
 Y3 = Y2 + Setelah Koreksi ΔY2
= 9,240,633.607 + (-21.8572) = 9240945.1567
 Y4 = Y3 + Setelah Koreksi ΔY3
= 9,240,611.750 + (-21.0445) = 9240950.5884
 Y5 = Y4 + Setelah Koreksi ΔY4
= 9240590.706 + (-20.8925) = 9240985.5665
 Y6 = Y5 + Setelah Koreksi ΔY5
= 9240569.813 + (-19.4764) = 9240995.6832
 Y7 = Y6 + Setelah Koreksi ΔY6
= 9240550.337 + (-17.6535) = 9241025.3657
 Y8 = Y7 + Setelah Koreksi ΔY7
= 9240532.683 + 6.8148 = 9241044.9354
 Y9 = Y8 + Setelah Koreksi ΔY8
= 9240539.498 + 21.4344 = 9241038.5390
 Y10 = Y9 + Setelah Koreksi ΔY9
= 9240560.932 + 16.0093 = 9241030.4668
 Y11 = Y10 + Setelah Koreksi ΔY10
= 9240576.942 + 13.8117 = 9241027.4757
58

 Y12 = Y11 + Setelah Koreksi ΔY11


= 9240590.753 + 19.0881 = 9241016.0333
 Y13 = Y12 + Setelah Koreksi ΔY12
= 9240609.841 + 13.4450 = 9240986.0475
 Y14 = Y13 + Setelah Koreksi ΔY13
= 9240623.286 + 15.7080 = 9240956.8507
 Y15 = Y14 + Setelah Koreksi ΔY14
= 9240638.994 + 7.3320 = 9240945.1642
 Y16 = Y15 + Setelah Koreksi ΔY15
= 9240646.326 + 2.7019 = 9240945.138
KONTROL
Y1’ = Y16 + Setelah Koreksi ΔY16
= 9240945.138 + (-3.8732) = 9240941.2910

l. Mencari Luas
Σ(𝑋𝑛 .𝑌𝑛+1)−Σ(𝑌𝑛 .𝑋𝑛+1)
Luas =
2
 Xn . Yn + 1
 L1= X1. Y2 = 786080.3949 x 9240941.9149 = 7,264,123,269,698.59
 L2= X2. Y3 = 786,050.403 x 9240945.1567 = 7,263,848,663,429.68
 L3= X3. Y4 = 786,020.580 x 9240950.5884 = 7,263,577,341,760.72
 L4= X4. Y5 = 785,988.032 x 9240975.5691 = 7,263,296,199,555.20
 L5= X5. Y6 = 785,988.986 x 9240985.5665 = 7,263,312,873,808.01
 L6= X6. Y7 = 785,989.196 x 9240995.6832 = 7,263,322,768,833.37
 L7= X7. Y8 = 785,990.012 x 9241025.3657 = 7,263,353,634,705.60
 L8= X8. Y9 = 785,994.356 x 9241044.9354 = 7,263,409,158,532.07
 L9= X9. Y10= 785,998.478 x 9241038.5390 = 7,263,442,227,138.23
 L10= X10. Y11= 786,074.846 x 9241016.0333= 7,263,706,752,559.66
 L11= X11. Y12= 786,088.742 x 9240986.0475= 7,263,973,340,796.28
 L12= X12. Y13 = 786,089.710x 9240956.8507= 7,264,130,254,495.44
 L13= X13. Y14= 786,089.202x 9240945.1642 = 7,264,235,096,985.65
 L14= X14. Y15= 786,088.629 x 9240941.2910 = 7,264,221,093,239.45
59

 L15= X15. Y16= 786089.065 x 9240945.138 = 7,264,207,208,395.94


 L16= X16. Y1 = 786,088.528 x 9240941.291=7,264,198,871,702.27
+
116,220,358,755,63
 Yn . Xn + 1 6
 L1= Y1. X2 = 9240941.2910 x 786,050.403 = 7,263,845,624,788.80
 L2= Y2. X3 = 9240941.9149 x 786,020.580 = 7,263,570,524,164.11
 L3= Y3. X4 = 9240945.1567 x 785,988.032 = 7,263,272,295,769.18
 L4= Y4. X5 = 9240950.5884 x 785,988.986 = 7,263,285,381,477.37
 L5= Y5. X6 = 9240975.5691 x 785,989.196 = 7,263,306,959,384.65
 L6= Y6. X7 = 9240985.5665 x 785,990.012 = 7,263,322,352,868.69
 L7= Y7. X8 = 9240995.6832 x 785,994.356 = 7,263,370,446,564.72
 L8= Y8. X9 = 9241025.3657 x 785,998.478 = 7,263,431,872,994.22
 L9= Y9. X10 = 9241044.9354x 786,027.790 = 7,263,718,125,301.26
 L10= Y10. X11= 9241038.5390 x 786,056.892 = 7,263,982,037,142.68
 L11= Y11. X12= 9241030.4668 x 786,074.846= 7,264,141,600,328.55
 L12= Y12. X13= 9241027.4757 x 786,088.742= 7,264,267,663,207.72
 L13= Y13. X14= 9241016.0333 x 786,089.710 = 7,264,267,616,072.46
 L14= Y14. X15= 9240986.0475x 786,089.202= 7,264,239,346,381.15
 L15= Y15. X16= 9240956.8507 x 786,088.629 = 7,264,211,102,972.67
 L16= Y16. X1= 9240945.1642 x 786,080.395 = 7,264,125,823,891.33
+
116,220,358,773,310

116,220,358,755,636−116,220,358,773,310
Luas = = 8,836.695 m2
2
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu aplikasi dari mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah. Dalam hal ini mengenai pengukuran poligon, pengukran poligon
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui luas dan koordinat dalam suatu tempat.
Dalam pengukuran sipat datar diperlukan ketelitian yang tinggi dalam pembacaan
sudut biasa dan luar biasa karena sedikit kesalahan pembacaaan dapat
menyebabkan kesalahan yang fatal mengingat jarak dalam pengukuran. Selisih
biasa dan luar biasa hendaknya diukur dengan teliti.

Dalam pengukuran yang telah kami lakukan, mendapatkan hasil sebagai


berikut :

 Jumlah titik sebanyak 16 dengan menggunakan alat Theodolite Wild


Heerburg Switzerland TO-241557
 Koordinat awal yang telah dihitung dari hasil interpolasi adalah 786080.39
dan 9240941.291
 Jumlah sudut dalam (β) yang didapat adalah 2520.088 dengan syarat jumlah
sudut dalam sebesar 2520
 Sudut alfa (α) awal yang diukur dari sudut bacaan titik 1 ke titik 2 sebesar
271.192
 Besar koreksi absis adalah -0,0101 dan koreksi ordinat adalah 0.009
 Luas yang didapat dari hasil perhtiungan metode sarrus ditinjau dari
perhitungan bowditch dan transit sebesar 8836,707 m2
6.2 Saran
Diperlukan kekompakan surveyor yang tinggi agar pengukuran dapat
berjaan dengan lancar. Dan hati-hati dalam melakukan pengukuran, hentikan
pegukuran apabila cuaca tidak mendukung.

60
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 1


Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembiaan SMK.

Purwaamijaya, Iskandar Muda. (2017). Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah.


Bandung: Laboratorium Survei dan Pemetaan DPTS FPTK UPI.

61
62

Вам также может понравиться