Вы находитесь на странице: 1из 25

Mineral dan Batuan Pengantar Geologi

fragmen tersebut berasal dari batuan yang telah ada yang membentuk pipah
tubuh gunung-berapitersebut, dan yang berasal dari magma yang turut terseret
ketika gas dengan tekanan yang kuatmenghembus keudara. Bongkah-bongkah
berukuran besar-besar hingga mencapai 100 tonmampu dilempar sampai jarak
10Km dari pusatnya.Piroklastika dapat diangkut oleh udara, yang kasar kemudian
dijatuhkan disekitar tubuh gunungapi, sedangkan yang halus akan dibawa angin
ketempat yang lebih jauh bahkan dapat berada diudara hingga mencapai beberapa
hari. Gunung-berapi Krakatau yang berada di Selat Sunda padasaat meletus pada
tahun 1883, telah mengeluarkan awan piroklastika setinggi 80 Km
keudara,menghalangi sinar matahari sehingga menimbulkan kegelapan sampai tiga
hari berturut-turut.Fragmen debunya yang halus tertiaup angin dan menghambat
radiasi sinar matahari secara globalhampir sebanyak 10% dan berdampak terhadap
suhu hingga turun 1
C. Debu yang halus tetaptinggal mengambang diudara dan menyebabkan warna
yang memudar pada saat mataharitenggelam hingga beberapa tahun. Disamping
oleh udara, piroklastik yang jatuh disekeliling tubuhgunung api, juga diangkut oleh
media air hujan yang mengalir melalui lereng sebagai aliranlumpur yang pekat dan
disebar ke dataran rendah.
Piroklastika dikelompokan berdasarkan (1) susunannya secara umum, (2) cara
terjadinya, (3)ukuran fragmen, (4) keadaan pada saat disemburkan dan jatuh
kepermukaan bumi, dan (5)berdasarkan tingkat konsolidasinya. Namun
pengelompokan piroklastika yang paling banyakdigunakan dan paling penting adalah
yang didasarkan kepada ukuran dan bentuk fragmen dantingkat konsolidasinya.
Bom vulkanik
adalah fragmen berukuran lebih besar dari 64 mm. Karena pada saat
dilemparkeudara keadaannya masih bersifat lelehan, maka pada saat membeku dan
jatuh bentuknyaada yang terputar, dan ada pula yang setelah jatuh bagian
dalamnya masih bersifat lelehpijar, dan setelah mendingin seluruhnya akan
mempunyai permukaan rekah-rekah menyerupai “kerak roti”. Akumulasi bom-bom
volkanik (bentuknya agak membundar) yang memadat danmembentuk sekelompok
batuan, dinamakan aglomerat. Sedangkan untuk fragmen-fragmenberukuran
bongkah yang bentuknya menyudut akan memadat dan membentuk batuansebagai
breksi vulkanik.

Lapili
adalah fragmen yang berukuran antara 64 dan 2 mm dan apabila memadat
akanmembentuk batuan dinamakan lapili aglomerat atau lapili breksia, tergantung
dari bentukfragmennya.
Debu vulkanik
adalah fragmen yang berukuran kurang dari 2 mm hingga ukuran debu danapabila
memadat dan membatu dinamakan tufa. Tufa dapat juga mengandung
beberapafragmen berukuran besar (lapili atau breksi), maka kita juga mempunyai
istilah-istilah tufa-lapili dan tufa-breksi. Dilapangan kedua istilah ini dapat diamati
sebagai lapili atau breksisebagai fragmen, dan tufa sebagai semennya.
Copyright @2009 by Djauhari Noor
76

Lahar
Lahar adalah istilah Indonesia yang digunakan terhadap produk gunungapi yang
diangkut olehmedia air meteorik (hujan) atau berasal dari danau kepundan. Istilah
ini sudah menjadiinternasional yang sebelumnya dikenal sebagai “mudflow” atau
“fragmental flow”. Lahar bergerakmengalir sepertinya lava, dikendalikan oleh
gayaberat dan topografi. Di Indonesia, terutama bagiorang awam, istilah lahar dan
lava acapkali dikaburkan. Apa yang mereka sebut lahar, sebenarnyaadalah lava yang
keluar dari kepundan.Tidak semua gunung-berapi di Indonesia menghasilkan aliran
lahar. Lahar umumnya kita jumpaidiwilayah sekitar gunung-berapi yang secara
periodik memperlihatkan kegiatannya danmengeluarkan bahan piroklastika. Gunung
Merapi di Jawa Tengah atau G. Semeru di Jawa Timur,adalah gunung-berapi yang
sering diberitakan terjadinya aliran lahar. Namun demikian endapan-endapan
lahar yang mempunyai ciri-ciri khas, masih dapat dikenali di gunung-gunung-
berapiyang sudah tidak memperlihatkan kegiatannya. Bahkan endapan lahar juga
terlihat pada produkgunungapi Tersier. Berdasarkan cara terjadinya kita kenal
adanya dua jenis lahar, yaitu : (1). lahardingin dan (2) lahar panas.
1.Lahar dingin
Rempah-rempah gunung-berapi yang masih belum terkonsolidasi, yang terkumpul
dibagianpuncak dan lereng, pada saat atau beberapa saat setelah erupsi kemudian
terjadi hujan, makabahan-bahan piroklastika tersebut akan diangkut dan bergerak
kebawah sebagai aliran pekatdengan densitas tinggi. Bahan-bahan piroklastika mulai
dari bongkah, bom vulkanik, lapili dandebu akan bergerak kebawah melalui lembah-
lembah pada lereng gunung-berapi. Karenadensitasnya yang besar serta geraknya
dikendalikan oleh tarikan gayaberat dan topografi,maka aliran lahar mampu
mengangkut bongkah-bongkah ukuran besar (sebesar rumahsekalipun) hingga jarak
yang sangat jauh.Endapan lahar dingin dicirikan oleh pemilahannya yang sangat
buruk, meskipun masihnampak adanya kecenderungan bahwa fragmen yang besar-
besar dan berat akan terkumpuldibagian bawah dari endapan. Kadang-kadang
endapan lahar dingin sulit dibedakan dariendapan awan panas, terutama endapan
yang sudah lama. Setelah perjalannya agak jauh darisumbernya, lahar ini akan
berangsur menjadi sungai dan mengendapkan bebannyasebagaimana sungai biasa.
2.Lahar panas
Beberapa gunung-berapi, dasar kepundannya bersifat kedap air sehingga sejumlah
air hujanakan terkumpul sehingga akan terbentuk sebuah danau. Di Indonesia
gunung-gunung berapiyang mempunyai danua diatasnya adalah G. Kelud di Jawa
Timur, G. Galunggung di JawaBarat dan G. Agung di Bali. Bahan lempung yang
menyebabkan dasar kepundan kedap air ituberasal dari ubahan batuan yang
membentuk dinding kepundan oleh gas-gas yang keluar daripipa. Bahan yang halus
ini akan diangkut oleh hujan yang turun dan diendapkan pada
dasarkepundan.Berdasarkan catatan pakar gunung-berapi di Indonesia, G.
Galunggung di Jawa-Barat, padatahun 1822 meletus dan memuntahkan seluruh
danau beserta isinya yang sudah tercampurbahan-bahan dari magma. Akibat dari
letusan tersebut, terjadi aliran lahar panas dan mampumenumpuh jarak 60 Km.
G.Kelud di Jawa-Timur yang mempunyai danau pada kepundannya,pada letusan
yang terjadi pada tahun 1919 telah menimbulkan terjadinya aliran lahar panasyang
merusak 130 Km
lahan pertanian dan menghilangkan hampir 5000 jiwa. Karenagunung-berapi ini
memperlihatkan kegiatannya secara teratur, maka untuk menghindariterjadinya
malapetaka seperti yang berlangsung pada tahun 1919, pemerintah Hindia
Belandawaktu itu membangun terowonga-terowongan. Tujuan dari pembangunan
terowongantersebut adalah untuk mengurangi volume air yang terkumpul dalam
kepundan sehinggaapabila terjadi letusan, tidak akan terlalu banyak mengeluarkan
lahar.
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari hasil erupsi
gunungapi(volkanisme). Erupsi gunungapi pada umumnya mengeluarkan magma
yang dilemparkan(explosive) ke udara melalui lubang kepundan dan membeku
dalam berbagai ukuran mulai daridebu (ash) hingga bongkah (boulder).Tuff adalah
batuan gunungapi yang terbentuk dari suatu campuran fragmen fragmen
mineralbatuan gunungapi dalam matrik debu gunungapi. Tuff terbentuk dari
kombinasi debu, batuan danfragmen mineral (piroklastik atau tephra) yang
dilemparkan ke udara dan kemudian jatuh kepermukaan bumi sebagai suatu
endapan campuran. Kebanyakan dari fragmen batuan cenderungmerupakan batuan
gunungapi yang terkonsolidasi dari hasil erupsi gunungapi. Kadangkalamaterial
erupsi yang masih panas mencapai permukaan bumi dan kemudian menbeku
menjadi “welded tuff”. Batuan piroklastik secara umum dikelompokan berdasarkan p
ada ukuran butirseperti halnya dengan batuan klastik lainnya / batuan terrigenous
lainnya.1.
Batupasir Tuf :
Batuan tuf merupakan batuan volkaniklastik berukuran kurang dari
2mm.Berdasarkan kehadiran hablur (crystal), litik (lithic) atau kaca/gelas (vitrik), tuf
ini dapatdikelaskan menjadi: a). Tuf hablur; b).Tuf vitrik; dan c). Tuf litik2.
Agglomerat :
Agglomerat adalah batuan volkaniklastik (piroklastik) yang berukuran lebihbesar
daripada 64mm. Agglomerat terbentuk akibat dari letupan gunung api, dan
terbentukberdekatan dengan kawah gunung berapi.
>64mm Bombs - ejected fluidBlok - ejected solid Agglomeratvolcanik
breksia2mm - 64mm Lapilli Batu lapilli (
lapillistone
)0.06mm - 2mm Debu (
Ash
) Tuff<0.06mm
Dush
Tuff

A. MINERAL
1.Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai
atom-atom yang tersusun secara teratur.
2.Sifat Fisik Mineral
Sifat fisik suatu mineral berhubungan erat dengan struktur kristal dan komposisi
kimianya. sehingga dengan mempelajari sifat-sifat fisisnya kita dapat membuat
beberapa deduksi mengenai struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat fisika dari
mineral dapat/banyak digunakan dalam segi-segi teknik karena pemakaian mineral
di dalam industri terutama tergantung pada sifat fisisnya; misalnya pemakaian intan
sebagai pengasah yang baik, disebabkan oleh karena kekerasannya yang luar biasa
sedangkan pemakaian kwarsa pada alat-alat elektronik. Selain itu sifat-sifat fisis ini
juga berguna dalam segi-segi praktis, karena sifat-sifat fisis banyak menolong kita di
dalam penentuan mineral.
Dari uraian di atas ternyata sifat-sifat fisik mineral dapat dianggap penting dalam 3
(tiga) aspek yaitu : aspek ilmiah, aspek teknik dan aspek penentuan (determinasi).
Sifat-sifat fisik yang perlu diperhatikan untuk keperluan determinasi adalah sbb:
Ø. Warna Mineral
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata bilamana mineral
tersebut terkena sinar. Pada umumnya warna mineral ditimbulkan karena
penyerapan babarapa jenis panjang gelombang yang membentuk cahaya putih, jadi
warna itu timbul sebagai hasil dari pada cahaya putih yang dikurangi oleh beberapa
panjang gelombang yang terserap. Misalnya mineral yang berwarna gelap adalah
mineral yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang gelombanng
pembentuk cahaya putih.
Sebab-sebab yang menimbulkan warna di dalam mineral bergantung berbagai hal
antara lain:
1. Komposisi Kimia
Contoh : Warna biru dan hijau pada mineral-mineral copper/tembaga sekunder.
2. Struktur Kristal dan ikatan atom
Contoh : Polymorph dari carbon; intan tidak berwarna dan transparan sedangkan
grafit berwarna hitam dan opaque.
3. Pengotoran dari pada mineral
Contoh : Calcedon yang berwarna.
Ø. Kilap (Luster)
Kilap (luster) merupakan suatu sifat optis yang mempunyai hubungan yang erat
dengan peristiwa pemantulan dan maupun pembiasan.
Dua jenis utama dari apda Kilap (luster) yang biasa dimiliki 3 oleh mineral-mineral
dikenal dengan sebutan :
1. Kilap logam (Luster metallic)
2. Kilap bukan logam (luster non metallic)
Jika kita tidak dapat/sulit menarik batasan yang nyata/tegas/jelas diantara dua jenis
kilap di atas, maka kita nyatakan dengan kilap setengah logam (luster sub metallic).
Hubungan antara kilap dengan indeks bias adalah sbb :
1. Kilap Logam ; mineral-mineral yang dapat menyerap pancaran sinar secara
kuat, karena disebabkan oleh sifat opaque atau hampir opaque walaupun
mineral-mineral berbentuk sebagai fragmen-fragmen yang tipis
(sesungguhnya sudah cukup tembus cahaya bagi sinar infra merah).
Kilap logam dipunyai pada umumnya oleh mineneral- mineral yang
berindeks bias lebih besar dari 3 (tiga) terdiri dari logam-logam murni dan
kebanyakan dari kelompok sulfida.
Contoh ;
- Antimonite (Sb)
- Galena (Pbs)
- Pyrite (FeS2)
- Chalcopyrite (CuFeS2)
2. Kilap setengah logam (Luster sub metallic) : terdiri dari mineral-mineral
transparant dan translucent dengan indeks bias antara 2,6-3,0.
Contoh :
- Cuprite (Cu2O), n = 2,85
- Cinnabar (HgS), n = 2,91
- Hematite (Fe2O3), n = 3,00
3. Kilap bukan logam : Umumnya terdiri dari beberapa jenis-jenis antara lain :
a. Kilap kaca (Vitreous luster), didirikan oleh mineral-mineral yang mempunyai
indeks bias antara 1,9-1,3 meliputi 70% dari semua mineral yang kita kenal
termasuk hampir semua silikat, oxylate (carbonate, pospat, sulfat dsb), halida,
oksida dan bidroksida dari unsure-unsur ringan seperti Mg dan Al.
Contoh :
- Fluorite (CaF2), n = 1,43
- Kwarsa (SiO2), n = 1,54
- Calcite (CaCO3),
b. Kilap Intan (Diamond Luster/Adamantin Luster: Didirikan oleh mineral –mineral
yang mempuyai indeks bias antara 1,9 - 2,6.
Contoh :
- Zirconium (ZrSiO4) n = 1,92
- Cassiterite (SnO2) n = 1,99 – 22,09
- Intan/ diamond (C) n = 2,4 – 2,46
c.Kilap Lemak (Grease Luster), kilap lilin (waxy luster), kilap sutera (Silky luster),
kilap mutiara (pearly luster) adalah merupakan variasi dari kilap bukan logam yang
disebabkan oleh sifat permukaan yang dapat memantulkan sinar.
Permukaan belahan dari halite (NaCI) mempunyai kilap kaca dalam keadaan segar,
tetapi akan berubah menjadi kilap lemak atau lilin apabila sudah tersingkap di udara
bebas.
Kilap sutra, dihasilkan oleh mineral-mineral yang terjadi dari kumpulan serat-serat
yang sejajar seperti asbes Mg(Si4O18(OH)8 dan beberapa varietas dari gypsun
(CaSO42H2O).
Kilap mutiara dihasilkan oleh mineral-mineral yang transparan dengan struktur kisi
berlapis dan mempunyai lembaran tipis yang sempurna, dihasilkan oleh pantulan
bagian bawah permukaan.
contoh : Talk, Mika, Gypsum, dengan kristal kasar.
d. Kilap Damar (resineous luster), merupakan kombinasi antara warna kuning atau
cokelat dengan indeks bias antara 1,8-2,6.
Ø Cerat
Cerat atau warna gores adalah warna yang kita dapatkan bilamana mineral kita
goreskan pada keping porselin yang kasar permukaannya atau warna mineral bila
ditumbuk halus. Banyak mineral yang mempunyai warna yang sama dengan warna
goresnya seperti cinuabar berwarna merah, magnetit berwarna hitam dan
sebagainya. Dan adapula mineral yang mempunyai warna gores yang berbeda
dengan warna mineralnya seperti hematite berwarna abu-abu – hitam goresnya
merah, pyrite warna kuning pucat-kuning warna goresnya hitam dan sebagainya.
Kebanyakan mineral transparan dan translucent mempunyai gores berwarna putih.
Mineral-mineral berwarna gelap dengan kilap bukan logam biasanya mempunyai
gores yang lebih terang dari warna mineralnya, sedangkan mineral-mineral dengan
kilap logam sering mempunyai gores lebih gelap dari warnna mineralnya.
Ø Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan suatu mineral yang karena pengaruh mekanis,
seperti pemukulan atau penekanan akan terbelah-belah dan tidak hancur pada arah
yang tertentu, sehingga didapatkan permukaan yang rata dan licin atau dengan kata
lain jika suatu kristal/mineral mengalami suatu gaya atau strain dan melampaui
batas elastisitas dan plastisnya, maka akan terbelah sejajar dengan permukaan
mineral atau pecahnya sepanjang permukaan yang berhubungan struktur
kristalnya.Berdasarkan kwalitas belahan, maka belahan mineral dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Belahan sempurna (perfect), dijumpai pada mineral yang belahannya
sepanjang bidang belahan dengan permukaan licin dan berkilauan, sulit
terbelah kecuali pada bidang belahannya.
Contoh : Kalsit (CaCO3) dan Muskovit (KAl2Si3O10(OH)2)
2. Belahan bagus (Good), mineral dengan belahan bagus apabila terbelah
memanjang bidang belahan, tetapi dapat pula secara melintang.
Contoh : Feldspar.
3. Belahan tertentu (distinct), kebanyakan dapat dilihat sepanjang bidang
belahan, tatapi juga dijumpai pada kedudukan lain, akibatnya permukaan
belahan itu sendiri jarang ada yang besar.
Contohnya : Scapolite
4. Belahan tidak jelas (indistinct), memberikan pecahan yang nampak seperti
belahan, dalam pemeriksaan yang teliti digolongkan sebagai belahan.
Contoh : Beryl (Be3Al2(Si6O18).
Sedangkan berdasarkan arah belahannya terhadap kedudukan kristalografinya,
maka dapat dibagi atas :
1. Belahan satu arah, dijumpai pada mineral yang berbentuk pipih.
Contoh : Mika Group.
2. Belahan dua arah, dijumpai pada mineral-mineral berbentuk prismatic.
Contohnya : Pyroksin Group, Amphibol Group, Feldspar dll.
3. Belahan 3 arah, dijumpai pada mineral-mineral Rhombohedral dan
Orthorombik.
Contohnya :
Mineral Orthorombik : - Barite (BaSO4)
- Anhydrite (CaSO4)
- Celestite (SrSO4)
Mineral Rhombohedral : - Calsite (CaCO3)
- Dolomite (CaMg(CO3)2)
- Magnesite (MgCO3)
- Siderite (FeCO3)
4. Belahan 4 arah, dijumpai pada mineral-mineral isometric dan tetragonal.
Contoh : Mineral Isometrik : - Fluorite (CaF2)
- Diamond (C)
Mineral Tetragonal : - Scapolite
5. Belahan 6 arah, dijumpai pada mineral-mineral isometric.
Contoh : - Sphalerite (ZnS)
- Sedalite (Na4(AlSiO4)3Cl)
Ø Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah keretakan mineral yang didapat tidak melalui suatu bidang tertentu,
sehingga arah pecahan tidak teratur dan tidak rata.
Pecahan dari mineral dapat dibedakan atas :
1. Concoidal fracture, apabila pecahannya secara melengkung (menyerupai
kurva dan permukaannya licin)
Contoh : - Kwarsa (SiO2)
- Fiter
- Opal
- Obsidian
2. Hacklysfracture, apabila pecahannya menyerupai gigi, seperti pecahan besi,
tajam-tajam dan tidak teratur.
Contoh : - Silver (Perak) Ag
- Copper (Tembaga) Cu
- Iron (Besi) Fe
3. Even, bidang pecah agak kasar, tetapi kecil-kecil masih mendekati bidang datar.
Contoh : - Mika
4. Uneven atau irregular fracture, apabila pecahannya kasar dan permukaannya
tidak teratur.
Contoh : - Cerargyrite (AgCl)
- Gypsum (CaSO42H2O)
Ø Kekerasan (Hardnes)
Kekerasan mineral umumnya didefenisikan sebagai daya tahan suatu mineral
terhadap suatu goresan (scratching). Biasanya secara praktis dalam bidang
mineralogi untuk mendapatkan kekerasan suatu mineral dilakukan dengan cara
menggoreskan mineral satu terhadap mineral yang lainnya.
Untuk menguji mineral yang lasim ditentukan dengan menggunakan skala kekerasan
dari Mohs seorang sarjna Australia yang menyusun skala menurut tingkat kekerasan
relatifnya mulai dari kekerasan yang terlunak sampai yang keras (kekerasan 1-10)
pada tahun 1822. Penentuan keras mineral ialah dengan skala Mohs manakah yang
memberikan cerat/goresan pada mineral yang diselidiki dan manakah yang tidak.
Jadi, kalau satu mineral dapat dicerat dengan skala keras 7 (kwarsa) tetapi tidak
dapat dicerat dengan skala keras 6 (feldspar), maka keras mineral tersebut ialah 6,5
atau antara 6 dan 7. Penentuan mineral tersebut harus sependek mungkin (0,5cm)
dan harus searah, mengingat bahwa kekerasan mineral pada arah yang berbeda
dapat berbeda pula nilainya. Kenyataan ini erat hubungannya dengan arah-arah
kristalografinya, umpamanya pada mineral kyanit yang berbentuk batang pada arah
panjangnya dengan keras antara 4–5 sedang tegak lurus padanya mempunyai keras
7.Penentuan keras mineral selain dengan cara penceratan tersebut dapat pula
dengan cara-cara pengasahan (grinding method), penggoresan (abrasion Method)
cara penekanan (indenting method), sehingga nilai kekerasan tersebut dapat
berbeda-beda menurut cara yang digunakan.Kekerasan mineral disusun dari 1
sampai 10 sesuai tingkat kekerasannya adalah sbb :

Kekerasan Nama
Komposisi Mineral Keterangan
(Hardness) Mineral

1 TALK Mg3Si4O10(OH)2 Tergores kuku

2 GIPSUM CaSO42H2O Tergores kuku

3 KALSIT CaCO3 Tergores pecahan botol

4 FLUORIT CaF2 Tergores pisau lipat

5 APATIT Ca5(PO4)3F Tergores gelas

6 ORTOKLAS KAlSi3O8 Tergores kikir baja

7 KUARSA SiO2

8 TOPAS Al2(SiO4)(F7OH)2

9 KORUNDUM Al2O3

10 INTAN C

Cara menentukan kekerasan dilakukan dengan menggoreskan mineral skala keras


Mohs pada mineral yang kita selidiki. Agar tidak merusak mineral-mineral skala
keras, dalam penentuan kekerasan kita dapat memulai menguji kekerasan mineral
yang diselidiki dengan mineral skala keras yang paling keras dalam hal ini adalah
intan dan selanjutnya secara bertahap kita turunkan pengujian dengan mineral skala
keras seperti tersebut tadi. Jadi kekerasan mmineral skala keras yang dipakai untuk
mengujinya.Jangan hanya menguji pada muka mineral saja, uji juga bagian muka
lainnya sebab kemungkinan mineral tersebut kekerasannya tidak seragam pada
segala arah.
Jika kita berada di lapangan, dapat mengadakan tes pengujian kekerasan pada
batas-batas tertentu dengan mempergunakan perbandingan sbb :
- Kuku jari-jari kekerasan (H) = 2 -2,5
- Tang Logam kekerasan (H) = 3,0
- Kikir baja kekerasan (H) = 6,5
- Intan kekerasan (H) = 10
- Pecahan Botol kekerasan (H) = 5,5
Ø Kekenyalan (Tenacity)
Kekenyalan merupakan sifat dalam dari suatu mineral yang merupakan daya tahan
mineral terhadap usaha pemecahan, pemotongan, dan lengkungan atau sobekan
pendek.
Kekenyalan mineral dapat dibedakan menjadi :
1. Brittle : Mineral dapat hancur atau menjadi seperti tepung
Contoh : - Arsenit (AS)
- Bismut (Bi)
2. Sectil : Mineral dapat dipotong menjadi lembaran tipi dengan
mempergunakan pisau lipat.
Contoh :
- Argentite (Ag2S)
- Chalcocite (Cu2S)
- Bismuth (Bi)
3. Malleable : Mineral dapat ditempa menjadi lembaran atau lempengan tipis.
Contoh :
- Gold (Au)
- Silver (Ag)
- Copper (Cu)
- Platinium (Pt)
4. Flexible : Mineral dapat dibengkokan/dilengkungkan, tetapi bila gaya yang
bekerja pada mineral tersebut sudah tidak ada, mineral tersebut tidak dapat kembali
pada keadaan semula (seperti sebelum dibengkokkan).
Contoh :
- Brucite Mg(OH)2
- Chlorite Mg3(Si4O10)(OH)2Mg3(OH) 6
- Talk Mg3(OH)2Si4O10
5. Elastic : Mineral bila dibengkokkan dapat kembali pada keadaan semula bila gaya
yang bekerja sudah tidak ada lagi
Contoh:
- Muscovit KAL2(ALSi3O10)(OH)2
- Biotit K(Mg,Fe)3ALSi3O1O(OH)2
6. Ductil : Mineral dapat digores dengan kawat.
Contoh :
- Gold (Au)
- Silver (Ag)
- Copper (Cu)
Ø Diapanaety
Diapanaety adalah merupakan sifat yang dimiliki oleh beberapa mineral yaitu
kemampuan suatu mineral untuk memindahkan cahaya.
Diapanaety dapat dikelompokkan menjadi:
1. Transparan; apabila suatu mineral diletakkan benda di bawahnya, maka
benda tersebut dapat dilihat dengan jelas.
Contoh: - Kuarsa
- Muskovit.
2. Translucent; Suatu mineral dapat memindahkan cahaya, tetapi benda yang
berada di bawahnya tidak dapat dilihat dengan jelas.
Contoh: Gypsun, Sulfur, Fluorite.
3. Opaque; adalah sifat suatu mineral yang tidak dapat memindahkan cahaya.
Contoh: - Hemetite
- Magnetite
Ø Berat Jenis (Density)
Berat jenis mineral adalah perbandingan antara bobot mineral dengan bobot air
dengan volume yang sama. Jika mempunyai berat tiga kali berat air dan volume
sama, maka mineral itu memiliki berat jenis tiga.
Kegunaan mengetahui berat jenis mineral untuk keperluan dideterminasi dapat
diambilkan contoh di dalam praktik sebagai berikut; dua buah mineral Celestit dan
Barit, keduanya mempunyai warna, kilap, cerat, sifat dalam boleh dikatakan sama.
Perbedaan terletak pada berat jenisnya yaitu celestit 3,95 dan Barit 4,50. Pada
contoh ini dapat kita diketahui betapa penting berat jenis untuk diketahui, karena
dengan meninjau sifat fisik tersebut kita sudah dapat menduga bahwa dua mineral
itu tidak sama.
Ø Sifat-Sifat Magnet
Hanya beberapa mineral saja yang bersifat ferromagnetis. Diantaranya yang paling
umum adalah magnetite (Fe3O), Phyrotite dan polymorph dari Fe2O3 magnetite.
Kadang-kadang Phyrotite dan Magnetite malah dapat berbentuk sebagai Lodstone
dan Lodstone ini banyak dipergunakan pada permulaan jaman kompas dikenal
manusia.
Sebenarnya semua mineral mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk
menunjukkan dibutuhkan suatu alat yang khusus. Mineral yang bersifat sedikit
tertarik oleh magnet dikatakan sebagai paramagnetis, Semua mineral mengandung
besi bersifat paramagnetis, tetapi juga mineral-mineral yang tidak mengandung besi,
seperti beryl, dapat juga bersifat paramagnetis.
Sifat-sifat magnetis dari mineral telah dipergunakan di dalam penyelidikan-
penyelidikan geofisis mempergunakan sebuah magnetometer, sebuah alat yang
dapat mengukur segala perubahan dari medan magnet bumi yang kemudian kita
menyatakan dalam peta. Penyelidikan magnetis ini sangat berguna untuk
menentukan suatu cebakan bijih, juga untuk mengetahui perubahan-perubahan
jenis batuan, dan untuk mengikuti formasi-formasi batuan yang mempunyai sifat
magnetis tertentu. Penyelidikan magnetis ini banyak manfaatnya karena
penyelidikan ini dapat juga dilakukan secara cepat dan mudah denga
mempergunakan sebuah pesawat udara.
Ø Sifat Listrik
Dengan memperhatikan sifat listriknya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :
1. Bersifat menghantar (conductor)
2. Tidak bersifat menghantar (Non conductor)
Mineral-mineral yang bersifat menghantar dengan tipe ikatan logam, termasuk
logam murni dan beberapa dari golongan sulfide, jumlahnya sangat sedikit bila
dibandingkan dengan mineral yang bersifat tidak menghantar.
Contoh : Daya hantar hematit (Fe2O3) dua kali lebih besar pada kedudukan tegak
lurus sumbuh C dari pada kedudukan sejajar sumbuh C.
Mineral-mineral yang tidak menghantar, kemungkinan dapat bermuatan listrik
disebabkan oleh perubahan temperature yang dikenal dengan Byroelectricity, dapat
pula bermuatan listrik karena penekanan, disebut Byezoelectricity juga dapat
bermuatan listrik disebabkan oleh penggosokan (frictional electricity).
Ø Sifat Radioaktif
Sifat radio aktif dari mineral berhubungan erat dengan adanya uranium dan thorium
(beberapa unsur, seperti potassium dan rubidium, juga mempunyai sifat radioaktif
yang lemah, hanya dapat dideteksi dengan alat yang cukup peka). Atom uranium
dan thorium merupakan disintegrasi secara sepontan dengan kecepatan tetap yang
tidak dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.
Ø Sifat-Sifat Fisik Yang Lain
1. Rasa
Mineral-mineral yang dapat larut dalam air atau air liar dapat memberikan rasa yang
khas bagi mineral-mineral yang bersangkutan :
a. Asin seperti pada halite (NaCl).
b. Pahit seperti pada epsonite (MgSO4. 7H2O)
c. Dingin seperti pada chilisalpeter/tawas (KAl3(OH)6(SO4)2
2. Bau
Kebanyakan mineral dalam keadaan kering atau baru/segar tidak memberikan bau,
tetapi pada beberapa mineral akan memberikan bau khususnya kalau mineral
tersebut digosok, dibasahi, direaksikan dengan asam dan lain-lain, seperti :
a. Bau bawang putih, seperti pada minera-mineral As
b. Berbau lobak, seperti pada mineral-mineral Se
c. Berbau belerang, pada mineral belerang (S)
d. Berbau arang, seperti pada batubara dan aspal dll.
3. Rabaan
Jenis-jenis rabaan yang umum dikenal adalah sebagai berikut:
a. Rabaan seperti lemak, umpama mineral tale
b. Rabaan kasar, seperti pada kapur.
c. Rabaan licin, seperti pada sepioli.
d. Melekat kalau diraba, seperti pada mineral kaolin, tanah diatomie (diatomit)
Beberapa Mineral Yang Umum Dijumpai
1. Gipsum
Berwarna jernih (tak berwarna) sampai kuning pucat, kilap vitreus, belahan satu
arah, umumnya punya pecahan tidak rata dan tajam-tajam, mudah dibelah-belah
tipis, kekerasan dua, berat jenis=2,3. Rumus kimia CaSO42H2O
2. Belerang
Belerang mempunya rumus kimia S; berwarna kuning belerang, kilap vitreus hingga
buram, belahan tidak ada, pecahan konkoidal, hingga tidak rata, kekerasan 1,5-2,5
dan berat jenis 2,1, cerat putih hingga putih kekuningan.
3. Limonit
Berwarna merah hingga merah kecoklatan, belahan tidak ada, pecahan konkoidal
kadang-kadang tajam-tajam, cerat merah cokelat (sama dengan warna mineral),
kekerasan 1-3, berat jenis 5-5,5. Rumus kimia Fe2O3H2O.
4. Muskovit
Rumus kimia KAl(AlSi3O10)(OH)2. Berwarna cokelat atau tidak berwarna/jernih,
kilap vireus, sutera, mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak rata, merupakan
lembaran-lembaran tipis, fleksibel, ceratnya putih, kekerasan dua, berat jenis 2,6.
5. Plogopit
Berwarnna cokelat hingga kekuningan, kilap vitreus hingga mutiara, cerat putih,
BJ=2,8-3, rumus kimia KMg3(AlSi3O10)(OH)2.
6. Garnierite
Rumus kimia (Ni,Mg)6(OH)6Si4O11H2O, berwarna hijau, belahan tidak jelas,
pecahan tidak rata hingga konkoidal, kekerasan 2-3, berat jenis 2,3-2,8, cerat puth
kehijauan.
7. Kalsit
Rumus kimia CaCO3, warna beraneka ragam : hijau jernih, kebiruan, tidak
berwarna, putih suram, belahan tiga arah, pecahan tidak rata, cerat putih,
kekerasan=3, berat jenis 2,7.
8. Lepidolite
Lepidolite (Mika), rumus kimia K(Li,Al)(AlSi3O10)(O,OH,F)2 berwarna kuning abu-
abu, kilap mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak rata, kekerasan = 2,5-4, berat
jenis = 2,8-2,9.
9. Opal
Rumus kimia SiO2nH2O, berwarna puth, tidak berwarna, kilap lemak, belahan tidak
ada, pecahan konkoidal, kekerasan=5-6,5. Berat jenis 1,9-2,2.
10. Piroksin
Piroksin (augit) rumus kimia Ca(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2O6 berwarna hijau hingga hitam,
kilap vitreus, belahan dua arah, pecahan tidak rata hingga konkoidal, kekerasan 5-6,
berat jenis 3,2-3,5.
11. Hornblende
Ca2Na(MgFe2)4(Al, Fe, Ti)Si6O22(O, OH)2, warna hijau hingga hitam, kilap vitreus,
belahan dua arah, pecahan konkoidal-tidak rata, kekerasan 5,5-6, BJ = 2,8-3,2.
12. Kwarsa
Rumus kimia SiO2, pada umumnya tidak berwarna (bening), sering beraneka ragam
warnanya akibat pengaruh pengotoran, kilap vitreus, pecahan konkoidal, berat jenis
= 2,6.
13. Ortoklas
Rumus kimia KAlSi3O8, tidak berwarna atau keputihan hingga merah bata/merah
daging, kilap vitreus, belahan dua arah sempurna menyudut 90o, pecahan tidak
rata, kekerasan=6, BJ=2,57.
14. Oligoklas
Rumus kimia (AlSi3O8)(CaAl2Si2O8) , umumnya berwarna merah bata, kilap vitreus,
belahan dua arah sempurna, pecahan tidak rata, kekerasan=6, berat jenis=2,6-2,7.
15. Olivin
Rumus kimia (Mg, Fe)2SiO4, berwarna hijau botol-kekuningan, kilap vitreus,
pecahan konkoidal, kekerasan 6,5-7, berat jenis = 3,3-3,4.
B. BATUAN
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak
mempunyai komposisi kimia tetap.
Secara umum batuan dibedakan atas 3 bagian yaitu batuan beku, batuan sedimen
dan batuan metamorf.
1. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan penyusun kerak bumi yang terbentuk dari hasil
pembekuan magma/lava atau hasil kristalisasi dari mineral dan sering disebut
batuan primer.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah
bersifat mudah bergerak (mibile), bersuhu antara 900oC-1100oC dan berasal atau
berbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bumi bagian atas.
Batuan beku yang dapat dibedakan berdasarkan :
Ø Tekstur
Ø Komposisi mineral
Ø Struktur
a. Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah sifat dan hubungan antar butir mineral yang satu dengan yang lain
dalam pembentuk batuan beku yang berhubungan dengan ukuran, bentuk dan
susunan dari mineral pembetuknya.
Dalam batuan beku ukuran butir mineral menurut HEINRICH, 1956 dapat dibagi
dalam 4 kelompok yakni :
Ø Berbutir halus (fine grane) < 1 mm
Ø Berbutir sedang (medium grane) 1 mm – 10 mm
Ø Berbutir kasar (coarse graine) 1 cm – 3 cm
Ø Berbutir sangat kasar (very coarse graine) > 3 cm
Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan beku dapat dibagi atas:
Ø Tekstur fanerik (berbutir kasar), apabila kristal-kristal mineral penyusunnya
tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata biasa, tanpa menggunakan
mikroskop.
Ø Tekstur afanitik (berbutir halus), apabila butiran kristal-kristal mineral
penyusunnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga hanya dapat diliihat dengan menggunakan mikroskop.
Ø Tekstur porfiritik, apabila kristal-kristal mineral penyusunnya merupakan
percampuran antara mineral berbutir kasar dan halus.
b. Struktur Batuan Beku
Yang dimaksud dengan struktur batuan beku adalah kenampakan umum atau
bentuk dari susunan batuan beku yang meliputi :
Ø Struktur massive (kompak) adalah susunan mineral-mineral yang tersusun secara
kompak dalam suatu batuan beku, tidak menunjukkan adanya pori-pori.
Ø Struktur vesikuler dan amygdaloidal yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
lubang-lubang akibat pelepasan gelembung-gelembung gas dari magma.
c. Komposisi mineral, yakni mineral-mineral yang membentuk batuan beku dan
ditentukan oleh komposisi magma yang membentuknya. Mineral penyusun batuan
beku berdasarkan peranannya dapat dikelompokkan atas:
Mineral utama adalah mineral-mineral penyusun utama batuan beku sehingga dapat
menentukan tipe batuan dan merupakan mineral yang dominan untuk batuan
tgersebut. Yang termasuk mineral utama adalah kuarsa, feldspar, piroksin,
hornblende, biotit (mika hitam), muskovit (mika putih) dan olivin.
Mineral pelengkap adalah mineral yang terdapat cukup banyak dalam suatu batuan,
tetapi tidak selalu seperti halnya mineral utama. Mineral pelengkap ini dapat pula
berupa mineral sekunder yaitu mineral yang terbentuk dari hasil pelapukan atau
proses metamorfisme atau sirkulasi batuan.
Mineral tambahan merupakan mineral yang terdapat dalam suatu batuan yang
jumlahnya tidak begitu banyak, kira-kira lebih kecil dari 5%, dari volume batuan
seperti apatit, magnetit, zirkon dll.
Susunan atau urutan kristalisasi magma dikenal dengan nama Bowen’s Reaction
Series. Seri bagian kiri disebut discontinous reaction series karena tiap mineral yang
terbentuk mempunyai struktur kristal yang berbeda. Pada seri bagian kanan, reaksi
berlangsung terus menerus sehingga disebut continous reaction series.
REACTION BOWEN SERIES

SEMAKIN
RENDAH

Discontinuous Temperatur
Continuos
Olivin
Anortit 1100°c
Piroksen(Augit) Bitownit 900°c
Amphibol (Hornblende)
Labradorit
Biotit
Oligoklas Albit 750°c
Feldspar Potas (Ortoklas)
Muskovit Kuarsa 600°c
d. Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat dikelompokan menjadi menjadi tiga yakni :
1. Batuan beku dalam (plutonic rock), yaitu batuan beku yang terbentuk dari
kristalisasi magma yang terjadi pada tempat yang dalam dengan pembekuan
lambat dan tekanan besar. Tekstur batuan plutonik fanerik (butir mineral
kasar) dapat diamati dengan mata telanjang dan warna batuan tergantung
pada banyaknya kandungan mineral yang ada, jika berwarna terang disebut
sebagai leucocratic dan apabila berwarna gelap disebut sebagai melanocratic.
Contoh batuan beku dalam: granit, granodiorit, diorit, sianit, monsonit, dunit, gabro,
diabas, dan peridotit,
Berdasar tempat terjadinya proses pembekuan, batuan beku dipilahkan menjadi 2
kelompok, yaitu batuan beku dalam dan batuan beku luar.

Gambar 1. Berbagai macam tubuh batuan beku berdasar atas letaknya

2. Batuan beku korok / gang (hypabysal rock)


Batuan beku korok adalah batuan yang terbentuk di antara batuan plutonik dan
batuan vulkanik. Tekstur batuan beku korok adalah porfiritik, kristal mineral
pembentuknya sebagian dapat dilihat langsung dengan mata telanjang dan sebagian
hanya dapat diamati bila menggunakan mikroskop. Contoh batuannya: granit pofiri,
sianit pofiri, monsonit porfiri, diorit porfiri dan gabro porfiri.
3. Batuan vulkanik / extrusive / batuan beku luar
Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk dari kristalisasi magma
yang terjadi di permukaan dengan pembekuan cepat. Tekstur afanitik, mineral
penyusunnya tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Contoh batuannya riolit, trakit, fonolit, latit, dasit, andesit, basal, obsidian, batu
apung (pumice), dan pegmatit.
BATUAN BEKU YANG UMUM DIJUMPAI

EKSTRUSIF RIOLIT ANDESIT BASALT PERIDOTIT


INTRUSIF GRANIT DIORIT GABRO

KOMPOSISI:
1. Silika 72% 59% 50% 45%
2. Al-Oksida 14% 17% 16% 4%
3. Fe-Oksida 3% 8% 11% 12%
4. Mg-Oksida 1% 3% 7% 31%
5. Lainnya 10% 13% 16% 8%

MINERAL - Kuarsa - Amfibol - Ca- - Olivin


felspar(plagioklas)
UTAMA - - - Piroksin
Feldspar Plagioklas - Piroksin

MINERALTAMBAHAN - - Piroksin - Olivin -Plagioklas


Muskovit
- Amfibol
- Biotit
-
Amfibol

WARNA Terang Abu-abu Abu-abu gelap Hijau gelap


terang sampai hitam sampai
atau hitam
Hijau
terang

2. BATUAN SEDIMEN
Batuaan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses
sedimentasi/pengendapan , baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
Batuan sedimen diklasifikasi atas:
A. Batuan sedimen detrital/klastik
Batuan sedimen detrital adalah batuan sedimen yang berasal dari hasil transportasi
padat yang berasal dari pelapukan, tersusun dari berbagai mineral dan partikel
batuan dan hasil rombakan.
Tekstur batuan sedimen klastik dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir dan
susunan butir/komposisi.
Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
(Menurut skala wenwort)

Diameter
Partikel/fragmen Material lepas Material tersemen
(mm)

> 256 Boulder/bongkah Boulder gravel


64 – 256 Couble Couble gravel Konglomerat
4 – 64 Pebble Pebble gravel
2-4 Granule Granule gravel Granule konglomerat

Butir pasir sangat Pasir sangat Butir pasir sangat


1–2
kasar kasar kasar
0,5 – 1
Butir pasir kasar Pasir kasar Butir pasir kasar
0,25 – 0,5
Butir pasir sedang Pasir sedang Butir pasir sedang
0,125 – 0,25
Butir pasir halus Pasir halus Butir pasir halus
0,0625 –
Butir pasir sangat Pasir sangat Butir pasir sangat
0,125
halus halus halus

0,004 –
Partikel lanau Lanau (silt) Batu lanau
0,0625
Partikel lempung Lempung (clay) Batu lempung
> 0,004

Catatan :
Untuk partikel berukuran antara 2 – 256 mm yang runcing membentuk
batuan breksi dan apabila bulat membentuk konglomerat.
Komposisi dari batuan sedimen terdiri atas :
- Fragmen, yakni merupakan komponen-komponen besar dalam batuan,
- Matriks, yaitu merupakan komponen yang lebih halus dan sebagai penyusun utama
batuan sedimen (massa dasar),
- Semen, yaitu merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami
kristalisasi, antara lain karbonat (kalsit), silika (kuarsa), dan oksida besi.
Beberapa batuan sedimen klastik yang umum dijumpai di lapangan, antara lain :
1) Konglomerat : terbentuk dari hasil konsilidasi pada material kerikil-kerikil bundar
atau kerakal yang direkat oleh semen antara lain silika, oksida besi atau kalsium
karbonat.
2) Breksi : tersusun dari fragmen-fragmen runcing dari batu yang disemen oleh
beberapa material yang lebih halus.
3) Batu pasir : terbentuk dari konsilidasi butir-butir pasir dengan disemen oleh
material yang sama biasanya adalah salah satu diantaranya yaitu silika, oksida besi
dan karbonat.
4) Serpih : adalah lempung yang kompak, memiliki struktur perlapisan yang tipis
(mudah terbelah) dan disusun oleh terutama mineral kuarsa dan lainnya yang
berukuran lempung.
5) Batupasir : banyak mengandung butiran pasir dari mineral kuarsa, feldspar dan
kalsit. Batupasir terdiri dari batupasir murni dan batupasir campuran dengan lanau
dan lempung.
6) Batulanau : batuan sedimen yang berukuran halus, mengandung mineral-mineral
kuarsa, feldspar dan lain-lain.

7) Batu sedimen pyroklastik berupa : breksi vulkanik, aglomerat, tufa lapili, dan tufa.
8) Batu sedimen tektonik berupa :
- Breksi sesar : terjadi akibat pengerusan pada waktu terjadi patahan (sesar),
dimana fragmen-fragmen, matriks dan semen berasal dari batuan yang tersesarkan.
- Breksi perlipatan : terbentuk oleh adanya penggeseran antara lappisan batuan.
- Breksi collapse : terbentuk akibat adanya reruntuhan di dalam kerak bumi.
B. Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang berasal dari pembentukan
secara kimia dan secara organik atau kristalisasi larutan kimia misalnya kalsium,
potasium dan magnesium.
Batuan sedimen kimia dan organik terdiri dari:
1) Batugamping : penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit.
2) Dolostone : tersusun dari mineral dolomit yang mengandung unsure Fe/Mg dan
rumus kimia.
3) Batu rijang (chert) : batuan silika berbutir halus tersusun oleh
tumbuhan/cangkang radiolarian.
4) Batu garam : tersusun dari mineral-mineral halit yang terbentuk dari hasil
penguapan air danau yang asin (laut mati).
5) Batubara : terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tumbuhan dalam bentuk
gambut(peat), lignit, bituminous dan antrasit.
6) Yasper : semacam rijang merah yang mengandung mineral hematite, dapat pula
terjadi karena proses hidrotermal.
7) Travertin : tersusun oleh komponen kalsium karbonat yang sulit larut dalam air
murni, semacam batugamping yang terbentuk dari hasil pelarutan air yang
mengandung CO2, dimana unsure-unsur gamping tersebut terendapkan kembali.
Contohnya : stalaktit dan stalakmit.
8) Batu evaporit, contohnya : Gypsum, anhydrite, dan batu garam (Na Cl).
C. Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses
metamorfisme, yaitu perubahan batuan yang sudah ada menjadi batuan metamorf
karena perubahan tekanan dan temperature yang besar serta aktivitas larutan kimia
Struktur batuan metamorf, terdiri dari :
· Struktur foliasi adalah suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut
bidang yang sejajar dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral
itu sendiri.
· Struktur unfoliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya mneral pipih
tetapi mineral butiran.
· Struktur kataklastik adalah struktur yang terbentuk karena adanya gaya
kinetik/dinamik.
Tekstur batuan metamorf terdiri dari :
· Kristaloblastik : tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan bentuk/komposisi
mineral sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi.
· Palimset/sisa/relik : tekstur asli batuan asal masih kelihatan.
Macam-macam batuan mertamorf :
1) Marmer : hasil metamorfisme dari batuan sedimen karbonat seperti batugamping
dan dolostone (batudolomit), penyusun utamanya berupa butir-butir mineral kalsit
yang saling mengisi (interlocking).
2) Geneis : berbutir kasar, struktur folisi, mengandung lensa-lensa kecil dari mineral
butiran, seperti kuarsa, feldspar, dan hornblende.
3) Skis : struktur folisi, tersusun dari mineral-mineral yang berlembar-lembar seperti
mika, klorit, talk, dan hornblende, kebanyakan susunannya sejajar. Skis terdiri dari :
skis klorit, skis hornblende, dan skis talk.
4) Batu sabak : berbutir halus dan mudah terbelah, struktur folisi, sehingga dapat
dijadikan lembaran-lembaran tipis. Komposisi utamanya terdiri dari klorit, serisit dan
kuarsa.
Filit : berbutir halus, struktur foliasi terbentuk dari pemanasan dengan tegangan
selama metamorfisme dan banyak mengandung mika,chlorit, kuarsa, magnetit dan
zircon

Вам также может понравиться