Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Tujuan – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR), Liquidity Ratio, Solvability Ratio dan Risk Coverage terhadap Return
On Asset (ROA) pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Indonesia.
Metode – Jenis penelitian ini adalah verifikatif kuantitatif, dengan alat analisis Ordinary
Least Square. Populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang
terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan selama kurun waktu 2015.10 – 2017.9. Jenis data
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
Hasil – Hasil penelitian menemukan bahwa seluruh variable independen yaitu NPF, CAR
dan FDR secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja keuangan Lembaga Keuangan
Mikro Syariah Indonesia. Adapun variasi dari NPF, CAR dan FDR terhadap kinerja
keuangan LKMS sebesar 54,09% dan sisanya karena variasi variable lainnya yang tidak
diangkat dalam penelitian.
Kesimpulan – Variabel debt to equity ratio, capital ratio, solvability ratio dan risk coverage
memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. Selain itu, Tren rasio profitabilitas LKMS terus
meningkat dari tahun 2015-2017. Namun belum menunjukkan tingkat efisiensi yang baik
bagi LKMS dalam mengasilkan keuntungan.
Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio (CAR), Liquidity Ratio, Return On Asset (ROA), Risk
Coverage, Solvability Ratio, dan Sustainabilitas LKMS
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara mayoritas penduduk Muslim terbanyak di dunia. Menurut data
Badan Pusat Statistik umat muslim di Indonesia pada 2010 sebanyak 207.176.162 jiwa. Hal
tersebut juga mengindikasikan potensi permintaan produk sesuai prinsip syariah akan terus
meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2015 sektor jasa keuangan syariah mengalami
pertumbuhan positif, peningkatan aset Industri Keuangan Non Bank Syariah (IKNB)
mencapai 11,40% sedangkan perbankan syariah mencapai 8,78% (OJK, 2015). Pada tahun
tersebut sektor IKNB Syariah tumbuh lebih tinggi dibandingan sektor perbankan Syariah.
Data OJK (2017) menunjukkan pada bulan maret 2017 aset Lembaga Keuangan Mikro
Syariah tumbuh sebesar 16% dari tahun sebelumnya. Menurut Obaidullah (2008),
implementasi microfinance menjadi salah satu alternatif alat untuk memberantas kemiskinan
yang dianggap paling berhasil melalui pembiayaannya terhadap UMKM.
Menurut Islamic Development Bank (2016) UMKM menjadi tulang punggung bagi
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan khususnya di negara berkembang. Secara global,
UMKM berkontribusi pada lapangan pekerjaan diperkirakan sebesar 43,5% dan akan
menciptakan 57,8% lapangan pekerjaan baru. Di Indonesia UMKM memiliki kontribusi
besar dalam penciptaan lapangan kerja, 99% pelaku ekonomi adalah UMKM. Namun,
terdapat 49% Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang tidak mendapat akses layanan
keuangan (Bank Indonesia dan LPPI, 2015). Lembaga Keuangan Mikro Syariah memiliki
peranan yang penting dalam pembangunan sosial ekonomi UMKM tanpa adanya riba
(Rahman, 2007). Asosiasi BMT Indonesia (ABSINDO) menyatakan bahwa terdapat 5000
BMT dengan sekitar 22.000 outlet, telah mampu mengelola lebih dari 22 juta pemegang
rekening dengan total aset sekitar 3,5 Triliun OJK (2015). Adapun tingkat pertumbuhan BMT
pertahunnya antara 30-40%.
Secara kuantitatif, lembaga ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan BMT yang pesat ini terjadi karena tingginya kebutuhan masyarakat akan jasa
intermediasi keuangan, tetapi di sisi lain akses ke dunia perbankan yang lebih formal relatif
sulit. Melihat perannya yang begitu penting bagi pengentasan kemiskinan, maka LKMS juga
harus memiliki kinerja keuangan yang baik yang disebut sustainabilitas (keberlanjutan).
Sustainabilitas mengacu kepada kemampuan LKMS dalam menjalankan program dan
memberikan pelayanan bagi anggota (Gonzalez, 2010).
Berdasarkan deklarasi PBB mengenai tahun lembaga keuangan mikro pada tahun 2005
(international year of microfinance) sangat disarankan merealisasikan agenda penelitian
mengenai keberlanjutan (sustainability) LKM (Jiwani dan Husain 2011). Beberapa studi
tentang LKM difokuskan pada penilaian kinerja dan sustainabilitas LKM dengan
mengevaluasi indikator-indikator keuangan yang secara langsung mempengaruhi tingkat
kemandirian, jangkauan dan mekanisme pemberian kredit.
Sustainability terbagi dalam dua aspek yakni kinerja sosial dan kinerja keuangan. Kinerja
keuangan adalah kemampuan dari Lembaga Keuangan Mikro untuk menutupi beban
operasional dan meningkatkan pendapatan (El Kharti, 2013). Saat ini, menurut data
Microfinance Information Exchange hanya terdapat sedikit LKMS di Indonesia yang
memiliki kinerja keuangan yang baik dan banyak yang memperoleh subsidi untuk menutupi
biaya operasionalnya (Inaya et al, 2014). LKM harusnya tidak bergantung dari subsidi dan
sebaliknya menggali potensi investasi dari pihak swasta (Ledgerwood 2014).
2. Tinjauan Pustaka
2.2 Sustainabilitas
Sustainabilitas pada sebuah lembaga adalah kemampuan lembaga dalam melanjutkan
program dan memberikan manfaat kepada klien dalam jangka wak
Secara umum para ahli mengkaji sustainabilitas dengan dua pendekatan,
yaitu pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kelembagaan. Menurut Murdoch, dalam
gerakan keuangan mikro (microfinance movement) di dunia dalam hal menjangkau kaum
miskin melalui pemberian akses terhadap layanan keuangan, terdapat dua pendekatan utama
yaitu pendekatan kelembagaan (institutionist approach) dan pendekatan kesejahteraan
(welfarist approach). Penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan mikro secara
signifikan ditandai dengan pendekatan institusional untuk keberlanjutan (Murdock, 2000).
Dalam Lembaga Keuangan Mikro, sustainability dapat juga dilihat dari aspek keuangan
dan sosial. Menurut Meyer (2002), sustainabilitas dapat diukur dari kemampuan lembaga
mikro dalam menutupi biaya operasional dan disaat bersamaan memperoleh keuntungan.
Menurut Zubair (2016), kunci bagi keberlanjutan (sustainability) dari sebuah LKM adalah
keharusan dari adanya tujuan komersil (profit making objective) yakni kemampuan
menghasilkan laba, disamping adanya misi sosial yang diemban (social mission).
2.2.1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan diukur dari kemampuan LKM dalam memperoleh keuntungan,
tingkat efisiensi dan produktivitas seperti return on asset (ROA) dan cost efificiency ratio,
(Sene, 2010; Adair & Berguiga, 2010). ROA mengukur tingkat profitabilitas dari asset yang
dimiliki institusi dan mampu membandingkan profit dan nonprofit LKM.
2.2.2. Kinerja Sosial (Social Performance)
Kinerja sosial LKMS diukur dari tujuan sosial yakni pengentasan kemiskinan,
pencapain persamaan sosial dan inklusi keuangan. Kinerja Sosial merefleksikan atensi LKM
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lihat dari alokasi pos keuangan LKMS
(Boye et al., 2006). Pengukuran kinerja sosial dapat dilihat dari beberapa aspek dalam
maqashid salah satunya yang dirumuskan Abu Zahrah.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
berupa data bulanan Returm On Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Liquidity
Ratio, Solvability Ratio dan Risk Coverage dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah di
Indonesia dari tahun Oktober 2015- September 2017. Data tersebut diperoleh dari website
Otoritas Jasa Keuangan.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda dan analisis deskriptif. Analisis regresi data panel digunakan untuk mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi ROA pada LKMS. Analisis deskriptif digunakan untuk
melihat kinerja sosial LKMS dilihat dari tiga aspek maqashid syariah Abu Zahrah.
3.2.1 Regresi
Regresi linier berganda adalah regresi yang menngunakan data pengamatan satu atau
lebih variabel pada suatu unit secara terus menerus selama beberapa periode waktu (Hsiao.
2003). Metode estimasi ini digunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat profit dari LKMS. Variabel eksogen atau variabel bebas (independent) dalam
penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Liquidity Ratio, Solvability Ratio dan
Risk Coverage. Selanjutnya variabel tak bebas (dependent) atau variabel endogen adalah
ROA (Return on Asset) dari Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang terdaftar di OJK.
Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah, pertama studi pustaka. yakni kegiatan
pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Kedua,
Dokumenter yakni kagiatan pengumpulan data yang diperoleh dari artikel, laporan dan jurnal ilmiah
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Ketiga Intuitif-Subjektif
yakni cara pengumpulan data yang melibatkan pendapat penulis terkait dengan masalah yang dibahas.
Keempat, Diskusi yakni teknik pengumpulan data dengan cara berdiskusi dengan akademisi dan
praktisi yang paham terkait permasalahan yang dibahas.
4. Pembahasan
4.1 Hasil Regresi Linier Berganda
Tabel 1. Hasil Pengolahan Data
Standard
Coefficients Error t Stat P-value
Intercept 0.0061 0.0050 1.2082 0.2426
X1 (Debt to Equity Ratio) -0.0037 0.0008 -4.6164 0.0002
X2 (Capital Ratio) -0.1011 0.0207 -4.8757 0.0001
X3 (Liquidity Ratio) 0.0720 0.0123 5.8784 0.0000
X4 (Solvability Ratio) -0.0046 0.0012 -3.7569 0.0014
X5 (Risk Coverage) -0.0064 0.0014 -4.4405 0.0003
Sumber : Data Output Excel (data diolah)
Tabel 2. Anova
df SS MS F Significance F
Regression 5 0.000174359 3.48719E-05 27.1686828 8.57841E-08
Residual 18 2.31036E-05 1.28353E-06
Total 23 0.000197463
Sumber : Data Output Excel (data diolah)
Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel Debt to Equity, Rasio Capital,
Likuiditas Rasio, solvabilitas rasio, beban penyisihan piutang terhadap Return on Asset
(ROA) dengan tingkat signifikansi = 5% . Return On Total Asset (ROA) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan modal untuk
menciptakan laba. Return On Total Asset (ROA) juga sering disebut juga sebagai Return On
Investment (ROI). Semakin tinggi nilai ROA maka pemanfaatan aktiva lebih efisien dan
menciptakan laba yang lebih besar.
Dari hasil pengolahan data yang ditunjukkan pada Tabel 4.1, konstanta yang diperoleh
sebesar 0,006 dan tidak signifikan berpengaruh terhadap ROA. Selanjutnya untuk variabel X1
(Debt to Equity Ratio) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap ROA sebesar 0,003 ,
ketika X1 naik sebesar satu satuan maka akan mengurangi rasio ROA sebesar 0,003. Debt to
Equity Ratio adalah perbandingan hutang terhadap modal. Capital Ratio adalah rasio
kecukupan modal dimana semakin tinggi maka menunjukkan semakin LKMS mampu dalam
menanggung risiko pembiayaan. Variabel X2 (Capital Ratio) memiliki pengaruh signifikan
negative terhadap ROA, ketika X2 naik satu satuan maka akan mengurangi ROA sebesar
0,10. Hal ini berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh Ibrahim et al (2016) terhadap LKMS
di Malaysia dimana capital ratio memiliki pengaruh signifikan positif terhadap ROA.
Variabel X3 (Liquidity Ratio) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan LKMS
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan dari hasil pengolahan data mempunyai
pengaruh tidak signifikan positif terhadap ROA. Hal sebaliknya diperoleh variabel X4
(Solvability Ratio) memiliki hubungan signifikan negatif terhadap ROA senilai 0,004, ketika
X4 naik satu satuan maka akan mengurangi ROA sebesar 0,004. Rasio Solvabilitas ini
menunjukkan besarnya aktiva yang diperoleh dari hutang, apabila debt ratio semakin tinggi
maka hutang yang dimiliki akan semakin besar. Variabel X5 (Beban Penyisihan Piutang)
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap ROA sebesar 0,006. Beban penyisihan piutang
adalah kerugian bagi LKMS yang bersumber dari non performing financing, ketika X5
meningkat satu satuan maka akan mengurangi rasio keuntungan perusahaan sebesar 0,006.
0.9
0.8
0.7
0.6
a. Pembiayaan
0.5 Mudharabah
Rasio
0.4 b. Pembiayaan
Musyarakah
0.3
c. Qard Hasan
0.2
0.1 d. Murabahah
0
Mei-17
Jul-17
Mei-16
Jul-16
Des-2015
Jun-16
Okt-16
Des-16
Jun-17
Nov-15
Jan-16
Apr-16
Nov-16
Jan-17
Apr-17
Feb-16
Mar-16
Sep-16
Feb-17
Mar-17
Sep-17
Oct-15
Agus-16
Agus-17
Gambar 4.1 Rasio Struktur Bisnis LKMS di Indonesia
Sumber : Statitik OJK (data diolah)
Dari hasil pengolahan data rasio jenis pembiayaan diketahui bahwa tren rasio
pembiayaan mudharabah, musyarakah dan qard hasan masih sangat kecil disbanding dengan
jenis pembiayaan murabahah, padahal LKMS diharapkan mampu meningkatkan keadilan
dalam masyarakat melalui kerjasama usaha dan pinjaman kebaikan dengan interest free,
sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Berbeda halnya dengan pembiayaan
murabahah yang lebih mengedepankan keuntungan.
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
Jul-16
May-17
Jul-17
Jan-16
Jan-17
Nov-15
Apr-16
May-16
Jun-16
Nov-16
Apr-17
Jun-17
Oct-15
Dec-15
Feb-16
Mar-16
Aug-16
Sep-16
Dec-16
Feb-17
Mar-17
Aug-17
Sep-17
Oct-16
Adair, P., & Berguiga, I. (2010). Les facteurs déterminants de la performance sociale et de la
performance financière des institutions de microfinance dans la région MENA: Une
analyse en coupe instantanée. Région et Développement, 32, 92-119.
Bank Indonesia. 2016. Analisa Peluang Indonesia dalam Era Ekonomi Digital dari Aspek
Infrastruktur, Teknologi, SDM, dan Regulasi Penyelenggara dan Pendukung Jasa
Sistem Pembayaran. Dipresentasikan pada Acara Temu Ilmiah Nasional Peneliti 28 Juli
2016. Bogor
Badan Pusat Statistik. 2010. Data Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut. Data
Sensus Sosial dan Kependudukan. BPS. Jakarta
Bank Indonesia dan LPPI. 2015. Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM).
Bank Indonesia. Jakarta. Diakses dari :
http://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/nasional/kajian/Documents/Profil%20Bis
nis%20UMKM.pdf
Boye, S., Hajdenberg, J., & Poursat, C. (2006). Le guide de la microfinance: Microcrédit et
épargne pour le développement P :E ’O G E
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Pernada Media Group : Jakarta Hal 115
Fauzia, Ika Yunia dan Riyadi, Abdul Kadir. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al- Syariah. Kencana : Jakarta.
P
Sustainability of Conventional and Islamic Microfinance Institutions. Economics
World, Sep.-Oct. 2016, Vol. 4, No. 5, 197-215.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegor. Cet. Ke – 5. hlm. 164 - 165.
Gonzales, A. (2010). Is microfinance growing too fast? MIX Data Brief No. 5. Retrieved
from http://www.themix.org/sites/default/files/MIX%20Data%20Brief%205%20-
%20Is%20microfinance%20growing%20too%2 0fast.pdf
Gujarati, Damodar N. (2003). Basics Econometrics 4th. New York : Mc Graw Hill.
Inayati, Titik, Bambang Subroto, Achmad Fachan & Atim Djazuli. 2014. Analyzing Islamic
Micro Finance Performance with Economic Value Added (EVA):
Learning from
Baitul Wat Tamwil (BMT) Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri Indonesia. Business and
Management Horizons Vol. 2, No. 2 pp. 29-37
Islamic Development Bank. 2015. Leveraging Islamic Finance for SMEs. World Bank
Finance and Markets Global Practice Islamic Development Bank Islamic Research and
Training Institute. G20 Policy Paper. Turkey
Meyer, J. (2002). Track record of financial institutions in assessing the poor in Asia. ADB
Research Institue Paper, No. 49.
Obaidullah. 2008. Introduction to Islamic Microfinance. The Islamic Business and Finance
Network. (India: Publishe by : IBF Net(P) Limited, 2008)
Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2015. Otoritas Jasa
Keuangan. Jakarta. Diakses melalui www.ojk.go.id
_ . 2017. Statistik IKNB Syariah Februari 2017. Otoritas Jasa Keuangan. Jakarta
_____. 2017. Statistik LKM (data sepanjang periode 2015-2017. Otoritas Jasa Keuangan.
Jakarta. Diakses melalui www.ojk.go.id
Jiwani, J. dan Husain, J. (2011). Strategic Impact of Incentive Programs for Loan Officers of
Micro-Finance Institutions. Journal of American Academy of Business. Cambridge,
17.
Rahman, Abdul Rahim Abdul. 2007. Islamic Microfinance: A Missing Component in
Islamic Banking. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 1-2 (2007), pp. 38-53
Umar, Husein. 2009 Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm. 181.