Вы находитесь на странице: 1из 3

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin,asam urat dan

kultur bakteri. Pemeriksaan radiologi meliputi foto thoraks, bone survey, ultrasonografi dan computed
tomography scan( Ct Scan ).

Pemeriksaan Tinja pada Infeksi Nematoda Usus

Pemeriksaan yang umumnya dilakukan dalam mendiagnosis infeksi nematoda usus berupa
mendeteksi telur cacing atau larva pada feses manusia (Suali, 2009; Maguire, 2010; WHO, 2012).

Pemeriksaan rutin feses dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makroskopis
dilakukan untuk menilai warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau, dan ada-tidaknya mukus. Pada
pemeriksaan ini juga dinilai ada- tidaknya gumpalan darah yang tersembunyi, lemak, serat daging,
empedu, sel darah putih, dan gula sedangkan pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk memeriksa
parasit dan telur cacing (Swierczynski, 2010).

Pemeriksaan mikroskop telur-telur cacing dari feses terdiri dari dua macam cara pemeriksaan, yaitu
secara kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan metode Kato dan Metode
Stoll. Pemeriksaan kualitatif dilakukan dengan metode natif (direct slide) , Metode Apung (Flotation
method), Metode Selotif dan Metode Modifikasi Kato Katz.

Pemeriksaan kuantitatif diperlukan untuk menentukan intensitas infeksi atau berat ringannya penyakit
dengan mengetahui jumlah telur per gram tinja (EPG) pada setiap jenis cacing. Hasil pemeriksaan
tinja kualitatif berupa positif atau negatif cacingan. Prevalensi cacingan dapat berupa prevalensi
seluruh jenis cacing atau per jenis cacing. .

Teknik Kato-Katz merupakan metode yang dipergunakan secara luas dalam survei epidemiologi
terhadap infeksi cacing yang terdapat di dalam usus manusia (intestinal helminth) (Glinz et al., 2010;
World Heatlh Organization, 2012). Teknik ini dipilih karena mudah, murah, dan mempergunakan
sistem yang dapat mengelompokkan intensitas infeksi menjadi beberapa kelas berbeda berdasarkan
perhitungan telur cacing.

Teknik Kato-Katz memiliki kelemahan, yaitu tingkat kesensitivitasan rendah dalam mendeteksi
infeksi dengan intensitas ringan. Pemakaian sampel feses yang sedikit (sekitar 41,7 mg) menyebabkan
teknik Kato-Katz memiliki sensitivitas yang rendah dalam mendeteksi telur cacing yang memiliki
frekuensi sedikit atau sangat berkelompok (sensitivitas analitik secara teori = 24 telur per gram feses)
(Glinz et al., 2010). Namun, sensitivitasnya dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan Kato-Katz apusan tebal yang dipersiapkan dari sampel feses sebelumnya, atau lebih baik
lagi dari beberapa sampel feses. Klasifikasi intensitas infeksi merupakan angka serangan dari masing-
masing jenis cacing. Klasifikasi tersebut digolongkan menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dan berat.
Intensitas infeksi menurut jenis cacing dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. - Klasifikasi Intensitas Infeksi Menurut Jenis Cacing

(WHO, 2012)

Jenis cacing (telur)


No. Klasifikasi
Cacing gelang Cacing cambuk Cacing tambang

1. Ringan 1 - 4.999 1 –999 1 - 1.999

2. Sedang 5.000 - 49.999 1.000 - 9.000 2.000 - 3.999

3. Berat ≥50.000 ≥10.000 ≥4.000

(sensitivitas analitik secara teori = 24 telur per gram feses).

Selain pemeriksaan Kato-Katz, terdapat juga pemeriksaan antibodi, deteksi antigen, dan diagnosis
molekular dengan menggunakan PCR (World Heatlh Organization, 2012). Serodiagnosis dapat
menjadi pemeriksaan pilihan dalam mendiagnosis infeksi nematoda usus. Kekurangan pemeriksaan
ini adalah bersifat invasif (seperti dengan pengambilan sampel darah), antibodi tetap terdeteksi setelah
penatalakasanaan, dan terdapat kemungkinan terjadinya reaksi silang dengan nematoda lainnya
(Knopp et al., 2008).

Teknik harada-mori

Teknik Harada-Mori merupakan teknik untuk mencari larva cacing parasit pada usus. Proses
identifikasi dari cacing tambang dapat dilakukan dengan metode Harada mori. (Bala, 2010). larva
dapat digunakan untuk membedakan antara N. americanus dan A.duodenale dengan melihat larva
filariform pada apusan feses pada kertas saring setelah inkubasi selama 5-7 hari (Gantz et al, 2006).
Kultur larva dapat terpisah dengan kotoran dengan bantuan sentrifugasi dan
diwarnai dengan lugols iodin untuk identifikasi selanjutnya. Teknik harada mori merupakan
teknik pemeriksaan kualitatif yang sederhana dan murah. Keuntungan dari teknik ini adalah
tidak hanya stadium telur saja yang ditemukan dengan teknik ini namun, diharapkan juga
ditemukan stadium larva cacing yang tumbuh dari proses ini. Waktu inkubasi yang lama
menyebabkan metode ini kurang efektif apabila data yang dibutuhkan cepat, sehingga bila
data kualitatif dibutuhkan cepat lebih baik menggunakan metode natif (Bala 2010).

Вам также может понравиться