Вы находитесь на странице: 1из 12

PENGUJIAN RELAI DIRECTIONAL EARTH FAULT PADA BAY NEW PACITAN

GARDU INDUK 150KV NGUNTORONADI DI PT PLN (PERSERO) TJBT AREA


PELAKSANA PEMELIHARAAN SALATIGA BC SURAKARTA

Makalah ditulis dan disampaikan dalam Seminar Kerja Praktik


pada tanggal 26 April 2017 di Universitas Diponegoro Semarang

Oleh :

Luthfi Hamid Setyabudi

Dosen Pembimbing :

Drs. Heru Winarno, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
PENGUJIAN RELAI DIRECTIONAL EARTH FAULT PADA BAY NEW PACITAN
GARDU INDUK 150KV NGUNTORONADI DI PT PLN (PERSERO) TJBT AREA
PELAKSANA PEMELIHARAAN SALATIGA BC SURAKARTA

Luthfi Hamid Setyabudi,1* Heru Winarno1


1
Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50275
e-mail : Luthfihmd@student.undip.ac.id*

ABSTRAK
Sistem penyaluran tenaga listrik Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi yang saling
terhubung satu sama lain membentuk satu sistem operasi transmisi tegangan tinggi dan
tegangan ekstra tinggi. Lebih dari 70% gangguan pada saluran udara merupakan gangguan
fasa-tanah yang bersifat tahanan tinggi sehingga mengakibatkan perlunya sistem proteksi
yang mampu mengamankan sistem dari segala celah yang dapat mengakibatkan kerusakan
peralatan. Penggunaan relai jarak numerik atau digital yang dilengkapi dengan skema
teleproteksi tertentu berguna dalam mengamankan sistem penyaluran dari meluasnya
gangguan akibat dari kurang selektifnya relai.
Relai directional earth fault merupakan relai komplemen dari relai jarak, yang mampu
mengamankan sistem dari gangguan high resistance yang tidak dapat dideteksi oleh relai
jarak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari relai DEF yang
dilengkapi skema teleproteksi permissive overreach transfer trip pada penghantar GI 150kV
Nguntoronadi.
Hasil dari pengujian dinyatakan bahwa arus pick-up DEF sesuai dengan setting dan skema
teleproteksi POTT mampu memberikan initiate trip pada PMT dalam waktu 100ms. Serta
relai mampu memaksimalkan fungsi autoreclose, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
relai DEF pada bay New Pacitan GI 150kV Nguntoronadi dalam keadaan baik dan mampu
bekerja sesuai dengan fungsinya.

Kata kunci : directional earth fault, high resistance

1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan sumber tenaga listrik yang semakin hari semakin bertambah serta
permintaan konsumen agar listrik tidak mengalami pemadaman menuntut PLN untuk terus
menjaga sistem tenaga listrik supaya handal dan aman dari sisi pembangkit, transmisi, dan
distribusi. Dengan latar belakang tersebut maka seluruh komponen sistem tenaga listrik harus
memiliki sistem proteksi/pengaman yang berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan dalam
daerah pengamanannya dan memisahkan gangguan tersebut dari daerah yang masih sehat
sehingga gangguan tidak meluas. Dengan kata lain, penyaluran tenaga listrik tetap stabil atau
tidak terhambat.

1
Dalam sistem transmisi, sebagai proteksi utama trafo tenaga 150/20 kV dipasanglah relai
diferensial yang bekerja bedasarkan hukum arus Kirchoff I yakni arus masuk sama dengan
arus keluar dengan daerah pengamanan yang dibatasi oleh dua trafo arus pada sisi primer dan
sekunder. Relai-relai proteksi ini harus dilakukan pemeliharaan secara berkala untuk
mengetahui unjuk kerja relai apakah relai masih sesuai dengan setting atau tidak, sehingga
ketika ada gangguan maka relai akan bekerja maksimal untuk menyelamatkan sistem. Pada
relai diferensial statik, pemeliharaan dilakukan setiap 2 tahun sekali dengan melakukan uji
individual masing-masing relai fasa R-S-T.

2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Proteksi
Sistem proteksi adalah susunan satu atau lebih peralatan proteksi dan peralatan
lain yang dimaksudkan untuk mengerjakan satu atau lebih fungsi proteksi. Sistem ini
terdiri dari satu atau lebih peralatan proteksi, CT, wiring, rangkaian tripping, catu daya,
dan jika diperlukan, sistem telekomunikasi. (IEV 448-11-04).
2.2 Tujuan Utama Sistem Proteksi
Tujuan utama sistem proteksi adalah sebagai berikut :
 Mendeteksi kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik.
 Memerintahkan trip pada PMT dan memisahkan peralatan yang terganggu dari
sistem yang sehat, sehingga sistem dapat terus berfungsi.
2.3 Proteksi Pada Sistem Transmisi
Proteksi pada sistem transmisi terbagi pada beberapa jenis penghantar dengan pola
tertentu , yakni :
1. Proteksi Pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Pola proteksi pada SUTET 500 kV terdiri dari 2 proteksi utama (Lpa dan LPb)
yang bekerja secara redundant, antara lain:
a. Pola proteksi standar yang terdiri dari proteksi utama yaitu relai jarak
dan directional earth fault yang dilengkapi dengan skema teleproteksi.
b. Pola Non Standar I terdiri dari sebuah Directional Comparison (LPa)
dan relai jarak dan DEF yang dilengkapi teleproteksi sebagai (LPb).
c. Pola Non Standar II terdiri dari Phase Comparison sebagai proteksi
utama 1 (Lpa) dan relai jarak yang dilengkapi dengan teleproteksi
sebagai proteksi utama 2 (LPb).
Sedang untuk proteksi cadangan pada trafo biasanya terdiri dari relay distance
yang di setting dengan waktu tunda.

2
2. Proteksi Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Proteksi pada saluran udara tegangan tinggi dibagi berdasar jenis dan panjang
dari saluran, berikut merupakan pola proteksi pada SUTT :
a. Saluran transmisi pendek (<80Km) menggunakan proteksi berupa Line
Current Differential, Phase Comparison, dan Directional Comparison
dengan menggunakan pola bloking.
b. Saluran transmisi menengah (80-250Km) menggunakan proteksi
berupa current differential atau distance relay dengan skema
teleproteksi PUTT.
c. Saluran transmisi panjang (>250Km), menggunakan relai distance
dilengkapi DEF dengan menggunakan teleproteksi baik POTT maupun
PUTT.
2.4 Gangguan Pada Saluran Penghantar
Gangguan yang sering terjadi pada saluran penghantar merupakan gangguan yang berupa
hubung singkat baik antar fasa maupun fasa tanah. Gangguan tersebut terdiri dari :
a. Gangguan hubung singkat 3 fasa simetris, dimana komponen tegangan VR, VS,
VT tetap pada sudu 120o. Nilai impedansi diperoleh dari nilai tegangan dibagi
dengan besar arus gangguan yang terbaca relai.
ZR= VR /IR
b. Gangguan hubung singka 2 fasa, pengukuran impedansi diperoleh dari nilai
tegangan fasa yang terganggu, dan arusnya merupakan selisih (vektoris) dari arus
gangguan. Pengukuran impedansi pada hubung singkat dua fasa dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Tegangan dan Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa
Phasa terganggu Tegangan Arus
R-S VR-VS IR-IS
S-T VS-VT IS-IT
T-R VT-VR IT-IR
c. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah, untuk mengukur impedansi pada saat
hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan yang dimasukkan ke relai adalah
tegangan yang terganggu, sedangkan arus fasa terganggu di tambah arus sisa
dikali factor kompensasi.
Z1 = VR/(IR+K0.In)

3
d. Gangguan High Resistance, merupakan gangguan hubung singkat satu fasa ke
tanah yang bersifat tahanan tinggi. Gangguan ini terjadi akibat adanya busur api
(arcing) pada konduktor yang diakibatkan oleh beberapa fakor antara lain :
 Pohon yang terlalu dekat dengan penghantar tetapi tidak bersentuhan secara
langsung (Mid-span to vegetation).
 Sambaran petir tidak langsung.
 Flash over atau busur api pada konduktor.
Gangguan yang bersifat high resistance ini ditandai dengan sudut gangguan,
kenaikan arus, dan drop tegangan yang kecil sehingga tidak dapat dideteksi oleh
relai jarak. Maka, agar dapat mengamankan sistem dari gangguan tersebut perlu
dipasang dan diaktifkan relai directional earth fault.

2.5 Relai Directional Earth Fault


Directional Earth Fault (DEF) adalah relai arus lebih berarah dengan deteksi arus
3Io dan referensi tegangan -3Vo yang bekerja mengamankan penghantar dari gangguan
fasa ke tanah yang bersifat tahanan tinggi (high resistance) yang tidak terdeteksi oleh
distance relai. Relai DEF dalam penerapannya selalu dilengkapi dengan skema
teleproteksi. Ia juga dibagi menjadi dua, yaitu :
a. DEF Utama, dimana ia difungsikan sebagai proteksi utama penghantar. DEF dapat
memberikan sinyal instan trip ke PMT, namun kerjanya diberi waktu tunda 20-100ms
agar membedakan dari setting zone-1 relai distance.
b. DEF Backup, adalah relai DEF yang bekerja dengan waktu tunda lebih lama dari
waktu tunda zona 3 distance relai (2 detik) dan tidak memerlukan teleproteksi.
2.6 Prinsip Kerja Relai Directional Earth Fault
Relai directional earth fault bekerja mengamankan saluran penghantar dari gangguan
yang bersifat tahanan tinggi. Relai akan bekerja pada arus operasi 3I 0 atau arus residual
pada sisi netral penghantar, dengan hanya melihat daerah yang ada di depannya
(forward). Agar ia dapat membedakan daerah yang ada di depan (forward) dan belakang
(reverse) maka ia memerlukan sudut referensi yang diperoleh dari nilai tegangan residual
sisi netral (-3V0).
Sehingga dapat diketahui bahwa relai akan bekerja apabila ia memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain :
 Nilai arus setting harus terpenuhi (I Operating).
 Sudut gangguan kurang dari 10O atau hampir satu fase dengan tegangan referensi
 Berada pada daerah kerja Forward.

4
Gambar 2. 1 Relai DEF melihat pada arah forward
2.7 Karakteristik Relai Directional Earth Fault
Relai ini mempunyai 2 buah parameter ukur yaitu tegangan dan arus yang masuk ke
dalam relai untuk membedakan arah arus ke depan atau arah arus ke belakang. Daerah
kerja relai DEF dapat disetting besarnya sesuai dengan kebutuhan sistem, daerah tersebut
dibedakan sebagai berikut :
 DEF Forward (arah depan) berada pada sisi kirim atau daerah 1 dan 4 pada kurva
( sebesar -90° < DEF< 90°).
 DEF Reverse (arah belakang) berada pada daerah 2 dan 3 dari kurva penyaluran beban
(sebesar -90° > DEF > 90°).
Relai bekerja berdasarkan arus dari ZCS (Zero Current Sequence) atau 3I0 yang
merupakan arus residual pada sisi netral dan tegangan residual atau -3V0 dari PT
(Potential Transformers). Arah arus gangguan ditentukan dengan membandingkan phasor
tegangan dan phasor arus secara vektoris dalam 3 fasa.
3Io = Iresidual = Ia + Ib + Ic
-3Vo = - Vresidual = - (Va + Vb + Vc)
Bila diketahui nilai komponen 3 fasa berupa arus (IA,IB, dan IC) serta tegangan
(VA,VB, dan VC) pada sebuah penghantar. Maka secara teori komponen simetris kondisi
seimbang dapat digambarkan menggunakan urutan positif (+) dimana tiap besaran
berbeda sudut fasa sebesar 120o dengan putaran searah jarum jam. Sedang kondisi
gangguan menggunakan urutan negatif (-), dan urutan nol. Dengan menggunakan
perhitungan vektor maka akan didapatkan besar nilai I residual dan V residual.

Gambar 2. 2 Urutan positif, negatif, dan nol


Sudut kerja relai biasa disebut dengan relay characteristic angle atau maximum
torque angle merupakan sudut lagging arus gangguan terhadap tegangan referensi arah

5
(V0) dengan besar sudut selebar 60o. Kondisi ini adalah dimana arus gangguan minimum
dapat mengakibatkan relai pickup atau bekerja.

Gambar 2. 3 Karakteristik Forward DEF

2.8 Setting Relai Directional Earth Fault


Iset = (0.1-0.5) x In /CCC
Dimana : Iset : Arus Setting DEF (A)
0,1 : konstanta setting DEF
In : Arus nominal penghantar (A)
CCC : current carrier capacity atau kemampuan hantar arus pada
konduktor, dipilih nilai arus terkecil antara In atau CCC.
Untuk setting arus relai DEF di Gardu Induk Nguntoronadi sendiri disetting sebesar 20%
dengan tunda trip sebesar 100ms. Daerah forward, atau arah depan dari relai DEF berada
pada sudut 90o<DEFF<270o.
2.9 Pentingnya Pemasangan Relai Directional Earth Fault
Selain relai DEF mampu mengakomodir gangguan high resistance, ia juga meningkatkan
sensitifitas relai jarak terhadap gangguan tahanan tinggi. Karena pada umumnya
jangkauan resistif pada relai jarak dibatasi oleh setting resistive reaches (RS). Terdapat
beberapa keuntungan lain dalam pengaktifan relai DEF, antara lain :
 Skema teleproteksi memungkinkan trip dalam waktu instan.
 Fungsi pemilihan fasa gangguan (phase selection) dapat diaktifkan.
 Fungsi single pole autoreclose dapat diterapkan sehingga meningkatkan keandalan
sistem.

3. PENGUJIAN RELAI DIRECTIONAL EARTH FAULT


3.1 Pengertian Pengujian
Pengujian merupakan bagian dalam proses pemeliharaan yang berguna untuk mengetahui
kondisi, kinerja, dan karakteristik dari suatu peralatan dengan mensimulasikan gangguan

6
menggunakan alat injeksi sekunder. Atau bisa disebut juga dengan shutdown
testing/measurement.
3.2 Lokasi Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan pada,
Tanggal : 16 Maret 2018
Waktu : 08.00 – 16.00 WIB
Lokasi : Bay New Pacitan 1 GI 150/20 kV Nguntoronadi
merupakan Recommisioning Relay Distance pada bay penghantar yang dilakukan oleh
regu pemeliharaan PT PLN (Persero) TJBT APP Salatiga Basecamp Surakarta.
3.3 Peralatan Uji Relai Diferensial GIS Randu Garut
Peralatan utama yang digunakan untuk pengujian adalah :
1. Alat Uji (ISA TDRS 64)

Gambar 3.1
(a) Alat Uji ISA DRTS 64 (b) Tampilan Test And Data Management Software
2. Laptop dengan Software “Test And Data Management Software”
Merupakan software bawaan dari ISA sebagai pendukung alat uji DRTS 64.
Dengan software ini dapat diatur setting pengujian sesuai dengan fungsi kerja relai
proteksi yang akan diuji, dalam hal ini relai directional earth fault maka yang diatur
adalah penginjeksian arusnya.
3. Relai Distance (Merk ABB; Tipe REL670)

Gambar 3.2 Relai Distance Merk ABB Tipe REL670


3.4 Pengujian Relai Directional Earth Fault

7
 Koneksikan laptop dengan alat uji ISA DRTS 64.
 Hubungkan alat uji dengan ground serta alat uji dan laptop dengan sumber 220 VAC.
 Hubungkan terminal DC dari alat uji ke terminal sumber DC relai (terminal positif =
13; negatif = 14)
 Buka software “TDMS” dan atur setting pada jendela Overcurrent 67.
 Koneksikan terminal alat uji ke terminal relay sesuai dengan jenis pengujian.
 Pengujian dilakukan pada fasa R-S-T dengan gangguan berupa hubung singkat fasa-
tanah.

Gambar 3.3 Jendela Overcurrent 67


Hal yang diuji pada saat pemeliharaan relai diferensial yang dilaksanakan di GI
150/20 kV Nguntoronadi, yaitu :
a. Pengujian arus kerja minimum (I pick-up),
b. Pengujian intertrip,
c. Pengujian fungsi autoreclose.
3.5 Hasil Pengujian
3.5.1 Pengujian arus pick-up
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Arus Pick Up

Berdasarkan tabel hasil uji relai diatas (tabel 3.1), terlihat bahwa arus pick-up
atau arus kerja relai pada masing-masing fasa R-S-T memiliki nilai yang sama yakni
0,201 A. Nilai ini menyimpang 0,01 A dari setting-nya.

8
Nilai arus pick up ini menyimpang sebesar 0,05% dari setting yang telah
ditentukan yaitu 0,2 A. Pada dasarnya batas maksimal penyimpangan perhitungan
setting dengan hasil pengujian relai adalah 5%. Relai DEF yang terpasang pada bay
penghantar ini dapat dikatakan bahwa relai layak untuk beroperasi dan bekerja sesuai
dengan semestinya.
Waktu pick-up untuk masing-masing fasa sebesar 123ms, dan memiliki selisih
sebesar 23ms dengan waktu setting. Hal itu diakibatkan karena internal dari relai
ABB REL 670 itu sendiri, memiliki default setting delay untuk pengaktifan DEF
sebesar 20ms. Nilai ini masih memenuhi standar waktu kerja instant yakni dibawah
120 ms, sehingga waktu kerja relai DEF dinyatakan sesuai dengan fungsinya sebagai
proteksi utama
3.5.2 Pengujian Intertrip
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Intertrip Relai DEF

Pola Permissive Overreach Transfer Trip memungkinkan relai mengirim (Tx)


dan menerima (Rx) sinyal teleproteksi pada waktu bersamaan pada saat relai
mengalami pickup ketika terjadi gangguan pada sistem.
Hasil pengujian memperlihatkan gangguan terjadi pada fasa R terhadap tanah.
Relai Distance ABB tipe REL 670 di GI 150kV Nguntoronadi (GI Lokal),
mengalami pickup dan menerima sinyal teleproteksi received dari GI Remote untuk
kemudian dalam waktu 123 ms dapat mentripkan PMT pada line yang mengalami
gangguan. Pada waktu yang bersamaan, relai pada GI lawan juga mengalami
pickup dan menerima sinyal teleproteksi dari GI Nguntoronadi untuk kemudian
dalam waktu 123 ms dapat mentripkan PMT.
3.5.3 Pengujian Fungsi Autoreclose
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Fungsi PMT dan Autoreclose

9
Dari hasil pengujian dapat diketahui beberapa indikasi antara lain :
a.“DEF Trip” berarti relai DEF yang bekerja dalam menangani gangguan pada
penghantar.
b. “Start Phase L1” dapat diartikan bahwa fungsi phase selection pada relai distance
numerik merk ABB tipe REL670 ini berfungsi dengan baik. Selain itu adanya
indikasi “reclose” berarti adanya fungsi phase selection ini mampu menerapkan
pola single pole auto reclose atau dalam hal ini reclose hanya pada PMT fasa R

4. KESIMPULAN
1) Relai directional earth fault merupakan pengaman utama tambahan setelah relai distance
pada penghantar yang bekerja tanpa waktu tunda dan bersifat selektif, yakni hanya
bekerja mengangani gangguan yang bersifat high resistance yang berada pada daerah
kerja forwardnya.
2) Jenis relai jarak yang dipakai pada GI 150kV Nguntoronadi adalah relai merk ABB tipe
REL670 dengan arus pickup untuk Directional Earth Fault sebesar 0,2xIn.
3) Pengujian relai jarak menggunakan alat uji ISA DRTS 64 yang bekerja menginjeksikan
arus ke relai sesuai setting yang dimasukkan oleh user.
4) Hasil pengujian individu relai DEF di GI Nguntoronadi Garut tahun 2018 menunjukkan
hasil yang baik jika dilihat dari I pick-up yang hanya berselisih 0,01 dari setting-nya,
berarti memiliki penyimpangan 0,05%. Nilai ini masih memenuhi standar penyimpangan
relai yakni ±5%.
5) Dalam pengujian intertrip, skema teleproteksi permissive overreach transfer trip mampu
mengkomunikasikan sinyal teleproteksi (Tx-Rx) dan berhasil memberikan initiate trip
pada relai secara instan.
6) Dalam pengujian fungsi, relai mampu memaksimalkan fungsi phase selection dan
melakukan single pole autoreclose sehingga meminimalisir lama waktu pemadaman.
7) Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengujian
individual yang terdiri dari pengujian arus pick-up, pengujian intertrip, dan pengujian
fungsi PMT dan autoreclose relai directional earth fault di Ginguntoronadi 150/20 kV
dalam keadaan baik dan mampu bekerja sesuai dengan fungsinya.

5. SARAN

10
1) Mahasiswa sebaiknya mempersiapkan diri sesuai disiplin ilmunya, sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan tugas-tugas di tempat praktik, karena pengalaman yang
didapat dari perusahaan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan
keterampilan mahasiswa.
2) Pengujian relai-relai proteksi harus dilakukan dengan serius, teliti, seksama, dan
selengkap-lengkapnya agar didapatkan hasil uji yang akurat dan baik.
3) Hasil pengujian harus diteliti dan dibandingkan dengan hasil perhitungan dan pengujian
tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui error/kesalahan relai dari tahun ke tahun.
4) Pada saat pemeliharaan dilakukan juga pengecekkan wiring proteksi, polaritas CT dan
ACT, serta kekencangan mur dan baut untuk mengantisipasi timbulnya gangguan non
sistem.
5) Pada saat bekerja harus selalu menerapkan prinsip K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) untuk menghindari kecelakaan kerja.
6) Kedisiplinan dalam bekerja harus ditingkatkan agar pekerjaan selesai tepat waktu tanpa
halangan.
7) Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan agar lebih banyak tenaga ahli di bidang
proteksi.
6. DAFTAR PUSTAKA
ABB, Line Distance Protection REL670 2.1 IEC Application Manual, ABB Group,2016.

PT PLN (Persero). (2013). Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu
Induk Jawa-Bali : tidak diterbitkan

PT PLN (Persero). (2014). Buku Pedoman Pemeliharaan Proteksi dan Kontrol


Penghantar SKDIR 05203.K/DIR/2014 Proteksi dan Kontrol Penghantar
No. Dokumen:PDM/SGI/15:2014). Jakarta. PT. PLN (Persero)

PT PLN (Persero) P3B. (2015). Pemeliharaan dan Pengujian Relai Jarak. Pelatihan O&M
Relai Proteksi Penghantar. (Dokumen nomor : NO.P3B/OMPROT/TDSR)

Schneider Electric, MiCOMho P443 and P446 Fast Multifunction Distance Protection,
Schneider Electric, 2010.

Suryadipraja, Aji Danang. (2018). Studi Analisa Kerja Rele Jarak Pada Saluran
Transmisi Gardu Induk Wonosari – Gardu Induk Solo Baru 150 Kv, Tugas Akhir Tidak
Terpulikasi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

11

Вам также может понравиться