Вы находитесь на странице: 1из 41

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis
karena adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran
kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran
kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya
produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi,
2007).
Lokasi batu saluran kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis
(nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di ureter atau di kandung
kemih (vesikolitiasis) (Robbins, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio
pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa
nyeri .Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang
menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit
terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran
prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi
penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada
perempuan dewasa (Muslim, 2007).
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang
dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau
gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal,
menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
3

(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes,


2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang
berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak
diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif,
dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis
(Purnomo, 2011).

Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh prosedur pencitraan yang tepat,


pemeriksaan radiologi dengan menggunakan ultrasonografi akan sangat
membantu dalam penanganan kasus nefrolitiasis. Dapat diketahui
adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem duktus kolektivus.
Pemeriksaan USG. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk
menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan
batu radiolusen (Sudoyo,2007)
4

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari laporan ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme nyeri
2. Untuk mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi dan epidemiologi batu
saluran kemih beserta Diagnosis Bandingnya.
3. Untuk mengetahui patofisiologi batu saluran kemih.
4. Untuk mengetahui metode diagnosis batu saluran kemih.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan , KIE, komplikasi, dab prognosis batu
saluran kemih.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari laporan ini, yaitu:


1. Agar mahasiswa mengetahui mekanisme nyeri.
2. Agar mahasiswa mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi dan epidemiologi
batu saluran kemih beserta Diagnosis Bandingnya.
3. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi batu saluran kemih.
4. Agar mahasiswa mengetahui metode diagnosis batu saluran kemih.
5. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan , KIE, komplikasi, dab
prognosis batu saluran kemih.
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Hari / Tanggal Sesi 1 : Senin, 26 Maret 2018

Hari / Tanggal Sesi 2 : Rabu, 28 Maret 2018

Tutor : dr. Sukandriani Utami S.ked

Moderator : Melytania

Sekretaris : Nadia Rahmalia Ilahi

2.2 Skenario
NYERI HILANG TIMBUL

Tn. Surya, 55 tahun, datang ke IGD Rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
sebelah kiri yang semakin hebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat perjalanan penyakit sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit, Tn.
Surya mengeluh nyeri pinggang kiri yang hilang timbul tapi masih bisa
beraktivitas seperti biasa. Sejak 1 hari ini nyeri pinggang bertambah lebar
menjalar menjalar ke perut bagian bawah sehingga mengganggu aktivitas.
Tn.Surya juga mengalami mual, dan muntah. Riwayat BAK seperti berpasir (+)

Foto BFO: bayangan gas dalam usus normal, bayangan hepar dan lien tidak
membesar, contour ginjal kanan dan kiri normal, psoas shadow simetris, lipping
proses pada VL 2-5, tampak bayangan radio opaque di cavum pelvis sisi kiri.
6

2.3 Pembahasan LBM

I. Klarifikasi Istilah
1. Lipping proses : proses perkembangan berlebih tulang akibat dari
peradangan local yang diikuti oleh kalsifikasi. (dorland’s 2007, 2012)

2 . Foto BFO : Foto polos abdomen untuk melihat ada tidaknya kelainan
pada abdomen (Dewi, 2007).

3. Psoas shadow : Penurunan kejelasan dari salah satu garis psoas telah
yang membantu dalam diagnosis berbagai lesi intra-abdominal dan
retroperitoneal (Robbins, 2007).

II. Identifikasi Masalah


1. Apa yang menyebabkan Tn. Surya mengeluhkan :
a. Nyeri perut sejak satu hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit ?
b. Apa yang menyebabkan mual dan muntah ?
c. Apa yang menyebabkan BAK seperti berpasir ?
d. Apa yang menyebabkan nyeri menjalar sampai ke abdomen?
2. Apa hubungan jenis kelamin dengaang usia pada penyakit yang di derita
Tn. Surya?
7

III. Brainstorming
1. Apa yang menyebabkan Tn. Surya mengeluhkan :
a. Nyeri perut sejak satu hari yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit ?

Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu


nyeri kolik dan non kolik.
 Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada
saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas
pada jaringan sekitar (Brooker, 2009). Nyeri kolik juga
karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem
kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu pada saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal
saraf yang memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
 Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal
karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal
(Purnomo, 2012) sehingga menyebabkan nyeri hebat
dengan peningkatan produksi prostglandin ginjal . Rasa
nyeri akan bertambah berat apabila batu bergerak turun
dan menyebabkan obstruksi. (Brunner&Suddart, 2015).

b. Apa yang menyebabkan mual dan muntah ?


 Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi
ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri yang sangat
hebat sehingga pasien mengalami stress yang tinggi dan
memacu sekresi HCl pada lambung (Brooker, 2009).
8

 Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan karena adanya


stimulasi dari celiac plexus, namun gejala gastrointestinal
biasanya tidak ada (Portis & Sundaram, 2001).

c. Apa yang menyebabkan BAK seperti berpasir ?


 Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar 8spontan
setelah melalui hambatan pada perbatasan uretero-pelvik,
saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat ureter masuk ke
dalam buli-buli, sehingga ketika berkemih berasa seperti
adanya pasir, karena batu berukuran kecil keluar dari buli-
buli (Purnomo, 2012).
d. Apa yang menyebabkan nyeri menjalar sampai ke abdomen?
 Yang menyebabkan nyeri menjalar sampai ke abdomen
adalah adanya persarafan sekitar yang menghubungkan
berbagai organ visera sekitar sehingga mengakibatkan
terjadinya penyebaran nyeri pada organ-organ sekitar
(Brooker, 2009).
 Karena adanya batu dan kristal tersebut dapat ditemukan
di ginjal, urethra, dan kebanyakan di vesika urinaria
(kandung kencing). Adanya batu atau polikristal tersebut
dapat membuat iritasi saluran air kencing, akibatnya
saluran tersebut rusak, ditemukan darah bersama urin yang
dapat menimbulkan rasa sakit dari pingang hingga
menjalar ke abdomen dan sekitar kelamin. Terbentuknya
batu ginjal disebabkan oleh adanya pengurangan atau
kurangnya volume pada urine atau kelebihan unsur
senyawa yang membentuk batu dalam kandung kemih
atau saluran urine.
9

2. Apa hubungan jenis kelamin dengaang usia pada penyakit yang di


derita Tn. Surya?

Pada umumnya urolithiasis terjadi akibat berbagai sebab yang


disebut faktor resiko. Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan
intervensi yang dapat mengubah faktor resiko, namun ada juga faktor
resiko yang tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah antara
lain: jenis kelamin, dan Usia
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan yang dapat memberikan perbedaan
angka kejadian pada pria dan wanita. Jenis kelamin ini berkaitan
dengan bentuk anatomis, fisiologi, dan sistem hormonal yang
berbeda antara pria dan wanita.
Dalam penyakit batu ginjal faktor jenis kelamin
mempengaruhi, yaitu laki-laki tiga kali lebih mungkin terkena
batu ginjal dibandingkan dengan wanita. Diperkirakan 80% dari
pria mengalami gejala tersebut. Terdapat sejumlah faktor yang
mempengaruhi. Pertama, anatomi saluran ken-cing laki-laki yang
memang mudah terkena penyakit. Umumnya, saluran ureter la-ki-
laki lebih panjang dibandingkan dengan wanita. Kemudian,
komposisi urine laki-laki mengandung kalsium oksalat lebih
tinggi dan rendah sitrat. Penimbunan kalsium dan oksalat bisa
membentuk batu. Sementara sitrat bisa mencegah batu. Prevalensi
diperkirakan penyakit batu ginjal terjadi 13 % pada laki-laki
dewasa dan 7% wanita dewasa (Robbins, 2007).
10

2. Usia
Usia merupakan hal yang sangat penting sebab banyak
penyakit yang ditemukan dengan berbagai variasi frekuensi yang
disebabkan oleh perbedaan umur. Umur berkaitan dengan daya
tahan tubuh, seperti anak-anak yang lebih rentan terkena penyakit.
(Robbins, 2007).

Biasanya laki-laki akan mengalami batu ginjal pada umur 40


tahun dan meningkat drastis saat usia 70 tahun, sedangkan pada
wanita pada usia 50 tahun. Hal ini dikarenakan kadar asam urat
pada pria cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
Sedangkan pada wanita yang belum menopause, memiliki kadar
hormon estrogen yang cukup tinggi. Hormon ini membantu
mengeluarkan asam urat darah melalui kencing. (Robbins, 2007)
11

IV. Rangkuman Permasalahan


Bagan
12

Penjelasan bagan

Tn. Surya, 55 tahun, datang ke IGD Rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut sebelah kiri yang semakin hebat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit. Riwayat perjalanan penyakit sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, Tn. Surya mengeluh nyeri pinggang kiri yang hilang timbul tapi masih
bisa beraktivitas seperti biasa. Sejak 1 hari ini nyeri pinggang bertambah
lebar menjalar menjalar ke perut bagian bawah sehingga mengganggu
aktivitas. Tn.Surya juga mengalami mual, dan muntah. Riwayat BAK seperti
berpasir (+)

Foto BFO: bayangan gas dalam usus normal, bayangan hepar dan lien
tidak membesar, contour ginjal kanan dan kiri normal, psoas shadow
simetris, lipping proses pada VL 2-5, tampak bayangan radio opaque di
cavum pelvis sisi kiri.

. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kami memperoleh diagnosis


banding Nephrolithiasis, Uretrolithiasis, Vesikolithiasis, dan uretralithiasis.
Untuk menentukan diagnosis kerja kami membandingkan berdasarkan
korelasi klinis yang sesuai dengan tanda-tanda pada pasein. Diagnosis kerja
yang kami dapat akan kami identifikasi mulai dari definisi, etiologi,
epidemiologi, patofisiologi, cara mendiagnosis, terapi, edukasi, komplikasi
serta prognosis yang akan kami bahas pada Learning Issue.
13

V. Learning Issues
1. Mekanisme nyeri dan macam – macam nyeri
2. Jelaskan diagnosis banding/diferensiasi (DD) batu saluran kemih (
definisi, epidemiologi, etiologi, pathogenesis, gejala klinis, dan cara
mendiagnosis)
3. Korelasi Klinis
4. Identifikasi diagnosis definitif (DX) (penatalaksanaan, komplikasi,
edukasi, prognosis )

VI. Referensi
1. Mekanisme nyeri dan macam – macam nyeri
- Guyton, Arthur C.Hall,John E.Sistem Saraf dalam Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran.Ed.11.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
ECG.2008.hal.625-26
- Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC.

2. Jelaskan diagnosis banding/diferensiasi (DD) batu saluran kemih (


definisi, epidemiologi, etiologi, pathogenesis, gejala klinis, dan cara
mendiagnosis)
- De jong,Wim. Sjamsuhidajat, R. Saluran Kemih dan alat Kelamin
Lelaki dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.2004.hal.751-54
- Fauzi, Ahmad & Marco Manza Adi Putra.2016. Nefrolithiasis. FK
Universitas Lampung.
- Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV.Sagung
Seto, 2011. 57-68
14

- Tanagho,Emil A.Mc Aninch,Jack W. Symptoms of Disorders of the


Genitourinary Tract, Urinary Stone Disease in Smith General
Urology.Ed.16th. California : The McGraw-Hill Companies.
2007.p.Ch 3,16
- Ahmad, Palinrungi. Ilmu Bedah Urologi Gambaran Klinik Penyaki-
penyakit dan Kelainan Traktus Urogenitalia.Makassar : Fakultas
Kedokteran Universitas hasanuddin.2012.hal.26-30
- Robins. 20013. Basic Patologi, sauders, an imprint of Elsevier,inc.

3. Korelasi Klinis
- Ahmad, Palinrungi. Ilmu Bedah Urologi Gambaran Klinik Penyaki-
penyakit dan Kelainan Traktus Urogenitalia.Makassar : Fakultas
Kedokteran Universitas hasanuddin.2012.hal.26-30

4. Identifikasi diagnosis definitif (DX) (penatalaksanaan, komplikasi,


edukasi, prognosis )
- Robins. 20013. Basic Patologi, sauders, an imprint of Elsevier,inc.
- Fauzi, Ahmad & Marco Manza Adi Putra.2016. Nefrolithiasis. FK
Universitas Lampung.
15

VII. Pembahasan Learning Issues

1. Macam – macam nyeri dan mekanisme nyeri


A. Macam-macam nyeri
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur, yaitu:
1. Nyeri abdomen visera
Nyeri dari organ berongga ataupun karena penegangan dari
kapsul pada organ yang padat. Nyeri ini bersifat tidak
terlokalisir karena serabut sarafnya tidak bermielin, dan
memasuki korda spinalis pada tngkat yang beragam. Nyeri
visceral ini dibagi berdasarkan region asal embrionik.
- Struktur foregul : lambung, liver, dan pankreas
menghasilkan nyeri abdomen atas atau region epigastric
- Struktur midgut: jejenum, ileum, apendiks dan kolon
ascendens menyebabkan nyeri periumbilikalis
- Struktur hidgut: seperti kolon transversal, ascendens, dan
UT yang menyebabkan nyeri abdomen bagian bawah.
2. Nyeri abdomen parietal (somatic)
Nyeri ini dihasilkan karena iskemia, inflamasi, atau penegangan
dari peritoneum parietal. Nyeri ini berbeda dengan nyeri
visceral, pada nyeri ini bersifat local karena serabut saraf aferen
yang bermielin akan mentransmisikan stimulus nyeri ke akar
ganglion dorsal dan dermatomal yang sama dari asal nyerinya.
3. Nyeri alih
Nyeri yang dirasakan berada di tempat lain, tidak sesuai dengan
letak organ yang mengalami kelainan. (Mahadevan, 2005).
16

B. Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeri yang berasal dari ginjal terdiri dari dua tipe
yaitu kolik renal dan non kolik renal. Kolik renal terjadi oleh karena
peningkatan tekanan dinding dan peregangan dari sistem
genitourinary. Non kolik renal disebabkan oleh karena distensi dari
kapsul renal. Peningkatan tekanan pelvis renal karena obstruksi
akan menstimulasi prostaglandin yang secara langsung
menyebabkan spasme otot ureter. Serta kontraksi otot polos ureter
ini akan menyebabkan gangguan peristaltik dan pembentukan laktat
lokal. Akumulasi dari laktat ini akan menyebabkan iritasi serabut
syaraf tipe A dan C pada dinding ureter (Guyton, 2014). Serabut
syaraf ini akan mengirimkan sinyal ke dorsal root ganglia T11 – L1
dari spinal cord dan akan diinterprestasikan sebagai nyeri pada
korteks serebri melalui 4 tahap berikut ini:

1. Proses transduksi, merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri


dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-
ujung saraf (nerve ending). Stimuli ini dapat berupa fisik
(tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri).
2. Proses Transmisi, sebagai penyaluran impuls melalui saraf
sensoris ke proses transduksi. impuls ini akan disalurkan oleh
serabut saraf Adelta dan serabut C sebagai neuron pertama. Dari
perifer ke medulla spinalis, impuls tersebut mengalami
modulasi sebelum diteruskan ke talamus oleh traktus
spinothalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus
selanjutnya akan disalurkan ke daerah somatosensoris di korteks
cerebri melalui neuron ke tiga, dimana impuls tersebut
diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
17

3. Proses modulasi, adalah proses dimana terjadi interaksi antara


system analgesic endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan
input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis.
4. Persepsi, adalah hasil terakhir dari proses interaksi yang
kompleks dan unik yang menghasilkan suatu perasaan yang
subjektif yang dikenal sebagai rasa nyeri. (Sherwood, 2015)

2. Jelaskan diagnosis banding/diferensiasi (DD) batu saluran kemih (


definisi, epidemiologi, etiologi, pathogenesis, gejala klinis, dan cara
mendiagnosis)
A. Definisi
Merupakan suatu keadaan patologi karena adanya masa keras
seperti batu berupa pengendapan Kristal ketika tingginya kadar
Kristal urin seperti zat kalsium, oksalat, asam urat, atau rendahnya
kadar (sitrat) yang menghambat pembentukan batu dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan atau infeksi saluran kemih.
(Basuki, 2011).

 Klasifikasi
Urolithiasis merupakan kumpulan batu saluran kemih, namun
secara rinci ada beberapa penyebutannya. Berikut ini adalah istilah
penyakit batu: (Sjamsuhidajat, 2004):
a. Bedasarkan letak batu antara lain:
1) Nefrolithiasis disebut sebagai batu pada ginjal
2) Ureterolithiasis disebut batu pada ureter
3) Vesikolithiasis disebut sebagai batu pada vesika urinaria/
batu buli
18

4) Uretrolithiasis disebut sebagai batu pada ureter


b. Berdasarkan sifat materi penyusunnya :
1) An Organik Stone ( Ph basa )
2) Organik Stone ( Ph Asam)
c. Secara Radiologis :
1) Batu Radio Opak
2) Batu Semi Opak
3) Batu Radio lucent
d. Berdasarkan warna batu :
1) Warna gelap
2) Warna putih
3) Warna coklat

B. Epidemiologi
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang
banyak di derita oleh masyarakat, dan menempati urutan ketiga
di bidang urologi. Angka kejadian batu saluran kemih pada laki-
laki 3-4 kali lebih banyak dari wanita. Hal ini dikarenakan kadar
kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah dari pada laki-laki dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu pada wanita lebih
tinggi dari pada laki-laki. Umur terbanyak penderita batu saluran
kemih di dunia antara 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60
tahun. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan
faktor sosial ekonomi, budaya dan diet. Jenis batu saluran kemih
terbanyak adalah jenis kalsium oksalat. Penelitian di Amerika
Serikat melaporkan persentase batu saluran kemih yaitu kalsium
oksalat sebesar 72%, Kalsium fosfat 8%, Struvit 9%, Urat 7,6%
dan sisanya batu campuran. Angka kekambuhan batu saluran
19

kemih dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun 50%, 10-20 tahun
75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila hal ini terjadi
maka akan terjadi peningkatan angka mortalitas dan morbiditas.
(Fauzi, 2016).

C. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).
1. Faktor intrinsik
a. Herediter (keturunan)
Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk
jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga
penyakit batu memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi
menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin
karena kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur
lingkungan yang sama (misalnya, diet). Meskipun beberapa
faktor genetik telah jelas berhubungan dengan bentuk yang
jarang dari nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi
masih terbatas pada gen yang berkontribusi terhadap risiko
bentuk umum dari penyakit batu.
b. Kongenital
Atresia uretra, pembentukan katup di dalam salah satu di
antara dua bangunan apakah ureter atau uretra, arteri renalis
aberan yang menekan ureter, ptosis ginjal disertai torsi, atau
lipatan ureter.
c. Umur
20

Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.


Untuk pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak
antara 40 dan 60 tahun. Untuk wanita, tingkat insiden
tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50, sisa
yang relatif konstan selama beberapa dekade berikutnya.
d. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan. (Gambar 1).

2. Faktor Ekstrinsik
a. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain,
sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b. Iklim dan temperatur
21

c. Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar


mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Diet Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.
e. Pekerjaan Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life.
(Fauzi, 2016)

D. Pathogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat tempat yang sering mengalami hambatan
aliran urine (statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-
buli. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di
saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana
yang paling benar. Beberapa teori pembentukan batu adalah :
(Fauzi, 2016)
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang
terlalu jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus
itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa
kristal atau benda asing di saluran kemih.
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin, dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat
diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Penghambatan kristalisasi
22

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk


kristal, antara lain: magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein
dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu
berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam
saluran kemih. Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat
menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan
oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah
oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun Beberapa protein atau
senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor
dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat
agregasi kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa
itu antara lain :
a. Glikosaminoglikan (GAG)
b. Protein Tamm Horsfall (THP) / uromukoid
c. Nefrokalsin: Nefrokalsin ini untuk mengganggu
pertumbuhan Kristal dengan cara mengabsorbsi permukaan
Kristal dan memutus interaksi dengan larutan Kristal yg
lain.
d. Osteo postin

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-


bahan organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin, jika
tidak ada keadaan-keadaan yang menyebabkan presipitasi kristal,
seperti menurunnya bahan inhibitor. Apabila kristal mengalami
presipitasi akan membentuk inti batu, yang kemudian akan
mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan yang lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar. Kristal akan mengendap pada
23

epitel saluran kemih dan membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.
Tempat pembentukan yang lazim adalah pelvis dan kaliks
ginjal, dan kandung kemih. ketika terjadi obstruksi dari urinary
flow oleh karena BSK, dan diikuti dengan peningkatan tekanan
dinding saluran kemih (ureter dan pelvik), spasme otot polos ureter,
edema dan inflamasi daerah dekat BSK, meningkatnya peristaltik
serta peningkatan tekanan BSK di daerah proksimal. Ketika terjadi
peningkatan tekanan tadi maka akan terjadi dilatasi pada pelvis
dan kaliks ginjal (hidronefrosis). Ketika tekanan antara glomerulus
dan pelvik menjadi sama, akan berakibat GFR (Glomerular
Filtration Rate) dan aliran darah ginjal menurun. Jika obstruksi ini
tidak diatasi maka dapat terjadi gagal ginjal akut (acute renal
failure).
Obstruksi ini dapat terjadi tiba-tiba atau perlahan-lahan, dan
batu biasanya bersifat unilateral pada sekitar 80% pasien.
Seringkali, banyak batu yang ditemukan pada satu ginjal. Batu-batu
ini biasanya kecil (rata-rata diameter, 2 hingga 3 mm) dan mungkin
halus atau bergerigi. Penyumbatan ini akan menimbulkan beberapa
gejala, seperti nyeri. Nyeri yang dihasilkan yaitu nyeri kolik, karena
di bagian berongga. Dan mual muntah sering dikaitkan dengan
kolik renal akut dan terjadi setidaknya pada 50% pasien. Mual
disebabkan oleh jalur persarafan yang umum dari pelvis renal,
lambung, usus melalui serabut saraf aferen vagal dan sumbu celiac.
Beberapa jenis dan faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya
batu adalah: (Fauzi, 2016)
1. Batu kalsium
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur :
kalsium oksalat atau kalsium fosfat (75%), asam urat (8%),
24

magnesium-amonium-fosfat (MAP) (15%), xanthyn, dan sistin,


silikat dan senyawa lain (1%). 3 (Fauzi, 2016)
a. Hiperkalsiuri
Terbagi menjadi hiperkalsiuri absorbtif, hiperkalsiuri renal,
dan hiperkasiuri resorptif. Hiperkalsiuri absorbtif terjadi
karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus,
hiperkalsiuri renal terjadi akibat adanya gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium melalu tubulus ginjal dan
hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan
resorpsi kalsium tulang.
b. Hiperoksaluria
Merupakan kenaikan ekskresi oksalat diatas normal.
Ekskresi oksalat air kemih normalnya dibawah 45 mg/hari
(0,5 mmol/hari). Peningkatan kecil ekskresi oksalat
menyebabkan perubahan cukup besar dan dapat memacu
presipitasi kalsium oksalat, dengan derajat yang lebih besar
dibandingkan kenaikan ekskresi kalsium. Keadaan ini
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan
usus passca operatif usus dan pasien yang banyak
mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat, seperti :
teh, kopi instan, minuman soft drink, arbei, jeruk sitrun, dan
sayuran hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850mg/24
jam.
d. Hipositraturia Sitrat
Berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat. Karena pada lumen tubulus sitrat akan mengikat
kalsium dan kalsium yang untuk berikatan dengan oksalat
25

tidak ada. Sitrat juga dianggap sebagai penghambat proses


aglomerasi Kristal (penumpukan).
Selain sitrat, kekurangan inhibitor seperti Temm-Horsfall
dan nefrokalsin. Nefrokalsin ini untuk mengganggu
pertumbuhan Kristal dengan cara mengabsorbsi permukaan
Kristal dan memutus interaksi dengan larutan Kristal yg
lain.
e. Hipomagnesuria
Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya
batu kalsium kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab
tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus
yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.

2. Batu Struvit
Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.
Batu magnesium amonium fosfat (struvite) hampir selalu timbul
pada orang degan urin yang selalu bersifat basa (alkali) akibat
UTI. Terutama, infeksi akibat bakteri yang memecah urea,
misalnya Proteus vulgaris dan stafilokokus. Selain itu, bakteri
26

dapat berfungsi sebagai nidus partikulat pembentukan berbagai


jenis batu. (Fauzi, 2016)
Pada avitaminosis A, sel-sel yang mengelupas (deskuamasi)
dari epitel yang metaplastik pada lapisan sistem pengumpul
yang berfungsi sebagai nidus. endapan garam yang progresif
mengakibatkan pembentukan struktur-struktur bercabang yang
disebut sebagai kalkuli staghom/ tanduk rusa, yang membentuk
cast sistem pelvis dan kaliks ginjal. Batu yang sangat besar ini
biasanya terdiri dari magnesium amonium fosfat. Bakteri yang
memecah urea atau urea splitter tadi dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah pH urine menjadi basa melalui hidrolisis
urea menjadi amoniak, seperi pada reaksi :

Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium,


amonium, fosfat dan karbonat untuk membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP). (Ahmad, 2012)

3. Batu Asam Urat


Biasanya diderita pada pasien-pasien penyakit gout,
penyakit mielo proliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti
kanker, dan yang banyak menggunakan obat urikosurik seperti
27

sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat. Penyakit pirai (gout) dan


penyakit yang mengakibatkan pergantian sel dengan cepat,
misalnya leukemia, mengakibatkan kadar asam urat tinggi
dalam urin dan kemungkinan terbentuknya batu asam urat.
Namun, sekitar separuh orang dengan batu asam urat tidak
menderita hiperurisemia atau peningkatan urat pada urin, tetapi
menunjukka kecenderungan yang tidak dapat dijelaskan untuk
mengekskresi urin yang selalu bersifat asam (dengan pH kurang
dari 5,5). pH yang rendah ini mendorong pembentukan batu
asam urat berlawanan dengan pH yang tinggi yang mendorong
pembentukan batu yang mengandungi kalsium fosfat. (Ahmad,
2012).

4. Batu Jenis Lain


Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat
sangat jarang dijumpai.
Batu sistin hampir selalu berkaitan dengan cacat genetik dalam
transpor beberapa asam amino di ginjal, termasuk sistin. Seperti
batu asam urat, batu sistin cenderung terbentuk ketika urin
relatif bersifat asam. (Ahmad, 2012).
28

E. Manifestasi klinis
1. Batu ginjal (Nephrolithiasis)
Batu terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan
lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai
tanduk rusa, sehingga disebut batu staghorn (Gambar 9).
Kelainan dan obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal
(penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik)
mempermudah timbulnya batu saluran kemih. (Tanagho, 2007)
29

Gejala klinis Keluhan yang disampaikan pasien tergantung


pada : posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah
terjadi. Batu di dalam ginjal atau saluran kemih yang berukuran
kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan dapat keluar
sendiri bersama air seni. Tetapi batu yang lebih besar dapat
menimbulkan hambatan atau bahkan sumbatan aliran air seni.
Jika hal ini terjadi maka akan timbul berbagai macam gejala,
yang antara lain :
a. Rasa nyeri yang berat dan tiba-tiba di daerah pinggang yang
menjalar sampai pangkal paha. Rasa nyeri tidak berkurang
walaupun penderita mencoba posisi posisi tertentu, misalnya
berbaring, membungkuk, dll.
b. Biasanya ada keluhan mual dan muntah.
30

c. Walaupun tidak selalu, kadang kala dijumpai darah pada


urin / hematuria. Hal ini terjadi karena batu mengiritasi
saluran kemih sehingga menimbulkan luka.
d. Perasaan terbakar di saluran kemih saat kencing.
e. Rasa sangat ingin kecing.
f. Demam jika sudah terjadi infeksi (Tanagho, 2007)
2. Batu Ureter (Ureterolithiasis)
a. Nyeri mendadak di perut kanan dan kiri tergantung letak
batu. Nyeri dapat bersifat kolik hebat sehingga penderita
berteriak atau berguling. Kadang-kadang nyeri perut terus-
menerus karena peregangan kapsul ginjal. Biasanya nyeri
dimulai di daerah pinggang kemudian menjalar ke arah
testis, disertai mual dan muntah, berkeringat dingin, pucat
dan dapat terjdai renjatan.
b. Hematuria
c. Nyeri ketok costovertebral. (Robbins, 2015)
3. Batu Kandung Kemih (Vesikolithiasis)
a. Rasa nyeri waktu miksi (disuria, stranguria), dirasakan
refered pain pada ujung penis, skrotum, perineum,
pinggang, sampai kaki.
b. Hematuria diserta urine yang keruh
c. Pancaran urine tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada
perubahan posisi
d. Polakisuria (sering miksi)
e. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis,
menarik-narik penis, miksi mengedan sering diikuti
defekasi. (Robbins, 2015)
4. Batu Uretra (Uretrolithiasis)
31

Keluhan bervariasi dari tidak bergejala, disuria, aliran


mengecil atau retensi urin. Jika batu berasal dari ureter yang
turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya pasien
mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi.
Nyeri dirasakan pada glands penis atau pada tempat batu
berada. Batu yang berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan
di perineum atau rektum. (Tanagho, 2007)

F. Mekanisme Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dengan BSK mempunyai keluhan yang bervariasi mulai
dari tanpa keluhan, sakit pinggang ringan sampai dengan kolik,
disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini dapat
disertai dengan penyulit berupa demam, tanda-tanda gagal
ginjal.
a. Sacred seven
Lokasi, onset, kuantitas, kualitas, faktor modifikasi,
kronologis, dan keluhan penyerta
b. Foundamental four
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, dan riwayta sosial ekonomi
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi
mulai tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat
tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.
Pemeriksan fisik khusus urologi
a. Sudut kosto vertebra : nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran
ginjal
b. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh
32

c. Genitalia eksterna : teraba batu di uretra


d. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin rutin untuk melihat eritrosituri, lekosituria,
bakteriuria (nitrit), pH urin dan kultur urin. Pemeriksaan darah
berupa hemoglobin, lekosit, ureum dan kreatinin.
Urinalysis :
pH > 7.5 : lithiasis karena infeksi
pH < 5.5 : lithiasis karena asam urat

4. Pencitraan
Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh prosedur pencitraan
yang tepat. Pemeriksaan rutin meliputi foto polos perut (KUB)
dengan pemeriksaan ultrasonografi atau intravenous
pyelography (IVP) atau spiral CT.
Pemeriksaan IVP tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien
berikut :
a. Dengan alergi kontras media
b. Dengan level kreatinin serum > 200µmol/L (>2mg/dl)
c. Dalam pengobatan metformin
d. Dengan myelomatosis
33

Temuan gambaran :
a. Batu radioopak : kalsium oksalat, kalsium fosfat,
b. Semiopak : magnesium ammonium phosphate (struvit),
cystine.
c. Batu radiolucent : asam urat, xanthine, triamterene
d. IVP : batu radiolucen, kelainan anatomi (Ahmad, 2016).
34

3. Korelasi Klinis
Diagnosis difrensiasi (DD):
a. Nefrolithiasis.
b. Ureterlithiasis.
c. Vesikolithiasis.
d. Uretrolithiasis.

Anamnesis
Data Diri a b c d

Jenis kelamin Pria + + + +


Usia 55 tahun + + + +

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) a b c d

Keluhan Nyeri perut yang semakin hebat +/- +/- +/- +/-
Lokasi Perut sebelah kiri + + +/- +/-
Onset 1 hari sebelum masuk RS +/- +/- +/- +/-
Nyeri pinggang bertambah lebar
Kualitas + + + +
menjalar ke perut bagian bawah
Kronologis Sejak ± 3 hari sebelum masuk RS,
pasien mengeluh nyeri pinggang
+ + +/- +/-
kiri yang hilang timbul, sehingga
masih bisa beraktivitas seperti biasa
Faktor -
Modifikasi
Keluhan Mual dan muntah +/- +/- +/- +/-
Penyerta Riwayat BAK seperti berpasir
+ + + +
(+)
35

Pemeriksaan Penunjang

Foto BFO a b c d

Bayangan gas dalam usus normal + + + +


Bayangan hepar dan lien tidak membesar + + + +
Contour ginjal kanan dan kiri normal +/-
(bs
+/- - -
di
OUI)
Psoas shadow simetris (tidak ada pengaruh ke
+ + + +
batu saluran kemih)
Lipping process pada VL 2-5 (hiperkalsiuria) +/- +/- +/- +/-
Tampak bayangan radio opaque di cavum pelvis
sisi kiri (bs ureterlithiasis [1/3 distal ureter]
- +/- + -
tergantung ukuran atau vesicolitiasis [lebih
kesini])
36

4. Identifikasi diagnosis definitif (DX) (penatalaksanaan, komplikasi,


edukasi, prognosis )
A. Penatalaksanaan Uretrolithiasis :
Tujuan utama tatalaksana pada pasien uretrolitiasis adalah
mengatasi nyeri, menghilangkan batu yang sudah ada, dan
mencegah terjadinya pembentukan batu yang berulang.
1. Non farmakologi
a. Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin
menjadi lebih encer sehingga mengurangi kemungkinan zat-
zat pembentuk batu untuk saling menyatu. Dengan minum
banyak, urin biasanya berwarna bening, tidak kuning lagi.
b. Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini
akan segera merangsang kita untuk berkemih, sehingga air
seni yang telah mengendap semalamam tergantikan dengan
yang baru.
c. Jangan menahan kencing; kencing yang tertahan dapat
menyebabkan urin menjadi lebih pekat, atau infeksi saluran
kemih. Urin yang pekat dan infeksi saluran kemih
merupakan faktor pendukung terbentuknya batu.
d. Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat
badan tetap ideal.
e. Kuranngi protein hewani dan dan purin
f. Kurangi makanan tinggi kadar garam
g. Hindari minum minuman gas seperti soft drinks lebih dari 1
liter per minggu. (Ahmad, 2016).

2. Farmakologi
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena
batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan
37

bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan


pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar. (Basuki, 2011)
Faktor penyebab Jenis obat / Mekanisme kerja
Jenis Batu timbulnya batu tindakan obat
Kalsium Hiperkalsuri Natrium selulosa Mengikat ca dalam
fosfat usus sehingga
absorbs menurun
Thiazide Meningkatkan
reabsorbsi ca di
tubulus
Orthofosfat -Menurunkan
sintesa vitamin D.
-meningkatkan
urine inhibitor
Hiperkalsiuri Thiazide Meningkatkan
renal reabsorbsi ca di
tubulus
Hiperkalsiuri Paratiroidektomi Menurunkan
resorptif resorbsi ca dari
tulang.
Hipositraturi Potassium sitrat PH sitrat ca
urin
Hipomagnesium Magnesium sitrat Mg urine
Hiperurikosuri Allopurinol urat
Potassium alkali PH
Hiperoksaluria Allopurinol urat
Pyridoxine
38

Kalsium suplemen
MAP Infeksi Antibiotika Eradikasi infeksi
AHA / Amino Urease inhibitor
hydroxamic acid
Asam urat Dehidrasi/ph Hidrasi cukup pH
urine Potassium alkali urat
Hiperurikosuria Allopurinol

3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ini


ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di luar
tubuh untuk menghancurkan batu di dalam tubuh. Batu akan
dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dianggap sebagai
pengobatan cukup berhasil untuk batu ginjal berukuran
menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih dari 20- 30mm
pada pasien yang lebih memilihE SWL, asalkan mereka
menerima perawatan berpotensi lebih. (Ahmad, 2016)
4. PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)
Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk
mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal dengan cara
memasukan alat endoskopi ke dalam kalises melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman
Urologi tentang urolithiasis merekomendasikan PNL sebagai
pengobatan utama untuk batu ginjal berukuran >20mm,
sementara ESWL lebih disukai sebagai lini kedua pengobatan,
karena ESWL sering membutuhkan beberapa perawatan, dan
39

memiliki risiko obstruksiur eter, serta kebutuhan adanya


prosedur tambahan. Ini adalah alasan utama untuk
merekomendasikan bahwa PNL adalah baris pertama untuk
mengobati pasien nefrolitias. (Ahmad, 2016)
5. Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL
dan ESWL, tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah
terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
pielolitotomiataunefrolitotomi untuk mengambil batu pada
saluran ginjal. (Ahmad, 2016)

B. Komplikasi
Komplikasi pada nefrolitiasis bedakan menjadi komplikasi
akut dan komplikasi jangka panjang.
1. Komplikasi Akut Kematian, kehilangan fungsi ginjal,
kebutuhan transfusi dan tambahan invensi sekunder yang tidak
direncanakan.
2. Komplikasi Jangka Panjang Striktura, obstruksi, hidronefrotis,
berlanjut dangan atau tanpa pionefrosis, dan berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. (Ahmad, 2016)

C. Prognosis
Angka kekambuhan batu saluran kemih dalam satu tahun 15-
17%, 4-5 tahun 50%, 10-20 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25
tahun. Apabila hal ini terjadi maka akan terjadi peningkatan angka
mortalitas dan morbiditas. (Robbins, 2015)
40

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami bahwa Tn.Surya usia 55 tahun


curiga mengalami uretrolithiasis. Uretrolithiasis merupakan penyakit dimana
terdapat batu pada saluran ureter, gejala khas yang ditimbulkan berupa nyeri
kolik. Penyebab dari uretrolithiasis ini dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan
faktor intrinsik. proses terbentuknya batu terjadi ketika kadar dari bahan organik
maupun nonorganik dari bahan baku pembentuk batu saluran kemih ini
meningkat. Selain itu rendahnya factor inhibitor dari pembentukan batu saluran
kemih ini sebagai pemicu meningkatnya pembentukan batu saluran kemih. Hal
inilah yang menyebabkan terbentuknya batu saluran kemih, seperti yang
dicurigai ditemukan pada ureter Tn.Surya.
41

DAFTAR PUSTAKA

- Ahmad, Palinrungi. Ilmu Bedah Urologi Gambaran Klinik Penyaki-


penyakit dan Kelainan Traktus Urogenitalia.Makassar : Fakultas
Kedokteran Universitas hasanuddin.2012.hal.26-30
- De jong,Wim. Sjamsuhidajat, R. Saluran Kemih dan alat Kelamin
Lelaki dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.2004.hal.751-54
- Fauzi, Ahmad & Marco Manza Adi Putra.2016. Nefrolithiasis. FK
Universitas Lampung.
- Guyton, Arthur C.Hall,John E.Sistem Saraf dalam Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran.Ed.11.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
ECG.2008.hal.625-26
- Hassan, Rusepno. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta
: Penerbit UI, 1985. 840-843.
- Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management.
USA : Informa healthcare, 2009. 1-6.
- Purnomo, B, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV.Sagung Seto,
2011. 57-68
- Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
- Shires, Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed-6. Jakarta :
EGC, 2000. 588-589.
- Tanagho,Emil A.Mc Aninch,Jack W. Symptoms of Disorders of the
Genitourinary Tract, Urinary Stone Disease in Smith General
Urology.Ed.16th. California : The McGraw-Hill Companies.
2007.p.Ch 3,16
- Dorland’s medical dictionary for health, 2007 sauders, an imprint of
Elsevier,inc.
42

- Robins. 20013. Basic Patologi, sauders, an imprint of Elsevier,inc.

Вам также может понравиться