Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan
alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing
mempunyai makna. Kehidupan manusia normal tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Bahasa
menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran kita, menjembatani hubungan kita dengan
orang lain. Perangkat pengetahuan manusia yang demikian banyak juga disimpan dan
disebarluaskan melalui bahasa. Hadirnya bahasa dalam kehidupan manusia demikian
pentingnya. Bahasa juga salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakan dari
makluk lain. Hanya manusia yang memiliki bahasa, terlepas dari fenomena beberapa hewan
yang handal sebagai peniru bahasa manusia, tapi semua itu tidak akan akan bertahan lama,
karena hewan tidak memiliki LAD, atau perangkat bahasa.

Keunikan bahasa yang dimiliki oleh manusia, membuat manusia berbeda, dengan
menggunakan bahasa, manusia dapat melakukan interaksi dan komunikasi atau sarana untuk
menyampaikan informasi atau mengutarakan pikiran, perasaan, dan gagasan. Linguistik
merupakan bidang kajian yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian. Linguistik terbagi
menjadi dua yaitu linguistik mikro yang mempelajari struktur internal bahasa dan linguistik
makro yang mempelajari struktur eksternal bahasa. Linguistik makro mengarahkan kajiannya
pada hubungan bahasa dengan faktor – faktor di luar bahasa karena bahasa merupakan
fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat, sedangkan
kegiatan itu sangat luas. Karena itu, cabang linguistik makro menjadi sangat banyak salah satu
diantaranya adalah sosiolinguistik.
Sarana Komunikasi yang paling penting pada masyarakat adalah bahasa. Oleh karena
kedudukannya yang sangat penting, maka membuat bahasa tidak akan pernah lepas dari
kehidupan manusia dan selalu ada dalam setiap aktivitas dan kehidupannya. Pemakaian bahasa
dalam komunikasi selain ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, juga ditentukan oleh faktor-
faktor nonlinguistik atau luar bahasa, antara lain faktor sosial yang merupakan faktor yang
berpengaruh dalam penggunaan bahasa. Pandangan demikian memang beralasan karena pada
dasarnya bahasa adalah bagian dari suatu sistem sosial.

1
Kajian tentang bahasa yang dihubungkan dengan faktor sosial merupakan suatu kajian
yang sangat menarik. Sosiolinguistik mencakupi bidang kajian yang sangat luas, tidak hanya
menyangkut wujud formal bahasa dan variasinya, namun juga penggunaan bahasa di
masyarakat. Penggunaan bahasa tersebut mencakupi faktor kebahasaan dan faktor
nonkebahasaan, misalnya hubungan antara penutur dan mitra tuturnya.
Berdasarkan paparan di atas, maka sebelum mengetahui lebih lanjut tentang
sosiolinguistik, sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa,
ilmu bahasa (linguistik), dan salah satu cabang ilmu linguistik yang berhubungan dengan
pengguna bahasa dan lingkungan sosialnya yaitu sosiolinguistik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah Language, Linguistics, and Socialinguistics adalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan linguistik?
3. Apa yang dimaksud dengan sosiolinguistik?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang muncul, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Menguraikan tentang pengertian bahasa.
2. Menguraikan tentang pengertian linguistik.
3. Menguraikan tentang pengertian sosiolinguistik.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, adapun manfaat hasil makalah ini adalah.
1. Mengetahui pengertian bahasa.
2. Mengetahui pengertian linguistik.
3. Mengetahui pengertian sosiolinguistik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bahasa

Hanya manusia yang diberi kapasitas berbahasa, serta memiliki perangkat LAD ( The
Languange Acquisition Device or Lad), dan memiliki ciri khas yang berbeda. Pada saat itu
Noam Avram Chomsky, ahli teori bahasa yang terkemuka dalam sejarah, telah
mengemukakannya. Pendapat Chomsky tentang bahasa manusia, terdapat pada kutipan di
bawah ini.

Ketika kita belajar bahasa, kita mengetahui apa yang disebut oleh beberapa orang
sebagai esensi manusia, yaitu ciri khas yang hanya khusus untuk manusia.(Noam
Avram Chomsky, 1968, 1972).
Seperti yang dikatakan Chomsky, bahasa pada dasarnya unik untuk manusia, dalam
artian memiliki ciri dan tujuan yang membuatnya tidak sebanding atau tidak sama dengan
dengan suara anjing, suara tikus, kicauan burung, terompet gajah, dan lain-lain. Bahasa adalah
hal yang hanya dimiliki oleh manusia, kembali pada pendapat Chomsky bahwa hanya
manusialah yang memiliki kemampuan berbahasa. Bahasa manusia berbeda dengan bunyi
yang dihasilkan oleh makhluk hidup lainnya.

Beberapa peneliti mempresentasikan bukti pendukung pandangan ini. Bukti-bukti


tersebut meliputi universalitas fitur bahasa, perolehan bahasa secara bawaan, keteraturan
perkembangan bahasa anak-anak, dan kelainan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh
cedera saraf. Ini menunjukkan bahwa bahasa pada dasarnya adalah sifat biologis manusia yang
khas. Tetapi ada beberapa ilmuwan, yang melakukan pengamatan langsung terhadap hewan.
Contohnya saja pada burung beo. Bila burung beo mengartikulasikan “halo bos” sepertI
memanggil seseorang yang melewatinya, oleh karena itu sepertinya burung tersebut
berkomunikasi dengan orang yang lewat. Tapi apakah burung beo itu benar-benar
berkomunikasi dengan orang yang lewat? Sebuah penelitian tentang burung beo, yang bernama
Alex, ditemukan bahwa burung itu bukan hanya peniru suara tapi bisa berkomunikasi dengan
bahasa manusia. Alex bisa menjawab pertanyaan tentang warna dan bahan lebih dari 100
benda. Tetapi Alex tidak dapat menjawab pertanyaan, hal ini menjadi bukti bahwa hanya
manusia yang memiliki kemampuan berbahasa.

3
Penelitian tidak hanya dilakukan kepada burung beo, tetapi juga dilakukan kepada
simpanse. Namun, tidak peduli berapa banyak hewan membuat kemajuan dalam menunjukkan
bahwa mereka memahami bahasa dan dalam beberapa kasus mampu menghasilkan kata-kata,
mereka tidak dapat mempertahankan 'pembelajaran bahasa' dalam jangka panjang. Begitu
mereka dipindahkan ke habitat alami mereka sendiri, hewan-hewan tersebut telah dilaporkan
kembali ke naluri mereka. Peneliti menunjukkan bahwa hewan memang berkomunikasi dengan
cara yang rumit, namun mereka hanya akan melakukannya dengan hewan dari jenis yang sama.
Tidak seperti suara binatang, bahasa kita bisa terdengar begitu sederhana dan begitu kompleks.
Inilah sebabnya mengapa kita mengatakan bahwa bahasa kita sangat berkembang dan
mencerminkan pikiran kita yang kompleks dan terus berkembang tanpa akhir.

Hal terpenting, membuat bahasa manusia itu menjadi berbeda dan luar biasa adalah
bahasa bersifat arbiter yaitu bahasa merupakan sebuah hal manasuka atau berubah-ubah.
Orang- orang dapat memiliki kesepakatan untuk menyembutkan sesuatu. Contohnya saja, di
Inggris orang menyebut “dog”, di Perancis mereka menyebut “chien”, dan di Jerman mereka
menyebutnya “hund”. Meskipun demikian, kita tahu bahwa tidak semua orang menggunakan
kata anjing dari berbagai bahasa tersebut, adapula yang menyebutnya dengan nama yang
mereka sematkan sendiri karena alasan pribadi atau kepemilikan, beberapa mungkin
menyebutnya Buddy, browny, Jody Dino, dan sebagainya. Hal ini tidak hanya dalam
memberikan nama, dalam memilih ujaran atau perkataan juga ditampilkan. Ketika meminta
seseorang untuk datang ke pesta, beberapa ada yang mengatakan, 'silahkan, datang', ungkapan
yang santai dan singkat. Atau ada yang mengatakan dengan kalimat lebih panjang, seperti “
Mungkin, anda dapat mempertimbangkan untuk datang ke pesta”. Kalimat tersebut lebih
terdengar formal dan sopan.

Kasus homofon, homograf, sinonim, juga merupakan kesepakatan. Kasus-kasus


kebahasaan tersebut menunjukan bahwa ada kesepakatan atau arbiter dalam komunikasi
manusia. Meskipun bahasa bersifat arbiter, ada juga kasus pembentukan kata yg meniru suara,
yaitu penamaan suatu hal tidak disepakati dengan bebasnya. Hal ini terjadi pada suara yang
dihasilkan oleh hewan, contohnya dalam bahasa Inggris pada kata “tigers roar and snakes hiss”.
Dan apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi harimau meraung dan ular mendesis.

Selain bersifat arbiter, bahasa juga diyakini sebagai cara menyampaikan komunikasi
manusia yang memiliki dampak tertentu. Keindahan bahasa dapat ditemui, seperti pada lirik
lagu, naskah drama, atau baris puisi, yang membuat pembaca dan penontonnya terhanyut.

4
Kata-kata tertentu dalam bahasa tertentu dipertahankan oleh beberapa masyarakat tradisional
(mantra) diyakini dapat menyembuhkan penyakit, mengundang berkat, untuk membawa
bahaya, atau bahkan menyebabkan kematian.

Ke-arbiteran, onomatopoeia (pembentukan kata berdasarkan bunyi objek) dan


kekuatan bahasa adalah beberapa contoh bahwa bahasa memang sangat berharga. Bahasa
adalah bagian penting dalam budaya manusia dan merupakan pendukung kehidupan bersosial
dan budaya. Setiap ciri bahasa menjadi objek pengetahuan. Arbiter dan onomatopoeia
termasuk yang paling mendasar. Dalam pembelajaran bahasa modern, setiap makna bentuk,
dan fungsi bahasa secara teliti, ekstensif dan sangat dikeluarkan untuk mengembangkan kajian
ilmiah bahasa yang diberi nama linguistik.

2. Linguistik

Linguistik adalah teori ilmiah tentang bahasa manusia. Kata linguistik digunakan untuk
pertama kalinya di Inggris pada tahun 1837 dan diturunkan dari bahasa Latin lingua yang
berarti bahasa. Dengan kekhawatiran orang dimasa lalu terhadap "kekuatan Tuhan dalam
bahasa, linguistik pernah dianggap sebagai ilmu fisika, yang berarti bahwa ia memiliki
kesamaan dengan bidang-bidang seperti biologi, botani, geologi, dan lain-lain”. Tetapi
sekarang, linguistics atau linguistik (bahasa Indonesia) umumnya diklasifikasikan sebagai
salah satu ilmu sosial, bersama dengan sosiologi, antropologi, geografi, psikologi, dan lain-
lain.

Pada awalnya linguistik sebagai ilmu sosial, dianggap sebagai bagian dari semiotika,
yang merupakan ilmu tanda-tanda. Jadi, dalam semiotika, bahasa adalah jenis tanda. Sebagai
bahasa isyarat dapat dianalisis berkenaan dengan bagaimana ia diproduksi (semiotika tanda)
atau bagaimana penggunaannya sebagai alat komunikasi (semiotika komunikasi). Saat ini,
pembelajaran tentang bahasa, linguistik biasanya dianggap sebagai bidang tidak terikat.

Linguistik tidak mempelajari setiap bentuk bahasa, berfokus pada analisis bahasa
verbal manusia, bahasa yang terdiri dari kata-kata. Bahasa yang digunakan beberapa orang
sebagai alat penyembuhan atau membawa bahaya bagi orang-orang, yang terkait dengan
keyakinan tertentu, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dapat juga merupakan bagian
dari klaim linguistik. Namun, teori tentang bagaimana orang membaca postur orang lain atau

5
bagaimana mereka menggunakan gerakan sebagai 'bahasa' untuk berkomunikasi satu sama lain
biasanya tidak dipelajari sebagai linguistik. Teori semacam itu dikenal dengan istilah kinesik.

Dalam sejarah linguistik, Panini, seorang sarjana India modern, telah dianggap sebagai
seorang ahli tata bahasa yang sistematis karena sangat dipercaya untuk bekerja dalam bahasa
Sanskerta yang dikenal sebagai Astadhyayi. Menjadi prestasi yang tak tertandingi dalam
deskripsi bahasa karya ini zaman modern. Berikut ini kutipan pernyataan dari ahli bahasa
mengenai Bahasa Sansekerta.

Tata bahasa ini, yang berasal dari suatu tempat sekitar 350 sampai 250 SM, adalah
salah satu monumen intelijen manusia terbesar. Menggambarkan setiap infleksi,
derivasi dan komposisi, dan setiap penggunaan sintaksis dari pidato pengarangnya.
Tidak ada bahasa lain, sampai hari ini, telah dijelaskan dengan sangat sempurna. Ini
mungkin telah terjadi. Sebagian, dengan tata bahasa yang sangat bagus, inilah yang
membuat bahasa Sanskerta menjadi bahasa resmi dan sastra dari semua Brahmana
India. Tetapi telah lama tidak lagi diucapkan sebagai bahasa ibu orang asli: namun
tetap (seperti bahasa Latin klasik yang tetap ada di Eropa) digunakan untuk pelajaran
dan agama. (Leonard Bloomfield, 1933)
Klasifikasi suara ujaran India lebih rinci, lebih akurat dan lebih masuk akal
berdasarkan pengamatan dan eksperimen daripada yang dicapai di Eropa (atau sejauh
yang kita ketahui sebelum akhir abad kesembilan belas, ketika ilmu fonetik di Eropa
pada kenyataannya sangat dipengaruhi dengan penemuan dan terjemahan risalah
linguistik India oleh para ilmuwan Barat Dalam analisis mereka, kata-kata para ahli
tata bahasa India tampil melampaui apa yang mungkin dianggap perlu untuk tujuan
asli melestarikan bahasa teks suci. Tata bahasa Panini, bahasa Sanskerta telah sering
dijelaskan, dari sudut pandang konsistensi internal dan ekonominya yang jauh lebih
tinggi dari tata bahasa yang ada. (John Lyons, 1977)
Mengarah pada karya Panini seperti yang dijelaskan di atas adalah teori bahasa sebelum
abad kedua puluh. Pada waktu itu, pembelajaran bahasa diutamakan mengarah ke penyelidikan
historis atau sejarah. Periode modern abad ke-20 ketika banyak teorema bahasa semakin
tertarik untuk menggambarkan aspek-aspek struktural daripada untuk mengejar catatan historis
(sejarah). Hal ini kemudian menempatkan ilmu bahasa untuk menjadi ilmiah dan berdiri
sendiri. Sejak itu sekolah tentang linguistik dan cabang linguistik didirikan. Interdisiplin yang
melibatkan linguistik dan bidang lainnya juga mulai berhubungan. Hal ini diikuti oleh pendapat
ilmuwan bahasa terkemuka.

Di Swiss, seorang linguistik modern Ferdinand de Saussure (1857-1913). Saussure


dihormati sebagai Bapak Linguistik modern sejak bukunya terbit de Linguistique Générale
(1916). Dalam buku ini, terkandung pandangan yang menjadi kajian baru bahasa yaitu telaah
sinkronik dan diakronik, perbedaan langue (abstrak) dan parole (konkret) , perbedaan signifiant
dan signifie, serta hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Kutipan berikut ini

6
menggambarkan pentingnya teori sinkronis dan diakronis, salah satu pembagian linguistik
yang disarankan oleh Ferdinand de Saussure (1916).

Cours menyajikan argumen bahwa bahasa harus dipelajari, tetapi juga dalam kaitannya
dengan hubungan antara bagian-bagian itu, dan secara sinkron, yaitu dalam hal
kecukupannya saat ini. Singkatnya, dia mengusulkan agar sebuah bahasa harus
dipelajari sebagai Gestalteinheit sebagai bidang terpadu, sebuah sistem yang cukup
mandiri, seperti saat ini.
(Terrence Hawkes, 2003)
Diaktomi Saussure telah menjadi terobosan signifikan dalam teori linguistik. Sejak
diperkenalkan, tidak hanya dalam bidang linguistik, di bidang lain, seperti antropologi,
literatur, dan psikiatri, diaktomi dapat menjadi gagasan atau diadaptasi.

Saat ini, lama setelah masa Saussure, para siswa yang mempelajari linguistik mungkin
memiliki keingintahuan yang berbeda dalam mengeksplorasi bahasa tersebut. Beberapa ingin
mempelajari unsur-unsur internal bahasa, sementara yang lain lebih tertarik untuk menganalisis
berbagai hal eksternal yang berhubungan dengan bahasa. Lingkup mikro linguistik adalah
istilah yang kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada pelajaran bahasa yang berfokus
pada elemen bahasa internal. Penelitiannya adalah fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Fonetik mempelajari masalah suara ujaran, dan berfokus pada penggambaran
bagaimana suara pidato diperkenalkan. Fonologi berkaitan dengan analisis suara ucapan yang
berarti dan ciri khasnya dalam bahasa tertentu. Morfologi berfokus pada struktur internal dan
formasi kata-kata. Sintaks menganalisis struktur kalimat serta konstituennya, dan semantik
ilmu yang mempelajari tentang makna kata dan kalimat.

Linguistik makro adalah analisis aspek bahasa dari kelompok objek dan hubungan
antara disiplin ilmu. Artinya, teori yang mempelajari masalah bahasa dan di luar ilmu bahasa.
Linguistik makro yang paling populer adalah psikolinguistik masalah bidang psikologis,
antropologi adalah masalah bidang linguistik dan lingkup budaya, dan sosiolinguistik adalah
masalah bahasa dan ilmu sosial.

7
3. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengambil bahasa sebagai objek teori,
dengan cara yang biasanya dibedakan dari bagaimana semantik, morfologi, dan fonologi
sintaksis mengelolanya. Ini adalah bidang yang menganalisis bahasa sebagai bagian dari bagian
sosial. Teori ini mengeksplorasi fungsi dan variasi bahasa, kontak antara bahasa yang berbeda,
sikap orang terhadap penggunaan bahasa dan pengguna, perubahan bahasa, serta rencana
bahasa. Dalam definisi awal penelitian ini, beberapa ahli bahasa menggunakan istilah sosiologi
bahasa, sementara yang lain menamainya sosiolinguistik. Perbedaan antara namanya
disepakati oleh beberapa orang, meski saat ini kebanyakan ilmuwan di lapangan melihatnya
sebagai isu yang tidak signifikan. Dengan mengacu pada perbedaan, istilah relasi digunakan
lebih mengacu pada teori bahasa ke masyarakat, sedangkan sosiologi bahasa digunakan
terutama mengacu pada teori masyarakat dalam kaitannya dengan bahasa. Dengan demikian,
dalam sosiologi bahasa, penekanan objek penelitian adalah masyarakat, sedangkan dalam
sosiolinguistik, fokus belajar adalah bahasa. Meskipun penekanan yang berbeda tampaknya
masuk akal, dalam praktiknya diskusi pasti tumpang tindih.

Istilah sosiolinguistik mendapatkan popularitas atau lebih dikenal dalam penelitian dan
literatur yang membahas masalah ini. Definisi berikut ini adalah pengertian penggunaan
sosiolinguistik sebagai nama bidang ilmu dari beberpa ahli bahasa.

Sosiolinguitik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai
fenomena sosial dan budaya (Peter Trudgill, 1983)
Sosiolinguistik terkait dengan menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat
dengan tujuan untuk memahami struktur bahasa dengan lebih baik dan bagaimana
fungsi bahasa dalam komunikasi (Ronald Wardhaugh, 1986)
Sosiolinguistik adalah teori bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat (Peter
Matthew, 1997)
Sosiolinguistik adalah bidang yang mempelajari hubungan antara bahasa dan
masyarakat, antara penggunaan bahasa dan struktur sosial di mana pengguna bahasa
hidup (Bernard Spolsky, 1998)
Sosiolinguistik adalah teori bahasa dalam kaitannya dengan faktor sosial. (Sylvia
Chalker dan Edmund Weiner, 1998)
Dalam buku Sosiolinguistik Suatu pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam
Masyarakat Multikultural dijelaskan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner.
Istilahnya sendiri menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosioligi dan linguistik. Dalam
istilah linguistik-sosial (sosiolinguistik) kata sosio adalah aspek utama dalam penelitian dan

8
merupakan ciri umum bidang ilmu tersebut. Linguistik dalam hal ini juga berciri sosial sebab
bahasa pun berciri sosial, yaitu bahasa dan strukturnya hanya dapat berkembang dalam suatu
masyarakat tertentu. Aspek sosial dalam hal ini mempunyai ciri khusus, misalnya ciri sosial
yang spesifik dan bunyi bahasa dalam kaitannya dengan fonem, morfem, kata, kata majemuk,
dan kalimat. (Rokhman, 2013: 1)

Berdasarkan hal tersebut, sosilinguistik adalah ilmu bahasa yang lebih memfokuskan
penelitiannya dalam bidang sosial. Karena bahasa adalah bagian dari ilmu sosial, yang
memiliki ciri-ciri sosial. Ciri khusus itu dapat tercermin dalam struktur bahasa itu sendiri,
seperti yang telah dijelaskan di atas.

Apakah perbedaan antara linguistik dan sosiolinguistik? Pandangan yang umumnya


diikuti adalah bahwa linguistik hanya membahas struktur bahasa dan tidak membicarakan
konteks sosial tempat bahasa itu dipelajari dan digunakan. Tugas linguistik adalah mencari
’kaidah bahasa X’ dan sesudah itu barulah para sosiolinguistik memasuki permasalahan dan
mengkaji masalah apa pun yang ada dengan adanya kontak antara kaidah itu dengan
masyarakat, misalnya jika kelompok sosial yang berbeda memilih alternatif lain untuk
menyatakan hal yang sama. Pandangan ini merupakan pandangan yang khas pada aliran
linguistik ’struktural’ yang telah mendominasi linguistik abad kedua puluh termasuk linguistik
transformasi-generatif (ragam yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh Chomsky). Secara
kebetulan aliran itu juga umum dalam kebanyakan pengajaran bahasa asing di Inggris). Namun
tidak semua pengkaji bahasa menerima pandangan ini. Beberapa dari mereka mengatakan
bahwa ujaran jelas merupakan perilaku sosial sehingga mempelajari ujaran tanpa mengacu ke
masyarakat akan seperti mempelajari perilaku orang pacaran tanpa menghubungkan perilaku
seseorang dengan patnernya. (Rokhman, 2013:4 )

Berdasarkan penjelasan di atas, perbedaan linguistik dan sosiolinguistik terletak pada


proses penelitiannya. Melalui penelitian linguistik dengan unsur serta strukturnya berdasarkan
kaidah bahasa yang ada, hasil dari penelitian itu akan diteruskan dan dikaji oleh sosiolinguistik,
dengan dasar masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Namun, tidak semua pengkaji
bahasa sepakat dengan perbedaan ini.

Awal sosiolinguistik berkaitan dengan periode ketika teori bahasa modern dimulai pada
akhir abad ke 20. Selama bertahun-tahun banyak ahli teori bahasa berusaha membuat teori
ilmiah yang berdiri sendiri, mereka memfokuskan analisis pada struktur bahasa. Dengan sudut

9
pandang para teoretikus ini, kompetensi manusia dalam bahasa harus dipertanggungjawabkan
dari perspektif ilmu pengetahuan alam.

Berikut ini merupakan kutipan salah satu kritik dari seorang tokoh ahli bahasa
transformasi generatif

Teori bahasa tradisional telah menganggap bahasa hanya sebuah sistem formal dan
bukan sebagai wadah dan pencipta makna. Ini karena linguistik meniru gerakan ilmiah
menuju arah formalisme. Hasilnya adalah bahwa ahli bahasa tidak memperlakukan
bahasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya membatasi fokus
mereka pada penataan internal tanpa kerangka kerja sosialnya. (Leo Loveday,1982)
Gagasan bahwa bahasa bukan sekadar gabungan suara dan struktur telah memicu
ketertarikan pada teori bahasa masyarakat. Menurut perspektif ini, teori bahasa harus
didasarkan lebih pada pandangan bahwa pengalaman manusia pada dasarnya jamak dan setiap
bahasa dan variasi yang berbeda mencerminkan keragaman alam dan budaya. Pandangan
tentang bahasa ini menentukan relativisme, dan pluralisme, teori tentang penggunaan bahasa
dan teori budaya. Teori yang berkonsentrasi pada penggambaran variasi yang ditemukan dalam
penggunaan bahasa dalam masyarakat berada di bawah kerangka sosiolinguistik; sedangkan
yang memfokuskan pluralisme budaya adalah antropologi.

Munculnya sebuah disiplin ilmu yang disebut antropologi linguistik (linguistik


antropologi menimbulkan masalah: daerah yang dibahas di lapangan terkadang tampak saling
tumpang tindih dengan yang ditemukan dalam sosiolinguistik. Untuk ini, beberapa upaya untuk
klarifikasi telah dicoba. Misalnya, telah melihat bahwa antropologi linguistik pada awalnya
merupakan bidang teori antropologi, sementara sosiolinguistik dikembangkan dari sebuah teori
yang bernama dialektologi. Gambaran lebih lanjut menunjukkan bahwa penelitian dalam
sosiolinguistik lebih sering menerapkan metode kuantitatif, sedangkan antropologi linguistik
cenderung melakukan praktik kualitatif. Yang lain menunjukkan bahwa sosiolinguistik lebih
baik dilakukan di perkotaan berskala besar pengaturan sementara antropolog linguistik sering
pergi ke daerah pedesaan kecil. Sayangnya, perbedaan yang diusulkan antara linguistik
antropologi dan sosiolinguistik telah terlihat tidak benar. Baru-baru ini semakin banyak
penelitian tentang antropologi linguistik yang mulai mengambil situasi perkotaan. dan
sosiolinguistik juga mulai lebih kualitatif dalam pekerjaan mereka.

Minat awal dalam penyelidikan bahasa masyarakat telah dikaitkan dengan beberapa
nama. Di antara peneliti yang paling diingat adalah John Rupert Firth (1890-1960). John Rupert
Firth adalah seorang ahli bahasa Inggris yang menyarankan perspektif yang berbeda dalam

10
menganalisis bahasa selama tren gelombang struktural. Firth telah memperkenalkan istilah
'linguistik sosiologis pada tahun 1935 , yang menurut dia adalah teori bahasa dalam perspektif
sosial. Ini adalah teori yang menjelaskan berbagai konteks situasi di mana bahasa digunakan.
Firth dikenal dengan kutipan yang terkenal: “You shall know a word by the company it keeps”
atau apabila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia "Anda harus sepaham dengan percakapan
yang ada". Hal ini menunjukkan bahwa untuk memahami ujaran sepenuhnya, orang tidak
hanya menganalisis makna struktural, tetapi juga perlu memperhatikan konteks. Ucapan bijak
Firth kemudian dikenal sebagai teori 'konteks situasi' yang merupakan gagasan yang secara
pasti berkontribusi pada awal teori sosial bahasa. Kutipan berikut ini menyatakan pentingnya
teori John R Firth terhadap awal sosiolinguistik.

Oleh karena itu, pengertian konteks situasi bagi Firth adalah yang penting dalam
deskripsi semantik bahasa dan kunci dalam teori bahasanya yang kontekstual yang
bersama dengan pelajaran bahasa tujuannya yang dinyatakan dengan sifat sosial
manusia tentu menghubungkan tempat dia sebagai salah satu pendiri sosiolinguistik
(Roger T Bell, 1976)
JR Firth mengemukakan gagasan bahwa untuk mencapai makna bahasa, peristiwa
sosial atau kontekstual tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian, makna dicapai dari analisis
bertingkat, termasuk analisis komponen konteks, seperti peserta, tindakan, tindakan mereka,
dan efeknya.

Para ilmuwan sosiolinguistik yakin bahwa di mana kita tinggal dan dengan siapa kita
hidup membentuk dan mewarnai makna yang ditemukan dalam bahasa kita. Ini menekankan
bahasa untuk menjadi produk utama kecerdasan sosial dan hanya ada dalam kelompok sosial.
Oleh karena itu, adalah dasar untuk mempelajari bahasa seperti yang ditemukan di masyarakat
yang menggunakannya. Cukup mempelajari sistem suara ucapan, struktur, dan semantik dari
konteks mereka tidak akan membantu kita memahami keberadaan manusia kita dan
kemampuan bahasa kita yang berharga.

Bahasa dan latar sosialnya harus dipelajari sebagai bidang linguistik yang signifikan.
Kutipan berikut menggarisbawahi pandangan dan menegaskan pentingnya penelitian semacam
itu.

Meskipun banyak ahli bahasa percaya bahwa manusia diprogram secara genetis
untuk belajar bahasa, dibutuhkan kontak sosial untuk membalik saklar yang
membuat kita berbicara. Jadi, ahli bahasa mempelajari tidak hanya suara, tatabahasa
dan makna bahasa dunia, tapi juga bagaimana fungsinya dalam lingkungan sosial
mereka. (httpHiwww.pbs.org/speakhspeech sociolinguisticslabov).

11
Beberapa penelitian linguistik pada awalnya mengamati bahwa bahasa kita cukup kuat
untuk mempengaruhi prilaku. Menurut pandangan ini, bahasa dikatakan mampu
mempengaruhi atau menentukan perilaku pengguna. Tapi sosiolinguistik lebih mengarah ke
arah yang berbeda: lingkungan sosial diyakini mempengaruhi penggunaan bahasa. Laporan
tentang bayi manusia yang terisolasi dari lingkungan sosial, meyakinkan pandangan bahwa
bahasa kita benar-benar dibentuk oleh lingkungan sosial kita.

Ada sejumlah laporan tentang anak-anak yang terpisah dari habitat manusia.
Setidaknya sudah ada lebih dari 40 kasus tentang isolasi anak dicatat. "Salah satu laporan
menggambarkan seorang anak laki-laki yang ditemukan oleh pemburu di hutan pada 18oo di
distrik Aveyr di Prancis. Ketika anak laki-laki itu ditemukan, otak dan organ ucapannya
berfungsi normal; sayangnya, anak laki-laki itu tampaknya tidak mampu berbicara bahasa
manusia tapi hanya memproduksi semua mungkin setuju untuk menyebutnya sebagai suara
binatang. Hal ini menunjukkan bahwa selama berada di hutan ia pasti terkena hanya kebisingan
seperti itu daripada ekspresi manusia.

Anak yang terisolasi itu bernama Victor. Ia ditemukan dan kembali ke habitat manusia
normal, ia memasuki masa remaja. Berikut kutipannya menggambarkan kisah Victor: The Wild
Boy of Aveyron.

Anak laki-laki itu tampak berusia 11 atau 12 tahun, telanjang tanpa ada yang tersisa
dari kemeja compang-camping, dan dia bersuara seperti suara binatang buas lainnya.
Penampilan umum dan tingkah lakunya khas, seperti makhluk liar dan dia sepertinya
bertahan sendiri selama bertahun-tahun di alam liar. Mungkin dia telah ditinggalkan,
pada usia berapa atau oleh siapa tidak ada yang dapat memastikan. Upaya untuk
melacak sejarah pribadinya gagal dan tidak ada yang bisa ditemukan dalam hidupnya
sebelum dia ditemukan (Danny S Steinberg, et al., 2001)
Kasus Victor menjelaskan bahwa tinggal di hutan sejak usia dini, bayi manusia normal
akan tumbuh dengan kemampuan untuk berkomunikasi hanya dengan bahasa hutan. Jika
Victor tidak dibiarkan hidup di alam liar, muncul di lingkungan sosial yang normal, dia pasti
bisa berbicara bahasa manusia.

Victor bukan satu-satunya anak yang pernah diisolasi dari kontak sosial. Di antara anak-
anak malang lainnya yang pernah mengalami situasi yang sama yaitu Kaspar, Hauser, Amala
dan Kamala, dan Genie. Setelah ditemukan dan kembali ke habitat manusia kebanyakan dari
mereka diperkenalkan ke bahasa tapi gagal untuk berbicara dengan benar; sangat sedikit yang
berhasil mempelajari bahasa mereka sampai tingkat yang dapat diterima secara sosial,
termasuk Victor. Kejadian yang dialami Victor dan isolasi anak lainnya telah memberi

12
gambaran tentang hakikat manusia yang pasti akan dikembangkan di lingkungan para
penggunanya, kasus anak-anak ini telah menjadi teori penting dalam psikolinguistik, terhadap
sosiolinguistik laporan tersebut menonjolkan situasi konteks (sosial).

Gagasan bahwa konteks sosial menentukan bahasa merupakan peran penting untuk
membantu seorang anak menjadi makhluk sosial sebenarnya telah dikemukakan oleh beberapa
ahli bahasa. Salah satu dari catatan tersebut menunjukkan pentingnya bahasa dalam banyak
aspek kehidupan manusia - bahasa yang benar-benar membantu seseorang tumbuh menjadi
makhluk sosial sepenuhnya. Kutipan berikut menggambarkan gagasan itu.

Dalam perkembangan anak sebagai makhluk sosial, bahasa mempunyai peran utama.
Bahasa adalah sumber utama yaitu pola kehidupan yang disampaikan kepadanya, dimana
dia belajar untuk bertindak sebagai anggota 'masyarakat' dan melalui berbagai kelompok
sosial, keluarga, lingkungan sekitar, dan sebagainya, dan untuk mengadopsi budayanya,
cara berfikir dan bertindak, serta keyakinan dan nilai-nilainya. (M.A.K. Halliday, 1978)
Seperti halnya dengan penjelasan di atas, dalam buku Sosiolinguistik Suatu pendekatan
Pembelajaran Bahasa dalam Masyarakat Multikultural dijelaskan tentang sosiolinguistik juga
menyangkut individu sebab unsur yang sering terlihat melibatkan individu sebagai akibat dari
fungsi individu sebagai makhluk sosial. Hal itu merupakan peluang bagi linguistik yang
bersifat sosial untuk melibatkan diri dengan pengaruh masyarakat terhadap bahasa dan
pengaruh bahasa pada fungsi dan perkembangan masyarakat sebagai akibat timbal-balik dari
unsur-unsur sosial dalam aspek-aspek yang berbeda, yaitu sinkronis, diakronis, prospektif --
yang dapat terjadi-- dan perbandingan. (Rokhman, 2013: 2)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik


adalah ilmu yang sangat berhubungan dengan individu atau manusia sebagai makhluk sosial.
Karena pemerolehan dan pembelajaran berbahasa didapatkan melalui interaksi sosial, karena
melalui komunikasi bahasa akan didapat dan dipelajari.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu
seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana
komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Keunikan bahasa yang dimiliki
manusia sangat berbeda, karena manusialah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki
perangakt bahasa atau LAD. Ilmu bahasa semakin berkembang dalam ilmu pengetahuan.
Linguistik adalah ilmu bahasa, yang objek penelitiannya adalah bahasa itu sendiri.

Bahasa juga yang menjembatani hubungan antar masyarakat. Sehingga bahasa sangat
dekat sekali dengan masyarakat dalam kehidupan masyarakat. Bahasa mengambil peran
penting dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya bahasa merupakan suatu alat yang
terdiri dari susunan kata-kata memiliki makna yang digunakan oleh masyarakat dalam
melakukan interaksi ataupun komunikasi. Karena bahasa tidak lepas dari kehidupan manusia.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dengan linguistik,


dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi merupakan kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, lembaga- lembaga, dan
proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
bahasa yang digunakan dalam lingkungan tersebut. Sosiolinguistik mengkaji bahasa
dimasyarakat yang berfungsi sebagai alat komunikasi.

B. Saran

Penulis menyadari, makalah ini masih belum sempurna. Referensi penulisan makalah
masih terbatas. Gagasan yang penulis sampaikan belum diuraikan secara jelas, oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan
makalah, selain itu penulis berharap ada studi lanjutan mengenai bahasa, ilmu bahasa, dan
sosiolinguistik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jendra, Made Iwan Indrawan. 2010. Sociolinguistics: the study of societies' language.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Rohman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam


Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

15

Вам также может понравиться