Вы находитесь на странице: 1из 2

BAB III

ANALISA

A. Analisa Studi Kasus

Berdasarkan kasus yang terjadi pada sungai Ciliwung, dimana sungai ini mengalami
pendangkalan akibat banyaknya endapan lumpur dan sampah serta adanya penyempitan yang
disebabkan banyak rumah – rumah kumuh di sekitar badan sungai sehingga menyebabkan
sungai tidak dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya yaitu untuk mencegah terjadinya
banjir. Tindakan yang dapat dilakukan dengan kasus ini adalah dengan melakukan
normalisasi sungai. Normalisasi Sungai Ciliwung adalah proyek yang bertujuan untuk
mengembalikan kondisi lebar sungai menjadi 35-50 meter dengan cara melebarkan badan
sungai dengan menggusur rumah – rumah kumuh yang terdapat disekitar bantaran sungai dan
dilakukan pengerasan dinding sungai melalui pembangunan sheet pile dan turap batu kali
pada tebing sungai yang rawan longsor. Program ini dapat diharapkan kapasitas tampung air
Sungai Ciliwung meningkat dari 200 m3/detik menjadi 570 m3/detik. Rencana proyek ini
sebetulnya sudah dimulai dari tahun 1973. Normalisasi sungai Ciliwung ini merupakan
tindak lanjut dari kebijakan pascabanjir besar yang melanda ibu kota pada 17 Januari 2012.
Dalam kebijakan itu, pemerintah pusat bersama dengan Pemprov DKI Jakarta akan
merealisasikan program penanganan sungai, salah satunya Kali Ciliwung dan sodetan dari
wilayah Bidara Cina ke Kanal Banjir Timur (KBT) yang kemudian dimasukan ke dalam
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Provinsi DKI Jakarta 2030 dan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2014
tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. Normalisasi ini dilakukan secara
bertahap dengan target pembetonan (penurapan) sepanjang 19 Km yang membelah Jakarta
dari Jalan TB Simatupang hingga Manggarai. Pembagunan ini dibagi kedalam empat
rangkaian pembangunan yaitu Jalan Casablanca-Kampung Melayu (18 hektar), Kampung
Melayu-Jembatan Kalibata (16 hektar), Jembatan Kalibata-Eretan Condet (16 hektar), serta
Eretan Condet-Jalan T.B. Simatupang (15 hektar). Selain tindak lanjut normalisasi sungai
yang dilakukan oleh Dinas Tata Air Pemprov DKI Jakarta, terdapat juga Dinas Kebersihan
yang membantu dalam menjaga kebersihan sungai sehingga sungai dapat difungsikan sebagai
air baku untuk mengatasi krisis air yang terjadi sekarang ini. Berikut adalah tampak sungai
Ciliwung setelah mengalami normalisasi.
Gambar 1

Gambar 2

Вам также может понравиться