Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KAJIAN TEORI
beratnya hanya 2% dari berat badan, tetapi ia menerima 17% curah jantung dan
sistem sirkulasi utama, yang menyalurkan darah ke bagian otak. Sirkulasi utama
1. Sirkulasi arteri serebri anterior yang memberikan suplai pada sebagian besar
kortex serebri dan massa putih sub kortikal, ganglia basalis, dan kapsula
interna.
dan arteri karotis eksterna. Arteri karotis interna masuk kedalam kanalis
7
8
Gambar 2.1 external artery of the head (Atlas Human Anatomy Volume1 14th Edition)
b. kapsula interna
c. korpus striatum
Gambar 2.2 Circulus Willis (Atlas Human Anatomy Volume1 14th Edition)
4. Arteri Vertebralis
kanan.
foramen transversaria servikal V, IV, dan III, epistrofeus dan atlas, kemudian
10
blumenbachii.
Pada batas bawah pons kedua arteri vertebralis kanan dan kiri bersatu
Arteri ini yang sering pecah pada pendarahan serebellum spontan pada
kasus hipertensi.
d. Arteri serebri posterior kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan
a. Lobus oksipitalis
d. Serebellum
Gambar 2.4 arteri subclavia (Atlas Human Anatomy Volume1 14th Edition)
12
B. Stroke
1. Definisi Stroke
darah secara mendadak (dalam detik) atau secara lebih lambat (dalam jam)
dengan kejadian gejala dan tanda berhubungan dengan area fokal pada otak
(Goldstein, 2001).
fungsional otak lokal maupun global secara mendadak dan akut yang
fatal pada suplai darah bagian otak. Tidak ada satupun bagian tubuh
manusia yang dapat bertahan bila terdapat gangguan suplai darah dalam
waktu relatif lama sebab darah sangat dibutuhkan dalam kehidupan terutama
oksigen pengangkut bahan makanan yang dibutuhkan pada otak dan otak
adalah pusat control system tubuh termasuk perintah dari semua gerakan
fisik.
2. Klasifikasi stroke
a. Stroke hemoragik
relatif hanya menyusun sebagian kecil dari stroke total: 10-15% untuk
13
oleh aneurisma (arteri yang melebar) yang pecah atau karena suatu
penyakit.
merusak neuron sehingga bagian otak yang terkena tidak dapat berfungsi
dengan baik.
terganggu.
kepala, tetapi jika diabaikan gejala ini dapat berakibat fatal. Nyeri kepala
sebab yang jelas. Nyeri kepala ini sering disertai oleh muntah, kaku
yang parah. Karena itu, semua nyeri kepala yang timbul mendadak harus
segera diperiksakan.
tungkai, hal ini dikarenakan area ini dialirkan oleh dua arteri yaitu arteri
interma derajat kelumpuhan relative sama lengan dan tungkai oleh karena
area ini hanya dilalui oleh satu arteri yang sama yaitu arteri
lentikulostriana.
dan dapat berupa kontraksi otot (tanpa adanya gerakan) atau berupa
gerakan-gerakan reflektor.
yang terjadi ketika terdapat sumbatan bekuan darah dalam pembuluh darah
di otak atau arteri yang menuju ke otak. Stroke jenis ini adalah yang paling
sering terjadi. Sekitar 80-90% dari semua stroke adalah stroke iskemik.
Stroke ini mengacu pada situasi di mana daerah otak kekurangan aliran
darah, biasanya karena adanya bekuan darah atau penyumbatan arteri oleh
Pada setiap usia, stroke lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
24 jam.
hari.
Completed Stroke
Latif: 1996;743-744)
b) Berdasarkan penyebab
Stroke Trombotik
aterosklerosis.
3. Patofisiologi
aliran darah.
untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada
4. Faktor resiko
a. Usia
terjadi pada usia 65 tahun dan 70% terjadi pada usia 65 tahun atau
lebih. Faktor risiko meningkat dua kali lipat untuk setiap dekade
b. Hipertensi
sistolik adalah 1,9 untuk pria dan 1,7 untuk wanita setelah faktor
(Houston, 2000).
c. Jenis kelamin
terserang stroke pada usia yang lebih tua. Pinzon & Asanti (2010) juga
mengatakan bahwa laki - laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini
e. Diabetes Melitus
koroner atau karotis atau dengan efek lokal pada mikr osirku lasi
serebral.
f. Penyakit jantung
Fibrilasi atrial berperan kuat dalam stroke emboli dan fibrilasi atrial
g. Merokok
i. Peningkatan hematokrit
letargi, tinitus, dan penglihatan kabur. Infark serebral fokal dan oklusi
k. Penyalahgunaan obat
l. Hiperlipidemia
2000).
22
m. Obesitas
n. Infeksi
serebral.
a. Kehilangan motorik
pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan
disfagia
b. Kehilangan komunikasi
c. Gangguan persepsi
berlawanan).
C. Proses Fisioterapi
1. Assessment Fisioterapi
dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam
a. Pemeriksaan :
medis.
pasien.
4) Spesific Test : dalam kasus ini tes spesifik yang relevan meliputi :
Assesment (POMA).
2012).
NILAI KETERANGAN
digerakkan
(0 & 5), dressing (skor 0, 5 & 10), bowels (skor 0, 5 & 10),
bladder (skor 0, 5 & 10), toilet use (skor 0, 5 & 10), transfers
(skor 0, 5, 10, & 15), mobility (skor 0, 5, 10, & 15), dan stairs
No Aktivitas SKOR
Mandiri
1 Makan 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 15
tidur dan sebaliknya (termasuk duduk
di tempat tidur)
3 Kebersihan diri (mencuci muka, 5
menyisir,mencukur dan menggosok
gigi)
4 Aktivitas di toilet (menyemprot, 10
mngelap)
5 Mandi 5
6 Berjalan dijalan yang datar (jika tak 15
mampu jalan melakukannya dengan
kursi roda)
7 Naik turun tangga 10
8 Berpakaian (termasuk menggunakan 10
sepatu)
9 Mengontrol BAB 10
10 Mengontrol BAK 10
Jumlah 100
26
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
a) Balance Tests
POMA
Bantuan
6 Berdiri kaki rapat, Bereaksi akan jatuh. 0
Terapis memberikan Terhuyung, goyah. 1
dorongan 3 kali di dada Stabil. 2
7 Berdiri dengan kaki rapat Goyah. 0
dan menutup mata Stabil. 1
8 Berputar 360o Langkah tidak kontinyu. 0
Langkah kontinyu. 1
Goyah. 0
Stabil. 1
9 Berdiri ke duduk Tidak aman (salah penempatan, 0
duduk dengan menjatuhkan diri
ke kursi).
Menggunakan tangan dengan 1
duduk perlahan.
Aman dan duduk perlahan. 2
SKOR KESEIMBANGAN :
b) Gait Test
POMA
c. Problematik Fisioterapi
2. Diagnosa Fisioterapi
1) Modalitas Alternatif
2) Modalitas Terpilih
kasus Stroke.
5. Evaluasi/ re-evaluasi
D . Bobath Exercise
1. Definisi Bobath
Bobath adalah salah satu metode yang berorientasi pada aktivitas pola
2. Konsep Bobath
fasilitasi.
yang diarahkan pada tonus otot, gerak dan fungsi akibat lesi pada sistem
saraf pusat.
1995)
32
tahap ini aktivitas dilakukan dengan kerja yang lebih berat. Akibat
kompensasi gerak.
Gambar 2.5 skema gangguan gerak akibat lesi CNS (irfan, 2012)
33
gerak lainnya yang saling berhubungan satu sama lain. Untuk itu,
postural dan gerakan – gerakan yang seletif. Pada aktifitas gerak, maka
Gambar 2.6 Hubungan gaya grafitasi, COG,GRF dan BOS (irfan, 2012)
penyesuaian pada BOS dan COG agar dapat tetap seimbang. Sehingga
kemampuan tubuh untuk tetap tegap merupakan reaksi dari otot postural
akan diikuti oleh perubahan letak COG yang memungkinkan tubuh tetap
seimbang. Pada insan stroke, terdapat deviasi letak COG yang cenderung
menghasilkan gerakan, maka salah satu fokus utama dalam intervensi ini
beberapa bentuk latihan yang kita sebut sebagai core stability exercise.
35
Dalam gerak normal, terdapat dua unsur utama yaitu stabilitas dan
mobilitas. Suatu gerak normal yang terjadi diawali oleh adanya stabilitas
yang akan terjadi adalah gerak yang tidak normal (abnormal movement)
gerak selektif pada anggota gerak (lengan dan tungkai) sesuai fasilitasi
sebagai berikut :
berlawanan.
dilakukan menjadi sulit dan dengan pola yang tidak normal. Pemberian
tidak mengalami kelemahan, maka saat gerakan dilakukan pada sisi yang
aktivitas berjalan.
tersebut pada dasarnya adalah gerakan yang sulit untuk dilakukan apalagi
normal dan bukan pasif. Perlu diingat bahwa hanya dengan gerak aktif
Brooks :
no practical value.”
pelvic floor.
39
Gambar 2.10 otot – otot stabilisator postur yang utama (irfan, 2012)
terpenting dalam hal ini adalah bukan hanya tentang rekrutmen otot
manusia, maka gerak dengan pola normal dapat dibentuk jika kerja otot
yang sinergy antara otot agonist dan antagonist serta adanya sinergy
sebagaimana yang dinyatakan oleh IBITA tahun 1995. ”The goal of treatment
b. Inhibisi
c. Fasilitasi
tertentu.
pemeriksaan. Langkah awal dalam terapi latihan bobath yaitu dengan aktifasi
otot-otot internal trunk (otot abdominal, otot para spinal dan otot pelvic floor).
Otot-otot tersebut merupakan otot yang memberikan stabilitas yang utama pada
postur. Dengan stabilitas postur yang adekuat, maka fungsi mobilitas dari
a. Posisi tidur
a) Postural set
b. Posisi Duduk
Gambar 2.13 Postural set dan Pelvic key point control (irfan, 2012)
c. Posisi Berdiri
minimalisasi kompensasi.
44
persiapan berjalan
(http://my.me.queensu.ca)
1. Head control
2. Posisi Berdiri
mengalami kelemahan).
gluteus).
lainnya.
dan gluteus).
suatu diagonal.
2). Traksi dan approximasi dari sendi dan juga pengukuran otot.
optimal.
2) Dengan fasilitasi kontak kulit ini pasien harus bisa mengerti (sadar)
6) Kontak kulit harus selalu bisa memberikan arah gerak dan tidak
harus diberikan dengan nada yang lebih tinggi dan suara yang lebih
1) Traksi
menjauh segmen yang satu dengan yang lain atau usaha mengukur
diberikan.
2) Approximasi
synovial sendi.
g. Irradiasi
yang lain.
51
1). Irradiasi
patern-patern.
sesuai dengan axioma dari Beevor yang mengatakan bahwa otak tidak
dan sendi-sendi, juga struktur ligament yang sifatnya juga spiral dan
memutar. Tipe gerakan ini juga sangat harmonisdi tinjau dari segi
tubuh, kepala, leher, uuper trunk, lower trunk dan eksterimats. Tiap
52
yang lainnya. Tiap pola mempunyai komponen besar yaitu fleksi dan
4) Perbaikan koordinasi
5) Menurunkan nyeri
8) Menghindari kelelahan
inhibisi, untuk satu arah gerakan atau dua arah gerakan dan untuk otot-
resisited.
2) Repeated Contraction
yang ditujukan pada agonis, yang mana pada lingkup gerak tertentu
3) Stretch Refleks
4) Combination Of Isotonic
fungsional.
yang kuat.
6) Hold Rileks
7) Contract Rileks
reciproke inhibition).
8) Slow Reversal
9) Stabilizing Reversal
stabilitas.
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Anamnesis (Auto/Hetero)
a. Identitas Pasien:
Nama : Ny. R
Usia : 59 tahun
Agama : Kristen
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Kekakuan anggota gerak atas dan bawah pada sisi kanan tubuh
56
57
- Kolesterol = normal
4) Riwayat Pribadi
5) Riwayat Keluarga
dialami pasien.
2. Pemeriksaan fisik
3) Pernafasan : 22x/menit
4) Temperatur : 36,5 0C
6) Berat badan : 50 kg
b. Inspeksi
1) Inspeksi Statik
2) Inspeksi Dinamik
kanannya
b) tidak terdapat fase hill strike, hill off, toe off pada saat
c. Palpasi
d. Perkusi
Tidak dilakukan
e. Auskultasi
Tidak dilakukan
1) Gerak pasif
cenderung di seret.
No Aktivitas SKOR
1 Makan 10
2 Berpindah dari kursi roda ke 10
tempat tidur dan sebaliknya
(termasuk duduk di tempat tidur)
3 Kebersihan diri (mencuci muka, 5
menyisir,mencukur dan
menggosok gigi)
4 Aktivitas di toilet (menyemprot, 10
61
mngelap)
5 Mandi 5
6 Berjalan dijalan yang datar (jika 15
tak mampu jalan melakukannya
dengan kursi roda)
7 Naik turun tangga 5
8 Berpakaian (termasuk 5
menggunakan sepatu)
9 Mengontrol BAB 10
10 Mengontrol BAK 10
Jumlah 85
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Total 85 = ketergantungan moderat
b. Fungsional aktivitas
a) Balance Test
b) Gait Test
Keterangan :
Total score pengukuran = 13+7 = 20
Interpretasi : 25 – 28 = Resiko terjatuh rendah
19 – 24 = Resiko terjatuh sedang
< 19 = resiko terjatuh tinggi
Jadi pasien memiliki resiko jatuh sedang
c. Lingkungan aktivitas
5. Problematik fisioterapi
sinistra
b. Adanya spastisitas
sisi sinistra
B. Diagnosa Fisioterapi
Hemoragic sinistra.
65
a. Jangka pendek
1) Mengurangi spastisitas
ekstremity sinistra
b. Jangka panjang
a. Modalitas alternatif
1) TENS
2) MWD
3) SWD
4) Bobath
5) PNF
6) Latihan pasif
b. Modalitas terpilih
1) Bobath
a) Pelvic kontrol
Dosis :
F = 3X seminggu
T = 10 menit
T = fasilitasi gerakan
detik
b) Postural kontrol
Dosis :
F = 3X seminggu
T = 10 menit
T = inhibisi gerakan
detik
67
c) Latihan Berjalan
Dosis :
F = 3X seminggu
T = 10 menit
T = aktif exercise
60 detik
Dosis :
F = 3X seminggu
T = 10 menit
T = aktif exercise
60 detik
Dosisi =
F = 3x seminggu
T = 15 menit
3. Rencana evaluasi
- LGS
- Spastisitas
a. Bobath
1) Pelvic kontrol
lutut pasien
2) Postural kontrol
3) Latihan berjalan
bar.
tangga.
pada lengan dan tungkai pada sisi kanan tubuh pasien. Latihan
5. Home Program
6. Evaluasi
darah dan denyut nadi sebelum dan sesudah terapi. Hasilnya dapat
1) Gerak pasif
120O
Hip Fleksi 1+
Ekstensi 1+
Abduksi 1+
Adduksi 2
Knee Fleksi 2
Ekstensi 1
Ankle Plantar fleksi 1
Dorso fleksi 2
1) Indeks Barthel
No Aktivitas SKOR
1 Makan 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 15
tidur dan sebaliknya (termasuk duduk
di tempat tidur)
3 Kebersihan diri (mencuci muka, 5
menyisir,mencukur dan menggosok
gigi)
4 Aktivitas di toilet (menyemprot, 10
mngelap)
5 Mandi 5
6 Berjalan dijalan yang datar (jika tak 15
mampu jalan melakukannya dengan
kursi roda)
7 Naik turun tangga 10
8 Berpakaian (termasuk menggunakan 5
sepatu)
74
9 Mengontrol BAB 10
10 Mengontrol BAK 10
Jumlah 95
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh
21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Total 95 = ketergantungan ringan
a) Balance Tests
pengukuran POMA
b) Gait Test
POMA