Вы находитесь на странице: 1из 3

Endapan MSG

Tema: Kesehatan
Judul:Endapan MSG
Pemeran:

1. Bu Tiara
2. Bu Agnes
3. Vey
4. Bu Handoyo
5. Adam

SINOPSIS DRAMA

Vey merupakan mahasiswa gizi yang sedang berkunjung ke rumah tantenya, Bu Tiara. Suatu hari, Bu Tiara
bersama dengan Bu Agnes dan Bu Handoyo berencana memasak bersama di rumah Bu Handoyo. Kebiasaan
Bu Handoyo yang memasak dengan bumbu serba instan membuat Vey tergerak untuk mengingatkan. Vey kaget
karena ketiga ibu-ibu tersebut sama sekali tidak mengerti bahayanya bumbu-bumbu instan.

NASKAH DRAMA

Vey baru bangun tidur ketika melihat tantenya, Bu Tiara sudah siap-siap dan berdandan.

Bu Tiara : “Ayo cepat mandi, ikutan tante masak bareng yuk di rumah Bu Handoyo.”
Vey : “Aduh tante, nggak ah ntar capek.”
Bu Tiara : “E...e...e... kau kan cewek, anti banget sama yang namanya masak. Gimana kalo ntar masakin
suami?”
Vey : “Masih lama punya suaminya.”
Bu Tiara : “Oh gitu... ntar, semisal dua bulan lagi ketemu jodoh, trus tahu kamu nggak bisa masak, dia nya pergi,
gigit jari dong.”
Vey : “Aku nggak takut. Yang namanya jodoh, juga nggak bakalan pergi. Kalo toh dia pergi, itu namanya bukan
jodoh tante.”
Bu Tiara : “Ah ngeles mlulu kamu ini. Ayo buruan, tante tungguin di depan.”

Vey berjalan ke kamar mandi agak tak bersemangat.

Vey : “Memangnya tante sama temen-temennya mau masak apa sih?”


Bu Tiara : “Ntar juga bakal tahu sendiri. Buruan masuk kamar mandi!”

Tidak lebih dari satu jam, Vey sudah keluar kamar dan siap untuk ke rumah Bu Handoyo. Di rumah Bu Handoyo
sendiri sudah ada Bu Agnes dan Bu Handoyo yang sedang duduk di teras.

Bu Tiara : “Sudah pada datang, maaf nungguin. Tadi ponakan saya mandi bunga tujuh rupa dulu.”

Vey hanya senyum-senyum di belakang tantenya. Padahal lumayan kesal karena tantenya mengenalkan dirinya
dengan cara yang tidak bermartabat.

Bu Handoyo : “Nggak papa, maklum, masih gadis. Kayak nggak pernah muda aja Bu Tiara ini.”
Bu Agnes : “Kalau gitu kapan kita masak-masaknya? Oiya sebenarnya hari ini kita mau buat masakan apa?”

Bu Tiara dan Agnes ikut duduk di teras sambil mendengarkan Bu Handoyo bicara.

Bu Handoyo : “Begini ibu-ibu, karena minggu lalu kita sudah buat kue-kuean, bagaimana kalau edisi kali ini kita
buat masakan aja, tahu krispi sambal tomat. Oiya trus si Adam tadi juga minta dibuatin ayam kecap bumbu
pedas.”
Bu Tiara : “Siaaap...”
Bu Agnes : “Bu boleh request? Cieilehh request. Mumpung di sini, ntar sekaliyan bikin ayam krispi ya Bu. Saya
kepingin tahu gimana cara buatnya.”
Bu Handoyo : “Oh iya, nanti sekaliyan bikin.”

Sampai saat ini, Vey hanya mengekor ibu-ibu itu. Ia sendiri sebenarnya tidak tahu menahhu soal memasak, tapi
untuk sekedar makanan sehari-hari dia sudah mahir.

Keempat perempuan tersebut masuk ke dapur Bu Handoyo. Rumah Bu Handoyo memang mewah, seratus
delapan puluh derajat berkebalikan dengan rumah tantenya. Tak ayal dapur Bu Handoyo pun selain super besar,
juga sangat bersih, terawat, dan properti dapurnya terlihat mahal-mahal.

Vey membatin.
Vey : “Pantesan kayaknya kok semuanya dibiayain Bu Handoyo.”

Selama beberapa menit berlalu, Vey ikut membantu para ibu-ibu itu memasak. Vey melihat Bu Handoyo
mengeluarkan bumbu-bumbu instan dari dalam lemari makanan. Ada tepung bumbu krispi, bumbu kecap, dan
penyedap rasa. Semua serba instan. Vey juga melirik di dalam lemari Bu Handoyo masih tersedia aneka bumbu
instan serupa. Sudah serupa toko bumbu. Lengkap semuanya.

Vey tergerak untuk mengingatkan, tapi untuk sementara ini ia diam saja. Tidak enak jika tiba-tiba nyelonong
memberi nasehat kepada ibu-ibu. Vey menunggu hingga semua masakan itu matang.

Bu Handoyo : “Ini dia, akhirnya semua masakan selesai.”


Bu Agnes : “Wah cepet banget ya kita masaknya.”

Vey ngedumal dalam hati.

Vey : “Yaiyyalah semuanya pake bumbu instan.”

Bu Handoyo kemudian menghidangkan makanan yang kelihatan super lezat dan melimpah ruah itu ke meja
makannya.

Bu Handoyo : “Yuk dimakan. Sudah saya sisain tadi buat papanya Adam.”

Bu Tiara, Vey dan Bu Agnes segera menghampiri dan mengincipi semua makanannya. Vey sendiri mengakui
kelezatannya. Tapi ia sudah tak sabar untuk mengutarakan niatnya.

Vey : “Ibu-ibu, sebelumnya saya mohon maaf jika saya lancang berbicara tentang hal ini. Tapi saya harus
menyampaikannya karena ini cukup berbahaya dalam jangka panjang.”

Bu Handoyo, Bu Tiara, dan Bu Agnes terlihat memperhatikan Vey serius.

Vey : “Saya mengakui kelezatan masakan ini semua. Sudah tidak diragukan lagi pokoknya. Tapi saya sarankan
untuk tidak terlalu banyak menggunakan bumbu yang serba instan. Saya tahu...”

Ucapan Vey tiba-tiba terputus ketika Adam, anak Bu Handoyo masuk dapur dan mengambil minuman dari dalam
lemari es.

Bu Handoyo : “Itu anak saya Vey, namanya Adam.”

Vey tersenyum sebentar ke arah Adam. Dalam beberapa detik mata mereka bertemu. Adam tersenyum balik
untuk sekedar basa-basi atas perkenalan itu. Vey mengakui, Adam sangat ganteng. Bahakn tingkat
kegantengannya melebihi kegantengan mahasiswa yang ia anggap paling ganteng di kampusnya.

Bu Tiara : “Hayooo ngelamun. Lanjutkan tadi apa yang ingin kau sampaikan. Kau tahu apa tadi?”

Tak disangka, Adam justru ikut bergabung di meja makan.

Vey : “Eh iya... begini ibu-ibu...”


Suara Vey agak lebih lembut, malu karena Adam juga mendengarkan.

Vey : “Saya tahu bahwa menggunakan bumbu-bumbu instan selain lezat, juga cepat. Tidak butuh waktu lama
untuk memasaknya. Aku yakin ibu-ibu berpikir ini sangat memudahkan. Akan tetapi, ini sangat berbahaya di
jangka panjang.”
Bu Tiara : “Tapi Vey, ini kan sudah ada izin BPOM nya. Berarti sudah lolos uji kan?”
Vey : “Meskipun BPOM sudah mengizinkan beredarnya bumbu-bumbu instan ini, yang dijamin kesehatannya,
tapi kita tak boleh terlalu banyak mengonsumsinya. Tentu kita tahu, semua produk makanan maupun bahan
makanan memiliki lama kadaluwarsanya. Dan kita lihat pada tiap kemasan bumbu-bumbu instan ini memiliki
lama kadaluwarsa lebih dari satu tahun. Artinya apa?”
Bu Tiara : “Berarti ya layak konsumsi, selama belum melewati masa kadaluwarsanya.”
Vey : “Tante, ini bukan maslah layak dikonsumi. Aku memberi tahu lama kadaluwarsanya agar kita juga sadar
bahwa bumbu-bumbu ini juga mengandung bahan pengawet, perasa, atau mungkin pewarna, atau dalam istilah
kesehatan sering disebut dengan MSG. Selain tidak sehat, MSG ini sulit diuraikan oleh tubuh. Karena itu, jangan
menggunakannya setiap hari, karena tubuh kita butuh waktu untuk menguraikannya. Agar tidak terjadi endapan
MSG dalam tubuh.”

Ketiga ibu-ibu itu mengangguk bergantian. Matanya masih melotot serius ke arah Vey. Menantikan uraian-uraian
Vey berikutnya. Sementara itu, Adam justru memandanga Vey kagum.

Vey : “Saya tidak melarang atas pemakaian bumbu-bumbu ini, tapi paling tidak bisa mengurangi. Mungkin satu
bulan sekali. Lagipula, banyak bumbu instan sekarang yang beda banget sama rasa yang kita inginkan. Ini kan
untuk masakan sehari-hari Bu, kasihan kalau setiap hari anak-anak kita makan makanan berbumbu instan
seperti ini. Dampaknya buruk lo Bu, endapan MSG bisa menyebabkan stroke, kanker dan kerusakan hati dalam
jangka panjang.”
Bu Handoyo : “Oh jadi begitu, ya ya ya, saya mengerti sekarang. Makasih lo Nak Vey, sudah mengingatkan kita.
Kalau tidak diingatkan, saya sudah pasti mengonsumsinya setiap hari.”
Bu Agnes : “Kelihatannya Vey ini pinter masak juga ya. Wah pantes ini untuk calon mantu Bu Handoyo.”
Adam : “Hahaha Bu Agnes, kasihan si Vey kalo nikah sama saya. Saya mah mahasiswa tulen yang masih
ngatongduit sama orang tua.”

Vey tersenyum tersipu malu. Ia bukan pinter masak, ia hanya lebih tahu soal bahayanyan dampak endapan MSG
ini.

Вам также может понравиться