Вы находитесь на странице: 1из 9

ISBN 978-602-72245-0-6

Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan


Makassar, 29 Januari 2015

Efektivitas Salep Ekstrak Ekstrak Daun Sirsak


(Annona muricata L.) Pada Mencit yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus

ITA HASMILA1, AMALIAH1, MUHAMMAD DANIAL1


1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Makassar
Jln. Daeng Tata Raya Makassar 90224
email: itahasmila@ymail.com

ABSTRAK
Sirsak (A. muricata L.) merupakan salah satu tanaman spesies familia Annonaceae yang telah
lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di tanah air dan di berbagai Negara. Salah satu
manfaatnya sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep ekstrak
daun sirsak pada luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus dan untuk mengetahui perbedaan
efektivitas salep ekstrak daun sirsak sebagai antibakteri dengan konsentrasi 10%, 15% dan 30%.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Subjek penelitian berupa mencit yang
dilakukan sebanyak 5 perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif, salep ekstrak daun sirsak 10%,
salep ekstrak daun sirsak 20% dan salep ekstrak daun sirsak 30% yang diujikan dengan membuat luka
infeksi dengan panjang luka yang dibuat 1 cm. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan
Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar. Hasil penelitian dan hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa salep ekstrak daun sirsak 15% dan 30% paling efektif menyembuhkan
infeksi bakteri S. aureus dan bakteri E. coli. Hal ini ditunjukkan dengan waktu penyembuhan yang
lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi 10%. Sedangkan dari hasil analisis One way anava
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara konsentrasi 10%, 15% dan 30% (P value < α
atau P < 0.05) yang berarti bahwa konsentrasi salep mempengaruhi waktu penyembuhan infeksi
bakteri Staphylococcus aureus.

Kata Kunci: mencit, salep, sirsak (A. muricata L.), Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN (Minangkabau), serta jambu landa (di


Perkembangan pemanfaatan bahan alam Lampung).
sebagai obat tradisional dengan penggunaan Menurut Tjitrosoepomo (1991),
yang lebih baik sekarang lebih diminati. Hal Tumbuhan sirsak dapat diklasifikasikan
ini disebabkan karena obat tradisional relatif sebagai berikut:
mudah didapat. Didukung dengan adanya Kingdom : Plantae
bahan obat dari alam yang tumbuh melimpah Divisi : Spermatophyta
di Indonesia, sehingga penggunaan obat Sub Divisi : Angiospermae
tradisional menjadi semakin meningkat dan Class : Dicotyledoneae
berkembang luas di masyarakat. Sub Kelas : Dialypetalae
Salah satu jenis tanaman obat yang Ordo : Ranales
sering dimanfaatkan sebagai obat tradisional Family : Annonaceae
oleh masyarakat adalah Annona muricata L. Genus : Annona
atau yang lebih dikenal dengan nama sirsak. Spesies : A.muricata Linn.
Sirsak (Annona muricata L.) adalah Masyarakat diberbagai belahan dunia
salah satu tanaman buah yang berasal dari memanfaatkan daun sirsak untuk mengatasi
Karibia, Amerika Tengah dan Amerika beragam penyakit. Di Haiti daun sirsak
Selatan. Di berbagai daerah Indonesia dikenal dimanfaatkan untuk mengatasi masalah batuk,
sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa), diare, demam, flu, jantung, laktasi, kutu, safar,
nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka buris parasit, luka, kejang, lemas dan penenang. Di
(Madura), srikaya jawa (Bali), boh lôna Afrika dimanfaatkan untuk menurunkan
(Aceh), durio ulondro (Nias), durian betawi demam anak-anak. Di Brasil digunakan untuk

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~54~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

mengatasi bisul, bronchitis, jantung, diabetes, coreximine, coclarine, dan anomurine serta
diare, disentri, demam, parasit usus, luka dan minyak esensial seperti -caryophyllene, -
cacingan. Di Meksiko digunakan untuk cadinene, epi- -cadinol dan -cadinol dalam
menyembuhkan diare, disentri, demam, sakit jumlah besar (Noller, 2005).
gusi dan mengurangi pendarahan. Serta di Menurut hasil penelitian Galih dan
Ekuador digunakan sebagai analgesik Hendrawan (2013) dan Mardiana (2011),
(Duryatmo, 2011). tanaman sirsak (Annona muricata L.) terutama
Menurut Sari, dkk (2010), kegunaan daunnya mengandung alkaloid, tanin, dan
daun sirsak adalah sebagai antibakteri, beberapa kandungan kimia lainnya termasuk
antivirus, antiparasit, kardiotonik, annonaceous acetogenins.
dekongestan, menurunkan panas, penenang, Pada pengujian Rusmiyati, dkk.,
membasmi kutu, dan sebagai obat cacing. (2011) yang dilakukan dengan metode difusi
Antibakteri merupakan zat yang dapat agar pada medium MHA (Mueller Hinton
menghambat atau membunuh bakteri dengan Agar) diperoleh hasil bioaktivitas terbesar
penyebab infeksi. Infeksi disebabkan oleh pada konsentrasi 25% dengan diameter zona
bakteri atau mikroorganisme yang patogen, hambat 22mm terhadap bakteri S. Aureus.
dimana mikroba masuk ke dalam jaringan Infusa daun sirsak juga mempunyai
tubuh dan berkembang biak di dalam jaringan. aktivitas antibakteri dengan Kadar Bunuh
Di antara bakteri yang dapat menyebabkan Minimum (KBM) terhadap bakteri S. Aureus
infeksi adalah Staphylococcus aureus. pada konsentrasi 85% b/v dan untuk bakteri
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan Escherichia coli sampai pada konsentrasi
pneumonia, meningitis, empiema, 100% b/v tidak dapat membunuh. Dan dari
endokarditis atau sepsis dengan supurasi di profil kromatografi infusa daun sirsak
tiap organ (Jawetz et al, 2001). menunjukkan adanya kandungan golongan
Penelitian mengenai aktivitas antibakteri senyawa flavanoid, polifenol, dan alkaloid
ekstrak daun sirsak dan kandungan metabolit (Sari, dkk., 2010).
sekundernya pernah dilakukan, bahwa secara Daun sirsak mampu mengatasi jerawat.
fitokimia daun sirsak kaya dengan beberapa Bakteri yang sering ditemukan pada jerawat
macam senyawa tannin, lakton dan alkaloid adalah bakteri gram positif yaitu
isokuinolina (Adewole dan Caxton-Martins, Staphylococcus aureus dan Propionibacterium
2006). Senyawa tanin dapat ditemukan pada acnes. Staphylococcus aureus biasanya
berbagai bagian tumbuhan (Doss, dkk., 2009). terdapat pada saluran pernafasan atas, kulit,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan saluran kencing, mulut dan hidung, jaringan
oleh (Pathak, dkk., 2010), ekstrak metanol kulit bagian dalam dari bisul bernanah, infeksi
daun sirsak mengandung metabolit sekunder luka, radang paru-paru dan selaput lendir
seperti tanin dan steroid. Menurut penelitian lainnya (Jawetz, E., 2001). Oleh karena itu
(Takahashi, dkk., 2006) ekstrak etanol daun bakteri ini disebut piogenik (Madigan MT,
A.muricata Linn mengandung senyawa dkk, 2008).
flavanoid, yang mana senyawa–senyawa Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
tersebut dapat berfungsi sebagai desinfektan- kami bermaksud ingin melanjutkan penelitian
antiseptik. Senyawa flavanoid ini terdapat dengan membuat sediaan farmasi penggunaan
dalam sel-sel yang sedang melakukan secara topikal yaitu salep, dengan
fotosintesis sehingga banyak tersebar pada menggunakan ekstrak daun sirsak Annona
kingdom plantae (Cushnie dan Lamb, 2005). muricata L. terhadap Staphylococcus aureus
Salah satu fungsi flavanoid untuk tumbuhan dengan berbagai konsentrasi zat aktifnya dan
sebagai agen antikanker, antimikroba dan untuk menguji efektivitas antibakteri
antivirus (Robinson, 1995). dilakukan pengujian secara in-vivo. Dipilih
Lebih lanjut daun sirsak mengandung sediaan salep karena salep memiliki fungsi
senyawa kimia alkaloid seperti reticulin, sebagai bahan pembawa obat-obat topikal,

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~55~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

bahan pelumas kulit dan sebagai pelindung Perlakuan C: Luka infeksi diberi salep ekstrak
kulit. daun sirsak 10 %.
Perlakuan D: Luka infeksi diberi salep ekstrak
METODE daun sirsak 15 %.
Penelitian ini merupakan penelitian Perlakuan E: Luka infeksi diberi salep ekstrak
eksperimen yang meliputi preparasi sampel, daun sirsak 30 %.
ekstraksi (maserasi), evaporasi, pembuatan Persiapan Sampel
salep dan uji bioaktivitas antibakteri yang Sampel daun sirsak diambil dari daerah
dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Jampang, Desa Tambangan, Kecamatan
Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Kajang, Kabupaten Bulukumba. Daun sirsak
Negeri Makassar. Pelaksanaan penelitian yang dijadikan sampel merupakan daun sirsak
dilakukan pada bulan Februari–Juli 2014. yang masih segar kemudian dibersihkan dan
Alat-alat yang digunakan dalam dicuci lalu dikeringkan dengan cara diangin-
penelitian ini ialah alat-alat gelas laboratorium, anginkan kemudian dihaluskan sampai
timbangan analitik, oven, blender, bejana membentuk serbuk.
maserasi, rotary evaporator, gunting, kandang Ekstraksi Sampel
mencit, pencukur bulu, lumpang dan alu, Proses ektraksi dilakukan menggunakan
jarum ose, pisau bedah, pot salep, corong teknik maserasi. Sebanyak 1 kg daun sirsak
buchner, cawan petri, hot plate, magnetic yang kering dimaserasi dengan pelarut
stirrer, mistar, water bath dan kamera. metanol selama 2x24 jam. Ekstrak yang
Bahan-bahan yang digunakan dalam diperoleh dipekatkan menggunakan rotary
penelitian ini ialah daun sirsak Annona evaporator sampai memperoleh ekstrak kental
muricata L., pelarut metanol, pelarut n- berwarna hijau kehitaman. Ekstrak kental
heksana, kertas saring whatman 41, kloroform metanol yang diperoleh diekstraksi cair-cair
p.a, etil asetat, bakteri Staphylococcus aureus (dipartisi) dengan pelarut n-heksan.
ATCC 25923, etanol 96%, Nutrien Agar (NA), Selanjutnya dievaporasi kemudian diuapkan
vaselin album, alumunium foil, adeps lanae, pada suhu kamar, sehingga diperoleh ekstrak
mencit, kertas saring, tissue, NaCl 0,9%, kental n-heksan. Ekstrak ini digunakan untuk
pelarut CMC, larutan asam sulfat 0.36 N, pengujian efektivitas antibakteri.
larutan BaCl2. 2H2O 1,175%, aquades, serbet Pembuatan Salep Ekstrak Daun Sirsak
dan alkohol 70%. a. Penyiapan bahan salep
Penelitian ini dilakukan pada hewan uji Bahan salep yang akan digunakan adalah
berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) ekstrak daun sirsak yang ditimbang sesuai
sebanyak 5 perlakuan dengan 3 kali dengan takaran pada neraca analitik.
pengulangan. Pengamatan dilakukan selama b. Basis salep
24 jam untuk melihat adanya infeksi pada luka Basis yang akan digunakan basis berlemak
yang telah dibuat, setelah diamati adanya vaselin album. Sebelum dibuat basis salep,
infeksi kemudian dilakukan pengamatan dipanaskan lumpang dan alu di dalam oven
selama 7 hari untuk penyembuhan luka infeksi. dengan suhu 500C hingga panas, kemudian
Pengamatan pada luka infeksi dilakukan lumpang dan alu yang telah panas
sebelum pemberian dan sesudah perlakuan dikeluarkan dari oven dan memasukkan
sampai adanya tanda-tanda penyembuhan vaselin album dan diaduk dengan
dengan mengukur panjang luka yang telah kecepatan konstan hingga homogen
terinfeksi. Masing-masing mencit diberi dengan membentuk basis salep.
perlakuan sebagai berikut: c. Salep ekstrak daun sirsak
Perlakuan A: Luka infeksi diberi dasar salep Basis salep yang telah dibuat, ditambahkan
(Kontrol Negatif). dengan ekstrak daun sirsak dan diaduk
Perlakuan B: Luka infeksi diberi kalmicetine hingga homogen dengan menggunakan
salep (Kontrol Positif). .lumpang dan alu yang panas yang

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~56~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

disesuaikan dengan masing-masing akan digunakan memiliki masing-masing


konsentrasi. Formula standar dasar salep konsentrasi ekstrak daun sirsak yaitu 10%,
yang digunakan ialah vaselin album 85 g 15% dan 30% dibuat sebanyak 30 g.
dan m.f salep 100 g. Sediaan salep yang

Tabel 1. Perbandingan Formulasi Salep Ekstrak Daun Sirsak


Komposisi Formulasi salep ekstrak Formulasi salep ekstrak Formulasi Salep ekstrak
daun sirsak 10% daun sirsak 15% daun sirsak 30%

R/ ekstrak daun sirsak 1,5 g 3g 6g

Dasar salep 13,5 g 12 g 9g


m.f salep 15 g 15 g 15 g

Pengujian Sediaan Salep Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland


a. Tes Organoleptik Larutan H2SO4 0,36 N sebanyak 99,5 ml
Diamati bentuk, warna dan bau dari salep dicampurkan dengan larutan BaCl2.2H2O
ekstrak daun sirsak. 1,175% sebanyak 0,5 ml dalam Erlenmeyer.
b. Tes Homogenitas Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan
Dioleskan pada sekeping kaca transparan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai
dimana sediaan diambil bagian atas, standar kekeruhan suspensi bakteri.
tengah dan bawah. Pengujian Efektivitas Salep Ekstrak Daun
c. Tes pH Sirsak
Ditimbang 1 g masing-masing salep Pengamatan dilakukan selama 24 jam
ekstrak daun sirsak lalu diencerkan dalam untuk melihat adanya infeksi pada luka yang
10 ml aquades kemudian diukur pH salep. telah dibuat, setelah diamati adanya infeksi
Penyediaan Biakan Bakteri kemudian dilakukan pengamatan selama 7 hari
NA (Nutrient Agar) ditimbang sebanyak untuk penyembuhan luka infeksi. Pengamatan
0,46 gram dilarutkan dalam 20 ml aquades (23 pada luka infeksi ini dilakukan sebelum
g/1000 ml) dan dipanaskan hingga larut pemberian dan sesudah perlakuan sampai
sempurna, lalu dimasukkan ke dalam 3 tabung adanya tanda-tanda penyembuhan dengan
reaksi sebanyak 5 ml dan disterilkan dalam mengukur panjang luka yang telah terinfeksi.
autoklaf pada suhu 1210C, tekanan 1 atm Masing-masing kelinci diberi perlakuan
selama 15 menit. sebagai berikut:
Setelah steril, tabung dimiringkan dan Perlakuan A: Luka infeksi diberi dasar salep
didiamkan hingga memadat. Sejumlah 1 jarum (Kontrol Negatif)
ose stok bakteri Staphylococcus aureus Perlakuan B: Luka infeksi diberi kalmicetine
diinokulasi ke dalam media agar miring salep (Kontrol Positif)
kemudian diinkubasi dalam inkubator pada Perlakuan C: Luka infeksi diberi salep ekstrak
suhu 370C selama 24 jam (Kusmiyati, daun sirsak 10 %
dkk,2006). Perlakuan D: Luka infeksi diberi salep ekstrak
Pembuatan Suspensi Bakteri daun sirsak 15 %
Hasil peremajaan bakteri Staphylococcus Perlakuan E: Luka infeksi diberi salep ekstrak
aureus dimasukkan ke dalam tabung reaksi daun sirsak 30 %
dengan kawat ose steril yang berisi 2 ml NaCl Sediaan salep ini diberikan dengan cara
0,9% kemudian dikocok dan dibandingkan dioleskan pada bagian punggung kelinci yang
dengan kekeruhan standar Mc Farland. dibuat luka secara merata.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~57~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

HASIL a. Hasil Uji Organoleptik


Ekstrak n-Heksan daun sirsak yang Uji organoleptik dilakukan dengan
diperoleh kemudian dibuat menjadi salep mengamati sediaan salep berdasarkan bentuk,
sebagai antibakteri terhadap bakteri warna, dan bau yang dapat dilihat pada tabel 2
Staphylococcus aureus. Selanjutnya dilakukan dibawah ini.
uji organoleptik, uji homogenitas, dan tes pH.

Tabel 2. Hasil uji organoleptik


Jenis salep Bentuk Warna Bau
Basis salep Setengah padat Kuning Bau khas salep
Salep Ekstrak Daun sirsak Setengah padat Hijau tua Bau khas perpaduan ekstrak daun sirsak
10% dan basis salep

Salep Ekstrak Daun sirsak Setengah padat Hijau tua Bau khas perpaduan ekstrak daun sirsak
15% dan basis salep

Salep Ekstrak Daun sirsak Setengah padat Hijau tua Bau khas perpaduan ekstrak daun sirsak
30% dan basis salep

Pada pengujian organoleptik, diamati dari ekstrak daun sirsak. Hal ni dikarenakan
bentuk, warna, bau dari basis salep dan salep ekstrak yang terkandung didalam masing-
ekstrak daun sirsak yang dibuat dengan variasi masing salep menutupi bau dari basis salep
konsentrasi 10%, 15% dan 30%. Hasil tersebut. Semakin tinggi ekstrak yang
pengamatan menunjukkan, bentuk dari basis digunakan dalam sediaan salep, semakin
salep dan salep ekstrak daun sirsak dengan mudah mengetahui bau khas ekstrak yang
konsentrasi 10%, 15% dan 30% memiliki digunakan pada salep tersebut.
bentuk fisik yang sama yakni setengah padat.
Bentuk setengah padat merupakan ciri khas b. Hasil Uji Homogenitas
dari salep. Pengamatan terhadap basis salep Salep ekstrak daun sirsak diambil
dan sediaan salep dari segi warna secukupnya pada bagian atas, tengah dan
menunjukkan perbedaan warna dari masing- bawah kemudian dioleskan pada gelas objek
masing variasi konsentrasi. Pada pengamatan atau kepingan kaca untuk diuji homogenitas
terhadap basis salep, warna yang terbentuk sediaan salep. Sediaan salep yang tidak
yaitu warna kuning. Hal ini dikarenakan adeps homogen akan diketahui dengan melihat
lanae yang berwarna kuning yang diaduk terbentuknya gumpalan pada sediaan. Sediaan
secara homogen, merupakan warna khas basis salep yang homogen ialah sediaan salep
salep tersebut. dimana dasar salep, bahan aktif dan bahan
Pada pengamatan terhadap salep ekstrak tambahan lainnya tercampur merata dengan
daun sirsak dengan variasi konsentrasi 10%, baik. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
15% dan 30% terlihat warna sediaan salep tabel 3:
yang sama dengan warna hijau tua. Sedangkan Dari hasil uji homogenitas dilakukan
dari segi bau menunjukkan basis salep untuk melihat bahan-bahan dari sediaan salep
memiliki bau khas lemak dominan. Hal ini tercampur dan tersebar menjadi homogen.
dikarenakan bahan yang digunakan merupakan pada basis krim, salep ekstrak daun sirsak
bahan salep hasil dari pemurnian minyak bumi dengan variasi konsentrasi 10%, 15% dan 30%
dan bulu domba. Sedangkan pengamatan secara visual tidak menunjukan terbentuknya
terhadap bau dari salep ekstrak daun sirsak butiran kasar atau gumpalan. Pada bagian atas,
dengan variasi konsentrasi 10%, 15% dan 30% tengah, dan bawah sediaan juga memiliki sifat
memiliki bau khas yang sama yakni bau khas fisik dan tekstur yang sama. Hasil uji

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~58~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

homogenitas yang dilakukan pada setiap salep memiliki warna yang merata pada seluruh
terbukti homogen apabila tidak terdapat bagian salep (Lachman, 2008).
partikel-partikel yang menggumpal serta

Tabel 3. Hasil uji homogenitas


Jenis salep Homogenitas
Basis Salep Tidak menggumpal, homogen
Salep ekstrak daun sirsak 10% Tidak menggumpal, homogen
Salep ekstrak daun sirsak 15% Tidak menggumpal, homogen
Salep ekstrak daun sirsak 30% Tidak menggumpal, homogen

c. Hasil Uji pH. Pada pengujian pH basis Pengukuran pH dilakukan dengan


salep, salep ekstrak ekstrak daun sirsak menggunakan pH stik indikator universal yang
dengan variasi konsentrasi 10%, 15% dan dilakukan dengan mencocokkan warna yang
30% memiliki nilai pH yang berbeda-beda diperoleh dengan tabel warna yang ada. Hasil
untuk tiap sediaan. pengujian pH dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji pH Salep Ekstrak Daun Sirsak


Jenis Salep pH
Basis salep 5,5
Salep ekstrak daun sirsak 10% 6
Salep ekstrak daun sirsak 15% 5
Salep ekstrak daun sirsak 30% 4.5

Dari hasil pengujian pH tersebut, basis memberikan efek pada luka terinfeksi pada
salep dan salep ekstrak daun sirsak dengan punggung mencit. Pengamatan dimulai pada
konsentrasi 10%, 15% dan 30% dapat saat terjadinya eritema (kemerahan) ± 24 jam
digunakan pada kulit. Nilai pH sediaan yang setelah penyuntikan bakteri sebagai tanda
ideal bagi kulit ialah 4,5–6,5 (Trianggono dan terjadi infeksi pada luka mencit. Selanjutnya
Latifa, 2007). dilihat dari berkurangnya panjang luka
Pengamatan terhadap uji efektivitas salep terinfeksi selama 9 hari. Proses penyembuhan
ekstrak daun sirsak pada bakteri S. aureus didasarkan pada terbentuknya keropeng
dilakukan dengan melihat perubahan panjang (scrub), hilangnya nanah, adanya pembekuan
luka terinfeksi selama 10 hari Pengamatan darah dan berkurangnya ukuran luka untuk
panjang luka terinfeksi dilakukan untuk masing-masing kelompok perlakuan. Hasil
melihat kelompok perlakuan mana yang pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.
.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Eritema dan Perkembangan Infeksi Setelah Pemberian Salep Ekstrak Daun Sirsak dengan
Basis Salep pada Ketiga Konsentrasi
Basis salep Replikasi Pengamataninfeksi bakteri Staphylococcus aureus setelah pemberian Waktu
salep sembuh
(hari)
4 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240
Kontrol + I + n n n n n nh k s s s 7
II + n n n n n nh k s s s 7
III + n n n n n nh k k s s 7

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~59~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

Kontrol - I + n n n n n n n nh k k 9
II + n n n n n n n nh k s 9
III + n n n n n n n nh k k 9
10 % I + n n n n n nh k k s s 7
II + n n n n n nh k k s s 7
III + n n n n n n n k k s 8
15 % I + n n n n nh k k s s s 6
II + n n n n nh k k s s s 6
III + n n n n n n k k s s 7
30 % I + n n n n nh k k s s s 6
II + n n n n nh k k s s s 6
III + n n n n n n k k s s 7
Ket.: + = eritema nh : nanah hilang s = sembuhn = nanah k : kering

PEMBAHASAN aureus dikarenakan adanya kandungan


Data menunjukan waktu penyembuhan flavonoid dan alkaloid pada daun sirsak
setelah pemberian salep dengan kosentrasi Data yang didapat kemudian diuji sebaran
10%, 15% dan 30% terhadap Staphylococcus datanya menggunakan uji Levene’s Test of
aureus pada setiap pengulangan dengan Equality of Error Variances (uji homogenitas),
masing-masing 3 ekor mencit, pada bagian dari hasil uji tersebut didapatkan hasil
punggung sebelah kanan menunjukkan bahwa signifikan sebesar 1.000. Karena nilai
salep ekstrak daun sirsak dengan kosentrasi signifikan uji homogenitas kurang dari 0.05 (P
10% dapat menyembuhkan dalam waktu 7- 8 < 0.05) maka dapat dikatakan bahwa sebaran
hari, kosentrasi 15% dapat menyembuhkan datanya tidak homogen karena disebabkan
dalam waktu 6-7 hari, kosentrasi 30% dapat oleh pengulangan perlakuan yang sedikit.
menyembuhkan dalam waktu 6-7 hari, kontrol Hasil pengujian Anova (Analisis of
negatif dapat menyembuhkan dalam waktu 9 variant) dengan menggunakan uji F
hari, sedangkan kontrol positif dapat menunjukan, nilai F hitung sebesar 8.000
menyembuhkan dalam waktu 7 hari. sedangkan F tabel sebesar 18.000. Sehingga
Hasil uji daya antibakteri salep ekstrak dapat disimpulkan salep ekstrak daun sirsak
daun sirsak pada kulit punggung mencit yang memiliki efek. Karena hasil Anova
terinfeksi S. aureus menunjukan bahwa menyatakan H1 diterima dengan nilai P value
sediaan salep tersebut mampu menghambat lebih kecil dari alpha (P<0.15) maka perlu
pertumbuhan bakteri uji, yang waktu dilanjutkan dengan uji perbandingan untuk
penyembuhan infeksi ditandai dengan melihat adanya perbedaan efektivitas
hilangnya nanah sampai keringnya luka pada antibakteri antar perlakuan dengan
kulit punggung mencit. Perbandingan daya menggunakan uji LSD (Least Significant
anti bakteri salep ekstrak daun sirsak dengan Difference). Hasil LSD menunjukkan
kosentrasi 10%, 15% dan 30% menunjukan pasangan kelompok perlakuan antara kontrol
bahwa kosentrasi 15% dan 30% memiliki daya negatif, salep ekstrak daun sirsak 10%, 15%,
antibakteri efektif dibandingkan dengan 30% dan kontrol positif ada perbedaan.
kosentrasi yang lain dan dibuktikan dengan Berdasarkan hasil uji lanjut ini, dapat dilihat
waktu penyembuhan yang lebih cepat. Salep bahwa kelompok kontrol negatif menunjukkan
ekstrak daun sirsak kosentrasi 10% memiliki perbedaan yang nyata terhadap kelompok
daya antibakteri yang kurang efektif, hal ini salep ekstrak daun sirsak 15%, 30% dan
karena kosentrasi zat aktif terlalu kecil kelompok kontrol positif (P < 0,05), sedangkan
sehingga pelepasan zat aktif dari basis salep kelompok salep ekstrak daun sirsak 10%
terlalu sedikit. Penyembuhan luka infeksi pada menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata
punggung kelinci oleh bakteri Staphylococcus dengan kelompok kontrol negatif (P>0,05).
Selain itu, kelompok salep ekstrak daun sirsak

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~60~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

30% menunjukkan tidak ada perbedaan yang 3. Pada pengujian efektivitas salep ekstrak
nyata dengan kelompok kontrol positif (P > daun sirsak terbukti dapat memberikan
0,05). Hal ini berarti kosentrasi ekstrak efek antibakteri terhadap infeksi
tersebut menunjukkan efek yang sama dalam Staphylococcus aureus pada mencit
penyembuhan luka punggung mencit yang dengan konsentrasi efektif 15 % dan 30 %.
terinfeksi S. aureus. Efek antibakteri yang
paling baik terlihat pada salep ekstrak daun SARAN
sirsak dengan kosentrasi 15% dan 30%, Adapun hal-hal yang disarankan terkait
sehingga dengan konsentrasi 15 % telah cukup penelitian ini yaitu:
memenuhi standar konsentrasi untuk 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
menghambat pertumbuhan bakteri pada mencit untuk mengetahui apakah salep ektrak
yang terinfeksi S. aureus. Sedangkan efek daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri
antibakteri terkecil terlihat pada salep ekstrak terhadap bakteri patogen lainnya.
rimpang Lengkuas putih 10%. Luka pada 2. Perlu dilakukan uji efektivitas ekstrak
punggung mencit yang terinfeksi S. aureus daun sirsak terhadap bakteri Eschericia
yang diolesi salep ekstrak daun sirsak 15% dan coli dalam bentuk sdiaan tablet atau
30% menunjukkan penyembuhan lebih cepat kapsul dalam menyembuhkan penyakit
dibanding dengan salep ekstrak daun sirsak 3% akibat pada organ dalam seperti diare, dan
dan 10%. Ini membuktikan bahwa semakin lain-lain.
tinggi kosentrasi ekstrak daun sirsak dalam 3. Perlu dilakukan uji pra-klinis dan
salep, maka semakin cepat pula penyembuhan toksisitas LD50 untuk mengetahui dosis
pada luka punggung mencit yang terinfeksi S. ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.)
aureus. Hal ini dikarenakan semakin yang tepat dan aman dikonsumsi.
meningkatnya senyawa-senyawa berkhasiat
dalam ekstrak yang dapat menghambat DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan bakteri. Adewole, S.O, and Ojewole, J.AO. 2006.
Dalam penelitian ini, aktivitas antibakteri Protective Effects Annona muricata Linn.
daun sirsak diduga karena adanya kandungan (Annonaceae) Leaf Aqueous Extract on
senyawa-senyawa berkhasiat, seperti Serum Lipid Profiles and Oxidative Stress
flavonoid. Flavonoid berfungsi sebagai in Hepatocytes of Streptozotocin-Treated
antibakteri dengan cara mengikat protein Diabetic Rats. African Journal of
bakteri sehingga menghambat aktivitas enzim Biomedical Research. Vol.9, No.4; 173-
yang pada akhirnya mengganggu proses 180.
metabolisme bakteri. Sifat lipofilik flavonoid Indah, Naimi. 2009. Taksonomi Tumbuhan
dapat merusak membran sel bakteri karena Tingkat Rendah. Jurusan Biologi Fakultas
membran sel mengandung lipid sehingga MIPA Ikip PGRI Jember.
memungkinkan senyawa tersebut melewati Jawetz, E., dkk. 2001. Mikrobiologi
membran (Robinson, 1995). Kedokteran Edisi XXII. diterjemahkan
oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas
KESIMPULAN Kedokteran Universitas Airlangga,
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka Salemba Medika: Jakarta.
dapat disimpulkan bahwa: Kusmiyati, dkk. 2006. Uji Aktivitas Senyawa
1. Senyawa aktif sekunder secara umum yang Antibakteri dari Mikroalga Porphyridium
terdapat pada daun sirsak yakni alkoloid, cruentum. Cibinong : Pusat Penelitian
saponin, tanin dan flavonoid. Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
2. Ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) Indonesia (LIPI).
memiliki efektivitas antibakteri Terhadap Lachman, Leon. 2008. Teori dan Praktek
Bakteri Staphylococcus aureus. Farmasi Industri. Jakarta :UI-Press

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~61~
ISBN 978-602-72245-0-6
Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan
Makassar, 29 Januari 2015

Madigan MT, dkk. 2008. Biology of Rusmiyati, dkk. 2011. Bioaktivitas Ekstrak
Microorganisms 12th Edition. San Metanol Daun Muda Sirsak Annona
Francisco: Pearson. muricata L. Sebagai Antibakteri Terhadap
Mahmiah. 2006. Isolasi dan Identifikasi Staphylococcus aureus dan
Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang Propionibacterium acnes. Jurusan
Tumbuhan Saccopetalum horsfieldii Biologi, FMIPA UNHAS, Makassar.
Benn. Jurnal, Jurusan Kimia FMIPA Sari, Yeni Dianita Dkk. 2010. Uji Aktivitas
UNAIR Surabaya. Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Annona
Melliawati, Ruth. 2009. Escherichia coli Muricata L.) Secara In Vitro Terhadap
dalam Kehidupan Manusia. BioTrends Staphylococcus Aureus Atcc 25923 dan
Journal. Vol.4/No.1. Jakarta. Escherichia Coli Atcc 35218 serta Profil
Mpila Deby A., dkk. 2011. Uji Aktivitas Kromatografi Lapis Tipisnya. Jurnal
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana Kesmas UAD. ISSN. 1978-0575.
(Coleus atropurpureus L.) Terhadap Yogyakarta.
Staphylococcus aureus, Escherichia coli Takahashi, dkk. 2006. Antibacterial Activity of
dan Pseudomonas aeruginosa secara in Eight Brazilian Annonaceae Plants.
vitro. Program Studi Farmasi FMIPA Natural Product Research.
Unstrat, Manado. Tjitrosoepomo, Gembong. 1991. Taksonomi
Noller, B. 2005.Technical Data Report for Tumbuhan (Spermatophyta). Gajahmada
Graviola (A.muricata Linn). University Press: Yogyakarta.
Pathak, dkk. 2010. In Vitro Antimicrobial Trianggono, R. I. Latifah, F. 2007. Buku
Activity and Phyto Chemical Analysis of Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.T.
The Leaves of Annona muricata L. Gramedia : Jakarta.
International Journal of Pharma, World Health Organization (WHO). 2004.
Research and Development. Guidelines for Drinking-water Quality
Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. 3rd Edition. Geneva: World Health
Microbiology. 5th Ed. Boston: McGraw- Organization)
Hill.
.

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar ~62~

Вам также может понравиться