Вы находитесь на странице: 1из 37

TUGAS INDIVIDU

FARMAKOLOGI

ANTIBIOTIK

NAMA : ARYUNI ARSAL


NIM : 12 071 014 016

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASAAR
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Farmakologi ini dengan judul “ ANTIBIOTIK “ tepat pada waktunya.

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, penulis banyak memperoleh bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing dr. Andi Rivai
Pakki . Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua.

Makassar , Oktober 2013

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,


yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan
antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,
meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai
alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya
saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena
cara kerjanya. Desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup (wikipedia,2013).

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun


seperti strychnine, antibiotika dijuluki "peluru ajaib": obat yang membidik
penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi
akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat
beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada
antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula
yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi
infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut (wikipedia,
2013).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan


mengenai terlalu sering menggunakan antibiotik. Para ahli percaya bahwa
jika kecenderungan ini terus berlanjut, bahkan infeksi normal dapat
membuktikan menjadi mematikan.
Pemakaian antibiotika di negara-negara sedang berkembang sering
tidak terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika yang bisa dibeli
bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas,
menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap
antibiotika yang digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu.
Pemakaian antibiotika yang tidak dihabiskan, atau menebusnya setengah
resep, misalnya.Semakin sering dan banyak disalahgunakan suatu antibiotika,
semakin cepat menimbulkan kekebalan kuman yang biasa ditumpasnya.

Di Indonesia belum ada data resmi tentang penggunaan antibiotika.


Sehingga banyak pihak saat ini tidak khawatir dan sepertinya tidak
bermasalah. Tetapi berdasarkan tingkat pendidikan atau pengetahuan
masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian
antibiotika di Indonesia jauh banyak dan lebih mencemaskan dan secara tidak
langsung mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa


permasalahan, yaitu:

1. Apa definisi dari antibiotik ?


2. Bagaiman sejarah ditemukannya antibiotik ?
3. Bagaimana pembuatan antibiotik ?
4. Bagaimana mekanisme kerja dari antibiotik ?
5. Bagaimana pembagian golongan dari antibiotik serta indikasi, dosis, serta
kontraindikasinya ?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi dari antibiotik itu sendiri.


2. Untuk mengetahui sejarah ditemukannya antibiotik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembuatan dari antibiotik.
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari entibiotik.
5. Unutk mengetahui pembagian golongan dari antibiotik serta indikasi,
dosis, dan kontaindikasi dari antibiotik.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui definisi dari antibiotik itu sendiri.


2. Untuk mengetahui sejarah ditemukannya antibiotik.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembuatan dari antibiotik.
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari entibiotik.
5. Unutk mengetahui pembagian golongan dari antibiotik serta indikasi,
dosis, dan kontaindikasi dari antibiotik.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Antibiotik

Antibiotika ialah zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi jenis mikroba lain.
Antibiotika ( latin : anti = lawan, bios = hidup ) adalah xzat-zat kimia yang
dihasilkan mikroorganisme hidup tertuam fungi dan bakteri ranah. Yang
memiliki kahsiat mematikan atau mengahambat pertumbuahn banyak bakteri
dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.

2. Sejarah Ditemukannya Antibiotik

Antibiotik pertama (penisilin) ditemukan pada tahun 1928 oleh


Alexander Fleming, seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an,
penisilin mulai diresepkan untuk mengobati penyakit-penyakit infeksi.
Sebelum antibiotik ditemukan, banyak infeksi yang tidak bisa disembuhkan
dan menyebabkan kematian. Namun sejak penisilin ditemukan, jutaan
penderita infeksi di seluruh dunia, bisa diselamatkan nyawanya. Begitu
hebatnya antibiotik, sehingga sejak tahun 1944 – 1972, rata-rata harapan
hidup manusia meningkat delapan tahun. Antibiotik, seperti yang kita ketahui
saat ini ternyata berasal dari bakteri yang dilemahkan, tidak ada yang
menduga bahwa bakteri lemah tersebut mampu membunuh bakteri lain yang
berkembang dalam tubuh makhluk hidup. Antibiotik adalah zat yang
dihasilkan oleh mikroba terutama jamur, yang dapat menghambat
pertumbuhan ataupun membunuh mikroba lain. Namun seiring berjalannya
waktu, satu demi satu bakteri mulai kebal terhadap antibiotik. Tahun 1950-
an, telah muncul jenis bakteri baru yang tidak lagi bisa dilawan dengan
penisilin. Untungnya, para ilmuwan terus-menerus melakukan penelitian
(scrib,2013).
Untuk sementara waktu, dunia masih boleh bergembira karena para
ilmuwan berhasil menemukan antibiotik - antibiotik baru. Antara tahun 1950
– 1960-an, jenis bakteri yang resisten masih belum mengkhawatirkan, karena
penemuan antibiotik baru masih bisa membasminya. Namun sejak akhir
1960-an, tidak ada lagi penemuan baru yang bisa diandalkan. Baru pada tahun
1999, ilmuwan berhasil mengembangkan antibiotik baru. Itu pun harus adu
cepat dengan semakin banyaknya bakteri-bakteri super yang kebal antibiotik
(scrib,2013).

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik,


yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan
antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,
meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai
alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya
saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan karena
cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan
yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi
sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotik dijuluki
"peluru ajaib": obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya.
Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau
nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya
dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang membidik bakteri
gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas.
Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan
antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotik oral (yang dimakan) mudah
digunakan bila efektif, dan antibiotik intravena (melalui infus) digunakan
untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadangkala dapat digunakan
setempat, seperti tetes mata dan salep (scrib, 2013).
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928.
Menurut Selman Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh
dari mikroorganisme, dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain. Pada tahun
1929, Fleming mengamati substansi bakteri-ostatik yang dihasilkan jamur
Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal
dan diketahui dapat diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang
stabil terutamabio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan sampai kering,
maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey dan
kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan
penggunaan penisilin Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-
kawan juga melakukan penelitian penisilin, mereka membiakkan organisme
Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada temperatur rendah;
akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat
menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai
stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar
dalam perkembangan produksi antibiotik terutama penisilin dan merupakan
tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi (scrib, 2013).

Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical


Research New York. Dubos menemukan antibiotik komplek tyrothricin yang
diproduksi oleh bakteri tanah Baccilus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman
dan Woodruff menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan
aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan streptomisin
yang merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces
anggota dari aktinomisetes. Streptomisin merupakan anti tuberkulosis yang
mujarab.perkembangan ini merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus
streptomises dalam usaha mencari mikroorganisme penghasil antibiotik.
Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi gudang utama untuk
memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan
pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme terutama
aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun
1945 telah ditemukan basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti
khloramfenikol oleh Strepto-myces venezuelae dan polimiksin oleh B.
polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun
1948 dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan
eritromisin 1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin
ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan
streptomyces. Semua ini merupakan antibiotik yang sangat penting dan
sampai saat ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk
melawan infeksi. Pada tahun enam puluhan, penemuan antibiotik agak
berkurang tetapi usaha penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas
yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti
protozoal, anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis.
Pada dekade ini problem resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul
dan telah berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik baru atau derivat
antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik yang sudah ada
(scrib, 2013).

3. Pembuatan Antibiotik

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi


dimana mikro organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi
khusus. Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna
mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi
setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan
aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini,
melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol. Aktivitas Umumnya
dinyatakan dalam suatu berat (mg),kecuali zat yang belum sempurna
pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya polimiksin B
basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.
4. Mekanisme Kerja Antibiotik

Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan


sefalosforin) atau membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma
kerja yang terpenting adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri
sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat
dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan
tetrasiklin.

Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai


zat gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang
diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil
sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan
lebih sedikit.

5. Pembagian Golongan dari Antibiotik serta Indikasi, Dosis, dan


Kontaindikasi dari Antibiotik.

A. Penisilin

Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari


bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai
gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin
diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943)
penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi
dinding sel.

Pensilin terdiri dari :

1. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin


 Benzil Penisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
Dosis : injeksi intravena lambat, intra muskuler atau infuse: 1.2
g/hari dalam dosis terbagi 4, jika diperlukan dapat ditingkatkan 2.4
g/hari atau lebih. Bayi prematur dan Neonatal, 50 mg/ kg dalam
dosis terbagi 3; ANAK 1-12 tahun: 100 mg/kg/hari dalam dosis
terbagi 4 ( dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan )
Endokarditis bakterialis : infuse atau injeksi intravena lambat 7,2
gr/hari dalam dosis terbagi 4 samapi 6. Meningitis meninukokus :
injeksi intravena lambat ata infuse, 2,4 gr/setiap 4 – 6 jam : BAYI
PREMATUR dan NEONATAL, 100 mg / kg/ hari dalam dosis
terbagi 2 bayi 1 – 4minggu 150 mg/ kg/ hari, dalam dosis ternbagi
3: anak 1- 12 tahun 180- 300 mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 4 – 6.

 Fenoksimetilpenisilin
Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik,
prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral, pensilin harus diberi 1 jam sebelum makan.
Dosis : dewasa 500 mg tiap 6 jam, dapat naik 750 mg tiap 6 jam
pada infeksi berat. Anak 0 -1 tahun 62,5 mg tiap 6 jam. Anak 1-5
tahun 125 mg tiap 6 jam.

2. Pensilin Tahan Penisilinase


A. Kloksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
Dosis : oral 500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebelum
makan. IM 250 mg taip 4-6 jam. IV lambat infus 500 mg tiap 4 -6
jam. Dalam kasus yang berat dosis dapat dianaikkan 2 kali.
Anak kuarang dari 2 tahun ¼ dari dosis dewasa. Anak 2-10 tahun
½ dosis dewasa.
B. Flukoksasilin
Indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi
pensilinase.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
Dosis : oaral 250 mg tiap 6 jam diberikan 30 menit sebelum
makan. IM 250 mg tiap 6 jam. IV lambat atau infus 0,25 – 1 gr
tiap 6 jam. Pada infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 kali.
Anak kurang dari 2 tahun ¼ dosis dewasa. Anak 2 -10 tahun ½
dosis dewasa.

3. Pensilin Spectrum Luas


A. Ampisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
Dosis : oral 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebeum
makan. Untuk gonore 2-3,5 gram dodis tunggal, ditambah 1gram.
Infeksi saluran kemih : 500 mg tiap 8 jam. IM, IV atau infuse :
500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun : setengah dosis
dewasa.

B. Amoksisilin
Indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis
kronis, salmonelosis invasive, gonore.
Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi
eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan
AIDS.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi,
angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per
oral.
Dosis : oral dewasa 250-500 mg tiap 8 jam. Infeksi saluran nafas
berat / berulang 3 gram tiap 12 jam. Anak di bawah 10 tahun 125-
250 mg tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat diberikan dua kali
lebih tinggi terapi oral jangka pendek. Abssis gigi : 3 gram
diulangi 8 jam kemudian Infeksi saluran kemih 3 gram diulangi
stelah 10- 12 jam. Gonore : 2-3 g dosis tunngal, ditambah 1 gr
probenesid. Otitis media : pada anak 3-10 tahun 750 mg dua kali
sehari selama 2 hari. Injeksi IM : dewasa 500 mg tiap 8 jam
Anak : 50-100 mg/ hari dalam dosis terbagi injeksi IV atau infus :
500 mg tiap 8 jam, dapat dinaikkan 1 gr tiap 6 jam.
4. Penisilin Anti Pseudomona
A. Tikarsilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan
proteus.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
Dosis : injeksi IV lambat atau infuse 15-20 gr perhari dalam dosis
terbagi. Anak : 200-300 mg/kg/hari dalam dosis. Untuk infeksi
saluran kemih secara IM atau IV lambat : dewasa3-4 gr perhari
dalam dosis. Anak : 50-100 mg/kg/hari.
B. Piperasilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
Dosis : IM atau IV lamabt atau infus 100-150 mg/kg/hari. Pada
infeksi berat 200-300 mg/kg/hari. Pada infeksi lebih berat 16 gr
perhari dosis tunggal diatas 2 gr, hanya diberikan secara IV.
C. Sulbenisilin
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas
aerugenosa.
Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan
cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik
kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri
sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada
pemberian per oral.
Dosis : dewasa 2-4 gr perhari. Anak 40-80 mg/kg/hari diberikan
secara Im atau IV, dibagi dalam dua kali pemberian.

B. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan
cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin
mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di
hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
A. Sefaklor
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi
spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
Dosis : 250 mg tiap 8 jam,k dosis digandakan pada infeksi berat,
maksimum 4 gr perhari. Bayi diatas 1 bulan 20 mg/kg/hari di bagi
dalam 3 dosis, maksimum 1 gr perhari. Bayi 1 bulan – 1 tahun 62 mg
tiap 8 jam. Anak berusia 1-5 thun 125 mg. diatas 5 tahun 250 Mg,
untuk infeksi berat dapat dianaikkan 2 kali lipat dosisnya.
B. Sefadroksil
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi
spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
Dosis : berat badan lebih dari 40 kg : 0.5 – 1 gr dua kali sehari.
Infeksi jaringan lunak, kulit, dan saluran kemih tanpa komplikasi
1gr/hari. Anak kurang dari 1 thn, 25 mg/kg/hari. Anak 1-6 tahun
500mg dua kali sehari.
C. Sefeksim
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria.
Dosis : dewasa dan anak diatas 10 thn: 200 – 400 mg/ hari sebagai
dosis tunggal atau dibagi dua dosis. Bayi di atas 6 bulan: 8
mg/kg/hari. Sebagai dosis tunggal atau dua dosis. Bayi 6 bln- 1
thn 75 mg/hari. Anak 1 – 4 thn 100 mg/hari.
D. Sefrozil
Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis
media.
Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : ISPA, kulit dan jaringan lunak 500 mg sekali sehari,
biasanya untuk 10 hari. Anak 6 bulan – 12 thn 20 mg/ kg BB (
max. 500mg ) sekali sehari. Eksaserbasi akut dari bronchitis
kronik 500mg setiap 12 jam, biasanya untuk 10 hari. Otitis media
anak 6 bulan – 12 thn 20 mg/kg BB ( max. 500 mg ) setiap 12
jam.
E. Sefodizim
Indikasi : ISPA, infeksi saluran kemih atas, dan bawah.
Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : pemberian injeksi IM atau IV lambat atau infuse 1gr tiap
12 jam ( pd ISPA ).Infeksi saluran kemih atas dan bawah
( termasuk pielonefritis akut dan kronis dan sistitisa ) 1gr tiap 12
jam atau 2gr/hari dalam dosis tunggal.
F. Sefotakzim
Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena
hemofilus, meningitis.
Peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria.
Dosis : pemberian IM, IV atau infuse: 1 gr tiap 12 jam, dapat di
tingkatkan sampai 12 gr/hari dalam 3 – 4 kali pemberian. ( dosis
diatas 6 gr/ hari diperlukan untuk infeksi pseudomonas ).
Neonatus : 50 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pemberian. ( pada
infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 150 – 200 mg/kg/hari.
Anak ; 100 – 150 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pembarian. ( pada
infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).
G. Sefripom
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis: pemberian injeksi IV atau infuse. Infeksi saluran kemih
atas dan bawah dengan komplikasi, infeksi kulit dan jaringan
lunak : 1 gr tiap 12 jam, dapat naik sampai 2gr tiap 12 jam pada
infeksi sangat berat. Infeksi saluran pernafasan bawah : 1 -2 gr
tiap 12 jam. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.
H. Seftazidim
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : pemberian injeksi IM, IV atau infuse. 1 gr tiap 8 jam, 2 gr
tiap 12 jam pada infeksi berat : 2 gr tiap 8 – 12 jam. Pemberian
lebih dari 1 gr hanya secara IV. USILA : dosis max. 3 gr/hari.
BAYI sampai 2 bulan : 25 – 60 mg/kg/hari dalam 2 kali
pemberian. Di atas 2 bulan : 30 – 100 mg/kg/ hari dibagi dalam 2
kali pemberian. Pada meningitis atau imunodefisiensi ; max. 6
gr/hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Infeksi saluran kemih dan
infeksi yang tidak terlalu berat : 0.5 – 1 gr tiap 12 jam. Anak :
150mg/kg/hari ( max. 6 gr/hari ) dibagi dalam 3 kali pemberian.
Profilaksis pada operasi prostate : 1 gr pada saat induksi anestesi,
dapat diulangi pada saat pengangkatan kateter.
I. Seftibuten
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : dewasa dan anak di atas 10 thn. ( berat badan lebih dari 45
kg) 400 mg/hari dosis tunggal. anak di atas 6 bln : suspensi oral, 9
mg/kg/hari dosis tunggal.
J. Seftriakson
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : pemberian secara injeksi IM dalam, bolus IV atau infus.
1gr/hari dalam dosis tunggal dosis lebih dari 1 gr hars diberikan
pada dua tempat atau lebih. Anak diatas 6 minggu : 20-50
mg/kg/hari, dapat naik sampai 80 mg/kg/hari. Diberikan dalam
dosis tunggal, bila lebih dari 50 mg/kg hanya diberikan secara
infus. Gonore tanap komplikasi : 250 mg dosis tunggal.
K. Sefuroksim
Indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H.
Influenzae dan N gonorrhoeae, serta infeksi baktri gram (+) dan
(-).
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : oral : untuk sebagian besar kasus termasuk infeksi saluran
nafas atas dan bawah : 250 mg 2 kali sehari.
Infeksi saluran kemih : 125 mg dua kali sehari.
L. Sefaleksin
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat
dinaikkan sampai 1-1,5 gr tiap 6-8 jam untuk infeksi berat. Anak :
25 mg/kg/hari dalam dosis terbagi. Dapat dinaikkan dua kali lipat
untuk infeksi bera ( max 100 mg/kg/hari ). Dibawah 1 tahun: 125
mg tiap 12 jam. 1-5 tahun 125 mg tiap 8 jam ; 6 sampai 12 tahun
250 mg tiap 8 jam. Untuk profilaksis infeki saluran kemih
berulang pada dewasa 125 mg pada malam hari.
M. Sefamandol
Indikasi : profilaksis tindakan bedah, infeksi baktri gram (+) dan
(-).
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis : injeksi IM atau IV selama 3-5 menti atau infuse 0,5-2 g
tiap 4-8 jam.bayi diatas 1 bulan, 50-100 mg/kg/hari.
N. Sefodixim
Indikasi: Infeksi saluran napas bawah, infeksi saluran kemih atas
dan bawah.
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis: infeksi saluran napas bawah,pemberian injeksi
intramuscular atau intravena lambat atau infuse: 1 g tiap 12 jam
Infeksi saluran kemi atas dan bawah (termasuk pielonefritis atau
kronis dan sistitis): I g tiap 112 jam atau 2 g per hari dalam dosis
tunggal.
O. Sefotaksim
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-), Profilasi pada
pembedahan epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis: pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus: 1 g
tiap 12 jam, dapat ditingkatkan sampai 12 g perhari dalam 3-4
kali pemberian. Pada infeksi. (Dosis di atas 6 g/hari diperlukan
untuk infeksi pseudomenas). NEONATUS: 50 mg/kg/hari dalam
2-4 kali pemberian. Pada infcksi berat, dapat ditingkatkan 150-
200 mg/kg/hari. ANAK: 100-150 mg/kg/hari dalam 2-4 kali
pemberian. (pada infcksi berat dapat ditingkatkan menjadi 200
mg/kg/hari). Gonore: 1 g dosis tunggal.
P. Sefpirom
Indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)
peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal,
kehamilan dan menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu
untuk glukosa urin ( pada pengujian untuk mengurangi jumlah
obat.
Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-)
tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
Efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic
( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada
saluran cerna sakit kepala, dll.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin,
porfiria.
Dosis: pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus
Injeksi saluran kemih dan bawah dengan komplikasi , infeksi kulit
dan jaringan lunak: 1 g tiap 12 jam, dapat naik sampai 2 g per 12
jam hari sangat berat. Infeksi saluran napas bawah : 1-2 g tiap 12
jam. Infeksi berat, termasuk bakteremia: 2 g tiap12 jam. Tidak
dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.

C. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas.
Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah
resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
A. Tetrasiklin.
Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga
keterangan diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura
karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.
Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v),
gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3), kadang-kadang
menimbulkan fotosintesis.
Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.

B. Demeklosiklin Hidroklorida
Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone
antidiuretik
Peringatan : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin.
Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya
diabeters indipidus nefrogenik.
Dosis : 150 mg tiap 6 jam atau 300 mg tiap 12 jam.

C. Doksisiklin
Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin),
sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama
metronidazo).
Dosis : L 200 mg pada hari pertama, kemudian 100 mg perhari
pertama, kemudian 100 per hari. Pada infeksi berat 200 mg per hari.
Akne: 50 mg per hari selama 6-12 mingu atau lebih lama.
Catatan: kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh bersama dengan
makanan dan air yang cukup, dalam posisi duduk atau berdiri.

D. Oksitetrasiklin
Indikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin;
hindari pada porfiria.
Dosis: 250-500 mg tiap 6 jam Oxytetracycline ( generic ) cairan
Inj.50 mg/ vial (K) Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/
vial. Kapsul 250 mg (K).

D. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri
gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d
juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap
mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper
terbatas untuk tuberkalosa.
A. Amikasin
Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
Peringatan: komtraindikasil efek samping: lihat gentamisin Dosis:
injeksi intra muskuler, intravena lambat atau infuse 15 mg/ kg/ hari
dibagi dalam 2 kali pemberian. Lihat juga catatan diatas.
Catatan: Kadar pucak ( 1 jam ) tidak boleh lebih dari 30 mg/ liter
dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 10 mg / liter.
B. Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan
infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut,
endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin,
pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena
listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan
dosso, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa
kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista,
hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena
antibiotic.
Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/
kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan
diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan
fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.
C. Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi
Peringatan: Kontraindikasi; Efek Samping: gentamisin. Terlalu
toksis untuk penggunaan sistemik. Lihat juga keterangan diatas.
Hindarai penggunaan pada obstruksi usus dan gangguan fungsi
ginjal.
Dosis : Oral, 1 g tiap 4 jam.
D. Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap
gentainisin.
Peringatan : Kontraindikasi: efek samping : lihat gentamisin.
Dosis : Infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse: 4-6
mg/kg/hari sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi tiap 8-12 jam.
Pada infeksi berat dosis dapat naik sampai 7,5 mg/kg/hari dalam tiga
kali pemberian (dosis segera diturunkan bila terdapat perbaikan
klinis, biasanya setelah 48 jam). NEONATUS kurang dari 1 minggu
3 mg/kg tiap 12 jam; diatas 1 minggu, 2,5-3 mg/kg tiap 12 jam;
ANAK 2-2,5 mg/kg tiap 8 jam Infeksi saluran kemih, 150 mg/hari
(dosis tunggal) selama 5 hari. Gonore: 300 mg Dosis tunggal
Catatan : Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12 mg/liter
dan kadar lembah tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
E. Tobramisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan
infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut,
endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin,
pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena
listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan
dosso, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa
kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista,
hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena
antibiotic.
Dosis: infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse 3
mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat
ditingkatkan dampai 5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 6-8 jam
(turunkan menjadi 3 mg/kg/hari setelah terjadi perbaikan klinis).
NEONATUS 2 mg/kg tiap 12 jam. BAYI/ANAK di atas 1 minggu
2-2,5 mg/kg tiap 8 jam. Infeksi saluran kemih, 2-3 mg/kg/hari
intramuscular, dosis tunggal.
Catatan: kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/liter dan
kadar lembah tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.
E. Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas,
namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi
berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses
otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini
tidak cocok untuk penggunaan sistemik.
Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria
Efeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti
anemia anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis
perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis,
glositits, hemoglobinuria nocturnal.
Peringatan: hindari pemberina berulang dan angka panjang. Turunkan
dosis pada gangguan fungsi hati dan ginjal. Lakukan hitung jenis sel
darah sebelum dan secara berkala selaama pengobatan. Pada neonatus
dapat menimbulkan grey baby syndrome. ( periksa kadar dalam plasma).
Interaksi: lihat lampiran 1(kloramfenikol).
Dosis Oral, infeksi intravena atau infuse: 50 mg/ kg/ hari dibagi dalam 4
dosis pada infeksi berat seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat
digandakan dan segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).
ANAK: epiglotitis hemofilus, meningitis pululenta, 50-100 mg/ kg/ hari
dalam dosis terbagi. BAYI dibawah 2 minggu, 25 mg/ kg hari ( dibagi
dalam 4 dosis). 2 minggu- 1 tahun, 500 mg/kg/ hari ( dibagi 4 dosis).
Keterangan : pengukuran kadar dalam plasma harus dilakukan pada
neonatus dan dianjurkan pada anak dibawah 4 tahun.

F. Makrolid
Kelompok ini terdiri dari Erittromisin, Azitromisin dan
klaritromisin.
A. Eritromisin
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama
dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative
penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas,
pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
Indikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin
untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit
legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis kronik, akne
vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.
Peringatan: Ganguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan
interval QT (pernah dilaporkan takikardi veatrikuler); porfiria (lihat
seksi 11.8.2); kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) dan
menyusul (sejumlah kecil masuk ke ASI). Interaksi: lampiran 1
(eritromisin dan makrolid lain). Aritmia: hindari penggunaan
bersama astemizol atau terfenadin. Hindari juga kombinasi dengan
cisaprid.
Kontraindikasi: penyakit hati (garam estolat).
Efek samping: mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan
reaksi alergi lainnya; gangguan pendengaran yang reversible pernah
pernah dilaorkan setelah pemberian dosis besar; ikterus kolestatik
dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Dosis: oral: Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6
jamatau 0,5-1 g tiap 12 jam ( lihat keterangan diatas); pad infeksi
berat dapat dinaikkan sampai 4 g/ hari. Anak sampai 2 tahun 125 mg
tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis
dapat digandakan. Akne: 250 mg dua kali sehari kemudina satu kali
sehari setelah 1 bulan. Sifilif stadium awal, 500 mg 4 kali sehari
selama 14 hari. Infuse intravera: infeksi berat pada dewasa dan anak,
50 mg/ kg/ hari secara dewasa dan anak, 50 mg/ kg/ hari secara
infuse kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi ringan 25 mg/
kg/ hari bil pemberina per oral tidak memungkinkan.
B. Azitromisin
Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah
genital tanpa kompliasi.
Peringatan: wanita hamil atau menyusui; pernah dilaporkan
fotosensitivitas dan neutropenia ringan.
Efek samping: mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan
reaksi alergi lainnya; gangguan pendengaran yang reversible pernah
pernah dilaorkan setelah pemberian dosis besar; ikterus kolestatik
dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Interaksi : lampiran 1 (eritrimisin dan makrolid lain)
Kontraindikasi: gangguna fungsi hati.
Dosis: 500 mg sekali sehari selama 3 hari Anak diatas 6 bulan, 10
mg/ kg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26-35 kg. 300 mg
sekali sehari selama 3 hari; berat badan 30-45 kg 400 mg sekali
sehari selama 3 hari infeksi klamidia genital, 1gram sebagai dosis
tunggal.

C. Klaritromisin
Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit
dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter
pylori pada tukak duodenum.
Peringatan : lihar juga eritromisin; turunkan dosis pada gangguan
fungsi ginjal; wanita hamil dan meyusui; sakit kepada gangguna
pengecapan, stomatitis, glositis, ikterus-johnson; pada pemberian i.v
dapat terjadi nyeri loka dan felbilib.

Efek samping: mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan
reaksi alergi lainnya; gangguan pendengaran yang reversible pernah
pernah dilaorkan setelah pemberian dosis besar; ikterus kolestatik
dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Interaksi (eritrmisin dan makrolid lain)Arimia hindarkan
penggunaan bersama astemsol, terfenadian cisaperid.
Dosis oral : 250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat
dapat ditingkatkan sampai 500 mg tiap 12 jam selama 14 hari Anak
dengan berat badan kurang dari 8 kg, 7,5 mg/ kg dua kali sehari, 8-
11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali sehari; 12 -19 kg(3-6 tahun), 125
mg dua kali sehari; 20-29 kg (7—9 tahun), 187,5 mg dua kali sehari;
30-40 kg (10-12 tahun), 250 mg dua kali sehari.

G. Polipeptida
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin),
basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan
gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya
yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh
beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-
negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap
kuman Gram-positif.
Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya
(surface-active agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada
membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya
sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan membelah tidaknya
bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti
kloramfenikol dan tetrasiklin. Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka
hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus.
Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.
Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk
organ pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi dengan
Pseu¬domonas kini sangat berkurang dengan munculnya antibiotika
yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).
H. Golongan Antimikobakterium
Golongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap
kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan
lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan
lain-lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-
macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R
) benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur
cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943).
2. Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara
menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip
dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat
probenisid.
3. Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya
semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
4. Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram
posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga
aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap
mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas
untuk tuberkalosa.
5. Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat
toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat
haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak,
bakteremia dan infeksi berat lainnya.
6. Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan
penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi
eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire
dan enteritis karena kampilo bakter.
7. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin
dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-
gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya
diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah.
Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas,
basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.

B. Saran

Di harapkan kepada para pembaca dapat lebih jelas menerapkan


antibiotika, berdasar kan golonngannya dengan bijak, karena antibiotic juga
seperti pisau bermata 2 artinya di satu sisi menjadi sangan berguna sebagai
perlawanan untuk membunuh kuman yang masuk, sedangan sementara apabila
antibiotic ini di gunakan secara sembarang dan tidak tepat, maka resistensi
terhadap kuman juga besar. Ini yang menyebabkan akan sulit dalam
peneyembuhan penyakit infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

www.google.com/wikipedia.sejarahpenemuanatibiotik.com

www.google.com/scrib.antibiotik.com

Вам также может понравиться