Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS KELOMPOK

PELAYANAN FARMASI GBPT


6 MARET 2018

OLEH:
KELOMPOK V

1. Wahyu Ermawati, S. Farm.


2. Siti Ma’rifatul Khoiriah, S. Farm.
3. Galuh Marista, S. Farm.
4. Nawalita Tetri Rahmasanti, S. Farm.
5. Rahmah, S. Farm.
6. Frischa Ayu Wulandari, S. Farm.
7. Nur Halimah, S. Farm.
8. Vita Fitria Ramadhani, S. Farm.
9. Yuli Putri Lestari, S. Farm.
10. Din Amalia Widyaningrum, S. Farm.
11. Aida Cahya Arofani, S. Farm.
12. Rany Dwi Utami, S. Farm.
13. Refsya Azanti Putri, S. Farm.

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
PERIODE FEBRUARI - APRIL
2018
A. Macam – Macam Operasi

Nama Operasi Definisi


Operasi Elektif Operasi yang dilakukan dengan perencanaan dan dilakukan pada pasien
kondisi baik, bukan gawat darurat. Operasi yang dilakukan dengan
perencanaan sebelumnya dimana kondisi pasien sudah dipersiapkan
seperti tekanan darah tidak lebih dari 180/110 mmHg, dilakukan tes foto
thorax, echocardiography, ECG, tes darah lengakp, HbA1c, keadaan
haemostasis renal function test, lung function test, test kehmilan, tes urin
lengkap, polysomnography (NICE, 2017 ; WHO, 2003).
Contoh : perbaikan hernia, coronory artery by pass, colonic resecion,
cholecystectomy, operasi mata katarak, operasi pengangkatan batu ginjal,
operasi caesr yang terencana (Mc Graw-Hill, 2002).
Operasi Urgent Operasi yang perlu dilakukan dalam waktu kurang dari 48 jam
Contoh : batu ginjal, obstruksi GIT atau ulcer, perdarahan hemoroid,
kehamilan ectopic (Mc Graw-Hill, 2002).
Operasi Cito Operasi cito adalah operasi yang harus segera dilakukan karena apabila
ditunda maka dapat mengancam jiwa pasien (kematian atau kecacatan
fisik).
Contoh : Fraktur terbuka, fraktur tulang belakang, cedera neurovaskuler,
artritis septik, cedera tulang belakang, perdarahan hebat, luka tembak,
luka bakar yang luas, obstruksi usus atau kandung kemih.
(Smeltzer and Bare, 2001)
Operasi Bersih Operasi bersih yaitu operasi dengan luka operasi yang tidak terinfeksi (no
contamination), hanya mikroflora kulit yang berpotensi mencemari luka.
Selain itu tidak terdapat peradangan/inflamasi, serta luka tidak menembus
pada saluran pernapasan, saluran pencernaan, genital/saluran kemih. Luka
ditutup, dan bila perlu dikeringkan dengan drainase tertutup. Luka insisi
operatif (insisi tumpul) masuk dalam kategori ini.
Contoh : thyroidectomy, operasi hernia ( elective hernia repair), tumor
payudara (breast biopsy specimen), dan lain lain
(WHO, 2016; Beilman and Dunn, 2015; Grace and Borley, 2013).
Operasi Bersih Operasi bersih terkontaminasi adalah operasi yang berada di bawah
Terkontaminasi kondisi terkontrol dan tidak menimbulkan kontaminasi yang nyata/tidak
biasa. Operasi yang masuk dalam kategori ini tidak memberikan bukti
adanya infeksi. Operasi bersih terkontaminasi biasanya melibatkan
saluran empedu, usus buntu, vagina orofaring.
Contoh: Tonsilektomi, trackeostomi, pansinectomi, thorakotomi bersih,
gastrectomi, reseksi usus, appendiktomi, tuba plasty, histerectomi,
sectiocaesar,cholesitectomi, batu ginjal, batu ureter, battu urethrae,
prostatectomi, debridement bersih, amputasi bersih, jahit luka, dll.
(WHO, 2016).
Operasi Kotor Operasi kotor adalah operasi luka akibat kecelakaan atau luka terbuka
dimana sudah terjadi infeksi pada organ yang akan dioperasi sebelum
operasi dilakukan (WHO, 2016). Insiden terjadinya infeksi adalah 30-
40%. Operasi kotor meliputi : operasi dengan adanya perforasi membuka
saluran pernapasan, saluran pencernaan, salurankemih, atauinfeksi
amputasi
- operasi dengan melalui daerah purulent – inflamasi bakterial
- operasi pada luka terbuka yang sudah melebihi golden period (>6
jam)
Antibiotika profilaksis  tidak lagi ada, namun bila diberikan sudah
ditujukan sebagai antibiotika terapetik.
(Grace, Pierce A. And Well R. Borley, 2013)
Operasi Kecil Operasi kecil : prosedur invasif dimana hanya selaput kulit atau selaput
lendir dan jaringan ikat yang dilakukan pembedahan. Operasi kecil
biasanya tidak membutuhkan banyak waktu dan instrumen bedah serta
mempunya risiko komplikasi lebih kecil dibandingkan operasi mayor.
Operasi kecil dilakukan dengan menggunakan teknik aseptis.
Contoh : insisi abses (nanah), sirkumsisi (sunat)
(http: www.dar.emory.edu./vetcare/surg_definitions.php diaksess pada 6
Maret 2018)
Operasi Sedang Prosedur invasif minimal sampai dengan sedang. Potensi kehilangan
darah sekitar 500-1500 cc. Risiko ringan sampai sedang untuk pasien
independen anastesi
Contoh : laparoskopi, ligasi tuba falopi, operasi perbaikan hernia (inguinal
dan umbilical), tonsillektomi/ adenoidektomi, septoplasti/ rhinoplasti,
biopsy perkutan paru, histerektomi, kolesistektomi, operasi lutut/
pinggang, appendektomi, tiroidektomi (Newland, 2006).
Operasi Besar Operasi besar adalah prosedur operasi invasif dimana dilakukan reseksi
yang lebih luas misalnya semua rongga badan, termasuk tengkorak,
termasuk pembedahan tulang atau kerusakan signifikan dari anatomis atau
fungsi faal. Operasi besar biasanya membutuhkan waktu yang lama
dengan anastesi general. Operasi besar biasanya membawa derajat resiko
tinggi bagi pasien hidup, atau potensi cacat atau parah jika terjadi suatu
kesalahan dalam operasi.
Contoh: laparotomy, thoracotomy, atau craniotomy.
(Baradero, Mary dkk. 2009;
http: www.dar.emory.edu./vetcare/surg_definitions.php diakses pada 6
Maret 2018)
Operasi Besar Operasi besar khusus adalah operasi yang memiliki tingkat risiko paling
Khusus tinggi, karena mengekspose hampir seluruh rongga tubuh termasuk
tengkorak, pembedahan tulang, atau kerusakan signifikan dari anatomi
atau fungsi faal. Operasi ini memerlukan waktu sekitar 3-4 jam dengan
menggunakan alat yang terstandar. Jenis anestesi yang diberikan pada
operasi ini adalah anestesi general, dengan perkiraan perdarahan yang
terjadi > 500 ml. Contoh dari operasi ini diantaranya reseksi organ
terbuka, bedah jantung, laparotomy, mastektomi dengan rekonstruksi,
maupun operasi intrakranial (WRHA, 2016).
Operasi Canggih Operasi canggih adalah metode operasi terbaru yang dibantu dengan
peralatan canggih.
Contoh : endoskopik (teknik operasi modern yang mengunakan teknologi
endoscope angled camera dan endoscope special instruments yang
ditujukan untuk mengakses kelainan otak yang berada pada bagian tengah
dasar tengkorak dan sistem cairan otak), bypass vaskuler dan transplantasi
organ.
www.brainsurgeon-indonesia.com/endoskopi.html
B. Persiapan Prabedah
Premedikasi adalah pemberian obat sebelum induksi anasthesia dengan tujuan untuk
melancarkan induksi, pemeliharaan dan pemulihan anastesia. Sebelum menjalani operasi atau
pembedahan, pasien diberi pramedikasi untuk membuat mereka rileks sebelum dibawa masuk
ke kamar operasi serta menunjang kondisi yang optimal pada saat operasi. Premedikasi yang
dilakukan diantaranya adalah:
1. Mengurangi/mengalihkan kecemasan pada penderitaan yang cemas dan ketakutan
sebelum prosedur pembedahan
2. Mengurangi sekresi yang normalnya dihasilnya dinding saluran udara
dan kelenjar ludah sehingga tugas ahli anestesi menjadi lebih mudah dan lebih aman
3. Mengurangi volume dan pH cairan lambung (untuk mencegah sindrom Mandelsone
4. Mengurangi mual dan muntah paska operasi
5. Meningkatkan efek hipnotik pada anastesi
Premedikasi biasanya diberikan secara intramuskular, namun rute peroral dapat diberikan
pada anak-anak dan pasien yang memiliki gangguan pendarahan. Premedikasi biasanya
diberikan 1-3 jam sebelum operasi. Pemilihan obat untuk premedikasi tergantung pada
prosedur operasi, kondisi pasien dan teknik anastesi (Oxford, 2004)
a. Anti-Ansietas
1. Diskusikan bersama pasien dan keluarga pasien terkait penatalaksanaan pra-
operasi
2. Benzodiazepin merupakan agen yang baik untuk mengurangi ansietas karena
menunjang sedasi ringan dan efek amnesia. Benzodiazepin yang diberikan secara
oral 1-2 jam sebelum operasi, hanya memiliki efek yang kecil pada fungsi
cardiorespiratory, namun jika diberikan pada dosis tinggi dapat mengganggu
kecepatan dan kualitas penyembuhan. Pada kasus anak, benzodiazepin short acting
(ex: temazepam) merupakan anti ansietas yang paling sering digunakan
3. Untuk mencapai efek sedasi dana antisedasi dapat pula digunakan morfin, petidin,
dan fentanil sitrat
4. Pada anak-anak, antihistamin oral dapat digunakan sebagai sedasi (Walker et al
2009)
b. Amnesia
1. Khusus digunakan pada pasien yang baru/mendapatkan anastesi umum berulang.
Dapat meringankan kedalaman anastesi dengan mengurangi resiko kesadaran saat
operasi
2. Agen yang paling efektif adalah lorazepam dan midazolam (Howell et al, 2002)
c. Efek Anti-vagal
1. Obat yang digunakan dalam menekan respon menelan yang dimediasi oleh
bradikardia.
2. Hyosin memiliki efek sedasi yang kuat, efek amnesia dan sifat anti-salivasi.
Hyosin atau atropin intramuskular biasanya diberikan bersamaan dengan opioid
3. Anti sialagogue (agen pengurang produksi saliva) dapat menyebabkan efek mulut
kering yang tidak nyaman
4. Hyosin adalah agen yang paling poten, dengan kelebihannya pula sebagai agen
amnesia dan sedasi. Agen ini dapat digunakan pada pasien lanjut usia (Oxford,
2004)
d. Antiemetik
1. Obat ini biasanya digunakan untuk mengurangi efek emetik dari agen anastesi
(antihistamin, butyrophenon, hyosin) atau untuk meningkatkan pengosongan
lambung (metoklopramid)
2. Pasien yang memiliki resiko regurgitasi lambung atau akan mendapatkan prosedur
dengan resiko mual-muntah yang tinggi (ex: laparoscopy) dianjurkan untuk
menggunakan agen ini untuk mengurangi keasaman lambung
3. Dapat menggunakan agen antagonis reseptor H2 atau PPI (protein pump inhibitor)
beberapa jam sebelum operasi dan natrium sitrat peroral 15-30 menit sebelum
induksi (Oxford, 2004).
e. Profilaksis Aspirasi Pneumonitis
1. Obat yang berguna untuk menghindari obstruksi pernafasan, respon inflamasi dan
sindrom Adult Respiratory Distress (ARDS). Faktor resiko utama adalah wanita
hamil dan obesitas
2. Agen yang dapat digunakan adalah antasid, stimulan motilitas lambung, H2
reseptor antagonis, PPI
3. Antasida: meningkatkanpH lambungmenjadi> 3,5, dengan dosistunggal 30ml
diberikan 15 – 30 menit sebelum induksi anesthesi
4. Stimulan motilitas lambung: menurunkan tekananlower esophageal sphinter dan
menurunkan volume lambung. Diberikan secara IV : 15 – 30 menit sebelum
induksi anesthesia, PO : 60 menit sebelum induksi anesthesia (Metocloperamid 10
mg)
5. H2 reseptor antagonis: menurunkan sekresi asam lambung sehingga menurunkan
volume dan keasaman lambung, diberikan secara IV : 30 – 60 menit sebelum
induksi anesthesia (ranitidin inj 50mg, diulang 8 – 12 jam)
6. PPI: bekerja pada tempat akhir sekresi asam lambung, diberi secara IV : 30 – 60
menit sebelum induksi anesthesia (omeprazole, lansoprazole, esomeprazole,
pantoprazole)
f. Antibiotik profilaksis
1. Tindakan profilaksis bedah adalah tindakan yang rutin dilakukan dengan maksud
mencegah terjadinya infeksi pascaoperasi.
2. Jenis antibiotik yang bermanfaat untuk profilaksis seperti cefazolin dan ceftriaxone
telah dibahas dalam berbagai literatur bermanfaat mengurangi kejadian infeksi
pasca operasi
3. Simpulannya, antibiotik sebaiknya diberikan dalam waktu kurang dari 60 menit
menjelang incisi. Dosis antibiotik diberikan sesuai dengan panduan. Jenis
antibiotik profi laksis disesuaikan dengan jenis tindakan bedah. Berikut adalah
panduan penggunaan antibiotik profilaksis pra-bedah (Bratzler et al, 2013)
Anastesi
Suatu keadaan tidak sadar mendekati pingsan tapi reversibel bebas nyeri dan dalam keadaan
rileks. Anestesi umum adalah suatu keadaan menghilangkan rasa nyeri secara sentral disertai
kehilangan kesadaran dengan menggunakan obat amnesia, sedasi, analgesia, pelumpuh otot
atau gabungan dari beberapa obat tersebut yang bersifat dapat pulih kembali. Tindakan
anestesi yang dilakukan pada kelompok pediatri : (MenKes, 2015)
a. bayi prematur atau eks prematur
b. bayi baru lahir sampai usia 1 bulan (neonatus)
c. bayi usia < 1 tahun (infant)
d. anak usia prasekolah > 1 tahun – 5 tahun
e. anak usia sekolah 6 tahun – 12 tahun
f. remaja 13 tahun – 18 tahun
1. Indikasi : prosedur diagnostik dan prosedur pembedahan
2. Kontraindikasi : sesuai kasus dan jenis tindakan baik untuk diagnostik maupun
pembedahan.
3. Persiapan : pasien (pada umumnya diwakili oleh orang tua/wali), pemeriksaan pra bedah
pemeriksaan penunjang (penjelasan rencana, kondisi pasien, dan potensi penyulit
tindakan anestesi dan pembedahan, ijin persetujuan tindakan anestesi, kondisi penderita
optimal untuk prosedur tindakan, puasa, medikasi sesuai kasusnya), premedikasi pra
anestesi sesuai usia dan kasusnya, adanya sumber oksigen
4. Obat dan Alat
a) Obat darurat: sulfas atropine 0.25 mg, lidocaine 2% , efedrin, adrenaline
b) Obat Premedikasi
c) Obat induksi: opioid (sesuai kebutuhan), propofol, ketamine
d) Obat pelumpuh otot (bila perlu intubasi atau relaksasi)
e) Obat rumatan anestesi: obat anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, suplemen opioid
f) Obat pemulihan pelumpuh otot
g) Obat untuk mengurangi nyeri: Parasetamol, NSAID, opioid
h) Alat intubasi:
- ETT nomor sesuai dengan perhitungan 2.5-3.5 disiapkan 1 nomor diatas dan
dibawahnya.
- Laringoskop sesuai ukuran, daun lurus.
- Oropharing sesuai usia
i) Mesin anestesi:
- Sungkup muka sesuai umur
- Sirkuit nafas: sistem circle pediatri atau sistem Mapleson
j) Suction cath no sesuai dengan umur
k) NG tube no sesuai dengan umur
l) Transfusion set atau pediatric set
m) IV cath no disesuaikan dengan umur
n) Opsite infus
o) 3 way stop cock
p) Oropharing 1 buah
q) Sungkup muka -13-
r) Set Suction 1 buah
s) Plester 1 buah
t) Oksigen
u)Spuit ukuran 10cc, 5cc, 3cc sesuai kebutuhan
v) Dianjurkan ada matras penghangat
w)Dianjurkan ada penghangat cairan infus
x) Selimut dan topi untuk mencegah hypothermia (MenKes, 2015)
Kulit merupakan permukaan yang tidak steril, tapi dikolonisasi oleh sejumlah besar
bakteri, yang mencapai hingga tiga juta mikroorganisme per sentimeter kubiknya (Hinchliffe,
1988). Ada dua tipe mikroorganisme pada kulit yaitu commensals yang secara normal ada
pada kulit dan transient yang biasanya dipindahkan melalui kontak kulit. Transient organisme
biasanya mudah dihilangkan namun commensal sulit dihilangkan secara keseluruhan (Larson,
1988). Bakteri Commensal meliputi Staphylococcus, organisme diptheroid, Pseudomonas
dan spesies Propionibacterium yang dapat menyebabkan infeksi (Malangoni, 1997).
Antiseptik memiliki kemampuan untuk berikatan dengan stratum corneum, yang
menghasilkan aktivitas kimia yang persisten pada kulit (Larson, 1988). Infeksi Luka Operasi
biasanya terjadi setelah dilakukannya prosedur operasi invasif (NICE, 2008). Infeksi luka
operasi biasanya didiagnosis dengan adanya tanda dan gejala klinis seperti nanah, kemerahan,
nyeri, rasa terbakar, atau berdasarkan pengukuran kuantitatif jumlah koloni mikroba (lebih
dari 106 cfu per mm3 jaringan)(Mangram, 1999). Prosedur operasi dan jenis luka yang
dihasilkan dapat diklasifikasikan menjadi operasi bersih, bersih-terkontaminasi, kontaminasi
atau kotor-terkontaminasi berdasarkan area tubuh yang dioperasi dan tingkat terjadinya
infeksi dan inflamasi. Presentase ILO pada operasi bersih yaitu kurang dari 2% dan lebih dari
10% pada operasi terkontaminasi (Health Protection Agency, 2011).
Penghilangan bakteri transient dan pengurangan jumlah mikroba menggunakan antiseptik
direkomendasikan oleh beberapa organisasi klinis seperti Royal College of Surgeons of
England (Leaper, 2001), the Centers for Disease Control and Prevention (CDC)(Mangram,
1999), the Association of Perioperative Registered Nurses (AORN) (AORN, 2006) dan the
Association for Perioperative Practice (AfPP, 2007). Pembersihan kulit dengan antiseptik
biasanya dilakukan sebelum dimulainya insisi. Antiseptik yang digunakan dapat berupa
larutan, cairan dan serbuk. Menurut Leclair, 1990, antiseptik dideskripsika sebagai agen kimia
yang digunakan untuk mengurangi populasi mikroba pada kulit. Ideal antiseptik dapat :
a. Membunuh bakteri, fungi, virus, protozoa, tubercle bacili dan spora;
b. Tidak toksik
c. Hipoalergenik
d. Aman digunakan pada seluruh bagian tubuh
e. Tidak diabsorbsi
f. Memiliki aktivitas residual
g. Aman digunakan berulangkali (Hardin, 1997).
Beberapa antiseptik yang digunakan untuk persiapan praoperasi pada daerah insisi yaitu:
a. Iodine/Iodophors
Merupakan larutan iodine yang efektif melawan bakteri gram positif dan negatif,
tubercle bacillus, fungi dan virus. Iodin dapat berpenetrasi ke dinding sel, lalu
mengoksidasi dan mensubsitusi komponen mikroba dengan iodin bebas (Hardin,
1997; Mangram 1999). Iodophors mengandung surfaktan/stabilising agent yang dapat
membebaskan free iodine (Wade, 1980). Sediaannya biasanya disebut povidone iodine
(PI) yang setiap 10% formulasinya mengandung 1% iodine (Larson, 1995). PI larut
dalam air dan alkohol.
b. Alkohol
Alkohol dapat mendenaturasi dinding sel protein bakteri (Hardin, 1997). Alkohol juga
aktif terhadap bakteri gram positive dan negatif, tubercle bacillus, fungi dan virus..
Konsentrasi alkohol penting untuk menentukan efektivitasnya (Larson, 1995).
c. Chlorhexidine gluconate
Chlorhexidine gluconate (aquous atau alkoholik) merupakan antiseptik yang efektif
terhadap spektrum luas bakteri gram positif dan negatif, yeast dan virus (Reichman,
2009).
(National Essential Anaesthesia Drug List, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Association for Perioperative Practice. Standards and Recommendation for Safe Perioperative
Practice. Harrogate, North Yorkshire: Association for Perioperative Practice, 2007.
Association of peri-Operative Registered Nurses (AORN). Standards, Recommended Practices and
Guidelines. 1st Edition. Danver: AORN, 2006.
Baradero, Mary dkk. 2009. Keperawatan Perioperatif: Prinsip dan Praktik. Jakarta:
Perpustakaan Nasional.
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Beilman, G. J. And Dunn, D. L. 2015. Surgical Infection. In: F. C. Brunicardi, et al.,
Schwartz’s Principles of Surgery, 10th ed. New York: McGraw-Hill, p. 147-148.
Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK. 2013.Clinical
practice guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. Am J Health-Syst Pharm.
70:195-283.
Grace, P. A. And Borley, N. R. 2013. Surgery at a Glance, 5th ed. London: Wiley-Blackwell
(John Wiley & Sons, Ltd)
Hardin W, Nichols R. Handwashing and patient skin preparation. In: Malangoni MA editor(s). Critical
Issues in Operating Room Management. Philadelphia: Lippincott-Raven, 1997:133-49.
Health Protection Agency. 2011. Surveilance of Surgical Site Infections in NHS hospitals in
England. London: Health Protection Agency December 2011: Available from: www.hpa.org.uk
Hinchliffe S, Montague S. Physiology for Nursing Practice. 1988. Physiology for Nursing Practice.
Bailliere Tindal.
Howell TK, Smith S,Rushman SC, et al. 2002. Acomparison of oral transmucosal fentanyl
and oral midazolam for premedication in children; Anaesthesia
Larson E. APIC guideline for handwashing and hand antisepsis in health-care settings. American
Journal of Infection Control 1995; 23(4): 2511-69.
Larson, E. Guideline for use of topical antimicrobial agents. American Journal of Infection Control
1988; 16(6):253-66.
Leaper D, Orr K. Step: Inflammation and Infection. Royal College of Surgeon of England, 2001.
Leclair J. A review of Antiseptics. Cleansing agents. Todays OR Nurse 1990; 12(10): 25-8.
Malangoni M. Perioperative antimicrobial prophylaxis. Critical Issues in Operating Room
Management. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers, 1997:115-32.
Mangram A, Horan T. Pearson M, Silver L, Jarvis W. Guidelines for prevention of surgical site
infection, 1999. Hospital Infection Control Practices Advisory Committee. Infection Control
and Hospital Epidemiology 1999; 20(4):250-78.
Menteri Kesehatan RI. 2015. Kepmenkes RI No. Hk.02.02/Menkes/251/2015: Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi Dan Terapi Intensif. Menkes RI:
Jakarta.
Mc Graw Hill, 2002. Mc Grwa-Hill Concise Dictionaryof Medicine. The Mc Graw-Hil
Companies, Inc.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). Prevention and treatment of surgical
site infection. NICE 2008.
Newland, Myrna C. (Eds). 2006. Recommendations and Guidelines for Preoperative
Evaluation of the Surgical Patient with Emphasis on the Cardiac Patient for Non-
cardiac Surgery. Nebraska :University of Nebraska Medical Center
NICE, 2017. NICE Guideline : Routine Preoperative Test For Elective Surgery. NICE
available in https;//www.rnice.org.uk/terms-and-conditions#notice-of-rights.
Oxford Textbook of Surgery. 2004. Oxford Textbook of Surgery4th Edition.
Reichman DE, Greenberg JA. Reducing Surgical Site Infections: A Review. Reviews in Obstetrics
and Gynecology 2009;2(4):212-21.
The Association of Anaesthetists. 2015. National Essential Anaesthesia Drug List
(NEADL). AAGBI POSITION STATEMENT.
Wade A. Pharmaceutical Handbook. 19th edition. London: Pharmaceutical Press, 1980.
Walker KJ, Smith AF. 2009. Premedication for anxietyin adult daysurgery. Cochrane
Database SystRev.
WHO. 2016. Global Guidelines for The Prevention of Surgical Infection. Geneva: World
Health Organization.
WHO, 2003. Surgical Care at the District Hospital. WHO Library Cataloguing-in
Publication Data.
WRHA. 2016. Routine Preoperative Lab Test Guideline .
(http: www.dar.emory.edu./vetcare/surg_definitions.php diaksess pada 6 Maret 2018)
www.brainsurgeon-indonesia.com/endoskopi.html
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI GBPT

Jumlah Jumlah Obat Yang Jumlah Obat Yang Tidak


Tanggal Ruangan Nama Obat Keterangan
Obat Terlabel High Alert Terlabel High Alert
6/3/2018 ICU NaCl 15% 1 1 0 -
Levemir 100 unit/ml 8 2 6 -
Midazolam 15 mg/3 ml 1 1 0 -
Epinefrin 1 mg/ ml 51 49 2 -
Norepinefrin 5 3 2 -
Propofol 3 2 1 -
6/3/2018 ICCU Epinephrine 1 mg/ml 20 20 0 -
Actrapid 100 IU.ml 1 1 0
6/3/2018 NICU Inviclot (lemari High
1 1 0
(Heparin Na 5000 IU) Alert)
1 1 0 Suhu 7˚C
NaCl 15% 2 2 0 -
Miloz (lemari High
1 1 0
(Midazolam HCl 15 mg/3 ml) Alert)
1 1 0 Suhu 7˚C
Ivanes
1 1 0 -
(Ketamin HCl 1000 mg/10 ml)
6/3/2018 Recovery Midazolam 1mg/ml 1 1 0 -
Room Fentanyl 50 mcg/ml Akan diberikan
1 - 1
kepada pasien
N-epinephrine 1mg/ml 2 2 0 -
Epinephrine 1 mg/ml 10 10 0 -
6/3/2018 OK 4 N-Epinephrine 4 mg/4 ml 17 17 0 -
Ketamin 1000mg/10 ml 4 4 0 -
Epinefrin 1 mg/ ml 24 24 0 -
Midazolam HCl 5 mg 1 1 0
Midazolam HCl 15 mg 25 25 0 -
Inviclot
3 3 0 -
(Heparin Sodium inj. 5000 IU)
KCl 7,46% 2 2 0 -
Pethidin HCl 50 mg/ml 3 3 0 -
Fentanyl 32 32 0 -
Morfin 10mg/ml 7 7 0 -
Fresofol 1% MCT/LCT
(Emulsi Propofol untuk injeksi atau 39 39 0 -
infusi)
6/3/2018 OK 5 Inviclot
10 10 0 -
(Heparin Sodium inj. 5000 IU)
Fentanyl 21 21 0 -
Morfin 10mg/ml 6 6 0 -
Pethidin HCl 50 mg/ml 3 3 0 -
E-PI
6 6 0 -
(Norephinefrin birtatrate) 1 mg/ml
Norivion (Norephinefrin birtatrate) Petugas kelupaan
10 0 10
4mg/4ml memberikan label
Inviclot (Heparin sodium 500 IU) 10 10 0 -
Miloz
10 10 0 -
(Midazolam HCl 5 mg)
Miloz
12 12 0 -
(Midazolam HCl 15 mg)
Epinefrin 1 mg/ ml 110 103 7 Label terlepas
Mefonco
1 1 0 -
(Metomisin C 10 mg)
Fresofol 1% MCT/LCT
(Emulsi Propofol untuk injeksi atau 103 103 0 -
infusi)
6/3/2018 OK 6 Actrapid HM
1 1 0
(Human Insulin Biosintetik)
Epinefrin Injeksi 1 mg/ml 24 24 0
Fentanyl 0,1 mg/2 ml 27 27 0
Fresofol
32 32 0
(Propofol 10 mg/ml)
Human Albumin 20% 50 ml 1 0 1
Inviclot
14 14 0
(Heparin Na 5000 IU)
Ivanes
4 1 3 Sudah digunakan
(Ketamin HCl 1000 mg/10 ml)
KCl 7,46% 25 ml 4 4 0
Miloz
21 21 0
(Midazolam HCl 5 mg/5 ml)
Miloz
19 19 0
(Midazolam HCl 15 mg/3 ml)
Morfina 10 mg/ml 9 9 0
Norepinefrin Injeksi 4 mg/4 ml 2 2 0
Petidin HCl 100 mg/2 ml 3 3 0
Plasma Protein Fraction 5 % 250 ml 1 0 1

Вам также может понравиться