Вы находитесь на странице: 1из 17

23

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

FLOW MATERIAL SIRUP PT. COMBIPHAR BANDUNG

III.1. Definisi Flow Material

Bahan baku merupakan bahan mentah (raw material) & seluruh

komponen yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang/produk

akhir. Raw material ini harus dikelola dengan baik, termasuk perencanaan,

organisasi dan kontrol sehingga flow material mulai dari

pembelian/purchasing, inventory stock sampai distribusi produk akhir,

dapat efisien & efektif. Flow material adalah alur pembuatan obat, mulai

dari proses pembelian bahan baku, proses produksi menjadi produk

antara, produk jadi yang siap dipasarkan.

Flow Material Management meliputi :

1. Pembelian/Purchasing

2. Transportasi

3. Inventory Stock

4. Warehousing/ Pergudangan

5. Distribusi

Peramalan penjualan (forecasting) memegang peranan yang

sangat penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

khususnya dibidang produksi dan operasi. Aktivitas manajemen produksi

dan operasi menggunakan peramalan permintaan dalam perencanaan

yang menyangkut perencanaan produksi, perencanaan pemenuhan


24

kebutuhan bahan, perencanaan kebutuhan tenaga kerja, perencanaan

kapasitas produksi, perencanaan desain dan lay out fasilitas, penentuan

lokasi pabrik, penentuan metode proses produksi, penentuan jumlah

mesin dan sebagainya

Forecast untuk produksi sediaan obat dibuat oleh bagian

Marketing, bekerjasama dengan bagian PPIC, Produksi, dan R&D.

Setelah forecast dibuat oleh bagian Marketing, selanjutnya dibuat/disusun

Perencanaan Produksi serta Rencana Anggaran Belanja Perusahaan

(RABP) sebagai acuan untuk memenuhi permintaan Marketing tersebut.

Sasaran pokok dari perencanaan produksi, antara lain:

1. Ketepatan waktu dalam memenuhi janji pelanggan

2. Kecepatan waktu penyelesaian pesanan pelanggan

3. Berkurangnya biaya produksi

Suatu industri farmasi dalam melaksanakan proses produksi telah

melakukan berbagai metode, sehingga produksi berlangsung dengan baik

dan efisien. Suatu produk obat yang dihasilkan berkualitas dan berkhasiat

apabila diproduksi dengan memperhatikan berbagai aspek, diantaranya

bahan baku (material), metode, karyawan, manajemen dan peralatan

yang digunakan. Semua aspek tersebut harus tersedia dengan baik dan

selalu dilaksanakan dengan konsisten .

Bahan awal berupa bahan baku dan bahan pengemas yang

tersedia untuk proses produksi selalu harus tersedia dan bekualitas.

Bahan awal untuk menjadi suatu produk obat, baik produk ruahan (produk
25

yang tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi produk jadi)

maupun produk jadi, mengalami berbagai proses yang diatur sedemikian

rupa sehingga memudahkan dalam proses produksi dan terhindar dari

kontaminasi. Semua pergerakan bahan awal atau alur yang dilewati

sampai menjadi produk ruahan dan produk jadi disebut sebagai flow of

material .

Aliran materi dalam suatu industri berlangsung secara berurutan

menurut proses produksi suatu sediaan. Setiap tahap yang dilalui oleh

bahan selalu dikontrol dan diawasi secara ketat sehingga obat yang

dihasilkan selalu bermutu tinggi. Pekerjaan ini dilakukan oleh bagian

khusus yang terdapat dalam industri, yaitu quality control (QC) .

III.2 Flow Material PT. Combiphar

.Alur kegiatan produksi obat di PT. Combiphar meliputi :

III.2.1 Perencanaan Bahan

Perencanaan bahan produksi di PT. Combiphar dilakukan oleh

PPIC Departement. PPIC mengaplikasikannya dalam perencanaan

produksi satu tahun, tiga bulan, satu minggu dan untuk teknik

pelaksanaannya PPIC menurunkan rencana produksi harian. Rencana

produksi harian yang dibuat oleh PPIC sewaktu-waktu dapat berubah jika

ada order yang mendesak dari Marketing Departement.

III.2.2 Pengadaan Bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk keperluan produksi

pengadaannya ditangani oleh departemen PPIC. Pengadaan dilakukan


26

berdasarkan pemesanan dari bagian marketing dan produksi, bagian

PPIC akan membuat nota pemesanan bahan. Pengadaan bahan harus

mendapat persetujuan dari Managing Director dan Plant Director.

Pemilihan supplier merupakan salah satu faktor penting dalam

pengadaan barang untuk keperluan produksi. Oleh sebab itu PT.

Combiphar memilki beberapa bahan pertimbangan dalam memilih

supplier, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kualitas bahan yang dipesan. Hal ini dapat diketahui dari Certificate of

Analysis (COA) yang disertakan pada pembelian dan sample yang

dikirim pada PT Combiphar.

b. Kontinuitas atau kesanggupan supplier dalam menyuplai barang.

c. Delevery time ( yaitu waktu dari supplier mengirim barang sampai ke

tempat tujuan )

d. Layanan purna jual, seperti adanya tanggapan atas keluhan yang

diajukan perusahaan.

e. Kemudahan dalam melakukan pembayaran.

PT. Combiphar tidak hanya menggunakan satu supplier saja. Hal

ini dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam

pengadaan persediaaan seperti keterlambatan pengiriman dan

kekosongan stok barang. Maka dipilih minimal dua supplier yang berbeda

untuk setiap bahannya.


27

III.2. 3 Penyimpanan Bahan

Bahan-bahan untuk kerperluan industri disimpan di gudang

dengan tujuan untuk memudahkan alur proses produksi. PT Combiphar

memiliki tiga gudang yang terletak terpisah satu sama lain.

Gudang bahan baku berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan

yang akan digunakan untuk produksi. Gudang bahan baku di PT

combiphar terdiri atas tiga bagian yaitu ruang sejuk (<15 0C), gudang

bahan cair dan gudang bahan padat. Ruang sejuk untuk menyimpan

bahan yang mudah rusak karena pengaruh suhu dan kelembaban.

Gudang bahan cair berfungsi untuk menyimpan bahan baku cair,

sedangkan gudang bahan padat untuk menyimpan bahan padat.

Di dalam gudang juga dilengkapi dengan ruang sampling. Sistem

pengeluaran barang dari gudang mengikuti sistem FIFO (first in first out),

dimana barang yang lebih dulu datang akan lebih dulu dikeluarkan atau

dipakai. Pada beberapa kasus dipakai sistem FEFO (first expired first out),

dimana barang yang waktu kadaluarsanya paling dekat yang lebih dulu

dikeluarkan atau dipakai. Pemeriksaan ulang perlu dilakukan untuk bahan-

bahan yang disimpan lama.

Bagian PPIC harus selalu mengontrol jumlah persediaan bahan

yang ada di gudang. Jika terdapat bahan yang stoknya tinggal sedikit

maka PPIC mengajukan Request Order ke bagian purchasing untuk

membeli sejumlah bahan tersebut. Bagian purchasing akan

mempertimbangkan usulan tersebut, melakukan survey pemilihan supplier


28

dan akan mengeluarkan Purchasing Order ke supplier tersebut jika

menyetujui untuk membeli bahan tersebut.

Gudang bahan kemas digunakan menyimpan bahan pengemas

primer, pengemas sekunder dan bahan-bahan yang berkaitan dengan

proses pengemasan seperti brosur, label, tutup botol, etiket, dan lain-lain.

Khusus untuk penyimpanan aluminium foil dan cangkang kapsul

ditempatkan pada ruang khusus yang memiliki AC/Air Conditioner (15 0).

Termometer ruang dipasang di ruang sejuk agar suhu ruangan selalu

dapat dipantau.

Barang-barang yang sudah selesai dikemas dan sudah dinyatakan

lulus oleh QC disimpan di gudang obat jadi dan siap untuk didstribusikan.

Gudang obat jadi merupakan tempat penyimpanan produk yang

siap dikirim ke distributor. Pengeluaran barang dari gudang obat jadi

berdasarkan permintaan dari Marketing.

Sistem penataan bahan baku, bahan pengemas maupun obat

jadi di dalam gudang tidak menggunakan sistem tertentu. Hal ini

didasarkan pertimbangan keterbataasan kapasitas gudang dan efisiensi

arus keluar masuk barang. Sedangkan untuk memudahkan dalam

pemeriksaaan, pengawasan dan mencegah hilangnya barang, dibuat

kartu persediaan untuk setiap item barang, baik untuk bahan baku, bahan

pengemas dan obat jadi.


29

III.2.4 Kegiatan Produksi Sirup

Peralatan yang digunakan dalam ruang produksi memiliki rancang

bangun dan ukuran yang memadai dan ditempatkan pada ruang tertentu

yang sesuai dengan fungsinya untuk produksi. Penempatan alat yang satu

dengan yang lain memiliki jarak yang cukup renggang untuk memberikan

keleluasaan dalam bekerja. Peralatan memerlukan perawatan menurut

protap yang telah ditentukan. Peralatan yang digunakan pada kegiatan

produksi tersebut telah divalidasi (melalui kualifikasi peralatan)

A. Ruang Produksi

PT Combiphar memliki 2 ruang produksi yaitu black area yang

digunakan untuk ruang pengemasan sekunder, sedangkan grey area

digunakan untuk ruang produksi sediaan solida, semi solida, dan liquida,

serta untuk ruang pengemasan primer.

Kegiatan produksi sirup dan pengemasan primer dilakukan di grey

area dengan jumlah cemaran partikel (non-patogen) ukuran ≥ 0,5 μm

maximum 100.000/ft3 partikel dan ukuran ≥ 5 μm maksimum 20.000/m 3,

jumlah cemaran mikroba < 500 CFU/ m3, kelembaban relative (RH)

45-75%, tekanan udara 10-15 Pa, suplai udara menggunakan medium

filter dengan efisiensi saringan udara 95%., suhu 20-28 oC, dan pertukaran

udara > 20 kali/ jam.

Pengemasan sekunder dilakukan di black area dengan jumlah

cemaran partikel (non-patogen) ukuran ≥ 0,5 μm/ft 3 lebih dari 100.000


30

partikel dan ukuran ≥ 5 μm > 20.000/ m 3 (dengan ventilasi udara yang

memadai).

B. Sanitasi dan higiene

Sanitasi dan higiene adalah segala upaya yang dilakukan untuk

menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Proses

santasi dan higiene di bagian produksi meliputi peralatan (mesin),

ruangan, dan karyawan. Sanitasi menitikberatkan pada bangunan dan

peralatan, sedangkan higiene menitikberatkan pada personalia. Mesin

yang akan digunakan harus memiliki tanda label ‘BERSIH’ dari Quality

Control. Sanitasi mesin dilakukan setiap selesai melakukan satu macam

produksi. Penandaan ‘BERSIH’ pada mesin dan peralatan dilakukan

setiap selesai melakukan satu macam produksi. Penandaan ‘BERSIH’

dilakukan dengan cara memeriksa air cucian bilasan terakhir secara

visual. Jika air cucian bilasan terakhir terlihat bening maka mesin tersebut

diberi label ‘BERSIH’. Sanitasi dan higiene ruang produksi dilakukan

dengan mengepel dan mengelap kaca. Sanitasi dan higiene karyawan

dilakukan dengan adanya kewajiban untuk selalu menggunakan alat

pelindung diri (APD) dalam melakukan pekerjaannya. APD yang

digunakan berupa baju khusus, penutup rambut, sarung tangan, masker,

dan sepatu/alas kaki khusus. Peraturan ini berlaku untuk semua orang

yang akan memasuki ruang produksi. Alur sanitasi memasuki ruang

produksi dapat dilihat pada lampiran 4.


31

C.Proses Produksi Sirup

Dalam menjalankan tugasnya, departemen produksi PT

Combiphar sberpedoman pada jadwal yang telah disusun oleh bagian

PPIC, sedangkan untuk proses pelaksanaannya mengacu pada batch

record yang telah disusun oleh bagian Research and Development (R&D).

Penempatan alat-alat produksi diatur sedemikian rupa menjadi satu jalur

proses yang berurutan sehingga memudahkan pelaksanaan produksi

serta menghindari terjadinya kontaminasi silang serta campur baur.

Departemen produksi di PT. Combiphar terdiri dari 2 seksi yaitu

seksi processing (pengolahan) dan seksi pengemasan sekunder.

Berdasarkan bentuk sediaannya kegiatan produksi di PT. Combiphar

dibedakan menjadi produksi sediaan solida, liquida dan semisolida.

Adapun contoh obat sirup yang diproduksi oleh PT Combiphar

yakni sirup OBH (Obat Batuk Hitam) Combi Batuk Berdahak.

Proses pembuatan sirup dimulai dengan pencucian botol dengan

menggunakan aquademineralisata. Botol kemudian dikeringkan dalam

oven double door. Proses pencucian botol seluruhnya ditangani oleh

bagian pencucian botol. Selanjutnya dilakukan penimbangan bahan aktif

dan bahan tambahan di Penimbangan Sentral.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan syrupus simplex dalam

Melting Tank pada suhu 80°-90°C dengan putaran 200-250 rpm selama

kurang lebih 4 jam. Pembuatan sirupus simplex yaitu air dipanaskan, lalu

dimasukkan gula, diaduk, lalu didinginkan sampai suhu 28°-30°C,


32

kemudian disaring masuk ke Mixing Tank. Kemudian sirupus simpleks ini

dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain dalam mixing tank

(Double Jacket Tank 6000 liter & Holding Tank 8000 L) dengan kecepatan

150-200 rpm selama 0,5-1 jam. Dari Mixing Tank kemudian dipindahkan

ke Storage Tank untuk dikarantina dan dilakukan pemeriksaan oleh

Laboratorium Pengujian meliputi pemerian, BJ, kadar dan pH. Jika telah

dinyatakan lulus uji, larutan sirup siap untuk proses pengisian.

Proses pengisian menggunakan Automatic Liquid Filling Machine,

pada tahap ini dilakukan pemeriksaan IPC yaitu keseragaman volume

larutan dalam botol dan perbandingan jumlah botol yang digunakan

dengan jumlah cairan yang diproduksi.. Selanjutnya dilakukan penutupan

botol dengan Cap Sealing Machine. Pemeriksaan IPC juga dilakukan

terhadap kekencangan penutupan, dan kebocoran. Selanjutnya dilakukan

labelling dan pengemasan sekunder. Setelah dinyatakan memenuhi syarat

kemudian obat jadi dikirim ke Gudang Obat Jadi.

Secara skematis alur proses pembuatan sirup dilihat pada Lampiran 5.

Setelah selesai diproduksi, produk jadi disampling untuk dilakukan

pengujian akhir. Selama pengujian berlangsung, produk jadi harus

dimasukkan ruang karantina dahulu. Jika telah dinyatakan “LULUS” oleh

bagian QC, barulah produk tersebut dapat diteruskan ke ruang

pengemasan. Untuk menjamin kebenaran isi, antara penandaan luar

maupun dalam kemasan setiap produk, bagian QC juga bertugas

memeriksa kebenaran penulisan (nomor batch, waktu kadaluarsa,


33

informasi yang tertulis pada insert), warna, bobot, dan ukuran kemasan.

Untuk penanganan contoh pertinggal, diambil dari setiap batch kemudian

disimpan dalam almari dengan kondisi suhu ruangan. Pengambilan

contoh pertingal tiap batch dengan perincian yaitu untuk kemasan botol

sebanyak 20 buah. Contoh pertinggal ini disimpan minimal sesuai dengan

waktu kadaluarsa (ED/Expired Date) atau ED + 1 tahun. Tujuan

penanganan contoh pertinggal adalah untuk memantau apakah suatu

batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang

telah ditentukan.

III.2.5 Pengemasan

Bagian pengemasan baik primer maupun sekunder di

PT Combiphar bertanggung jawab kepada Manager Produksi. Bagian

pengemasan bertugas untuk mengemas produk-produk ruahan yang telah

dinyatakan lulus oleh bagian QC. Proses pengemasan bertujuan untuk

melindungi produk dari pengaruh luar seperti benturan fisik, debu, cahaya

matahari, kelembaban, memberikan informasi yang berkaitan dengan

sediaan seperti nama obat, indikasi, aturan pemakaian, komposisi,

tanggal kadaluwarsa serta tujuan estetika.

Bagian pengemasan di PT. Combiphar dibagi menjadi 2 unit yaitu:

1. Pengemasan Primer

Pengemasan primer dilakukan di ruang produksi (grey area) yang

meliputi stripping, pengemasan dalam plastik (hospital pack) serta filling

sediaan liquida. Untuk menjamin mutu hasil pengemasan maka selalu


34

dilakukan IPC. IPC untuk pengemasan primer meliputi pemeriksaan isi

setiap kemasan (volume control), dan uji kebocoran botol. Pada uji

kebocoran dilakukan dengan cara botol dibalik di atas kain putih untuk

melihat apakah botol tersebut bocor atau tidak.

2. Pengemasan Sekunder

Pengemasan sekunder dan tersier dilakukan dalam ruangan black

area yang meliputi :

- Coding: pemberian nomor batch dan expired date pada etiket dan dos

- Pemberian brosur/insert

- Memasukkan hasil pengemasan kedalam box dan master box.

Setelah dilakukan pengemasan primer maka dilakukan

pengemasan sekunder. Produk yang telah melewati pengemas primer

akan dimasukkan ke dalam dus/box lalu ke dalam karton. Dalam

pengemas sekunder tersebut diperiksa kelengkapan seperti brosur dan

sendok. Barang yang sudah siap akan dikirim ke gudang karantina untuk

menunggu hasil pengujian.

Setelah tahap pengemasan sekunder maka dilakukan final

inspection oleh bagian QC meliputi :

a. Penyiapan label

Kebenaran label, hasil cetakan/printing No.Batch, Manufacturing date

dan Exp.date

b. Pelipatan insert

Kebenaran insert, insert cacat/rusak, kerapian lipatan


35

c. Printing dus dan master box

Kebenaran dus dan master box, kebenaran penandaan No. batch,

Exp.date, dan Manufacturing date

d. Pengepakan

Kebenaran isi, kebenaran dus dan master box, kebenaran penandaan,

kebenaran insert.

Pada tiap jalur pengemasan, terdapat papan yang menunjukkan

nama dan nomor bets produk yang sedang dikemas. Setelah

pengemasan selesai juga dilakukan penimbangan master box sesuai

dengan bobot yang ditentukan. Master box yang sudah ditimbang

ditempatkan diruang karantina, setelah mendapat persetujuan dari bagian

QC maka master box segera dipindahkan ke gudang obat jadi. Jumlah

produk yang diperoleh dan sisa kemasan yang tidak terpakai

didokumentasikan dalam laporan harian kemas sekunder. Alur

pengemasan dapat dilihat pada lampiran 6.

III.3 Tinjauan Khusus Sirup

a. Definisi Sirup

 (Ansel : 226)

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dan gula atau pengganti gula

dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.

 FI III : 31
36

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan zat yang mengandung

sakarosa kecuali dinyatakan lain, kdar sakarosa, C 12H22OH, tidak

kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66%.

 (FI IV : 15)

Larutan oral yang mengandung sakarosa atau gula lain dalam

kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup.

 (Parrot : 171)

Sirup adalah larutan pekat atau mendekati jenuh dari gula atau

larutan encer lainnya.

 (RPS 18th : 1527)

Sirup adalah larutan pekat gula seperti sukrosa dalam air atau

larutan encer lainnya.

b. Komponen-komponen Sirup(Ansel : 240)

Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen berikut disamping

air murni dan semua zat-zat obat yang ada (1) gula, biasanya sukrosa

atau pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis dan

kental (2) pengawet anti mikroba (2) pembau (4) pewarna. Juga

banyak sirup, terutama dibuat dalam perdagangan mengandung

pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.

c. Metode Pembuatan Sirup

 (Parrot : 172)

Ada tiga cara (metode) untuk menyiapkan sirup (1) pengocokan (2)

pengocokan dengan pemanasan (3) penyaringan (perkolasi).


37

 (FI III : 31)

Kecuali dinyatakan lain sirup dibuat sebagai berikut :

Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu

didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga

diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa, diserkai.

 (RPS 18th : 1528)

Sirup disiapkan dengan berbagai cara, pemilihan metode

tergantung dari sifat fisik dan kimia dari bahan yang dimasukkan ke

dalam sediaan.

Larutan dengan pemanasan; Metode ini umumnya untuk

membuat sirup yang unsurnya tidak menguap atau tidak rusak oleh

pemanasan, kemudian diinginkan untuk membuat sirup dengan

cepat. Sukrosa umumnya dilarutkan dalam air murni atau larutan

encer lainnya dan dipanaskan sampai larutan memberi efek,

kemudian disaring dan ditambahkan air murni secukupnya untuk

membuat volume atau berat yang diinginkan. Jika sirup dibuat dari

infus, larutanya mengandung bahan organik seperti sap dari pohon

mapel. Umumnya, pemanasan yang cukup sampai pada titik

didihnya ke bahan koagulasi albumin. Sesudah itu, ini dapat

dipisahkan dengan penyaringan. Ketika albumin atau pengotor

lainnya diperbolehkan sampai sisa sirup, fermentasi mungkin

seharusnya dilakukan pada suhu yang hangat. Sacharometer

sering digunakan dalam pembuatan sirup dengan proses panas


38

dimana gravitas yang cukup untuk menyelesaikan sirup ini telah

diketahui. Ada kemungkinan terjadi pengapungan di dalam sirup

saat mencapai titik didihnya dan pada derajat konsentrasi yang

pasti ditetapkan tanpa menunggu sirup menjadi dingin dan

dipanaskan kembali sampai konsentrasi semula.

Pengocokan tanpa pemanasan; Proses ini digunakan pada kasus

dimana pemanasan dapat menyebabkan berkurangnya zat aktif,

unsur menguap. Dalam pembuatannya, jumlahnya sampai 2000 ml

sukrosa ditambahkan ke dalam larutan dalam botol kira-kira 2 kali

ukurannya untuk sirup. Diizinkan untuk mengocok larutan dengan

aktif dan cepat. Menyumbat botol sangat penting, sebagai

pencegah kontaminasi atau berkurangnya selama proses. Botol

diizinkan untuk diletakkan disebelah jika tidak dikocok lagi.

Metode seperti yang telah dijelaskan sebelumnya digunakan dalam

metode persiapan dari berbagai sediaan. Banyak sirup batuk,

contohnya, yang mengandung sukrosa dan satu atau lebih bahan

aktif. Bagaimanapun komposisi yang pasti dari sediaan tidak

diberikan pad tabel. Lagipula beberapa produk dalam USP tapi

tidak ditujukan untuk diberikan pada sediaan. Seperti contoh sirup

guaiafenesin USP (GG sirup) umumnya hanya diketahui

komposisinya adalah guaiafenesin dan alkohol (tidak kurang dari

3% atau tidak lebih 4%).


39

Penambahan larutan obat dalam larutan; Metode ini ditempatkan

dalam kasus ini yang mana seperti ekstrak cair, tingtur atau cairan

lainnya yang ditambahkan pada sirup dalam obat tersebut. Sirup

dibuat umumnya dengan jalan untuk dikembangkan dengan cepat

sejak alkohol sering digunakan sebagai bahan dalam larutan dan

resin serta bahan berminyak larut dengan cepat dalm alkohol.

Modifikasi dari proses ini, kebanyakan diadaptasi dari pencampuran

ekstrak cair atau tingtur dengan air dibolehkan untuk mencampur

bahan yang tidak larut, disaring kemudian dilarutkan sukrosa dan

disaring. Jelas bahwa prosedur ini tidak membolehkan ketika bahan

diendapkan oleh bahan obat.

Perkolasi; Dalam prosedur ini, air murni atau larutan encer

diperbolehkan untuk digunakan lebih lambat melalui kristalisasi

sukrosa, jadi dilarutkan dan dibentuk sirup. Kain katun ditempatkan

di leher perkolator dan air atau larutan encer ditambahkan.

Вам также может понравиться