Вы находитесь на странице: 1из 9

Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

FRAKTUR TULANG WAJAH

Oleh:
Atikah Shalhi

Preseptor :
dr. Al Hafiz, Sp. THT-KL (K)

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2018

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session


Fraktur tulang wajah

Atika Shalhi

Setengahwajah bagian atas terdiri dari tulang


Pendahuluan frontal dan daerah midfasial.2
Sutura palatina memiliki struktur yang
Latar Belakang sama dengan sutura daerah kranial. Pearsson dan
Fraktur adalah hilang atau putusnya Thilendar menemukan bahwa sinostosis pada
kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur sutura palatina akan terjadi pada usia antara 15
maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada dan 19 tahun, yang akan menyatukan segmen
tulang-tulang wajah yaitu tulang frontal, temporal, lateral palatal, sehingga jika terjadi trauma akan
orbitozigomatikus, nasal, maksila dan mandibula. menimbulkan fraktur para sagital yang merupakan
Fraktur maksilofasial lebih sering terjadi sebagai daerah tulang yang tipis. Seperti yang
akibat dari faktor yang datngnya dari luar seperti dikemukakan oleh Manson bahwa fraktur sagital
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, lebih sering terjadi pada individu yang lebih mugah
kecelakaan akibat olah raga dan juga sebagai sedangkan fraktur para sagital lebih sering terjadi
akibat dari tindakan kekerasan. Tujuan utama pada orang dewasa.2
perawatan fraktur maksilofasial adalah rehabilitasi Tulang mandibula merupakan daerah
penderita secara maksimal yaitu penyembuhan yang paling sering mengalami gangguan
tulang yang cepat, pengembalian fungsi okuler, penyembuhan frakturbaik itu malunion ataupun
fungsi pengunyah, fungsi hidung, perbaikan fungsi ununion. Ada beberapa faktor risiko yang secara
bicara, mencapai susunan wajah dan gigi-geligi specifik berhubungan dengan fraktur mandibula
yang memenuhi estetis serta memperbaiki oklusi dan berpotensi untuk menimbulkan
dan mengurangi rasa sakitakibat adanya mobilitas terjadinyamalunion ataupun non-union. Faktor
segmen tulang.1 risiko yang paling bedar adalah infeksi, kemudian
aposisi yang kurang baik, kurangnya imobilisasi
segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan otot
yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur.
Malunion yang berat pada mandibula akan
mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga
disertai gangguan fungsi. Kelainan-kelainan ini
dapat diperbaiki dengan melakukan perencanaan
osteotomi secara tepat untuk merekonstruksi
bentuk lengkung mandibula.2
Terjadinya gangguan bentuk lengkukng
Gambar 1: Fraktur Le Fort I, II dan III pada fraktur mandibula seringkali merupakan
akibat dari reduksi yang kurang adekuat.
Wajah dapat dibagi menjadi tiga daerah Kegagalan pada penyusunan kembali bentuk
(sub-unit), setiap daerah memiliki kegunaan yang
lengkung secara anatomis akan menimbulkan
berbeda-beda. Sub-unit paling atas terdiri dari keadaan prematur kontak dan gangguan fungsi
tulang frontal yang secara prinsip berfungsi pengunyahan. Kurang tepatnya aposisi segmen
berfungsi sebagai pelindung otak bagian lobus fraktur ini merupakan akibat dari perawatan yang
anterior tetapi juga sebagai pembentuk atap mata.
terlambat ataupun fraktur yang tidak dilakukan
Sub-unit bagian tengah wajah memiliki struktur perawatan. Pada beberapa kasus untuk untuk
yang sangat berbeda, dengan ciri struktur dengan membantu reduksi fraktur dilakukan pembuatan
integritas yang rendah dan disatukan oleh model studi pra-operasi dan juga pembuatan
kerangka tulang yang terdiri dari pilar-pilar atau
model studi bedah.3
penopang. Pilar-pilar ini disebut juga buttresses
Fraktur Le Fort (LeFort Fractures)
yang terdiri dari pilar frontonasal maksila pada merupakan tipe fraktur tulang-tulang wajah yang
anteromedial, zigomatiko-maksila sebagai pilar klasik terjadi pada trauma-trauma di wajah. Fraktur
lateral dan procesus pterigoid sebagai pilar
Le Fort diambil dari nama seorang ahli bedah
posterior. Sub-unit bagian bawah adalah
Perancis René Le Fort (1869-1951) yang
mandibula. Bagian ini memilki struktur integritas mendeskripsikannya pertama kali di awal abad 20.
yang paling baiksebagai konsekuensi dari Braun Stein melaporkan di USA kasus trauma
fungsinya dan berhubungan dengan perlekaan
kepala dan wajah terjadi kira-kira 72, 1 %. Trauma
otot-otot.2
wajah meliputi : trauma pada soft tissue, organ –
Manson yang dikutip oleh Mahon dkk organ khusus dan tulang – tulang. Hal ini
menggambarkan fraktur panfasial dengan merupakan suatu kegawat daruratan yang
membagi daerah wajah menjadi dua bagian yang
memerlukan tindakan emergency karena dapat
dibatasi oleh garis fraktur Le Fort I. Setengah
menyebabkan sumbatan jalan nafas, cedera otak
wajah bagian bawah dibagi menjadi dua bagian berat, dan mungkin fraktur vertebra cervikalis.
yaitu daerah oklusal yang terdiri dari prosesus Tujuan awal terapi adalah membebaskan jalan
alveolaris maksila dan mandibula serta tulang
nafas.3
palatum dan bagian bawah terdiri dari vertikal
ramus dan horisontal basal mandibula.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pada Fraktur Le Fort dua dan tiga terjadi


pergerakan tulang bagian wajah ke bawah, bagian Etiologi
kranium bagian depan membentuk bidang miring Di University of Kentucky Medical
sehingga menyebabkan perdarahan atau Centre, dari 326 pasien wanita dewasa dengan
memperpanjang wajah, mendorong molar atas ke facial trauma, sebanyak 42.6% trauma terjadi
bagian bawah, mendorong molar palatum mole ke akibat kecelakan kendaraan bermotor, 21.5%
arah lidah hal ini menyebabkan obstruksi.4 akibat terjatuh, akibat kekerasan 13.8%,
penyebab yang tidak ingin diungkapkan oleh
pasien 10,7%, cedera saat berolahraga 7,7%,
akibat kecelakaan lainnya 2,4%,dan luka tembak
TINJAUAN PUSTAKA sebagai percobaan bunuh diri serta akibat
kecelakan kerja masing-masing 0.6%. Diantara 45
Anatomi Tulang Wajah pasien korban kekerasan, 19 orang diantaranya
Berdasarkan anatominya tulang wajah mengalami trauma wajah akibat intimate partner
atau maksilofasial dibagi menjadi tiga bagian, violence (IPV) atau kekerasan dalam rumah
yaitu3 : tangga.6
1. Wajah sepertiga atas, dari garis rambut hingga
glabella. Fraktur di regio ini melibatkan tulang Klasifikasi Fraktur Maxilla3 `

frontal dan sinus frontalis 1. Fraktur Sepertiga Bawah Wajah


2. Wajah sepertiga tengah, dari glabela hingga Mandibula termasuk kedalam bagian sepertiga
kolumela. Fraktur di regio ini melibatkan bawah wajah.
maksila, tulang hidung, nasoethmoidal 2. Fraktur Sepertiga Tengah Wajah
complex (NOE), zygomaticomaxillary complex Sebagian besar tulang tengah wajah dibentuk
(ZMC), dan lantai orbital. oleh tulang maksila, tulang palatina, dan tulang
3. Wajah sepertiga bawah, dari dasar kolumela nasal. Tulang-tulang maksila membantu dalam
hingga menton jaringan lunak. Sepertiga pembentukan tiga rongga utama wajah : bagian
bawah terbagi lagi menjadi sepertiga atas dari atas rongga mulut dan nasal dan juga fosa orbital.
dasar kolumela hingga komisura bibir, dan dua Rongga lainnya ialah sinus maksila. Sinus maksila
pertiga bawah dari bibir bawah sampai membesar sesuai dengan perkembangan maksila
menton. Fraktur di regio ini melibatkan orang dewasa. Banyaknya rongga di sepertiga
segmen dentoalveolar dan mandibula. tengah wajah ini menyebabkan regio ini sangat
rentan terkena fraktur. Fraktur Le Fort dibagi atas
3, yaitu :
a. Le Fort I
Pada fraktur lefort tipe satu alveolus,
bagian yg menahan gigi pada rahang atas
terputus, dan mungkin jatuh ke dalam gigi
bawah. Ketidaksetabilan terjadi jika dilakukan
pemeriksaan fisik pada hidung dan gigi
incisivus. Garis Fraktur berjalan dari
sepanjang maksila bagian bawah sampai
dengan bawah rongga hidung. Disebut juga
dengan fraktur “guerin”. Kerusakan yang
mungkin :
1) Prosesus arteroralis
2) Bagian dari sinus maksilaris
3) Palatum durum
4) Bagian bawah lamina pterigoid

Gambar 2: Kerangka wajah

Maksila terbentuk dari dua bagian


komponen piramidal iregular yang berkontribusi
terhadap pembentukan bagian tengah wajah dan
bagian orbit, hidung, dan palatum. Maksila
berlubang pada aspek anteriornya untuk
menyediakan celah bagi sinus maksila sehingga
membentuk bagian besar dari orbit, nasal fossa,
oral cavity, dan sebagian besar palatum, nasal
cavity, serta apertura piriformis. Maksila terdiri dari
badan dan empat prosesus; frontal, zygomatic,
palatina, adan alveolar. Badan maksila
mengandung sinus maksila yang besar. Pada
masa anak-anak, ukuran sinus ini masih kecil, tapi Gambar 3. Le fort 1
pada saat dewasa ukuran akan mebesar dan
menembus sebagian besar struktur sentral pada
wajah.2

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

b. Le Fort II Fraktur Sepertiga Atas Wajah


Pada tipe dua terdapat ketidakstabilan Fraktur sepertiga atas wajah mengenai
setinggi os. Nasal. Garis fraktur melalui tulang tulang frontalis, regio supra orbita, rima orbita dan
hidung dan diteruskan ke tulang lakrimalis, sinus frontalis. Fraktur tulang frontalis umumnya
dasar orbita, pinggir infraorbita dan bersifat depressed ke dalam atau hanya
menyeberang ke bagian atas dari sinus mempunyai garis fraktur linier yang dapat meluas
maksilaris juga kea rah lamina pterogoid ke daerah wajah yang lain.6
sampai ke fossa pterigo palatine. Disebut juga
fraktur “pyramid”. Fraktur ini dapat merusak Fraktur Dentoalveolar
system lakrimalis, karena sangat mudah Fraktur dentoalveolar sering terjadi pada anak-
digerakkan maka disebut juga fraktur ini anak karena terjatuh saat bermain atau dapat pula
sebagai “floating maxilla (maksila yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor.
melayang) ” Struktur dentoalveolar dapat terkena trauma yang
langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung biasanya dapat menyebabkan trauma
pada gigi insisif sentral maksila karena
berhubungan dengan posisinya yang terekspos.6

Etiologi
- Terjadinya fraktur pada daerah 1/3 tengah
wajah adalah karena yang hebat, tetapi
kebanyakan oleh oleh karena kecelakaan
lalu lintas.6
- Fraktur maksilofasial dapat diakibatkan
karena tindak kejahatan atau
penganiayaan, kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan olahraga dan industri, atau
diakibatkan oleh hal yang bersifat patologis
yang dapat menyebabkan rapuhnya
Gambar 4. Le Fort 2 bagian tulang.7
- Fraktur pada midface seringkali terjadi
c. Le Fort III akibat kecelakan kendaraan bermotor,
Pada tipe tiga, fraktur dengan terjatuh, kekerasan, dan akibat trauma
disfungsi kraniofacial komplit. Tipe fraktur ini benda tumpul lainnya.4 Untuk fraktur
mungkin kombinasi dan dapat terjadi pada maksila sendiri, kejadiannya lebih rendah
satu sisi atau dua sisi. Garis Fraktur melalui dibandingkan dengan fraktur midface
sutura nasofrontal diteruskan sepanjang lainnya. Berdasarkan studi yang dilakukan
ethmoid junction melalui fissure orbitalis oleh Rowe dan Killey pada tahun 1995,
superior melintang kea rah dinding lateral ke rasio antara fraktur mandibula dan maksila
orbita, sutura zigomatikum frontal dan sutura melebihi 4:1. Beberapa studi terakhir yang
temporo-zigomatikum. Disebut juga sebaga dilakukan pada unit trauma rumah sakit-
“cranio-facial disjunction”. Merupakan fraktur rumah sakit di beberapa negara
yang memisahkan secara lengkap sutura menunjukkan bahwa insiden fraktur
tulang dan tulang cranial. Komplikasi yang maksila lebih banyak terkait dengan fraktur
mungkin terjadi pada fraktur ini adalah mandibula.2 Data lainnya juga dilaporkan
keluarnya cairan otak melalui atap ethmoid dari trauma centre level 1, bahwa diantara
dan lamina cribiformis. 663 pasien fraktur tulang wajah, hanya
25.5% berupa fraktur maksila.7,8

Gambaran Klinis dan Diagnosis


Mobilitas dan maloklusi merupakan
hallmark adanya fraktur maksila. Namun, kurang
dari 10 % fraktor Le Fort dapat terjadi tanpa
mobilitas maksila. Gangguan oklusal biasanya
bersifat subtle, ekimosis kelopak mata bilateral
biasanya merupakan satu-satunya temuan fisik.
Hal ini dapat terjadi pada Le Fort II dan III dimana
disrupsi periosteum tidak cukup untuk
menimbulkan mobilitas maksila.9
Anamnesis. Jika memungkinkan,
riwayat cedera seharusnya didapatkan sebelum
pasien tiba di departemen emergency.
Pengetahuan tentang mekanisme cedera
memungkinkan dokter untuk mencurigai cedera
Gambar 5. Fraktur Le Fort III
yang terkait selain cedera primer. Waktu diantara
cedera atau penemuan korban dan inisiasi
treatment merupakan informasi yang amat
berharga yang mempengaruhi resusitasi pasien.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tanda-tanda patah pada tulang rahang a. Sering terjadi fraktur multipel berbentuk
meliputi:9,10 fragmen 50 atau lebih.
a. Dislokasi, berupa perubahan posisi rahang yg b. Cedera pada saraf cranial yaitu pada: saraf
menyebabkan maloklusi atau tidak gigi infraorbital dan superior.
berkontaknya rahang bawah dan rahang atas c. Ethmoid, mungkin terjadi fraktur atau
b. Pergerakan rahang yang abnormal, dapat duramater robek yang menyebabkan
terlihat bila penderita menggerakkan rhinorrhea
rahangnya atau pada saat dilakukan d. Orbita, mungkin terjadi fraktur orbital blow out
c. Rasa sakit pada saat rahang digerakkan syndrome
d. Pembengkakan pada sisi fraktur sehingga e. Sirkulasi pada mata terganggu sehingga
dapat menentukan lokasi daerah fraktur. menyebabkan opthalmic canal syndrome.
e. Krepitasi berupa suara pada saat f. Sinus maksilaris mungkin penuh dengan
pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung darah.
tulang yang fraktur bila rahang digerakkan g. Duktus nasolakrimalis mungkin cedera
f. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa
mulut dan daerah sekitar fraktur. Pemeriksaan Penunjang
g. Discolorisasi perubahan warna pada daerah Pemeriksaan Radiologi, pada kecurigaan
fraktur akibat pembengkakan fraktur maksila yang didapat secara klinis,
h. Disability, terjadi gangguan fungsional berupa pemeriksaan radiologi dilakukan untuk
penyempitan pembukaan mulut. mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan radiologi
i. Hipersalivasi dan Halitosis, akibat dapat berupa foto polos, namun CT scan
berkurangnya pergerakan normal mandibula merupakan pilihan untuk pemeriksaan diagnostik.
dapat terjadi stagnasi makanan dan Teknik yang dipakai pada foto polos diantaranya;
hilangnya efek “self cleansing” karena waters, caldwell, submentovertex, dan lateral
gangguan fungsi pengunyahan. view.11
j. Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, Jika terjadi fraktur maksila, maka ada
biasanya bila fraktur terjadi di bawah nervus beberapa kenampakan yang mungkin akan kita
alveolaris. dapat dari foto polos. Kenampakan tersebut
k. Inspeksi. Epistaksis, ekimosis (periorbital, diantaranya; opasitas pada sinus maksila,
konjungtival, dan skleral), edema, dan pemisahan pada rima orbita inferior, sutura
hematoma subkutan mengarah pada fraktur zygomaticofrontal, dan daerah nasofrontal. Dari
segmen maksila ke bawah dan belakang film lateral dapat terlihat fraktur pada lempeng
mengakibatkan terjadinya oklusi prematur pterigoid. Diantara pemeriksaan CT scan, foto
pada pergigian posterior. yang paling baik untuk menilai fraktur maksila
l. Palpasi. Palpasi bilateral dapat menunjukkan adalah dari potongan aksial. Namun potongan
step deformity pada sutura koronal pun dapat digunakan untuk mengamati
zygomaticomaxillary, mengindikasikan fraktur maksila dengan cukup baik. Adanya cairan
fraktur pada rima orbital inferior. pada sinus maksila bilateral menimbulkan
m. Manipulasi Digital. Mobilitas maksila dapat kecurigaan adanya fraktur maksila.11
ditunjukkan dengan cara memegang dengan Dibawah ini merupakan foto CT scan
kuat bagian anterior maksila diantara ibu jari koronal yang menunjukkan fraktur Le Fort I,II, dan
dengan keempat jari lainnya, sedangkan III bilateral. Dimana terjadi fraktur pada buttress
tangan yang satunya menjaga agar kepala maksilari medial dan lateral di superior maupun
pasien tidak bergerak. Jika maksila inferior (perpotongan antara panah hitam dan
digerakkan maka akan terdengar suara putih). Perlu dilakukan foto CT scan aksial untuk
krepitasi jika terjadi fraktur. mengkonfirmasi diagnosis dengan mengamati
n. Cerebrospinal Rhinorrhea atau Otorrhea. adanya fraktur pada zygomatic arch dan buttress
Cairan serebrospinal dapat mengalami pterigomaksilari.12
kebocoran dari fossa kranial tengah atau
anterior (pneumochepalus) yang dapat dilihat
pada kanal hidung ataupun telinga. Fraktur
pada fossa kranial tengah atau anterior
biasanya terjadi pada cedera yang parah. Hal
tersebut dapat dilihat melalui pemeriksaaan
fisik dan radiografi.
o. Maloklusi Gigi. Jika mandibula utuh, adanya
maloklusi gigi menunjukkan dugaan kuat ke
arah fraktur maksila. Informasi tentang
kondisi gigi terutama pola oklusal gigi
sebelumnya akan membantu diagnosis
dengan tanda maloklusi ini. Pada Le Fort III
pola oklusal gigi masih dipertahankan, namun
jika maksila berotasi dan bergeser secara
signifikan ke belakang dan bawah akan
terjadi maloklusi komplit dengan kegagalan
gigi-gigi untuk kontak satu sama lain.
Fraktur pada sepertiga tengah wajah Gambar 6. CT Scan Koronal
pasien mempunyai gambaran yang tidak
menguntungkan karena dapat menyebabkan:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Banyaknya komponen tulang yang sebelum fraktur, tapi juga proyeksi, lebar, dan panjang
terlibat dalam fraktur maksila, membuat klasifikasi wajah serta integritas kavitas nasal, orbita dan kontur
ini cukup sulit untuk diterapkan. Untuk soft tissue. Tujuan tersebut dicapai dengan melakukan
memudahkan tugas dalam mengklasifikasikan CT scan potongan tipis, reduksi terbuka ekstensif
fraktur maksila, terdapat tiga langkah yang bisa semua fraktur, stabilisasi rigid menggunakan plat dan
diterapkan.12,13 sekrup, cangkok tulang apabila terdapat gap akibat
Pertama, selalu memperhatikan hilangnya segmen tulang, dan reposisi selubung soft
prosesus pterigoid terutama pada foto CT scan tissue.15
potongan koronal. Fraktur pada prosesus
pterigoid hampir selalu mengindikasikan bahwa
fraktur maksila tersebut merupakan salah satu
dari tiga fraktur Le Fort. Untuk terjadinya fraktur Le
Fort, prosesus pterigoid haruslah mengalami
disrupsi.
Kedua, untuk mengklasifikasikan fraktur
tipe Le Fort, perhatikan tiga struktur tulang yang
unik untuk masing-masing tipe yaitu; margin
anterolateral nasal fossa untuk Le Fort I, rima
orbita inferior untuk Le Fort II, dan zygomatic arch
untuk Le Fort III. Jika salah satu dari tulang ini
masih utuh, maka tipe Le Fort dimana fraktur pada
tulang tersebut merupakan ciri khasnya, dapat
dieksklusi. Ke-tiga, jika salah satu tipe fraktur
sudah dicurigai akibat patahnya komponen unik
tipe tersebut, maka selanjutnya lakukan
konfirmasi dengan cara mengidentifikasi fraktur-
fraktur komponen tulang lainnya yang seharusnya
juga terjadi pada tipe itu.
Skema dibawah ini menunjukkan
komponen unik untuk masing-masing tipe Le Fort.
Pada Le Fort I, margin anterolateral nasal fossa
(tanda panah) mengalami fraktur, struktur ini tetap
utuh pada Le Fort II dan III. Sedangkan pada Le
Fort II, rima orbita inferior (tanda panah) yang Gambar 8: Penatalaksanaan
mengalami fraktur, tapi utuh pada Le Fort I dan III.
Pada Le Fort III, yang mengalami fraktur adalah Tujuan perawatan fraktur Le fort:14
zygomatic arch (tanda panah) namun utuh pada 1. Memperbaiki jalan nafas
Le Fort I dan II. Pasien mengalami sulit bernafas, karena :
a. Jalan nafas tersumbat oleh darah
b. Palatum mole tertarik dibawah lidah oleh
pergeseran karena fraktur
tersebut.
2. Mengontrol pendarahan
3. Agar gigi dapat menggigit secara normal
4. Untuk mencegah deformitas dengan
melakukan reduksi pada fraktur hidung dan
zigoma.

Fiksasi Maksilomandibular
Teknik ini merupakan langkah pertama
dalam treatment fraktur maksila untuk
Gambar 7. Komponen Unik Masing-Masing Tipe memungkinkan restorasi hubungan oklusal yang
Le Fort tepat dengan aplikasi arch bars serta kawat
interdental pada arkus dental atas dan bawah.
PENATALAKSANAAN Prosedur ini memerlukan anestesi umum yang
Penatalaksanaan pada fraktur maksila diberikan melalui nasotracheal tube. Untuk ahli
meliputi penegakan airway, kontrol pendarahan, bedah yang sudah berpengalaman dapat pula
penutupan luka pada soft tissue, dan menempatkan diberikan melalui oral endotracheal tube yang
segmen tulang yang fraktur sesuai dengan posisinya ditempatkan pada gigi molar terakhir.
melalui fiksasi intermaksilari. Sebelumnya, fraktur Tracheostomy biasanya dihindari kecuali terjadi
midface direkonstruksi dengan teknik yang pertama kali perdarahan masif dan cedera pada kedua rahang,
diperkenalkan oleh Milton Adams. Adam karena pemakaian fiksasi rigid akan memerlukan
mendeskripsikan reduksi terbuka direk dan fiksasi operasi selanjutnya untuk membukannya.16
internal rima orbita serta kombinasi reduksi tertutup
dengan fiksasi maksilomandibular midface bawah dan Akses Fiksasi
kompresi menggunakan kawat. Namun teknik ini Akses untuk mencapai rangka wajah
menyebabkan wajah pasien memendek dan tetap dilakukan pada tempat-tempat tertentu dengan
mengalami retrusi. Sekarang ini treatment fraktur Le pertimbangan nilai estetika selain kemudahan
Fort tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki oklusi untuk mencapainya. Untuk mencapai maksila

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

anterior dilakukan insisi pada sulkus oklusi diperiksa kembali. Apabila terjadi gangguan
gingivobuccal, rima infraorbital, lantai orbital, dan oklusi pada saat itu, berarti fiksasi rigid harus
maksila atas melalui blepharoplasty (insisi dilepas, MMF dipasang kembali, reduksi dan
subsiliari). Daerah zygomaticofrontal dicapai fiksasi diulang.16
melalui batas lateral insisi blepharoplasty. Untuk
daerah frontal, nasoethmoidal, orbita lateral, arkus Resuspensi Soft tissue
zygomatic dilakukan melalui insisi koronal bila Pada saat menutup luka, soft tissue yang
diperlukan.16 telah terpisah dari rangka dibawahnya
ditempelkan kembali. Untuk menghindari dystopia
lateral kantal, displacement massa pipi malar ke
Reduksi Fraktur inferior, dan kenampakan skleral yang menonjol,
Segmen-segmen fraktur ditempatkan dilakukan canthoplexy lateral dan penempelan
kembali secara anatomis. Tergantung pada kembali massa soft tissue pipi pada rima
kompleksitas fraktur, stabilisasi awal sering infraorbita.16
dilakukan dengan kawat interosseous. CT scan
atau visualisasi langsung pada fraktur membantu Fraktur Sagital dan Alveolar Maksila
menentukan yang mana dari keempat Pada fraktur ini dapat terjadi rotasi pada
pilar/buttress yang paling sedikit mengalami segmen alveolar denta, dan merubah lebar wajah.
fraktur harus direduksi terlebih dahulu sebagai Sebagian besar terjadi mendekati garis tengah
petunjuk restorasi yang tepat dari panjang wajah. pada palatum dan keluar di anterior diantara gigi-
Sedangkan fiksasi maksilomandibular dilakukan gigi kuspid. Fraktur sagital dan juga tuberosity
untuk memperbaiki lebar dan proyeksi wajah.11 dapat distabilkan setelah fiksasi
maksilomandibular dengan fiksasi sekrup dan plat
Stabilisasi Plat dan Sekrup pada tiap buttress nasomaksilari dan
Fiksasi dengan plat kecil dan sekrup zygomaticomaxillary.5,15
lebih disukai. Pada Le Fort I, plat mini ditempatkan
pada tiap buttress nasomaxillary dan Perawatan Postoperative Fraktur Maksila
zygomaticomaxillary. Pada Le Fort II, fiksasi Manajemen pasca operasi terdiri dari
tambahan dilakukan pada nasofrontal junction perawatan secara umum pada pasien seperti
dan rima infraorbital. Pada Le Fort III, plat mini kebesihan gigi dan mulut, nutrisi yang cukup, dan
ditempatkan pada artikulasi zygomaticofrontal antibiotik selama periode perioperasi.16
untuk stabilisasi. Plat mini yang menggunakan Perawatan segera jika terjadi cedera
sekrup berukuran 2 mm dipakai untuk stabilisasi maksilofasial, termasuk pada fraktur le fort.3
buttress maksila. Ukuran yang sedemikian kecil 1. Apakah Pasien dapat bernapas, jika sulit :
dipakai agar plat tidak terlihat dan teraba. a. Ada obstruksi
Kompresi seperti pada metode yang dijukan oleh b. Palatum mole tertarik ke bawah lidah
Adam tidak dilakukan kecuali pada daerah c. Lidahnya jatuh kearah belakang atau tidak
zygomaticofrontal. Sebagai gantinya maka 2. Palatum Mole apakah, tertarik ke arah lidah.?
dipakailah plat mini agar dapat beradaptasi secara Kait dg jari tangan anda mengelilingi
pasif menjadi kontur rangka yang diinginkan. bagian belakang palatum durum, dan tarik tulang
Pengeboran untuk memasang sekrup dilakukan wajah bag tengah dengan lembut kearah atas dan
dengan gurdi bor yang tajam dengan diameter depan untuk memperbaiki jalan napas dan sirkulasi
yang tepat. Sebelumnya sekrup didinginkan untuk mata. Reduksi ini diperlukan pengetahuan dan
menghindari terjadinya nekrosis dermal tulang ketrampilan yang baik juga gaya yg besar jika
serta dilakukan dengan kecepatan pengeboran fraktur terjepit dan reduksi tidak berhasil, maka
yang rendah. Fiksasi maksilomandibular dengan dilakukan tracheostomi. Untuk melepaskan
traksi elastis saja dapat dilakukan pada fraktur Le himpitan tulang pegang alveolus maksilaris
Fort tanpa mobilitas. Namun, apabila dalam dengan forcep khusus (Rowe’s) atau forcep
beberapa hari oklusi tidak membaik, maka bergerigi tajam, yg kuat dan goyangkan.
dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi internal.15,16 3. Jika lidah atau rahang bawah jatuh ke arah
belakang
Cangkok Tulang Primer a. Lakukan beberapa jahitan atau jepitan handuk
Tulang yang rusak parah atau hilang saat melaluinya, dan secara lembut tarik kearah
fraktur harus diganti saat rekonstruksi awal. Bila depan, lebih membantu jika posisi pasien
Gap yang terbentuk lebih dari 5 mm maka harus berbaring, saat evakuasi sebaiknya
digantikan dengan cangkok tulang. Cangkok dibaringkan pada salah satu sisi.
tulang diambil dari kranium karena b. Catatan : Tapi jika pernapasan
aksesibilitasnya (terutama jika diakukan insisi membahayakan dan perlu merujuk maka
koronal), morbiditas tempat donor diambil sebaiknya dilakukan tracheostomi tetapi untuk
minimal, dan memiliki densitas kortikal tinggi pembebasan airway segera krikotirodotomi
dengan volum yang berlimpah. Pemasangan 4. Jika cedera rahang yang berat dan kehilangan
cangkokan juga dilakukan dengan plat mini dan banyak jaringan
sekrup. Penggantian defek dinding antral lebih Pada saat mengangkutnya, baringkan
dari 1.5 cm bertujuan untuk mencegah prolaps pasien dg kepala pada salah satu ujung usungan
soft tissue dan kelainan pada kontur pipi.15 dan dahinya ditopang dg pembalut diantara
pegangan.
Pelepasan Fiksasi Maksilomandibular 5. Jika pasien merasakan lebih enak dengan posisi
Setelah reduksi dan fiksasi semua fraktur duduk
dilakukan, fiksasi maksilomandibular dilepaskan,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

a. Biarkan posisi demikian karena kemungkin kecelakaan komplikasi yang terjadi syok dan
jalan napas akan membaik dengan cepat tekanan pada saraf, ligament, tendon, otot,
ketika ia melakukannya. pembuluh darah atau jaringan sekitarnya.
b. Isap mulutnya dari sumbatan bekuan darah Komplikasi post operatif berhubungan
dan lain-lain. dengan penatalaksanaan fraktur rahang termasuk
c. Jalan napas buatan (OPA, ETT) mungkin tidak maloklusi, osteomyelitis, sequester tulang,
membantu penundaan union, non union, deformitas wajah,
6. Jika hidungnya cedera parah dan berdarah fistula oronasal dan berbagai macam
Isap bersih dan pasang NPA atau pipa abnormalitas bentuk gigi.
karet tebal yang sejenis ke satu sisi Perlu dilakukan Maloklusi postoperasi, komplikasi serius
Trakheostomi jika ditemukan hal-hal dibawah ini: pada tatalaksana fraktur rahang, dapat dicegah
1) Tidak dapat melepaskan himpitan fraktur atau dengan assesment yang hati-hati dan sering pada
mereduksi fraktur pada sepertiga wajah oklusi yang benar selama reduksi dan stabilisasi
pasien . lokasi fraktur. Pilihan penatalaksanaan untuk
2) Tidak dapat mengontrol perdarahan yang maloklusi post operatif meliputi pencabutan
berat. segera alat fixasi, diikuti reduksi. Ekstraksi selektif
3) Edema glottis. dari gigi yang malokusi menyebabkan pasien
4) Cedera berat dengan kehilangan banyak menutup mulut secara jelek setelah operasi.
jaringan. Tetapi hal ini dianggap sebagai tehnik reduksi
Perawatan pada cedera maksilofacial yang dimaklumi.15
1. Jika pasien sadar. Osteomyelitis dan sequestrasi tulang
Dudukan pasien menghadap mungkin muncul setelah fraktur rahang. Gigi yang
kedepan agar lidah, saliva, dan darah mengalir sakit pada lokasi fraktur dapat memicu semua
keluar. komplikasi ini. Komplikasi ini sering dihubungkan
2. Jika pasien tidak sadar. dengan delayed dan non union yang terdiagnosa
Saat perawatan perlu ditidurkan secara radiologis. Pembuangan squester tulang
pada posisi recoveri dan hati – hati bila ada dan gigi yang sakit sering menghasilkan
cidera lain yang membahayakan. penyatuan tulang.15
Dan apabila akan dilakukan operasi tetap
siapkan sebagai operasi dengan general anastesi.
Untuk kebersihan dan disinfeksi apabila pasien DAFTAR PUSTAKA
sadar disuruh untuk kumur –kumur dengan:
a. Cairan kumur clorheksidin 0,5 % 1. Ovchinsky a, turk jb. Trauma tulang dan jaringan
b. Larutan garam 2% lunak pada wajah. In lucent FE, Har-EL G, editor.
c. Jika tidak mungkin kumur dengan air bersih Ilmu tht esensial edisi 5. Jakarta: ECG.2012:457-
Hasil yang diharapkan dari perawatan 475
pada pasien fraktur maksilofasial adalah 2. Standring S. Gray Anatomy The Anatimy Basic of
penyembuhan tulang yang cepat, normalnya Clinical Practice. Amsterdam: Elsevier.2016
kembali okular, sistem mastikasi, dan fungsi 3. Moore KL, Dalley AF. Anatomi Berorientasi Klinis
nasal, pemulihan fungsi bicara, dan kembalinya Edisis ke 5. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2013: 5-7
estetika wajah dan gigi. Selama fase perawatan 4. Bangun K, Klarisa C. Trauma Wajah. In Tanto C,
dan penyembuhan, penting untuk meminimalisir Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, editor. Kapita
efek lanjutan pada status nutrisi pasien dan Selekta Kedokteran essentials of medicine. Edisi 4.
mendapatkan hasil perawatan dengan Jakarta: Media Aesculapius. 2016: 259-263
minimalnya kemungkinan pasien merasa tidak 5. Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connell PR. Bailley
nyaman.15 and Love’s Short Practice Surgery 26th Edition.
England: Taylor and Prancis Group. 2013:341-350
Prognosis15 6. Muchlis. Gambaran Fraktur Maksilofasial akibat
Fiksasi intermaksilari merupakan Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda
treatment paling sederhana dan salah satu yang Motor. Universitas Sumatera Utara. 2011
paling efektif pada fraktur maksila. Jika teknik ini 7. Guruprasad, Y., et al. 2014. An Assesment of
dapat dilakukan sesegera mungkin setelah Etiological Sprectrum and Injury Characteristics
terjadifraktur, maka akan banyak deformitas among Maxillofacial Trauma Patients of
wajah akibat fraktur dapat kita eliminasi. Govemment Dental Collage and Research Institute,
Mandibula yang utuh dalam fiksasi ini dapat Bangalore. Journal of National Science Biology and
membatasi pergeseran wajah bagian tengah Medicine 5: 47-51
menuju ke bawah dan belakang, sehingga 8. Ykade, R.B.A., et al. Epidemiological Profile of 277
elongasi dan retrusi wajah dapat dihindari. Patient with Facial Fracture Treated at the
Sedangkan fraktur yang baru akan ditangani Emergency Room at the EN Departement of
setelah beberapa minggu kejadian, dimana sudah Hospital do Trabalhador in Curitiba in 2010.
mengalami penyembuhan secara parsial, hampir International Archives of Otorhinolaryngology 16.
tidak mungkin untuk direduksi tanpa full open 2012.
reduction, bahkan kalaupun dilakukan tetap sulit 9. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
untuk direduksi. RD. Buku Ajar Ilmu Keseshatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke 7. Jakarta:
Komplikasi16 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
Komplikasi terbagi dua pada saat 10. Fraioli RE, Branstetter BF, Deleyiannis FWB. Facial
kecelakaan atau luka dan setelah Fracture: Beyond Le Fort Otolaryngol Clin N. Am.
penatalaksanaan atau operasi. Pada saat 2013; 41: 51-76

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018


Dokter Muda THT-KL Periode Maret – April 2018 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

11. Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s Orrthorinology


Head and Neck Surgery. Sixtenth Edition. Chocago:
BC Decker Inc; 2013
12. Ajmal S, Khan A K, Jadoon H, Malik S A.
Management protocol of mandibular fractures at
Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad, 2012(19) :3
13. Zimmerman, C.E., Troulis, M. J., dan Kaban, L.B..
Pediatric Facial Fracture, Recent Advances in
Prevention, diagnosis and management, Int J. Oral
Maxillofacial Surg, 2013(35):2-13
14. Shewati Al, MD. Initial Evaluation and Management
of Maxilofacial Injuries. American Medical
Association; 2016
15. Pedlar J, Frame JW. Oral and maxillofacial surgery
an objective-based textbook second edition.
Churchill Livingstone: Elseiver. 2014: 185-195
16. Munir M, Widiarni D, Trimartani. Dalam buku ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan tenggorok edisi
ketujuh. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J (ed).
Jakarta: Badan penerbit FK UI. 2012: 181-185

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2018

Вам также может понравиться