Вы находитесь на странице: 1из 2

2.

5 Serabut Kelapa Sawit


Serabut adalah bahan bakar padat yang bebentuk seperti rambut, apabila telah
mengalami proses pengolahan berwarna coklat muda, serabut ini terdapat dibagian kedua dari
buah kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit.didalam serabut dan daging buah sawitlah
minyak CPO terkandung. Panas yang dihasilkan serabut jumlahnya lebih kecil dari yang
dihasilkan oleh cangkang, oleh karena itu perbandingan lebih besar serabut dari pada
cangkang.disamping serabut lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian serabut
yang berlebihan akan berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat
proses perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan dalam
ruang dapur dan menutupi pipa water wall,disamping mempersulit pembuangan dari pintu
ekspansion door (Pintu keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan.Pada fiber terdapat kandungan antara lain kalium (K) sebesar 9,2 %, natrium (Na)
sebesar 0,5 %, kalsium (Ca) 4,9 %, klor (Cl) sebesar 2,5 %, karbonat (CO3) sebesar 2,6 %,
nitrogen (N) sebesar 0,04 % posfat (P) sebesar 1,4 % dan silika (SiO2) sebsesar 59,1 %. Abu
Fiber sawit mengandung banyak silika, mencapai ± 60%. Selain itu,abu sawit juga
mengandung ion alkali (kalium dan natrium. Briket adalah sumber energi alternatif pengganti
minyak tanah dan elpiji dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai. Dengan
penggunaan briket sebagai bahan bakar, maka kita dapat memanfaatkan limbah produksi yang
mudah didapat. Selain itu, penggunaan briket dapat menghemat pengeluaran biaya untuk
membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan limbah produksi sebagai bahan
pembuatan briket maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil produksi sekaligus
mengurangi resiko pertumbuhan sarang penyakit, karena selama ini yang ada hanya dibiarkan
begitu saja. Briket yang dikenal sekarang ini adalah briket batu bara, namun batu bara
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga lama – kelamaan akan
habis. Sabut (serabut) kelapa atau dalam bahasa jawa biasa disebut sepet merupakan bagian
yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri
dari serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian
yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut),
dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Sabut kelapa ini banyak dimanfaatkan sebagai kerajinan
tangan maupun sebagai media tanam, sabut kelapa juga digunakan sebagai bahan bakar
pengganti kayu oleh para penduduk desa.
2.6 Bungkil Kelapa Sawit
Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bungkil inti sawit (BIS) adalah hasil ikutan dari ekstraksi
inti sawit yang diperoleh melalui proses kimia dan mekanik. Bungkil inti sawit (BIS) cukup
potensial digunakan sebagai pakan unggas. Pada saat ini Indonesia menyandang posisi sebagai
produsen utama kelapa sawit terbesar di dunia, yang pada tahun 2011 produksi kelapa sawit
Indonesia 24,1 juta ton dan pada tahun 2012 memiliki target produksi 25,9 juta ton (BPS,
2011). Menurut Sukria (2009) bungkil inti sawit dapat berperan sebagai sumber penguat atau
konsentrat pada pakan karena nilai nutrisi yang tinggi. Kandungan protein yang bervariasi (16
–19%) dipengaruhi oleh kualitas buah sawit dan sistem pengolahannya. Amri (2006)
menjelaskan tentang potensi bungkil inti sawit sebagai bahan pakan mengandung 15,43%
protein kasar, 15,47% serat kasar, 7,71% lemak, 0,83% Ca, 0,86% P dan 3,79% abu. Protein
pada bungkil inti sawit memiliki kualitas yang baik meski lebih rendah nilainya dibanding
bahan pakan sumber protein lain, salah satu kelemahan bungkil inti sawit adalah tingkat
palatabilitasnya yang rendah.
Bungkil inti sawit ditambah air sebanyak 600 ml per kg BIS, kemudian ditiriskan, agar tidak
terlalu basah. Bahan yang telah ditiriskan, dikukus dandibiarkan sampai uap air keluar dan
ditutup, kemudiandibiarkan selama 30 menit. Proses selanjutnyadidinginkan hingga suhunya
± 70oC dan diaduk bersama campuran mineral (KOMPIANG et al.,1994).Setelah itu
dicampur dengan kapang Aspergillus niger sebanyak 6-10 g per kilogram bahan, diaduk
sampaimerata dan dimasukkan ke dalam loyang plastik (tray
).Selanjutnya difermentasi pada suhu 30
o
C selama 3hari, kemudian dilakukan proses enzimatis selama 2hari dengan cara dipadatkan
dalam kantong plastik dengan kondisi hampa udara. Pada proses enzimatisdipergunakan suhu
ruang dan 40
o
C. Tahap selanjutnyaadalah pengeringan dalam oven pada suhu 60
°
Cselama lebih kurang 2 hari

Вам также может понравиться