Вы находитесь на странице: 1из 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt tuhan semesta alam karena atas izin
dan kehendaknya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampuhkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem
pemerintahan daerah. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai
otonomi daerah. Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang
dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan
penulisan makalah ini. Oleh karena itu sepatunya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing kami yang telah memberikan limpahan ilmu brguna pada kami. Kami menyadari
akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah berusaha
semaksimal mungkin tapi banyak kekurangan disan-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang. Harap kami makalah
ini dapat track record dan menjadi referensi bagi kami dan mengurangi masa depan. Kami
juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang yang membacanya.

Cirebon, 1 September 2015

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KataPengantar....................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
C. Metode Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Otonomi Daerah ........................................................................................................ 3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 10
B. Daftar Pustaka .......................................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas


desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah. Pasal 18 UUD 1945 dan perubahannya menyatakan
pembagian daerah indonesia atas daerah besar dan daerah kecil , dengan
bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang.
Isitilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti namos
yang berarti undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat
diartikan sebagai kewenangan. Oleh karena itu , perlu ditelaah dengan
lebih lanjut bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia ,
karena pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan sesuatu yang vital bagi
jalannya roda pemerintahan.
TUJUAN PENULISAN
Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah
dan individu yang peduli terhadap pendidikan,khususnya peningkatan mutu
pendidikan. Menambahkan kesadaran bahwa tak semuanya otonomi daerah
dapat mensejahterakan masyarakat maupun sebaliknya. Memenuhi tugas
makalah kelompok dalam mata kuliah kewarganegaraan pancasila .
METODE PENULISAN
Dari beberapa metode penulisan yang ada,penusunan makalah ini penulis
menggunakan metode kepustakaan dimana selain mendapatkan materi
makalahnya dari buku-buku mengenai otonomi daerah dan UU otonomi daerah
serta penulis juga menggunakan media internet untuk mendukung data-data
yang sudah ada,mengingat keterbatasan waktu maka melalui internet data
mudah didapatkan dan cepat serta efisien.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada


pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam rangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncullah Otonomi bagi suatu
pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnyya adalah isilah dalam
keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan
kewenangan.
Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah pelaksanaan , Otonomi Daerah selain berlandasan pada acuan
hukum juga sbagai implementasi tuntunan globalisasi yang harus di berdayakan
cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas,dan bertanggung jawab.
Dasar hukum :
- UUD RI tahun 1945
- Ketua MPR RI nomer XV / MPR / 1998 tentang penyelenggaraan
Otonomi Dareah , pengaturan , pembagian .
- Ketetapan MPR RI nomer IV / MPR / 2000 tentang rekomendasi
kebijakan dalam penyelenggaraan daerah
- UU No.31 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
- Pelaksanaan Otonomi daerah adalah merupakan titik fokus yang penting
dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Otonomi daerah berlaku di indonesia melalui UUD NO.22 tahun 1999 tentang
negara republik indonesia.

Tujuan

- Peningkatan pelayaan masyarakat semakin baik


- Pengembangan kehidupan demokrasi
- Keadilan sosial
- Pemerataan wilayah daerah
- Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam
rangka keutuhan NKRI
- Mendorong pemerdayaan masyarakat
2. CIRI-CIRI
 Negara kesatuan
1) Setiap daerah memiliki perda (di bawah UU )
2) Perda terikat dengan UU
3) Hanya presiden berwenang mengatur hukum

 Negara Federal
1) Setiap daerah mempunyai UUD daerahyang tidak bertentangan
dengan UUD negara (hukum tersendiri)
2) UUD daerah tidak terikat dengan UU negara

Presiden berwenang UUD daerah yang tidak bertentangan dengan


UUD negara (hukum tersendiri).

Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang merupakan salah
satu wujud politik dan strategi nasional secara teortis telah memberikan dua bentuk
otonomi daerah kepada dua daerah,yaitu otonomi terbatas bagi daerah propinsi dan
otonomi luas bagi daerah kabupaten/kota. Konsekuensinya,kewenangan pusat menjadi
dibatasi. Dengan ditetapkannyaUU No.22 tahun 1999,secara legal formal UU itu
menggantikan UU No.5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah dan UU
No.5 tahun 1979 tentang pemerintah desa. Perbedaan antara Undang-Undang yang
lama dan yang baru ialah :

1. Undang-undang yang lama, titik pandang kewenangan di mulai dari pusat (central
government looking)
2. Undang-undang yang baru, titik pandang kewenangan di mulai dari daerah (local
government looking) undang-undang no 22 tahun1999 tentang otonomi daerah
sesuai dengan tuntutan reformasi yang mengharapkan adanya pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya untuk semua daerah, yang pada giliranya di
harapkan dapat mewujudkan masyarakat madani (civil society)

Pengertian Otonomi Menurut Para Ahli

Dikutip Abdurahman (1997) mengemukakan bahwa

1. F. Sugeng istianto,mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk


mengatur dan mengurus rumah tangga darah
2. Ateng syarifuddin mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan
atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau
kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggung
jawabkan
3. Syarif Saleh berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan
pemerintahan daerah sendiri hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
Pendapat lain dikemukakan oleh :

1. Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah adalah pemerintahan oleh


untuk rakyat dibagian wilayah nasional suatu negara secara inforfal berada
diuar pemerintahan pusat.
2. Philif Mahwood (1983) mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu
pemerintahan daerah yang mempunyai kewenangan sendiri yang
keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah
guna mengalokasikan sumber material subtansial tentang fungsi-fungsi yang
berbeda dengan otonomi daerah tersebut
3. Marium (1979) bahwa denagn kebebasan yang di miliki pemerintah daerah
memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri

 Otonomi daerah dalam undang-undang

Kebebasan yang terbatas atau kemandirian tersebut adalah wujud kesempatan


pemberian yang harus di pertanggung jawabkan.dengan demikian hak dan kewajiban
serta kebebasan bagi daerah untuk menyelenggarakan unsur-unsurnya sepanjang
sanggup untuk melakukannya dan penekanannya lebih besifat otonomi yang luas

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangn (pasal 1 huruf (H) UU No.22
tahun 1999 tentang pemerintah daerah.

 Dasar-dasar hukum otonomi daerah

Otonomi daerah berpijak pada dasar perundang-undangan yang kuat yakni:

1. Undang-undang dasar

Sebagaimana telah disebut diatas undang-undang dasar 1945 merupakan landasan


yang kuat untuk menyelenggarakan otonomi daerah pasal 18 UUD menyebutkan
adanya pembagian pengelolaan pemerintah pusat dan daerah

2. Ketetapan MPR-RI

Tap MPR.RI No.XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah


pengaturan,dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta
perimbangan kekurangan pusat dan daerah dalam rangka negara kesatuan republik
indonesia
3. Undang-undang

Undang-undang No.22/1999 tentang pemerintahan daerah pada prinsifnya mengatur


penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas
desentralisasi. Hal-hal yang mendasar dalam UU No.22/1999 adalah mendorong untuk
pemberdayaan untuk masyarakat,mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

Dari tiga dasar perundang-undangan tersebut diatas tidak diragun lagi bahwa
pelaksanaan otonomi daerah memiliki dasar hukum yang kuat. Tinggal
permasalahannya adalah bagaimana dengan dasar hukum yang kuat
tersebut,pelaksanaan otonomi daerah bisa dijalankan secara optimal.

 POKOK-POKOK PENYELENGARAAN
Pokok-pokok penyelenggaraan otonomi daerah meliputi:
 Penyerahan kewenangan pemerintah dalam hubngan domestik kepada daerah.
Kecuali untuk bidang keungan dan moneter,politik luar
negeri,peradilan,pertahanan,keagamaan serta beberapa bidang kibijakan yang
bersifat strategis nasional.
 Dalam otonomi pemerintahan daerah terbagi atas dua ruang lingku,bukan
tingkatan yaitu daerah kabupaten dan kota iberi status otonomi penuh dan
provinsi yang diberi otonomi terbatas.
 Adanya penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah
 Peniingkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui pembenahan
organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai dengan ruang lingkup
kewenangan yang telah didesentralisasikan setara dengan beban tugas yang
dipikul.
 Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan yang jelas
atas sumber-sumber pendapatan negara dan daerah.
 Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai lokal yang
bersifat kondusif terhadap upaya memelihara harmoni sosial dan solidaritas
sosial suatu bangsa.
PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

Berdasar pada UU No.22/1999sebagai berikut :

1) Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan


aspek-aspek demokrasi,keadilan,pemerataan,serta potensi dan keaneka
ragaman daerah.
2) Pelaksanaan otonomi daerah di dasarkan pada otonomi luas,nyata dan
bertanggung jawab.
3) Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh di letakan pada daerah
kabupaten dan daerah kota,sedangkan otonomi daerah provinsi
merupakan otonomi teerbatas.
4) Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara
sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
serta antara daerah.
5) Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonom,dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota
tidak ada lagi wilayah administrasi.
6) Kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak lain seperti
badan otoritas,kawasan pelabuhan,kawasan pertambangan,kawasan
kehutanan,kawasan perkotaan,kawasan wisata dll.
7) Pelaksanaan asas dekomenstrasi di letakan pada daerah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintah tertentu yang di limpahkan kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah.
8) Pelaksanaan asastugas pembantuan di mungkinkan,tidak hanya dari
pemerintah daerah kepada desa yang di sertai dengan pembiayaan,
sarana da prasarana.
 Manfaat otonomi Daerah
 Pebentukan daerah
Adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai daerah
provinsi,daerah kabupaten,dan daerah kota.
 Pemekaran daerah
Adalah pemecahan daerah provinsi,daerah kabupaten,dan daerah
kota menjadi lebih dari satu daerah.
 Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan fungsi badan
legislatif
 Dewan pertimbangan otonomi daerah
Adalah forum konsultasi otonomi daerah di tingkat pusat yang
bertanggung jawab kepada presiden.
 Ruang
Adalah wadah yang meliputi ruang daratan,ruang lautan,dan
ruang udara sebagai suatu kesatuan wilayah.
 Tata ruang
Adalah wujud stuktural dan pola pemanfaatan ruang,baik di
rencanakan maupun tidak.
 Prasarana dan sarana wilayah
Adalah kelengkapan dasar fisik wilayah yang memungkinkan
wilayah dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
 Satuan wilayah pengembangan (SWP)
Adalah suatu wilayah dengan semua kota di dalamnya
mempunyai hubungan hirarki yang terkait oleh sistem jaringan jalan
sebagai prasarana hubungan darat.
 Geografis
Adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bentuk
permukaan,iklim, penduduk,fauna,flora,dan potensi kegiatan
ekonomi.

 Aksebilitas
Adalah keadaan atau ketersediaan hubungan dari satu tempat
ke tempat lainnya atau kemudahan seseorang atau kendaraan untuk
bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
aman,nyaman,serta pencepatan yang wajar.

 Otonomi daerah di Indonesia

Terdapat dua nilai dasar yang di kembangkan dalam UUD 1945


berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di
indonesia,yaitu:

1) Nilai unitaris,yang di wujudkan dalam pandangan


bahwa indonesia tidak mempunyai kesatuan
pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara
(“Eenheidstaat”), yang artinya kedaulatan yang melekat
pada rakyat,bangsa dan negara republik indonesia tidak
akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintah.
2) Nilai dasar Desentralisasi Teritorial, dari isi dan jiwa
pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 beserta
penjelasannya sebagaimana sebutkan di atas maka
jelaslah bahwa pemerintah di wajibkan untuk
melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di
bidang ketatanegaraan
Ada pun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada daerah
tingkat II (Dati II) dengan beberapa dasar pertimbangan:

1) Dimensi politik,Dati II dipandang kurang mempunyai


panatisme kedaerahan sehingga resiko kerakan separatisme
dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim.
2) Demensi administratif,penyelenggaraan pemerintah dan
pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif.
3) Dati II adalah daerah “ujung tambok”pelaksanaan
pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu
kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.

 Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia


Hal itu terlihat jelas dalam aturan-aturan mengenai pemerintahan
daerah sebagaimana yang terdapat dalam UU berikut ini:

 UU No.1 tahun 1945


Kebijakan otonomi daerah pada masa ini lebih menitik
beratkan pada dokonsentrasi. Kepada daerah hanyalah
kepanjangan tangan pemerintaha pusat.
 UU No.22 tahun 1948
Mulai tahun ini kebijakan otonomi daerah lebih
menitikberatkan pada desentralisasi. Tetapi masih ada
dualisme peran di kepala daerah, di satu sisi ia punya peran
besar untuk daerah, tapi jaga masih menjadi alat pemerintah
pusat.
 UU No.1 tahun 1957
Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih bersifat
dualisme dimana kepalh daerh bertanggung jawab penuh pada
DPRD,tetapi juga masih alat pemerintah pusat.
 Penetapan presiden no.6 tahun 1959
Pada masa ini kebijakan otonomi daerah lebih menekankan
dekonsentrasi melalui penpres ini kepala daerah ini oleh
pemerintah pusat terutama dari kalangan pamong praja.
 UU No.18 tahun 1965
Pada masa ini kebijakan otonomi daerah menitik beratkn pada
desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas-
luasnya bagi daerah, sedangkan dekonsentrasi diterapkan
hanya sebagai pelengkap saja
 UU No.5 tahun 1974
Setelah terjadinya G.30.SPKI pada dasarnya telah terjadi
kepakuman dalampengaturan penyelenggaraan pemerintahan
di daerah sampai dengan di keluarkannya UU No.5 tahun
1974 pembangunan menjadi isu sentral di banding dengan
politik. Pada penerapannya, terasa seolah-olah telah terjadi
proses depolitisasi peran pemerintah daerah dan
menggantikannya dengan pembangunan yang menjadi isu
nasional.
 UU No.22 tahun 1999
Pada masa ini terjadi lagi perubahan yang menjadikan
pemerintah daerah sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dengan mengedepankan
otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

 Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah


 Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh
bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang
politik luar negri, petahanan keamanan, peradilan, moneter
dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain.
 Kewenangan bidang lain di sebut meliputi kebijakan tentang
perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem
administrasi negara dan lemba.
 Kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah
dalam rangka desentralisasi harus di sertai dengan penyerahan
dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang di
serahkan tersebut.
 Kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada gubernur
dalam rangka dekonsentrasi harus disertai dengan pembiayaan
sesuai dengan kewenangan yang di limpahkan tersebut.
 Kewenangan propinsi sebagai daerah otonom termasuk juga
kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan daerah
kabupaten dan daerah kota
 Kewenangan propinsi sebagai wilayah administrasi mencakup
kewenangan dalam bidang pemerintahan yang di limpahkan
gubernur sebagai wakil pemerintah
 Daerah berwenang mengelola sember daya nasional yang
tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara
kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Kewenangan daerah di wilayah laut meliputi :
 Eksplorasi, eksploitasi, Konservasi, dan pengelolaan
kekayaan laut sebatas wilayah laut tersebut.
 Pengaturan kepentingan administratif
 Pengaturan tata ruang
 Penegakan hukum terhadap peraturan.
 Bantuan penegakan keamanan.
 Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota di wilayah
laut adalah sejauh sepertiga dari batas laut daerah Provinsi.
 Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah kota mencakup
semua kewenangan pemerintah.
 Pemerintah daerah pemerintah dapat menugaskan kepada
daerah tugas-tugas tertentu dalam rangka tugas pembantuan
disertai pembiyaan.

Ruang Lingkup Otonomi Daerah

Penyelenggaraan otonomi daerah dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interksi yang
utama yakni politik,ekonomi,serta sosial budaya.

 Bidang Politik
Otonomi daerah adalah sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepada
pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis.
 Bidang Ekonomi
Otonomi daerah harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional
didaerah sekaligus terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan
kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi
didaerahnya.
 Bidang Sosial Budaya

Otonomi daerah digunakan untuk menciptakan dan pemelihara harmoni sosial dan
pada saat yang sama memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang bersifat kondusif
terhadap kemampuan masyarakat merespon dinamika kehidupan masyarakat.

Beberapa persoalan itu adalah

1. Kewenangan yang tumpang tindih pelaksanaan otonomi daerah masih kental diwarnai
oleh antar institusi pemerintah dan aturan yang berlaku baik antara aturan yang lebih
tinggi atau aturan yang lebih rendah.
2. Anggaran banyak terjadi keuangan daerah tidak mencukupi sehingga menghambat
pembangunan.
3. Pelayanan publik masih rendahnya pelayanan publik kepada masyarakat ini
disebabkan rendahnya kompetensi PNS daerah dan tidak jelasnya standar pelayanan
yang diberikan.
4. Politik identitas darii menguatnya politik identitas diri selama pelaksanaan otonomi
daerah yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari induknya yang
sebelumnya menyatu.

5. Orientasi kekuasaan otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan


dikalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif.
6. Lembaga perwakilan meningkatanya kewenangan DPRD ternyata tidak diikuti dengan
terseratnya aspirasi masyarakat oleh lembaga perwakilan rakyat.
7. Pemekaran wilayah menjadi masalah sebabternyata ini tidak dilakukan dengan grand
desain dari pemerintah pusat.
8. Pilkada langsung pemelihan kepada daerah secara langsung didaerah ternyata
menimbulkan banyak persoalan.

KONSEP OTONOMI DAERAH


Negara kesatuan RI pada dasarnya telah menetapkan pilihanya secara formal pada
dianutnya asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintah,dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk mmenyelenggarakan otonomi
daerah. Hal itu dapat disimpulkan dari bunyi BAB IV,pasal 18 UUD 1945 dan
penjelasannya dalam pasal 18 UUD 1945, antara lain dinyatakan bahwa pembagian
daerah indonesia atas daerah besar dan kecil,dengan bentuk dan susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan UU.
Dalam amandemen kedua UUD 1945 negara kesatuan RI dibagi atas daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,yang tiap-tiap
provinsi,kabupaten,dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah.

 Konsep dasar dari otonomi daerah


a) Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintah dalam hubungan
domestik kepada daerah.
b) Penguatan peran DPRD sebagai refresentasi rakyat.
c) Pembangunan tradisi politik daerah yang lebih sesuai dengan kultur
berkualitas tinggi.
d) Peningkatan efesiensi administrasi keuangan daerah.
e) Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah.
KESIMPULAN

Suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala pontensi terbaik
yang dimilikinya secara optimal.

Adapun dampak negatifnya dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi oknum-
oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, contohnya pertentangan
antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, serta timbulnya kesenjangan antara
daerah yang berpendapat tinggi dengan daerah yang masih berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Person, Gordon J., strategic Thinking, Prentice Hall, London, 1990.

Riant Nugroho., Otonomi Daerah, Desentralisasi tanpa revolusi kajian dan kritik atas
kebijakan desentralisasi di indonesia, Jakarta PT. Alex Media Komputindo, 2002.
MAKALAH
KEWARGANEGARAAN
Pengertian otonomi daerah, lingkup otonomi daerah, dan konsep tentang otonomi daerah
TINGKAT 1A TAHUN AJARAN 2015-2016

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. CHRIS LUCIANI
2. CUNISAH DWI H
3. DINIA NUR FADHILAH
4. FITRI
5. HOERUNISA PADILAH
6. IRAWATI
7. IQLIMA MALINDA
8. SRI NOVA
9. ALMIRA PRAMUDYA W
AKPER MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Walet No.21 TELP (0231) 201942 Cirebon

Вам также может понравиться