Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB II

TEORITIS

A. ANATOMI FISIOLOGI
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk
skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa
dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf,
menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada
orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12
thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.

Gambar.1 : Tulang belakang (sumber: Atlas of Human Anatomy, Frank H.


Netter, 4th Edition, 2006, Saunders Elsevier, ISBN-13:978-1-4160-3385-1)

Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut : (Gbr.2)


1. Vetebra Cervicalis
Vertebra cervicalis ini memiliki dens, yang mirip dengan pasak.Veterbrata
cervicalis ketujuh disebut prominan karena mempunyai prosesus spinosus paling
panjang. Atlas (C1) adalah vertebra cervicalis pertama dari tulang belakang.
(Gbr.3) Atlas bersama dengan Axis (C2) membentuk sendi yang menghubungkan
tengkorak dan tulang belakang dan khusus untuk memungkinkan berbagai
gerakan yang lebih besar. C1 dan C2 bertanggung jawab atas gerakan
mengangguk dan rotasi kepala. Atlas tidak memiliki tubuh.
Terdiri dari anterior dan posterior sebuah lengkungan dan dua massa lateral.
Tampak seperti dua cincin. Dua massa lateral pada kedua sisi lateral menyediakan
sebagian besar massa tulang atlas. Foramina melintang terletak pada aspek lateral.
Axis terdiri dari tonjolan tulang besar dan parsatikularis memisahkan unggulan
dari proses artikularis inferior. Prosesus yang mirip gigi (ondontoid) atau sarang
adalah struktur 2 sampai 3 cm cortico cancellous panjang dengan pinggang
menyempit dan ujung menebal. Kortikal berasal dari arah rostral (kearah kepala)
dari tubuh vertebra.
2. Vertebra Thoracalis
Ukurannya semakin besar mulai dari atas ke bawah. Corpus berbentuk
jantung, berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thoraks.
3. Vertebra Lumbalis
Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal,berjumlah
5 buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang besar
ukurannya sehingga pergerakannya lebih luas kearah fleksi.
4. Os. Sacrum
Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana
ke 5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi.
5. Os. Coccygeal
Terdiri dari tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami
rudimenter.
Bebeapa segmen ini membentuk 1 pasang saraf cocygeal.

Gambar.2 : Tipe tulang vertebra: cervical-thoracal-lumbar-sacrum (Sumber: Atlas of


Anatomy,Anne M. Gilroy, MA,Brian R. M,,Thieme Medical Publishers Inc, New York, 2008)
Gambar.3 : Atlas-Axis (Sumber: The Skeleton: an Ordered Assembly of Bones:
physioweb.org,2010)

Lengkung kolumna vertebralis kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior yaitu lengkung vertikal pada
daerah leher melengkung kedepan, daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal
kedepan dan daerah pelvis melengkung kebelakang. Kedua lengkung yang menghadap
pasterior, yaitu torakal dan pelvis,disebut promer karena mereka mempertahankan lengkung
aslinya kebelakang dari hidung tulang belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengan kepala
membengkak ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah
depan badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder → lengkung
servikal berkembang ketika anak-anak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya
sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan
serta mempertahankan tegak.
Fungsi dari kolumna vertebralis yaitu sebagai penunjang badan yang kokoh dan
sekaligus bekerja sebagai penyangga ke depan perantaraan tulang rawan cakram
intervertebralis yang lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan
membongkok tanpa patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi
bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian
otak dan sumsum belakang terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk
memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas
posterior yang kukuh untuk rongga-rongga badan dan memberi kaitan pada iga. (Eveltan.C.
Pearah, 1997 dalam Ilham, 2008).
Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medulla oblongata,
menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebralumbalis
pertama dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan
kemudian sebuah sambungan tipis dari piameter yang disebut filum terminale, yang
menembus kantong durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang
berukuran panjang sekitar 45 cm ini,pada bagian depannya dibelah oleh fisura anterior yang
dalam, sementara bagian belakang dibelah oleh sebuah fisura sempit.
Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan cervikal dan lumbal. Dari
penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan
plexus dari daerah thoraks membentuk saraf-saraf interkostalis. Fungsi sumsum tulang
belakang adalah mengadakan komunikasi antara otak dfan semua bagian tubuh dan brgerak
refleks. Untuk terjadinya gerakan refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut:
a. Organ sensorik: menerima impuls, misalnya kulit
b. Serabut saraf sensorik: mengantarkan impuls-impuls tersebut menujusel-sel dalam
ganglion radix posterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada kornu
posterior mendula spinalis
c. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls-impuls menuju kornu anterior medula spinalis.
d. Sel saraf motorik: dalam kornu anterior medula spinalis yang menerima dan
mengalihkan impuls tersebut melalui serabut motorik.
e. Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf
motorik
f. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada daerah
torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis beberapa otot
interkostal, paralisis pada otot abdomen danotot-otot pada kedua anggota gerak
bawah, serta paralisis spinter pada uretra dan rectum.
Gambar 4 : Fungsi dari setiap segmen tulang belakang (Sumber: sciencedirect.com, 2008)

Trauma tulang dapat mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset,
tulang belakang dan medulla spinalis. Adapun beberapa ligamen yang terdapat pada tulang
servikal antara lain adalah :
a. Ligamentum Flava
Serangkaian pita dari jaringan elastis kuning melekat dan memperluas antara
bagian ventral lamina dari dua tulang yang berdekatan, dari sumbu ke sacrum.
Namanya Latin untuk "ligamen kuning," dan ini terdiri dari elastis jaringan ikat
membantu mempertahankan postur tubuh ketika seseorang sedang duduk atau
berdiri tegak. Terletak posterior tubuh vertebra, tetapi anterior proses spinosus dari
tulang belakang, yang merupakan tulang Prongs memancing ke bawah dari
belakang setiap tulang belakang, yang flava ligamenta membentuk dua sejajar,
bersatu garis vertikal dalam kanalis vertebralis. Hal ini juga mencakup dari C2,
vertebra servikalis kedua, semua cara untuk S1 dari sacrum, tulang ditumpuk pada
dasar tulang belakang di panggul. Pada ujung atas, setiap flavum ligamentum
menempel pada bagian bawah lamina dari vertebra di atasnya. lamina ini adalah
proyeksi horizontal pasangan tulang yang membentuk dua jembatan mencakup
ruang antara pedikel di kedua sisi tubuh vertebral dan proses spinosus
belakangnya. Mereka memperpanjang dari pedikel, setiap proses yang kurus
menonjol ke belakang dari kedua sisi dari tubuh vertebra, dan sudut terhadap garis
tengah tulang belakang, menggabungkan di tengah. Dalam melakukannya, mereka
membentuk melebar "V" yang mengelilingi aspek posterior kanal tulang

belakang .
Gambar 5 : Spinal Ligament-ligamentum Flavum ( www . spineuniverse . com , 2010)

b. Ligamentum nuchae
Ligamentum nuchae adalah, padat bilaminar septum, segitiga intermuskularis
fibroelastic garis tengah. Ia meluas dari tonjolan oksipital eksternal ke punggung
C7 dan menempel pada bagian median dari puncak occipital eksternal,
tuberkulum posterior C1 dan aspek medial duri terpecah dua belah leher rahim,
ligamen terbentuk terutama dari lampiran aponeurotic dari otot leher rahim yang
berdekatan dan yg terletak di bawah. Dari dangkal sampai dalam, otot-otot ini
adalah trapezius, genjang kecil, capitus splenius, dan serratus posterior superior.
Juga anatomi, dan mungkin penting secara klinis, ligamen telah ditemukan
memiliki lampiran berserat langsung dengan dura tulang belakang antara tengkuk
dan C1.
c. Zygapophyseal
Zygapohyseal adalah sendi sinovial sendi-sendi paling dasar dalam tubuh
manusia. Gabungan sinovial ditandai dengan memiliki kapsul sendi, cairancairan
sinovial sendi kapsul untuk melumasi bagian dalam sendi, dan tulang rawan pada
permukaan sendi di tengah atas dan bawah permukaan yang berdekatan dari setiap
tulang belakang untuk memungkinkan tingkat gerakan meluncur.
d. Atlantoaxial ligamentum posterior
Atlantoaxial ligamentum posterior adalah tipis, membran luas melekat, di atas,
untuk batas bawah lengkung posterior atlas , bawah, ke tepi atas dari lamina dari
sumbu.
e. Atlantoaxial ligamentum anterior
Atlantoaxial ligamentum anterior adalah membran yang kuat, untuk batas
bawah lengkung anterior dari atlas, bawah, ke depan tubuh sumbu . Hal ini
diperkuat di garis tengah dengan kabel bulat, yang menghubungkan tuberkulum
pada lengkung anterior dari atlas ke tubuh dari sumbu, dan merupakan kelanjutan
ke atas dari ligamentum longitudinal anterior .
f. Ligamentum longitudinal posterior
Ligamentum longitudinal posterior terletak dalam kanalis vertebralis, dan
membentang sepanjang permukaan posterior tulang belakang tubuh, dari tubuh
sumbu, di mana ia terus-menerus dengan tectoria membrana, untuk sakrum.
ligamentum ini lebih sempit di badan vertebra dan lebih luas pada ruang disk
intervertebralis. Hal ini sangat penting dalam memahami kondisi patologis
tertentu tulang belakang seperti lokasi khas untuk herniasi cakram tulang
belakang.
g. Ligamentum transversal dari atlas
Ligamentum transversal dari atlas adalah kuat, band tebal, yang lengkungan di
cincin dari atlas , dan mempertahankan proses yg mirip gigi di kontak dengan
lengkung anterior . Ligamentum transversal membagi cincin dari atlas menjadi
dua bagian yang tidak setara: ini, posterior dan lebih besar berfungsi untuk
transmisi dari medula spinalis dan membran dan saraf aksesori.

B. DEFENISI
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan
lumbalis akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan
olah raga dsb (Sjamsuhidayat, 1997). Trauma spinal yaitu gangguan pada serabut
spinal (spinal cord) yang menyebabkan perubahan secara permanen atau sementara,
akan tetapi fungsi motorik, sensorik atau anatomi masih normal. Cedera medulla
spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada
medulla spinalis (Brunner & Suddarth,2001).
Trauma medula spinalis adalah trauma langsung atau tidak langsung pada
tulang belakang yang menyebabkan lesi medula spinalis sehingga menimbulkan
gangguan neurologik, yang dapat berakibat kecacatan menetap atau
kematian(Naraya,1996). Cedera medulla spinalis adalah kerusakan tulang sumsum
yang mengakibatkan gangguan sistem persyarafan didalam tubuh manusia yang
diklasifikasikan sebagai : komplit (kehilangan sensasi dan fungsi motorik), tidak
komplit (campuran kehilangan sensori dan fungsi motorik).

C. ETIOLOGI
Kerusakan medula spinalis tersering oleh penyebab traumatik, disebabkan dis-
lokasi, rotasi, axial loading, dan hiper-fleksi atau hiperekstensi medula spinalis atau
kauda ekuina. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab tersering dari
trauma medula spinalis, sedangkan penyebab lainnya ialah: jatuh, kecelakaan kerja,
kecelakaan olahraga, dan penetrasi oleh tikaman atau peluru senjata api. Disamping
trauma pada vertebra dan medula spinalis serta penyakit vaskuler, kerusakan medula
spinalis juga dapat disebabkan keadaan non-traumatik seperti kanker, infeksi, dan
penyakit sendi intervertebralis (Junita,2013)
Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%),
kecelakaan olah raga(22%),terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja. Lewis
(2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup
kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh
beberapa hal yaitu:
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau
penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat
yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari
atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab tersering terjadinya cedera tulang belakang cervical adalah
kecelakaan mobil, kecelakaan motor, jatuh, cedera olah raga, dan luka akibat
tembakan atau pisau. Menurut mekanisme terjadinya cidera, cidera servikal di bagi
atas fleksi, fleksi rotasi, ekstensi, kompresi aksial. Cidera cervical atas adalah fraktura
atau dislokasi yang mengenai Basis Occiput-C2. Cidera tulang belakang cervical
bawah termasuk fraktura dan dislokasi ruas tulang belakang C3-C7. Ruas tulang
belakang C5 adalah yang tersering mengalami fraktur. C1 hanya berupa cincin tulang
yang terdiri atas arcus anterior yang tebal dan arcus posterior yang tipis, serta masa
lateralis pada masing-masing sisinya. Tulang ini berartikulasi dengan kondilus
occipitalis membentuk articulatio atlantooccipitalis, tempat berlangsungnya gerakan
mengangguk. Dibawah, tulang ini beratikulasi dengan C2, membentuk articulasio
atlanto-axialis, tempat berlangsungnya gerakan memutar kepala. Ketika cidera terjadi
fraktur tunggal atau multiple pada cincin C1 dan dislokasi atlanto-occipitalis sehingga
menyebabkan ketidakmampuan menggerakkan kepala dan kerusakan pada batang
otak. Cedera pada C1 dan C2 menyebabkan ventilasi spontan tidak efektif.
Pada C3-C5 dapat terjadi kerusakan nervus frenikus sehingga dapat terjadi
hilangnya inervasi otot pernafasan aksesori dan otot interkostal yang dapat
menyebabkan komplience paru menurun. Pada C4-C7 dapat terjadi kerusakan tulang
sehingga terjadi penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan
kompresi osteosif/material diskus dari anterior yang bisa menyebabkan nekrosis dan
menstimulasi pelepasan mediator kimia yang menyebabkan kerusakan myelin dan
akson, sehingga terjadi gangguan sensorik motorik. Lesi pada C5-C7 dapat
mempengaruhi intercostal, parasternal, scalenus, otot2 abdominal. Intak pada
diafragma, otot trapezius, dan sebagian pectoralis mayor. Cedera pada tulang servikal
dapat menimbulkan lesi atau cedera pada medulla spinalis yang dapat terjadi beberapa
menit setelah adanya benturang keras mengenai medulla spinalis. Saat ini, secara
histologis medulla spinalis masih normal.
Dalam waktu 24-48 jam kemudian terjadi nekrosis fokal dan inflamasi. Pada
waktu cedera terjadi disrupsi mekanik akson dan neuron. Ini disebut cedera neural
primer. Disamping itu juga terjadi perubahan fisiologis dan patologis progresif akibat
cedera neural sekunder. Beberapa saat setelah terjadi kecelakaan atau trauma pada
servikal maka akan terjadi kerusakan secara struktural yang mengakibatkan gangguan
pada saraf spinal dan pembuluh darah disekitarnya yang akan menghambat suplai O2
ke medulla spinalis atau akan terjadi ischemik pada jaringan tersebut. Karena terjadi
ischemik pada jaringan tersebut, dalam beberapa menit atau jam kemudian akan ada
pelepasan vasoactive agent dan cellular enzym yang menyebabkan konstriksi kapiler
pada pusat substansi abu-abu medula spinalis. Ini merupakan permulaan dari cedera
neural sekunder pada cedera medula spinalis. Selanjutnya adalah peningkatan level
Ca pada intraselular yang mengakibatkan kerusakan pada endotel pembuluh darah
yang dalam beberapa jam kemudian dapat menimbulakan aneurisma dan ruptur pada
pembuluh darah di medula spinal.
Peningkatan potasium pada ekstraseluler yang mengakibatkan terjadinya
depolarisasi pada sel (Conduction Block). Hipoxia akan merangsang pelepasan
katekolamin sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis pada sel. Di tingkat selular,
adanya kerusakan mitokondria akibat defisit suplai O2 dapat merangsang pelepasan
superoksid (radikal bebas), disertai terjadinya ketidakseimbangan elektrolit, dan
pelepasan mediator inflamasi dapat mengakibatkan terjadinya kematian sel
(apoptosis) dengan manifestasi sel mengkerut dan kromatin nuclear yang padat.
Trauma whiplash terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah maupun
torakalis bawah misalnya pada waktu duduk di kendaraan yang sedang cepat berjalan
kemudian berhenti secara mendadak. Atau pada waktu terjun dari jarak tinggi
menyelam dan masuk air yang dapat mengakibatkan paraplegia. Trauma tidak
langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertikal
(terutama pada T12 sampai L2), rotasi Kerusakan yang dialami medulla spinalis dapat
bersifat sementara atau menetap Akibat trauma terhadap tulang belakang, medula
spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medulla spinalis), tetapi
dapat sembuh kembali dalam beberapa hari.
Gejala yang ditimbulkan adalah berupa edema, perdarahan perivaskuler dan
infark disekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medulla spinalis yang menetap,
secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi,contusio, laserasio dan
pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis. Laserasi medulla spinalis
merupakan lesi berat akibat trauma tulang belakang secara langsung karena tertutup
atau peluru yang dapat mematahkan /menggeserkan ruas tulang belakang (fraktur dan
dislokasi). Lesi transversa medulla spinalis tergantung pada segmen yang terkena
(segmen transversa, hemitransversa, kuadran transversa). Hematomielia adalah
perdarahan dalam medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat
disubstansia grisea.
Trauma ini bersifat “whiplash“ yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan
berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio.kompresi medulla
spinalis terjadi karena dislokasi, medulla spinalis dapat terjepit oleh penyempitan
kanalis vertebralis. Suatu segmen medulla spinalis dapat tertekan oleh hematoma
ekstrameduler traumatik dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah
yang terselip diantara duramater dan kolumna vertebralis. Gejala yang didapat sama
dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam
kanalis vertebralis.
Akibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis dapat
tertarik dan mengalami jejas/reksis. Pada trauma whislap, radiks columna 5-7 dapat
mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan yang
bersifat hiperpatia, gambaran tersebut disebut hematorasis atau neuralgia radikularis
traumatik yang reversible. Jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang, maka
gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan terputusnya
arteri radikuler terutama radiks T8 atau T9 yangakan menimbulkan defisit sensorik
motorik pada dermatoma dan miotoma yang bersangkutan dan sindroma sistema
astomosis anterial anterior spinal (Dawodu,2008).

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena
2. Paraplegia
3. Tingkat neurologik
4. Paralisis sensorik motorik total
5. Kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)
6. Penurunan keringat dan tonus vasomoto
7. Penurunan fungsi pernafasan
8. Gagal nafas
(Diane C. Baughman, 200 : 87)

F. KOMPLIKASI
1. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang
desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus
vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka
terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.
2. Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah
terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti
lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.
3. Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari
cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau
torakal atas.
4. Hiperfleksia autonomik
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut , keringat banyak, kongesti
nasal, bradikardi dan hipertensi.

Вам также может понравиться