Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
KELAS C
PROFESI NERS
TAHUN 2018
BAB I
STUDI KASUS
- Intoleransi aktifitas
DS :
- Klien mengatakan jika terlalu banyak beraktivitas klien menjadi
sesak nafas
- Klien mengatakan tidak dapat bergerak karena ada bengkak pada alat
kelaminya
DO :
- Dispneu
- Edema pada ekstremitas bawah
- Edema pada skorotum klien
- Aktivitas di bantu keluarga
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
2. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu:
1) Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia: merupakan bakteri anaerob
facultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan
pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus: bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien
yang diberikan obat secara intravena (intravena drug abusers)
memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen
dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini
memiliki daya taman paling kuat, apabila suatu organ telah
terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses. Methicillin-resistant S.
Aureus(MRSA) memiliki dampak yang besar dalam pemilihan
antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa
antibiotik.
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium): organisme streptococcus
grup D yang merupakan flora normal usus. Penyebab
pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang
di rawat di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam
waktuyang lama dan dilakukan pemasangan endotracheal tube.
b. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. ,
chlamedia sp. , Legionella sp.
c. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet,
biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah cytomegalivirus, herpes simplex virus,
varicella zooster virus.
d. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp.,
Aspergillus sp., Cryptococcus neoformans.
3. Manifestasi Klinik
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik
non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen,
atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum
lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi
atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara
pernafasan bronkial, pleural friction rub.
4. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya:
a. Community-Acquired Pneumonia
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius
ini sering di sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia
(Penicillin sensitive and resistant strains), Haemophilus influenza
(ampicillin sensitive and resistant strains) and Moraxella catarrhalis
(all strains penicillin resistant). Ketiga bakteri tersebut dijumpai
hampir 85% kasus CAP. CAP biasanya menular karena masuk melalui
inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke segmen paru atau lobus
paru-paru. Pada pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan
karakteristik penyebab dari tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai
lobus atau segmen paru. Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan terjadi
peningkatan taktil fremitus, nafas bronkial. Komplikasi berupa efusi
pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H. Influenza, emphyema terjadi
akibat infeksi Klebsiella, Streptococcus grup A, S. Pneumonia. Angka
kesakitan dan kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia dan
pasien dengan imunokompromis. Resiko kematian akan meningkat
pada CAP apabila ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan
respiratory rate, hipotensi, demam, multilobar involvement, anemia
dan hipoksia.
b. Hospital-Acquired Pneumonia
Berdasarkan America Thoracic Society (ATS) , pneumonia
nosokomial (lebih dikenal sebagai Hospital-acquired pneumonia atau
Health care-associated pneumonia) didefinisikan sebagai pneumonia
yang muncul setelah lebih dari 48 jam di rawat di rumah sakit tanpa
pemberian intubasi endotrakeal. Terjadinya pneumonia nosokomial
akibat tidak seimbangnya pertahanan inang dan kemampuan kolonisasi
bakteri sehingga menginvasi traktus respiratorius bagian bawah.
Bakteria yang berperan dalam pneumonia nosokomial adalah P.
Aeruginosa , Klebsiella sp, S. Aureus, S.pneumonia. Penyakit ini
secara signifikan akan mempengaruhi biaya rawat di rumah sakit dan
lama rawat di rumah sakit. ATS membagi pneumonia nosokomial
menjadi early onset (biasanya muncul selama 4 hari perawatan di
rumah sakit) dan late onset (biasanya muncul setelah lebih dari 5 hari
perawatan di rumah sakit). Pada early onsetpneumonia nosokomial
memili prognosis baik dibandingkan late onset pneumonia
nosokomial; hal ini dipengaruhi pada multidrug-resistant organisme
sehingga mempengaruhi peningkatan mortalitas. Pada banyak kasus,
diagnosis pneumonia nosokomial dapat diketahui secara klinis, serta
dibantu dengan kultur bakteri; termasuk kultur semikuantitatif dari
sample bronchoalveolar lavange (BAL).
c. Ventilator-Acquired pneumonia
Pneumonia berhubungan dengan ventilator merupakan pneumonia
yang terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi trakea.
Ventilator adalah alat yang dimasukan melalui mulut atau hidung, atau
melalu lubang di depan leher. Infeksi dapat muncul jika bakteri masuk
melalui lubang intubasi dan masuk ke paru-paru.
5. Komplikasi
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan
bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung,
emboli paru dan infark miokard akut.
c. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom)
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosocomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura
2. NAC
a. Indikasi
b. Kontraindikasi
c. Efek samping
d. Dosis acetylcysteine
3. CAD
CAD adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri
yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung
tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan
nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner
tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada
otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau Coronay Artery Disease (CAD)
adalah kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada arteri koroner yang
menyebabkan arteri koroner menjadi menyempit. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh terkumpulnya kolesterol sehingga membentuk plak pada
dinding arteri dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses akumulasi
tersebut disebut aterosklerosis. PJK dapat menyebabkan otot jantung
melemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung dan aritmia
(gangguan irama jantung).
4. SGOT dan SGPT
SGOT (serum glutamic pyvuric transaminase) dan SGPT (serum
glutamic oxaloacetic transaminase) adalah merupakan enzim hati dimana jika
kadarnya tinggi atau meningkat dapat menggambarkan adanya gangguan
pada hati. Fungsi hati sendiri pada tubuh manusia diantaranya adalah:
a. Menghancurkan sel darah merah yang sudah berumur tua
b. Membersihkan darah dari racun atau senyawa berbahaya
c. Mengurai hormon dalam tubuh
d. Mengubah beberapa zat dalam tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh
e. Menyimpan energi
f. Memproduksi protein, albumin, kolestrol dan trigeliserida
g. Memproduksi cairan empedu untuk membantu mencerna makanan
Kadar normal SGOT adalah 3-45 u/L dan SGPT sendiri adalah 0-35
u/L dimana peningkatan 2-3 kali lipat masih tidak dianggap terlalu tinggi
masih mungkin disebabkan oleh metabolisme tubuh yang tinggi akibat beban
fisik yang berat. Sedangkan jika meningkat 8-10 kali lipat dapat disebabkan
oleh beberapa kondisi seperti:
a. Infeksi virus
b. Konsumsi alkohol berlebihan
c. Perlemakan hati
d. Gagal Hati
5. Globulin
Globulin adalah protein utama yang ditemukan dalam plasma darah,
yang berfungsi sebagai pembawa hormon steroid dan lipid, dan fibrinogen;
yang diperlukan untuk pembekuan darah. Ada beberapa jenis globulin dengan
berbagai fungsi dan dapat dibagi menjadi empat fraksi yaitu; globulin alpha-
1, globulin alpha-2, globulin beta, dan globulin gamma. Keempat fraksi dapat
diperoleh secara terpisah melalui proses elektroforesis protein. globulin
Gamma membuat bagian terbesar dari semua protein globulin. Tingkat
globulin dapat meningkat karena infeksi kronis, penyakit hati, sindrom
karsinoid, dll, tetapi juga mungkin akan menurun karena nephrosis, anemia
hemolitik akut, disfungsi hati dll.
7. Spironolcuton
Obat ini berfungsi mengatasi penimbunan cairan atau edema, gangguan
ginjal, gagal jantung, aldosteronisme primer, hipertensi, penyakit hati, dan
sindrom nefrotik. Spironolactone juga berfungsi mencegah penimbunan
cairan dalam tubuh dengan meningkatkan jumlah urine yang diproduksi oleh
ginjal, bentuk obat Tablet, Dosis dalam mengonsumsi spironolactone secara
umum adalah 100-400 mg per hari, bergantung kepada penyakit dan tingkat
keparahannya. Untuk dosis sehari-hari penderita gagal jantung, cukup 25-200
mg per hari. Dosis umum untuk anak-anak adalah 3 mg per kg per hari.
Beberapa efek samping yang dapat terjadi akibat spironolactone
adalah:
a. Sakit perut, diare
b. Merasa kelelahan
c. Mengantuk
d. Pusing dan sakit kepala, mual dan muntah
e. Keringat berlebihan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Tanggal masuk : 03 Januari 2018 Pukul : 01.00 WIB
Tanggal pengkajian : 04 Januari 2018 Pukul : 16.00 WIB
No. Medrec : 0001656624
Dx Medis : CAD OMI Anteroseptal DC KI-KA FC II,
CAP (Community Aquired Pneumoni)
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 63 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : Duda (ditinggal meninggal)
Suku bangsa : sunda / indonesia
Agama : islam
Alamat : Jl. Cikaso No. 26 4/9 sukamaju cibeunying
Penanggung jawab klien
Nama : Tn. T
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Padasuka kota bandung
Hubungan dengan klien : Anak kandung
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan sekarang :
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien mengalami
sesak, klien dibawa ke RS Kebonjati dan kemudian di rujuk ke IGD
RSHS dan dipindahkan ke ruang Fresia 1 pada tanggal 3 Januari 2018.
Pada saat pengkajian tanggal 4 Januari 2018 klien mengatakan sesak
napas, sesak napas dirasakan seperti tertimpa beban berat, sesak napas
dirasakan bertambah berat jika beraktivitas dan berkurang saat
beristirahat, sesak dengan respirasi rate 30 x/menit, sesak dirasakan 3
sebelum masuk Rumah Sakit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mengatakan dirinya pernah mengalami penyakit TBC pada
tahun 1998 dan diobati selama 6 bulan tuntas, dan klien mengatakan
jika dirinya mempunyai riwayat penyakit jantung.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan bahwa keluarga sebelumnya mempunyai riayat
penyakit jantung yaitu bapak dari klien serta klien mengatakan jika
istrinya meninggal karena penyakit TBC.
3. Riwayat psikososial spiritual
a. Suport sistem
Klien mengatakan jika keluarganya terutama anak-anaknya selalu
mendukung klien dalam melakukan pengobatan terkait penyakit yang
dideritanya, serta saudara-saudaranya selalu memberikan dukungan
baik sebelum dirawat maupun saat dirawat dirumah sakit.
b. Komunikasi
Klien mengatakan bahwa klien sebelum dirawat selallu
berinteraksi dimasyarakat dan tidak ada hambatan akan tetapi dengan
dia sekarang dirawat klien mengatakan berkomunikasi hanya dengan
anak dan saudaranya serta dengan tim medis yang ada di ruangan saja.
I. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Kompos Mentis
GCS (E:4 M:6 V:5)
b. Tekanan darah : 110/80 mmHg
c. Nadi : 88 x/menit
d. Pernafasan : 32 x/menit
e. Suhu : 36,5 ◦c
f. TB/BB
Sebelum masuk RS : TB : 169 cm BB: 63 kg
Saat dirawat di RS : TB : 169 cm BB: 63 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris antara mata kanan dan kiri , kelopak mata
tidak cekung, pergerakan bolamata mampu bergerak ke delapan sisi,
pupil ukuran <2mm dan terdapat reaksi terhadap cahaya, kornea mata
hitam, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik tetapi putih
keruh, lapang pandang mampu melihat hingga 90◦ baik ke sisi kanan
atau kiri, ketajaman penglihatan baik klien mampu membaca dari
jarak 1 meter, tidak ada tanda peradangan serta klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
b. Sistem Pendengaran
Pina sejajar dengan garis mata, tidak terdapat serumen dan tanda
peradangan fungsi pendengaran mampu mendengar gerakan jari-jari
tidak ada pemakaian alat antu dengar
c. Sistem Wicara
Klien tidak ada kesulitan dalam berbicara
d. Sistem pernapasan
Inspeksi : jalan nafas tidak terganggu terbukti klien mampu berbicara
dengan jelas dan tidak ada gangguan, bentuk dada simetris antara kiri
dan kanan, tidak terdapat alat bantu otot pernapasan, respiasi rate 32
x/menit dengan irama reguler, perbandingan antara anterior posterior
1:2 15:30, pernapasan dangkal, klien batuk produktif dengan sputum
berwarna hijau, klien terpasang oksigen dengan nasal kanul 4 liter.
Palpasi : tidak terdapat krepitasi serta nyeri tekan dan benjolan di
seluruh lapang dada, vocal fremitus getaranya sama antara kiri dan
kanan
Perkusi : pada saat diperkusi suara paru resonan di semua lapang paru
Auskultasi : terdapat suara whezing dan ronchi pada daerah
bronchial.
e. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : klien terlihat pucat, tidak terdapat pembesaran vena
jugularis, tidak terdapat varises, tidak terdapat flebitis.
Palpasi : nadi 88x/menit, dengan irama teratur, temperatur kulit
hangat, CRT cepat (< 2 detik), iktus kordis tidak teraba tidak ada nyeri
dada.
Perkusi : pada saat perkusi suara dullnes terdengar di bagian apex :
dari ics 5-6 dan baris ics 3-4
Auskultasi : bunyi jantung bedasarkan lokasi katup,
Aorta : BJ 2 lebih terdengar (dub)
Mitral : BJ 1 lebih terdengar (lub)
Tripuspid : BJ 1 lebih terdengar (lub)
Pulmonal : BJ 2 lebih terdengar (dub)
Tidak terdapat bunyi murmur pada saat auskultasi
dikeempat katup, terdapat kardiomegali tanpa bendungan
paru
f. Sistem Neurologi
1) GCS : (E:4 M:6 V:5)
2) Tanda peningkatan TIC : klien mengatakan tidak mengalami nyeri
kepala, tidak terdapat pembengkakan didaerah periorbital dan
tidak pernah muntah karena pusing.
3) Pemeriksaan Nerveus
a) N1 (Olfaktorius): klien dapat mencium bau-bauan dan mampu
menyebutkan bau-baun seperti kayuputih dan parfum
b) N2 (Optikus): klien mampu mebaca dalam jarak 50cm, 1 meter
dan lapang pandang baik
c) N3 (Okulomotorius): tidak terdapat edema kelopak mata, tidak
ada eksoptalmus
d) N4 (Trokhealis): bentuk pupil isokor, miosis terhadap cahaya
e) N5 (Trigeminus): mampu merasakan sentuhan semua area
wajah
f) N6 (Abdusens): klien mampu menggerakan bola mata ke 8
arah
g) N7 (Fasialis): klien mampu berekspresi
h) N8 (Akustikus): klien mampu mendengar dengan baik
i) N9 (Glossofaringeus): reflek muntah ada
j) N10 (Vagus): klien dapat membuka mulut dan menelan
k) N11 (Aksesorius): klien mampu mengangkat ke 4 ekstremitas
dan melawan tahanan
l) N12 (Hipoglossus): klien mampu menjulurkan lidah
4) Pemeriksaan refleks
Fisiologis refleks : refleks bisep (+), refleks trisep (+)
Patologis refleks : refleks babinski (-), Refleks patela (+)
5) Tanda iritasi meningen : tidak ada tanda iritasi meningen
6) Kekuatan otot : klien mampu mengangkat ke 4 ekstremitas dan
mampu melawan tahanan.
5 5
5 5
g. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Mukosa mulut merah muda, lembab, jumlah gigi utuh (32),
tidak terdapat karies gigi, keadaan kotor, uvula tepat di midline, tidak
ada pembesaran tonsil. Bentuk perut terdapat asites, tidak terdapat
luka.
Auskultasi :bising usus 10x/menit di kuadran 3, tidak terdapat bunyi
bruit di gregion
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan disemua kuadran, tidak terdpat
nyeri lepas di 1/3 umbilikus dengan sias, hepar tidak teraba
pembesaran, splen tidak terdapat pembesaran, totok ginjal tidak
terkaji,
Perkusi : suara timpani disemua kuadran, pada pemeriksaan fiting
edema, edema berada dalan derajat 4 ( > 2 cm), pada pemeriksaan
fluid afe terasa getaran cairan di perut.
h. Sistem Imunologi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar
i. Sistem Endokrin
Tidak terdapat bau keton tidak terdapat ulkus diabetes, tidak terdapat
eksoptalmus, tidak tremor pada ekstremitas atas
j. Sistem Urogenital
Inspeksi : terdapat edema pada skorotum, terdapat distensi pada
kandung kemih
Palpasi : turgor kulit cepat (< 2 detik) kulit hangat.
k. Sistem Integumen
Inspeksi : rambut bersih, kulit berwarna coklat, kuku panjang, warna
putih pucat, tidak terdapat luka, tidak terdapat pruritus tanda
peradangan.
Palpasi : turgor kulit kembali cepat, kulit hangat
l. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas : mengalami keterbatasan gerak, terpasang infus,
tidak ada nyeri tulang dan sendi, tidak ada fraktur tidak ada kontraktur
pada sendi, tidak ada dislokasi tidak terdapat edema.
Refleks bisep (+), trisep (+)
ROM : fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi (+)
Kekuatan otot :
5 5
Estremitas bawah :
Mengalami keterbatasan gerak, tidak ada nyeri tulang dan sendi, tidak
ada fraktur tidak ada kontraktur pada sendi, tidak ada dislokasi,
terdapat edema.
Refleks bisep (-), trisep (-)
ROM : fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi (-)
Kekuatan otot :
5 5
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Nama : Tn. D
No. Medrec : 0001656624
Tanggal pemeriksa : 03 januari 2018 13.51
Nama : Tn. D
No. Medrec : 0001656624
Tanggal pemeriksa : 3 januari 2018 06:23
Fungsi hati
Rasio 0.63 1.1 – 1.5
albumin/globulin
Nama : Tn. D
No. Medrec : 0001656624
Tanggal pemeriksa : 04 januari 2018 06.51
DO :
TD 110/80 mmHg, RR
32x/menit, N 88x/menit
S:36,5oC, dipneu klien
tampak kelelahan saat
beraktivitas, pola nafas
regular, pernafasan
dangkal
3 DO : Pneumonia Intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan jika ↓
terlalu banyak Eksudat masuk ke dalam
beraktivitas klien alveoli
↓
menjadi sesak nafas
Penurunan jaringan efektif
- Klien mengatakan tidak
paru dan kerusakan membrane
dapat bergerak karena alveolar-alveolar
ada bengkak pada alat ↓
kelaminya Suplai O2 menurun
↓
DS : Kelemahan
- Dispneu ↓
- Edema pada Intoleransi aktivitas
ekstremitas bawah
- Edema pada skorotum
klien
- Aktivitas di bantu
keluarga
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sputum yang
berlebih ditandai dengan:
DS: Klien mengeluh sesak napas, sesak napas dirasakan seperti tertimpa beban berat.
Sesak dirasakan bertambah ketika beraktivitas dan berkurang ketika beristirahat. Sesak
dirasakan 3hari yang lalu sebelum masuk RS.
DO: TD 110/80 mmHg, RR 32x/menit, N 88x/menit S:36,5 oC, dipneu klien
tampak kelelahan saat beraktivitas, pola nafas regular, pernafasan dangkal.