Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Perubahan Keanggotaan
Akuntan sering kali diminta bantuannya dalam hal pendirian dan operasi dari persekutuan untuk
memastikan pengukuran dan penilaian yang benar atas transaksi dalam persekutuan. Persekutuan
merupakan bentuk usaha yang populer karena mudah dalam pendiriannya dan memungkinkan
beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan kemampuan mereka, dalam satu usaha
tertentu. Selain itu, persekutuan menyediakan sarana yang lebih fleksibel untuk memperoleh
tambahan modal dibandingkan dengan perusahaan perorangan dan memungkinkan pembagian
risiko dalam pertumbuhan usaha yang cepat.
Bentuk persekutuan usaha memiliki beberapa komponen unik karena status legal dan
akuntansinya. Bagian berikut menggambarkan karakteristik utama yang membedakan bentuk
persekutuan dari entitas bisnis lain.
Akuntan yang bekerja untuk persekutuan harus memahami hukum atau undang-undang terkait
dengan persekutuan karena hukum atau undang-undang tersebut menjelaskan hak-hak tiap
sekutu dan kreditor selama proses pembentukan, operasi dan likuidasi atas persekutuan. Dalam
kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD) Indonesia tertera definisi hak-hak dan kewajiban-kewajiban setiap sekutu kesekutu lain
dan kreditor dalam persekutuan.
B. Definisi Perskeutuan
Pada KUHPer Bab VIII, Bagian I, Pasal 1618 menyatakan bahwa, “Persekutuan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih yang setuju untuk menginvestasikan sesuatu ke dalam
usaha dan laba yang diperolehnya dibagi diantara mereka”, Definisi ini dapat dibagi menjadi tiga
faktor terpisah, yaitu:
Pendirian Persekutuan
Salah satu keuntungan utama dari bentuk persekutuan adalah mudah dalam pendirian. Akta
pendirian persekutuan harus mencakup hal-hal berikut:
Berikut ini bagian dari KUHPer dan KUHD yang terkait dengan pembentukan dan operasi
persekutuan, yang terkait dengan penghentian dan likuidasi persekutuan:
1. Perjanjian persekutuan.
2. Persekutuan sebagai entitas terpisah.
3. Sekutu adalah wakil (agen) persekutuan.
4. Kewajiban sekutu adalah kewajiban bersama.
5. Hak dan kewajiban sekutu.
6. Kepemilikan sekutu yang dapat dialihkan dalam persekutuan.
7. Berhentinya sekutu.
Banyak orang menilai kemungkinan terjadinya kewajiban personal atas kewajiban persekutuan
sebagai kerugian utama bisnis persekutuan. Karena alasan ini, kadang orang menjadi sekutu
terbatas pada satu dari beberapa bentuk persekutuan terbatas. Persekutuan terbatas (Limited
Partnership- LP) adalah bentuk yang berbeda dari persekutuan dengan kewajiban terbatas
(Limited Liability Partnership-LLP) atau persekutuan terbatas dengan kewajiban terbatas
(Limited Liability Partnership– LLLP). Variasi berdasarkan tingkat perlindungan kewajiban
kepada saham.
Pada saat pendirian persekutuan, sangatlah penting untuk melakukan penilaian yang tepat
terhadap aset-aset selain kas dan kewajiban yang disetorkan oleh masing-masing sekutu. Setiap
kontribusi dari sekutu akan menjadi kekayaan persekutuan dan dimiliki secara bersama.
Persekutuan harus dapat memisahkan secara jelas antara kontribusi modal dan pinjaman yang
diberikan oleh sekutu kepada persekutuan. Perjanjian pinjaman haruslah memiliki bukti tertulis
atau dokumen lain yang secara legal dapat membuktikan bahwa terdapat pinjaman dari salah satu
sekutu kepada persekutuan, juga sangat penting memisahkan aset berwujud yang dimiliki oleh
persekutuan dan aset tertentu yang dimiliki oleh individu sekutu tapi digunakan oleh
persekutuan. Pencatatan akuntansi atas aset berwujud atas persekutuan harus dijaga.
Ilustrasi berikut digunakan sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya dalam bab ini. Aldi,
perusahaan perorangan, telah mengembangkan beberapa peranti lunak untuk berbagai jenis
komputer. Berikut adalah saldo dari akun-akun Aldi pada tanggal 31 Desember 20X0.
Peralatan 20.000.000
Dikurangi, Akum. Peny (5.000.000)
Aldi membutuhkan bantuan teknis dari pihak lain untuk meningkatkan penjualan dan
menawarkan kepada Bayu, pihak yang tertarik pada usahanya untuk bergabung. Aldi dan Bayu
setuju untuk membentuk persekutuan. Usaha Aldi di audit, dan aset bersihnya dinilai ulang.
Hasil audit dan penilaian menyatakan bahwa ada kewajiban senilai Rp1.000.000 yang tidak
tercatat, persediaan dinilai sebesar Rp9.000.000, dan peralatan memiliki nilai wajar
Rp19.000.000.
Aldi dan Bayu menyiapkan dan menandatangani perjanjian persekutuan yang mencakup semua
kebijakan operasi yang signifikan. Bayu akan menyetorkan uang tunai sebesar Rp10.000.000
untuk sepertiga kepemilikan modal. Persekutuan AB mengambil alih semua usaha Aldi,
termasuk kewajibannya.
Jurnal untuk mencatat penyetoran modal awal pada pembukuan persekutuan adalah:
1 Januari 20X1
Persediaan 9.000.000
Peralatan 19.000.000
Kewajiban 11.000.000
Sebuah persekutuan menyediakan jasa atau menjual produk untuk mencari keuntungan.
Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal dan buku besarnya. Sebagian besar persekutuan
menggunakan akuntansi akrual dan prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pembukuannya
karena prinsip akuntansi yang berlaku umum menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik
dibandingkan metode akuntansi alternatif, seperti basis kas atau pun bisnis kas yang
dimodifikasi. Laporan keuangan persekutuan disusun untuk kepentingan sekutu dan terkadang
kreditor.
Akun Sekutu
Persekutuan bisa memiliki beberapa akun untuk masing-masing sekutu dalam pencatatan
akuntansinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut.
Akun Modal
Investasi awal para sekutu, setoran modal selanjutnya, distribusi keuntungan atau kerugian dan
penarikan modal oleh sekutu di catat dalam akun modal para sekutu. Setiap sekutu memiliki satu
akun modal, yang biasanya bersaldo kredit.
Para sekutu biasanya melakukan penarikan atas aset dari persekutuan sepanjang tahun sebagai
antisipasi atas keuntungan. Contohnya, jurnal berikut di buat dalam pembukuan persekutun AB
untuk penarikan kas sejumlah Rp3.000.000 oleh Bayu pada tanggal 1 Mei 20X1.
1 Mei 20X1
Kas 3.000.000
Jurnal berikut adalah untuk mencatat pinjaman dari Aldi kepada persekutuan senilai
Rp4.000.000 dengan bunga 10% pada tanggal 1 Juli 20X1.
1 Juli 20X1
Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan perjanjian
dalam persekutuan. Jika terdapat dalam perjanjian, Bab VII, Bagian II , Pasal 163 KUHPer
menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian laba atau rugi secara proporsional sesuai
dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam persekutuan. Secara tidak langsung, semua
persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba atau rugi.Perjanjian tersebut harus diikuti secara
benar, dan jika ada yang tidak jelas, maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju
atas distribusi laba atau rugi. Banyak permasalahan dan perdebatan di kemudian hari yang dapat
dihindari dengan menentukan secara hati-hati atas pembagian laba atau rugi di dalam perjanjian
perekutuan.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi(profit distribution plans) di dunia
usaha. Beberap persekutuan memiliki rencana distribusi sederhana, sedangkan yang lain bersifat
kompleks. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi berdasarkan
perjanjian persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks perjanjian tersebut. Distribusi
laba hampir sama dengan dividen pada koperasi : distribusi ini tidak seharusnya termasuk ke
dalam laporan laba rugi, terlepas bagaimana cara laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba
dicatat langsung kepada akun modal, bukan beban.
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negoisasi antara sesama sekutu.Rasio
pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan, waktu dan tenaga yang
dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya.Distribusi laba persekutuan
berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi dari investasi modal para sekutu
kepada kemampuan menghasilkan laba bagi persekutuan.Bunga atas saldo modal ini bukanlah
beban bagi pesekutuan; tetapi merupakan distribusi laba.Jika satu atau lebih jasa dari sekutu yang
penting bagi persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa saja memberikan gaji atau bonus.
Aldi membutukan bantuan teknis dari pihak lain untuk meningkatkan penjualan dan
menawarkan kepada Bayu, pihak yang tertarik pada usahanya untuk bergabung. Aldi dan Bayu
setuju untuk membuat persekutuan. Usaha Aldi diaudit dan aset bersihnya dinilai ulang. Hasil
audit dan penilaian menyatakan bahwa ada kewajiban senilai Rp 1.000.000 yang tidak tercatat,
persediaan dinilai sebesar Rp9.000.000, dan peralatan memiliki nilai wajar Rp19.000.000.
Aldi dan Bayu menyiapkan dan menandatangani perjanjian persekutuan yang mencakup
semua kebijakan operasi yang signifikan. Bayu akan menyetorkan uang tunai sebesar
Rp10.000.000 untuk sepertiga kepemilikan modal. Persekutuan AB mengambil alih semua usaha
Aldi, termasuk kewajibannya.
Jurnal untuk mencatat penyetoran modal awal pada pembukuan persekutuan adalah:
1 Januari 20X1
(1) Kas Rp.13.000.000
Persediaan Rp.9.000.000
Peralatan Rp.19.000.000
Kewajiban Rp.11.000.000
Modal, Aldi Rp20.000.000
Modal, Bayu Rp.10.000.000
(Pembentukan persekutuan AB dengan penyetoran modal oleh Aldi dan Bayu.)
Akun Sekutu
Persekutuan bisa memiliki beberapa akun untuk masing-masing sekutu dalam pencatatan
akuntasinya. Akun sekutu tersebut adalah sebagai berikut.
Akun Modal
Investasi awal para sekutu, setoran modal selanjutnya, distribusi keuntungan atau kerugian, dan
penarikan modal oleh sekutu dicatat dalam akun modal para sekutu. Setiap sekutu memiliki satu
Akun modal, yang biasanya bersaldo kredit. Dalam keadaan tertentu, akun modal seorang sekutu
bisa saja bersaldo debit, disebut juga dengan kekurangan atau defisiensi (deficiency) atau
kadang-kadang dikatakan defifit (deficit), yang terjadi karena kerugian dan penarikan modal
seorang sekutu melebihi modal yang disetor dan pembagian keuntungan. Defisit biasanya akan
hilang dengan tambahan modaldisetor. Saldo dalam akun modal mencerminkan bagian aset
bersih seorang sekutu dalam persekutuan.
1 Mei 20X1
(2) Prive-Bayu Rp.3.000.000
Kas Rp.3.000.000
(penarikan Rp3.0000.0000 oleh Bayu)
Penarikan dalam bentuk selain kas harus dinilai sebesar nilai wajarnya pada tanggal
penarikan. Beberapa persekutuan membuat pengecualian dari aturan nilai wajar atas penarikan
terhadap persediaan oleh sekutu. Mereka mencatat penarikanan persediaan pada biaya perolehan,
sehingga tidak mencatat keuntungan atau kerugian atas penarikan ini.
Akun Pinjaman
Persekutuan bisa meminta pendanaan tambahan dari para sekutu. Pinjaman antara seseorang
sekutu dan persekutuan hars dilengkapi dengan dokumen pinjaman yang memadai seperti surat
utang. Pinjaman dari sekutu dicatat sebagai kewajiban dalam pembukuan persekutuan, sama
seperti kewajiban yang lain. Jika semua sekutu setuju, persekutuan diwajibkan untuk membayar
bunga atas pinjaman kepada sekut yang meminjamkan. Perlu dicatat bahwa bunga tidak harus
dibayar kecuali jika perjanjian persekutuan menyatakan adanya bunga atas modal yang harus
dibayar. Bunga atas pinjaman dicatat sebagai beban operasi. Sebaliknya, persekutuan dapat
meminjamkan uang kepada sekutu, dalam kasus ini dicatat piutang pinjaman kepada sekutu.
Sekali lagi, apabila disetujui oleh semua sekutu, pinjaman ini seharusnya dikenakan bunga dan
diakui pendapatan bunga dalam laporan laba rugi persekutuan. Jurnal berikut akan dibuat untuk
mencatat pinjaman dari Aldi kepada persean senikutlai Rp.4.000.000 dengan bungan 10% pada
tanggal 1 Juli 20X1.
1 Juli 20X1
(3) Kas Rp.4.000.000
Pinjaman dari Aldi Rp.4.000.000
(mencatat pinjaman dari Aldi).
Pinjaman kepada Aldi dilaporkan dalam neraca persekutuan. Pinjaman dari seorang sekutu
adalah transaksi pihak hubungan istimewa yang membutuhkan pengungkapan terpisah dalam
catatan atau laporan keuangan, dan harus disajikan sebagai komponen neraca yang terpisah, tidak
digabung dengan kewajiban lainnya.
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi antara sesama sekutu.
Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah persekutuan, waktu dan tenaga yang
dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya. Biasanya, persekutuan yang lebih
kecil memisahkan laba per masing-masing sekutu. Selain itu, beberapa sekutu memiliki raio
yang bebrbeda jika perusahaan mengalami kerugian dibanding jika memperoleh keuntungan.
Bentuk usaha perusahaan memungkinkan banyak pilihan distribusi laba untuk memenuhi
keinginan para sekutu.
Distribusi laba atau rugi dicatat dengan jurnal penutup pada tiap akhir periode.
Pendapatan dan ditutup kepada ikhtisar laba rugi atau langsung ke akun modal para sekutu.
Dalam contoh-contoh berikut, digunakan akun ikhtisar laba rugi, saldi dimana laba bersih atau
rugi bersih setelah akun pendapatan dan beban ditutup dan sebelumnya distribusi laba atau rugi
kepada akun modal para sekutu.
Nilai debit sebesar Rp.3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun penarikan Bayu,
sedangkan tambahan investasi dikredit ke akun modalnya.
Tabel diatas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan ke akun modal para sekutu.
Distribusi secara aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi. Selain itu, akun
penarikan ditutup kepada akun modal pada akhir periode.
31 Desember 20X1
(4) Modal, Bayu Rp4.000.000
Penarikan-Bayu Rp4.000.000
(Menutup penarikan oleh Bayu)
(5) Pendapatan Rp45.000.000
Beban Rp35.000.000
Ikhtisar Laba Rugi Rp10.000.000
(Menutup pendapatan dan beban)
(6) Ikhtisar Laba Rugi Rp10.000.000
Modal, Aldi Rp5.000.000
Modal, Bayu Rp4.000.000
(Mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian.)
Bunga atas Saldo Modal
Perjanjian persekutuan dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu sebagai bagian
dari distribusi laba. Tingkat bunga sering kali dinyatakan dalam persentase tertentu, tetapi
beberapa persekutuan menggunakan suku bunga BI atau suku bunga pasar uang saat ini.
Yang harus diperhatikan adalah ketika bunga atas saldo modal termasuk dalam rencana
distribusi laba. Contohnya, jumlah yang akan didistribusikan dapat berbeda secara signifikan
tergantung kepada apakah bunga dihitung dari saldo awal modal, saldo akhir modal, atau rata-
rata saldo modal selama satu periode. Sebagian besar provisi untuk bunga atas modal
menyatakan menggunakan rata-rata tertimbang saldo modal. Metode ini secara eksplisit
mengakui kurun waktu dari tingkat modal selama satu periode. Misalnya, rata-rata tertimbang
saldo modal Bayu untuk tahun 20X1 dihitung sebagai berikut.
Tanggal Debit Kredit Saldo Jumlah Bulan Bulan x Saldo
1 Januari Rp10.000.000 4 Rp40.000.000
1 Mei Rp3.000.000 Rp7.000.000 4 Rp28.000.000
1 September Rp500.000 Rp7.500.000 2 Rp15.000.000
1 November Rp1.000.000 Rp6.500.000 2 Rp13.000.000
Total 12 Rp96.000.000
Rata-rata modal Rp8.000.000
Jika Aldi dan Bayu setuju mengenakan bunga 15 persen atas rata-rata tertimbang saldo modal
dengan sisa laba yang akan didistribusikan pada ratio 60:40, maka distribusi laba Rp10.000.000
akan dihitung sebagai berikut.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Rata-rata modal Rp20.000.000 Rp.8.000.000
Laba bersih Rp10.000.000
Bunga atas modal Rp3.000.000 Rp1.200.000 (Rp4.200.000)
Sisa laba Rp5.800.000
Alokasi 60:40 Rp3.3480.000 Rp2.320.000 (Rp5.800.000)
Total Rp6.840.000 Rp3.520.000 Rp -0-
Gaji
Gaji yang dibayarkan kepada sekutu sering kali termasuk di dalam rencana distribusi laba
untuk mengakui dan memberikan kompensasi atas perbedaan jasa yang diberikan masing-masing
sekutu kepada persekutuan.
Sudah menjadi persepsi umum dalam akuntansi persekutuan bahwa gaji kepada sekutu
bukan diakui sebagai beban operasi tetapi bagian dari rencana distribusi laba. Persepsi ini
berhubungan erat dengan konsep kepemilikan dalam ekuitas. Berdasarkan teori kepemilikan,
pemilik menginvestasikan modal dan jasa pribadi untuk menghasilkan laba. Laba dihasilkan dari
kedua investasi tersebut. Logika yang sama juga berlaku untuk organisasi persekutuan. Beberapa
sekutu melakukan investasi modal, sementara yang lain menginvestasikan waktunya. Pihak-
pihak yang melakukan investasi modal berhak mendapatkan bunga atas modal; pihak-pihak yang
menginvestasikan waktunya berhak mendapatkan gaji. Meskipun demikian, baik bunga maupun
gaji adalah hasil investasi dan tidak digunakan untuk menentukan laba, tetapi proporsi laba yang
akan di kredit ke akun modal masing-masing sekutu. Ketika jumlah yang dibayarkan kepada
sekutu selama tahun berjalan adalah penarikan atas antisipasi laba, jumlah gaji yang disetujui
biasanya ditambahkan kepada kerugian dan jumlah tersebut kemudian didistribusikan modal
masing-masing sekutu. Tindakan hati-hati harus dilakukan jika persekutuan mengalami kerugian
selama tahun berjalan. Beberapa perjanjian persekutuan menyatakan distribusi laba yang berbeda
antara untuk laba dan untuk rugi. Akuntan harus berhati-hati mengikuti perjanjian persekutuan
dengan benar ketika mendistribusikan laba atau rugi kepada masing-masing sekutu.
Untuk menghitung gaji para sekutu, misalnya perjanjian persekutuan menyatakan bahwa
gaji yang dibayarkan ke Aldi sejumlah Rp2.000.000 dan Bayu Rp5.000.000. sisanya akan
dibagikan dengan dasar distribusi laba/rugi 60:40, distribusi laba dihitung sebagai berikut.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Gaji Rp2.000.000 Rp5.000.000 (Rp7.000.000)
Sisa laba Rp3.000.000
Alokasi 60:40 Rp1. 800.000 Rp1.200.000 (Rp3.000.000)
Total Rp3.800.000 Rp6.200.000 Rp -0-
Bonus
Bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan kompetensi tambahan kepada sekutu
yang memberikan jasa kepada persekutuan. Bonus biasanya dinyatakan dalam persentase dari
laba sebelum atau setelah bonus. Terkadang perjanjian persekutuan mensyaratkan laba minimum
yang harus diperoleh sebelum bonus dibagikan. Bonus mudah dihitung dengan menurunkan dan
memecahkan persamaan. Misalnya, bonus sebesar 10 persen dari laba akan kredit pada modal
Bayu jika laba melebihi Rp5.000.000 sebelum dibagikan dengan distribusi laba. Dalam Kasus 1,
bonus dihitung sebagai persentase dari laba sebelum dikurangi bonus. Dalam Kasus 2 bonus
dihitung sebagai persentase dari laba setelah dikurangi bonus.
Kasus 1:
Bonus = X% (NI-MIN)
Dimana: X% = persentase bonus
NI = laba bersih sebelum bonus
MIN = jumlah minimum laba sebelum bonus
Kasus 2:
Bonus = X% (NI-MIN-Bonus)
= 0,10 (Rp10.000.000-Rp5.000.000-Bonus)
= 0,10 (Rp5.000.000- Bonus)
= Rp500.000- 0,10 Bonus
1,10 Bonus = Rp500.000
Bonus = Rp454.545
Distribusi laba bersih berdasarkan Kasus 2 dihitung sebagai berikut.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Bonus untuk sekutu Rp454.545 (Rp454.545)
Saldo laba Rp9.545.454
Alokasi 60”40 Rp5.727.273 Rp3.818.182 (Rp9.545.454)
Total Rp5.727.273 Rp4.272.727 Rp -0-
Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap
Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang akan
digunakan untuk distribusi laba. Misalnya, perjanjian laba atau rugi persekutuan AB menyatakan
alokasi dengan metode berikut.
1. Bunga 15 persen dari rata-rata tertimbang saldo modal.
2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu.
3. Bonus 10 persen akan dibayarkan kepada Bayu jika laba persekutuan melebihi
Rp5.000.000 sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo mpdal.
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu.
Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang menyatan proses alokasi dalam
situasi laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur alokasi. Beberapa
persekutuan menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau apa pun kemungkinan yang
terjadi. Kebanyakan perjanjian menyatakan bahwa seluruh proses harus diselesaikan dan jika ada
sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba atau rugi sebagaimana yang digambarkan di bawah
ini.
Persekutuan lain bisa membuat rencana distribusi laba yang mencerminkan laba dari
persekutuan. Misalnya, beberapa persekutuan dokter gigi dan medis mengalokasikan laba
berdasarkan tagihan atau jasa. Kriteria lain bisa berdasarkan ukuran klien, tahun bekerja
diperusahaan atau posisi sekutu diperusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha persekutuan adalah
fleksibilitas dalam mendistribusikan laba kepada sekutu.
Persekutuan AB
Ditambah:
Dikurangi:
Berhentinya atau pengunduran diri seorang sekutu dari persekutuan menyebabkan pembubaran
secara hukum atas persekutuan. Banyak persekutuan tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan
persekutuan mungkin saja membeli kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga pembelian.
Harga pembelian adalah nilai estimasi jika (1) aset dijual pada harga sama dengan atau lebih
besar dari nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasar penjualan seluruh bisnis jika bisnis tetap
berjalan tanpa sekutu yang keluar tersebut, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat tersebut,
dengan pembayaran seluruh kreditor persekutuan dan penghinaan bisnis. Sekutu pada
mengundurkan diri dari persekutuan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh persekutuan atas
kerugian yang dialami persekutuan karena pengunduran diri atau disasosiasi yang ilegal.
Disasosiasi yang ilegal terjadi ketika disasosiasi tersebut terjadi karena pelanggaran dalam
perjanjian persekutuan atau untuk persekutuan yang dibentuk untuk waktu atau tujuan tertentu,
sebelum waktu atau tujuan tersebut selesai. Ada juga beberapa kejadian yang mensyaratkan
pembubaran secara hukum dan berakhirnya persekutuan.
Persekutuan Sebagai Sebuah Entitas Terpisah dari Individu-Individu Sekutu dan Penggunaan
Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP)
KUHPer secara jelas mendefinisika persekutuan sebagai sebuah entitas yang terpisah dan
masing-masing individu tertentu. sebagai contoh, entitas persekutuan tidak berubah karena
penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Ini sama dengan konsep entitas untuk
bentuk bisnis korporasi dimana korporasi tidak perlu direvaluasi setiap terjadi perubaham
pemegang saham.
Beberapa persekutuan memilih mengikuti atau mentaati prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan. Persekutuan-persekutuan ini mengikuti
standar yang sama yang disusun oleh DSAK dan badan regulator lainnya seperti yang dilakukan
perusahaan publik. Seringkali perusahaan joint venture (modal ventura) atau pemberi kredit
lainnya mensyaratkan perusahaan persekutuan swasta mengikuti GAAP agar finansial
persekutuan dapat dibandingkan dengan perusahaan publik lainnya. Sehingga jika persekutuan
mengikuti GAAP dan diaudit oleh auditor eksternal, persekutuan dapat memperoleh opini audit
yang menyatakan bahwa laporan keuangan persekutuan telah sesuai dengan prinsip-prinsio
akuntansi yang berlaku umum.
Dengan mengikuti GAAP dan pendefinisikan perubahan sebagai entitas terpisah dari indivisu
sekutu, perubahan keanggotaan dalam persekutuan akan dicatat seperti entitas korporasi
mencatat jika ada perubahan investornya. Tambahan investasi diakui dan meningkatkan total
modal perusahaan.
GAAP tidak memberikan petunjuk tentang revaluasi aset bersih yang meningkat nilainya karena
perubahan anggota persekutuan. Namun ada beberapa situasi berdasarkan GAAP, dimana
penurunan nilai aset tertentu dapat diakui ketika terjadi perubahan anggota dalam persekutuan.
Misalnya, PSAK 48 tentang “Penurunan Nilai Aset”, menyajikan prosedur pengakuan penurunan
nilai aset, termasuk goodwill. Namun, tidak terdapat standar GAAP yang mengatur tentang
kenaikan nilai aset berwujud atau pengakuan goodwill baru, hanya karena perubahan anggota
dalam persekutuan.
Bab ini juga membahas metode bonus yang kadang disetujui digunakan oleh para sekutu ketika
terjadi perubahan keanggotaan dalam persekutuan. Metode bonus tidak mengubah modal bersih
persekutuan setelah investasi oleh sekutu baru. Sebaliknya, metode bonus mengalokasikan
kepemilikan modal sekutu berdasarkan persetujuan seluruh sekutu, dan seringkali didasarkan
pada nilai investasi sekutu baru. Pada beberapa kasus, sekutu lama mengalokasikan sebagian
kepemilikan modalnya ke sekutu lama. Sehingga metode bonus tidak melanggar GAAP karena
para sekutu secara legal mengalokasikan sebagian atau seluruh kepemilakan modal persekutuan
yang dapat dialihkan kepada sekutu lainnya. Sekutu di perusahaan swasta memiliki kebebasan
memilih bagaimana mencatat perubahan keanggotaan dalam persekutuan. Sebagai catatan,
persekutuan swasta dapat menggunakan metode GAAP atau non GAAP didasarkan pada
kebutuhan informasi sekutu.
Sebuah konsep yang sering digunakan adalah nilai buku.Nilai buku persekutuan adalah jumlah
modal yang juga merupakan selisih antara jumlah aset dan kewajiban.Nilai buku sangat penting
karna merupakan basis yang digunakan dalam revaluasi aset dan pengakaun goodwill.
Contoh pada kasus ini misalnya setelah beroperasi selama 2001 dan 2002 persekutuan AB
memiliki nilai buku Rp 30.000.000 dan presentase laba tanggal 1 Januari 2003 adalah
Saldo Modal Persentase Laba
Aldi Rp 20.000.000 60
Bayu Rp 10.000.000 40
1. tanggal 1 Januari 2003, Aldi dan Bayu mengundang Citra menjadi sekutu dalam bisnis
mereka. Persekutuan yang dihasilkan disebut persekutuan ABC
2. Citra membeli seperempat kepemilikan dalam modal persekutuan langsung dari Aldi dan
Bayu dengan jumlah biaya perolehan Rp 9.000.000, dengan membayar Rp 5.900.000
kepada Aldi dan Rp 3.100.000 kepada Bayu. Citra akan memiliki modal senilai Rp
7.500.000 (Rp 30.000.000 x 0,25) secara proporsional terhadap saldo modal Aldi dan
Bayu.
3. Citra akan diberikan 25 persen bagian dalam pembagian laba atau rugi persekutuan. Sisa
75 persen akan dibagi antara Aldi dan Bayu pada rasio laba mereka sebelumnya 60:40
persen
Hasil dari persentase laba atau rugi setelah masuknya Citra adalah
Citra 25
Total 100
Transaksi antara Citra dan sekutu lain secara individu tercermin dalam pembukuan. Satu-satunya
pencatatan adalah reklasifikasi modal persekutuan.Aldi dan Bayu memberikan seperempat dari
modal mereka kepada Citra, sebagai berikut.
1 Januari 2003
Dalam kasus ini, modal yang dikredit pada Citra hanya Rp 7.500.000, seklaipun Rp 9.000.000
yang dibayarkan untuk seperempat kepemilikan. Pembayaran Rp 9.000.000 mencerminkan
bahwa nilai wajar persekutuan adalah Rp 36.000.000, dihitung sebagai berikut
Dalam kasus Aldi danBayu dapat mengakui kenaikan nilai aset tanah sebelum masuknya Citra
dan mengalokasiikan kenaikan tersebut secara proporsional terhadap saldo modal masing masing
dengan rasio 60:40, sebagai berikut
Tanah 6.000.000
Perlu dicatat bahwa nilai modal persekutuan keseluruhan adalah Rp 36.000.000 ( 30.000.000
ditambah revaluasi Rp 6.000.000). Pemindahan seperempat modal kepada Citra dicatat sebagai
berikut.
Modal, Aldi 5.900.000
Proporsi baru = ( modal sekutu sblmnya + investasi sekutu baru )x Persentase modal atas
sekutu baru
(Kasus 1 )
Sekutu lama
memperoleh alokasi
penurunan nilai aset
yang terjadi sebelum
penerimaan sekutu
1. Revaluasi aset bersih
baru atau sekutu baru
menuju nilai pasar dan
mendapatkan goodwill
alokasikan kepada sekutu
atau bonus insentif
Biaya Perolehan investasi < lama
nilai buku
2. Mengakui goodwill yang
(Kasus 3 ) dibawa sekutu baru Mencatat penuruan
nilai aset yang
3. alokasikan bonus kepada
menghasilkan
sekutu baru
penuruan modal,
sedangkan mencatat
goodwill sekutu baru
menghasilkan
peningkatan modal
Persekutuan AB yang digambarkan sebelumnya masih digunakan dalam ketiga kasus adalah
sebagai berikut :
a. Tanggal 1 Januari 2003, modal dari persekutuan AB adalah Rp 30.000.000. Modal aldi senilai
Rp 20.000.000 dan Bayu 10.000.000. Rasio pembagian laba antara Aldi dan Bayu 60:40
b. Citra diminta menjadi sekutu baru. Citra akan mendapatkan seperempat kepemilikan modal
dan 25 persen pembagian laba. Aldi dan Bayu akan membagi 75% sisa laba dengan rasio 60:40,
menghasilkan pembagian laba 45% untuk Aldi dan 30% untuk Bayu
Tiga kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi, yaitu :
Kasus 1 : investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan
Total nilai buku sebelum penerimaan sekutu baru adalah Rp 30.000.000 dan sekutu baru Citra,
membeli seperempat kepemilikan modal senilai Rp 10.000.000
Dalam kasus ini, Citra harus percaya bahwa investasi senilai Rp 10.000.000 adalah harga yang
wajar untuk seperempat kepemilikan di persekutuan, atau dia tidak melakukan investasi sama
sekali.
Hal diatas mengimplikasikan bahwa aset bersih telah dinilai secara wajar. Perlu dicatat bahwa
modal yang dialokasikan kepada sekutu baru adalah bagiannya atas modal persekutuan setelah
diterimanya ia sebagai sekutu baru. Jurnal yang dicatat :
1 Januari 2003
Kas 10.000.000
Kasus 1
Investasi
sekutu baru
sama dengan
proporsi nilai
buku
40.000.000 10.000.000
Kasus 2 : Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Besar dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Misalnya, diasumsikan Citra menginvestasikan Rp 11.000.000 untuk seperempat kepemilikan
modal dalam persekutuan.Lngakah pertama adalah membandingkan investasi sekutu baru
dengan proporsi nilai bukunya, sebagi berikut.
a) Revaluasi aset
b) Mengakui goodwill yang tidak tercatat
c) Menggunakan metode bonus. Pada dasarnya, metode bonus adalah perpindahan saldo
modal antara sesame sekutu. Metode ini digunakan ketika sekutu tidak mengiginkan
penyesuaian pada nilai aset atau mengakui goodwill.
Persekutuan apat menggunakan salah satu dari ketiga alternative yang ada.Keputusan biasaya
dibuat berdasarkan kesepakatan antara sekutu lama dengan calon sekutu baru.
Misalkan Citra membayar kelebihan sejumlah Rp 750.000 terhadap proporsi nilai buku karena
persekutuan memiliki tanah dengan nilai buku Rp 4.000.000 tetapi penilaian terkini
mengindikasikan tanah tersebut memiliki nilai pasar Rp 7.000.000.Para Sekutu lama
memutuskan untuk menggunakan penerimaan sekutu baru ini sebagai pengakuan peningkatan
nilai tanah dan mengalokasikan peningkatan ini kepada masing-masing saldo modal sekutu lama.
Modal Aldi meningkat sebesar Rp 1.800.000 (60% dari kenaikan 3.000.000) dan modal Bayu
meningkat Rp 1.200.000 (40% dari kenaikan 3.000.000)
Jurnal
Tanah Rp 3.000.000
Investasi Citra sebesar 11.000.000 menjadikan modal persekutuan bernilai 44.000.000, sebagi
berikut
Jurnal
Kas 11.000.000
Pada umumnya, jumlah goodwill ditentukan berdasarkan ngosiasi antara sekutu lama dan baru,
dan berdasarkan estimasi laba di masa datang
Langkah 1
Langkah 2
Jurnal
Goodwill 3.000.000
Modal Aldi 1.800.000
Kas 11.000.000
Menerima Citra sebagai sekutu baru untuk seperempat bagian modal 44.000.000x0,25
Beberapa persekutuan mengakui bagian dari investasi sekutu baru sebagai bonus kepada sekutu
lama untuk menyelaraskan saldo modal pada saat penerimaan sekutu baru. Dalam kasus ini, nilai
750.000 yang dibayarkan oleh Citra adalah bonus yang dialokasikan kepada sekutu lama pada
rasio laba atau rugi mereka yaitu 60% kepada aldi dan 40% kepada Bayu
Jurnal
Kas 11.000.000
Kasus 3 : Nilai Investasi Sekutu Baru Lebih Kecil dari Proporsi Nilai Buku Persekutuan
Ada kemungkinan bahwa seorang sekutu baru membayar lebih kecil dari proporsi
kepemilikannya atas nilai buku persekutuan. Misalnya, citra melakukan investasi Rp8.000.000
untuk seperempat kepemilikan modal di persekutuan ABC. Langkah pertama adalah
membandingkan investasi sekutu baru dengan proporsi nilai buku sukutu baru, bebagai berikut.
Fakta bahwa nilai investasi citra lebih dari nilai buku atas seperempat kepemilikan pada
persekutuan mengindkasi persekutuan memiliki asset yang nilainya terlalu tinggi atau sekutu
lama mengetahui bahwa citra memiliki kontribusi nilai dalam bentuk pengalaman dan keahlian
yang dibutuhkan persekutuan. Dalam kasus ini, citra telah menginvestasikan Rp8.000.000 dala
bentuk kas dan sejumlah nilai tambah yang bias dianggap sebagai goodwill.
Dalam kasus 2, dalam hal ini investasi melbihi nilai buku yang diperoleh, terdapat tiga alternatif
pendekatan untuk mengakui diferensial ketika investasi lebih rendah dari nilai buku yang
diakuisisi. Tiga pendekatan tersebut adalah :
Ilustrasi Pendekatan Revaluasi Aset Asumsikan citra hanya menbayar RP8.000.000 untuk
seperempat kepemilikan pada persekutuan. Persediaan yang saat ini dicatat pada nilai buku
sebesar Rp14.000.000 memiliki niali wajar hanya Rp8.000.000 karena beberapa mengalami
kerusakan. Para sekutu setuju untuk menurunnkan nilai persediaan menjadi nilai wajar sebelum
masuknya sekutu baru. Penurunan nilai dialokasikan kepada sekutu lama sebesar rasio laba atau
rugi pada saat terjadinya penurunan nulai yaitu 60% kepada aldi dan 40% kepada bayu.
Penurunan nilai dicatat sebagai berikut.
Persediaan Rp 6.000.000
Pehatikan bahwa jumlah nilai modal persekutuan sekarang telah ditueunkan dari Rp 30.000.000
menjadi Rp 24.000.000 sebagai hasil dari penurunan nilai Rp 6.000.000. bagian cirta atas modal
yang dihasilkan dari persekutuan ABC, setelah penurunan nilai dapat dihitung sebagai berikut.
Jurnal untuk mencatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru dalam persekutuan ABC adalah:
Ilustrasi Pencatatan Goodwill untuk Sekutu Baru Para sekutu lama mungkin manawarkan
seperempat kepemilikan modal dipersekutuan ABC seharga investasinya. Yaitu Rp8.000.000.
karena Citra memiliki pengalaman bisnis, keahlian, jaringan pelanggan, reputasi dan komponen
goodwill lainnya yang dia bawa ke persekutuan. Jumlah goodwill yang dibawa sekutu baru
biasanya ditentukan dari negosiasi antara sekutu lama dengan calon sekutu baru. Misalnya, aldi
bayu dan citra setuju bahwa kemampuan citra akan menghasilkanlaba. Mereka setuju bahwa
citra layak mendapatkan Rp2.000.000 goodwill ketika bergabung sebagai antisipasi laba yang
dikasilkan citra dikemudian hari. Goodwill hasil negosiasi diakui dan ditambahkan kedalam
investasinya untuk menentukan jumlah modal yang ajan dikredit.
Alternatif lain, nilai goodwill yang dibawa oleh sekutu baru bias diperkirakan dari jumlah modal
yang ditahan oleh sekutu lama. Dalam kasus ini, sekutu lama menahan 75% kepemilikan pada
persekutuan dan memberikan 25% kepada sekutu baru. Nilai dari 75% kepemilikan sekutu lama
adalah Rp30.000.000. investasi citra sebesar Rp8.000.000 ditambah goodwill setara dengan 25%
sisanya. Nilai goodwill yang dibawa oleh citra dapat dihitung sebagai berikut.
Langkah 1
75% dari estimasi yang dihasilkan Rp30.000.000
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan (Rp30.000.000/0,75) Rp40.000.000
Langkah 2
Estimasi jumlah modal yang dihasilkan Rp40.000.000
Jumlah asset bersih tidak temasuk goodwill (Rp30.000.000 + (Rp38.000.00
Rp8.000.000) 0)
Estimasi goodwill Rp2.000.000
Perhatikan bahwa nilai goodwill yang diestimasikan untuk sekutu baru dihitung dengan
menggunakan informasi dari kepemilikan lama. Dalam kasus 2, estimasi goodwill kepada sekutu
lama dibuat dengan menggunakan informasi dan investasi sekutu baru. Alasan perbedaan ini
karena untuk mengestimasi nilai goodwill haruslah menggunakan informasi terbaik yang
tersedia. Jika akan mengestimasi goodwill sekutu baru, tidaklah logis menggunakan investasi
berwujud sekutu baru untuk mengestimasikan total investasi sekutu baru, termasuk goodwill.
Hal ini disebabkan karena nilai goodwill terdapat dalam investasii itu sendiri. Demikian pula
ketika goodwill dialokasika kepada sekutu lama, tidaklah logis menggunakan modal sekutu lama
untuk mengestimasikan nilai goodwill mereka. Kalimat yang paling mudah untuk mengingat
bagaimana mengestimasikan nilai goodwill adalah menggunakan informasi dari sekutu pihak
lawan, yaitu:
Gunakan sekutu baru untuk mengestimasikan goodwill kepada sekutu lama; gunakan sekutu
lama untuk mengestimasikan goodwill untuk sekutu baru.
Jurnal yang dicatat penerimaan Citra sebagai sekutu baru di persekutuan ABC adalah :
Goodwill Rp2.000.000
Jumlah modal yang dihasilkan dari pembentukan persekutuan baru di persekutuan ABC adalah
Rp40.000.000, dengan aldi dan bayu memiliki 75% dan citra sebesar 25%.
Ilustrasi metode bonus Penerimaan citra sebagai sekutu baru dengan seperempat kepemilikan
pada persekutuan ABC dengan investasi hanya Rp8.000.000 dapat juga diperlakukan sebagai
bonus kepada citra dan sekutu lama. Bonus seniai Rp1.500.000 adalah selisih antara nilai buku
sekutu baru senilai Rp9.500.000 dengan investasinya senilai Rp8.000.000. modal sekutu lama
berkurang Rp1.500.000 secara proporsional berdasarkan rasio laba atau rugi yaitu 60% dari aldi
dan 40% dari bayu, dan akun modal citra akan dikreditkan, senilai Rp9.500.000 sebagai berikut.
Jumlah yang dikredit kepada modal sekutu baru adalah bagian kepemilikannya terhadap total
modal yang dihasilkan, yaitu:
1. Revaluasi
asset dengan
menurunkan
nilai
persediaan
sebesar
Rp6.000.000 Rp32.000.000 Rp8.000.000
2. Mangakui
goodwill
sebesar
Rp2.000.000
untuk sekutu
baru Rp40.000.000 Rp10.000.000
3. Bonus
Rp1.500.000
kepada sekutu
baru Rp38.000.000 Rp9.500.000
Figure 15-2 menyajikan jurnal yang dicatat untuk ketiga kasus yang dibahas. Selain itu, saldo
modal dari ketiga sekutu masing-masing setelah penerimaan Citra disajikan disebelah kanan
jurnal.
Berikut ikhtisar alternatif metode akuntansi untuk investasi dari sekutu baru.
Kasus 1. Investasi sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku
persekutuan
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku
persekutuan.
1. Dengan menggunakan pendekatan revaluasi asset, penurunan nilai asset akan mengurangi
modal sekutu lama sebesar rasio laba atau rugi masing-masing. Modal sekutu baru
dikredit sebesar nilai investasinya.
2. Dengan metode goodwill, goodwill dialokasikan kepada sekutu baru, dan modal
persekutuan yang dihasilkan meningkat. Modal sekutu baru akan dikredit sebesar
persentase kepemilikan terhadap midal persekutuan yang dihasilkan.
Kasus 1: investasi sekutu baru sama dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Citra
menginvestasikan Rp10.000.000 untuk seperempat kepemilikan.
Kasus 2: inestasi sekutu baru lebih besar dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Citra
menginvestasikan Rp11.000.000 untuk seperempat kepemilikan.
Kasus 3: investasi sekutu baru lebih kecil dari proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Citra
menginvestasikan Rp8.000.000 untuk seperempat kepemilikan.
Ketika mementukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk mencatat totall modal
persekutuan yang dihasilkan dan persentase kepemilikan yang masih ditahan sekutu lama. Dalam
contoh ini, sekutu lama mempertahankan ¾ kepemilikan pada persekutuan yang dihasilkan,
artinya75% kepemilikan modal sebesar Rp33.000.000, dimana Rp30.000.000 berasal dari modal
lama ditambah Rp3.000.000 dari revaluasi tanah sebagai berikut.
Contoh kedua ini adalah cara lain untuk menggambarkan metode bonus kepada sekutu baru pada
kasus 3, kuncinya adalah menentukan jumlah modal dari sekutu lama yang masih ditahan pada
persentase kepemilikan mereka pada modal persekutuan yang dihasilkan setelah menerima
sekutu baru. Kontribusi kas sekutu baru dapat dihitung secara sederhana dengan menentukan
jumlah modal yang akan dialokasikan kepadanya dan kemudian mengakui bonus yang akan
digunakan untuk menyelaraskan saldo modal.
Beberapa persekutuan melakukan audit ketika terjadi perubahan dalam komposisi sekutu. Audit ini
menghasilkan keakuratan nilai buku asset dan kewajiban. Terkadang kesalahan akuntasi ditemukan
selama proses audit. Kesalahan tersebut harus diperbaiki dan akun modal para sekutu harus disesuaikan
berdasarkan rasio laba atau rugi yang ada pada periode kesalahan ditemukan. Misalnya, jika audit
mengungkapkan bebean penyusutan tiga tahun yang lalu sebesar Rp4.000.000 lebih rendah dari
seharusnya, kesalahan tersebut diperbaiki dengan penyesuaian periode sebelumnya, dan dikenakan pada
saldo modal para sekutu sesuai dengan penyesuaian atas proporsi kepemilikannya berdasarkan rasio laba
atau rugi tiga tahun yang lalu.
Pada umumnya, sekutu yang tersisa membeli bagian sekutu yang berhenti dengan akuisisi langsung atau
persekutuan membeli bagian kepemilikan sekutu yang berhenti tersebut. Jika sekutu yang tersisa membeli
langsung kepemilikan sekutu yang berhenti, satu-satunya jurnal pada pembukuan persekutuan adalah
mencatat reklsifikasi modal sesame sekutu. Jika persekutuan mengakuisisi bagian sekutu yang berhenti,
persekutuan harus mencatat pengurangan jumlah modal persekutuana persekutuan akibat penurunan asset
atas pembayaran kepada sekutu yang behenti. Perhitungan harga pembelian ketika seorang sekkutu
berhenti dari persekutuan dapat digambarkan dalam tiga scenario berikut.
Misalnya, aldi mengundurkan diri dari persekutuan ABC pada saat saldo modalnya Rp55.000.000
setelah mencatat penungkatan pada asset persekutuan termasuk pengakuan laba sampai tanggal
pengunduran diri. Jurnal yang dicatat oleh persekutuan ABC adalah:
Kas Rp55.000.000
Jika persekutuan tidak dapat membayar dana sejumlah Rp55.000.000 kepada aldi pada saat
pengunduran diri, maka persekutuan harus mencatatnya sebagai kewajiban atas sisa yang belum
terbayar.
2. Harga Pembelian Lebih Besar Dari Saldo Kredit Modal Sekutu
Misalnua, aldi memiliki saldo modal Rp55.000.000 dan sekutu setuju membayar aldi sejumlah
Rp65.000.000. sebagian besar persekutuan akan mencatat Rp10.000.000 kelebihan pembayaran di
atas saldo modal aldi sebagai bonus penyesuaian modal depada aldi dari sekutu yang bertahan. Dalam
kasus ini, Rp10.000.000 akan mengurang modal bayu dan citra sebesar rasio laba atau rugi masing-
masing. Bayu memiliki 30% bagian dan citra memiliki 25% bagian pada laba persekutuan. Jumlah
dari bagian keduanya adalah 55% (30%+25%), dan persentase laba diantara keduanya, setalah
dibulatkan, adalah 55% untuk bayu dan 45% untuk citra, dihitung sebagai berikut.
Persentase Persentase
laba lama laba sisa
Aldi 45 0
Bayu 30 55 (30/55)
Citra 25 45 (25/55)
Total 100 100
Kas Rp65.000.000
Bonus Rp10.000.000 yang dibayarkan kepada aldi dialokasikan kepada bayu dan citra sebesar rasio
laba atau rugi masing-masing. Bayu dikenakan 55% dan citra dikenakan 45%.
Misalnya, jika Rp65.000.000 dibayarakan kepada aldi dan hanya goodwill milik aldi yang akan
dicatat, maka persekutuan akan menbuat jurnal pada mundurnya aldi sebagai berikut.
Kas Rp65.000.000
Kadangkala, harga pembelian kurang dari saldo kredit modal sekutu. Hal ini dapat terjadi jika nilai
likuidasi asset lebih kecil dari nilai bukunya atau karena sekutu yang berhenti berniat meninggalkan
persekutuan dengan cukup menerima lebih kecil dari saldo modalnya. Missal, aldi setuju menerima
Rp50.000.000 sebagai harga pembelian kepemilikannya di persekutuan harus mengevaluasi asset
bersihnya untuk menentukan jika terjadi penurunan nilai yang harus diakui. Jika tidak diperluka
revaluasi asset bersih, perbedaan Rp5.000.000 (Rp55.000.000 – Rp50.000.000) dialokasikan sebagai
penyesuaian modal bayu dan citra berdasarkan rasio laba rugi.
Disosiasi, Pembubaran, Terminasi, dan Likuidasi Sebuah Persekutuan
Pengunduran diri atau disosiasi (dissociation) adalah konsep hukum untuk pengunduran diri sekutu
Karena:
1. sekutu meninggal
2. sekutu secara sukarela mengundurkan diri (missal:pensiun)
3. keputusan pengadilan, seperti: (a) sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hukum yang
secara signifikan berakibat negative bagi persekutuan,(b) sekutu melanggar perjanjian
persekutuan, (c) sekutu menjadi debitur dalam kebangkrutan , dan (d) sekutu individual sudah
tidak mampu melaksanakan kewajibannya berdasarkan perjanjian persekutuan.
Pembubaran (Dissolution)
Terminasi dan likuidasi persekutuan dimulai setelah pembubaran persekutuan. Persekutuan tetap
beroperasi untuk tujuan khusus, yaitu penyelesaian proses penghentian bisnis. Proses terminasi mencakup
transaksi-transaksi yang diperlukan untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang , termasuk
piutang sekutu, konversi asset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban persekutuan, dan distribusi
saldo neto yang tersisa kepada para sekutu dalam bentuk kas sesuai proporsi kepemilikan modal.
Pinjaman dari sekutu. Kewajiban para sekutu atas pinjaman yang dilakukan kepada persekutuan
memiliki status yang sama dengan kewajiban persekutuan kepada kreditur pihak ketiga
Defisit akun modal sekutu. Dalam proses likuidasi, tiap sekutu yang memiliki akun modal defisit harus
melakukan kontribusi kepada persekutuan untuk menghilangkkan defisit modal tersebut. Persekutuan
melakukan distribusi likuidasi, dalam bentuk kas, kepada tiap sekutu dengan saldo modal kredit. Jika
seorang sekutu gagal melakukan kontribusi untuk menghilangkan defisit modalnya, maka seluruh sekutu
harus melakukan kontribusi, sesuai dengan proporsi pembagian kerugian, berupa tambahan jumlah yang
diperlukan untuk membayarr kewajiban persekutuan
Laporan likuidasi adalah dasar pembuatan yat jurnal untuk mencatat likuidasi. Laporan ini
menyajikan pengaruh likuidasi terhadap akun-akun neraca persekutuan dalam bentuk kertas kerja.
Laporan menunjukan konversi aset menjadi kas, alokasi keuntungan atau kerugian kepada para sekutu,
dan distribusi kas kepada para kreditur dan sekutu
Likuidasi persekutuan secara sekaligus (lump-sump liquidation) merupakan suatu proses likuidasi
di mana seluruh aset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditur eksternal
dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang
disetorkan. Meskipun kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang
sebagaimana yang diilustrasikan berikut ini, likuidasi bersamaan merupakan fokus yang bail< untuk
menjelaskan konsep utama likuidasi persekutuan.
Realisasi Aset
Pada umumnya, sebuah persekutuan mengalami kerugian ketika menjual asetnya. Persekutuan
dapat saja melakukan penjualan ‘cuci gudang karena akan tutup’ di mana persediaan diturunkan nilainya
sehingga mencapai di bawah harga jual normal dengan maksud untuk mendorong penjualan dengan
segera. Sering kali, persediaan yang tersisa dapat dijual kepada perusahaan yang mengkhususkan diri
dalam pembelian aset usaha yang mengalami likuidasi. Mebel, peralatan, dan aset perusahaan lainnya
dapat ditawarkan dengan harga diskon atau dijual kepada pihak likuidator.
Beban Likuidasi
Proses likuidasi biasanya dimulai dengan menjadwalkan aset dan kewajiban persekutuan yang
diketahui. Nama dan alamat kreditur serta jumlah yang terutang dari masing-masing pihak harus dicatat.
Sebagaimana umumnya terjadi, kreditur yang belum terjadwal akan diketahui selama proses likuidasi.
Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hukum dan akuntansi tambahan.
Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus dull biaya mencari
agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio
distribusi laba dan rugi
Ilustrasi berikut ini digunakan untuk menunjukkan likuidasi sekaligus yang dilakukan oleh
Persekutuan ABC dengan para sekutu yang terdiri dari Aldi, Bayu. dan Citra, pada 1 Mei 20X5. Pada
tahun 20X4, mereka menyesuaikan persentase distribusi laba rugi berdasarkan besarnya Peran masing-
masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah: Aldi, 40%; Bayu, 40%; dan Citra,
20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei ZOXS, pada saat para Sekutu memutuskan
untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut.
Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp10.000.000
Kewajiban Rp 42.000.000
persamaan dasar akuntansi, yaitu Aset - Kewajiban = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan dalam Akuntansi
persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah iumlah akun modal sekutu adaiah “bagai berikut.
Kasus 1 Persekutauan Masih Solven dan Tidak Terdapat Defisit dalam Akun Modal Sekutu
Figure
Kasus 1 persekutuan masih solve; tidak terdapat defisit dalam akun modal sekutu
Persekutuan ABC
Saldo Modal
Saldo sebelum
likuidasi,1 mei 10 90 (42) (34) (10) (14)
Penjualan asset
dan distribusi
keuangan sebesar
Rp 10.000.000 80 (90) 4 4 2
Pembayaran
untuk kreditur
terkenal (42) 42
Pembayaran
sekaligus
saldo pasca
likuditas 0 0 0 0 0 0
laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang mencatat proses
15 mei 20X5
20 mei 20X5
30 mei 20X5
Kas 48.000.000
Likuidasi bertahap merupakan suatu likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa bulan
dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodik, atau cicilan/bertahap, kepada
para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam
periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi aset yang sebesar
mungkin. Umumnya para sekutu menerima pembayaran periodik selama likuidasi karena mereka
memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas
kepada para sekutu sebelum likuidasi aset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus
harus berhati-hati pada saat mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di
masa mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing
sekutu. Untuk alasan ini, panduan praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan
dalam menentukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.
1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi
aktual maupun potensial telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya.
2. Antisipasilah kemungkinan yang terburuk, atau yang paling membatasi sebelum menentukan
jumlah uang tunai yang dapat diterima oleh masing-masing sekutu:
a. Asumsikanlah bahwa seluruh aset nonkas yang tersisa akan dihapuskan sebagai kerugian,
yaitu asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan aset.
b. Asumsikanlah bahwa defisit yang timbul pada akun modal para sekutu akan
didistribusikan kepada sekutu yang tersisa; asumsikan bahwa defisit tersebut tidak akan
dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan para sekutu.
3. Setelah akuntan mengasumsikan kasus terburuk yang dapat terjadi, maka sisa saldo kredit
pada akun modal menunjukkan distribusi aset dan kas yang aman yang dapat didistribusikan
kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.
3.4. Rencana Distribusi Kas
Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun rencana distribusi
kas, yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai pembayaran kas bertahap yang
akan diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia kas dalam persekutuan. Distribusi
bertahap aktual ditentukan dengan menggunakan laporan realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi
dengan skedul pembayaran aman kepada para sekutu sebagaimana yang ditunjukkan pada bagian
akhir bab ini. Rencana distribusi kas merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila
telah tersedia uang tunai.
Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan menanggung
kerugian (loss absorption power-LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai kerugian
makSimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal dan pinjaman
sekutu dilunasi. Kemampuan menanggung kerugian merupakan fungsi dari dua elemen, yaitu:
Sebagai contoh, pada l Mei 20x5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar Rp34.000.000
dan 40 persen dari bagian laba dan rugi Persekutuan ABC. LAP Aldi adalah:
Rp34.000.000
LAP = = Rp85.000.000
0,4
Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan aset nonkas atau beban likuidasi tambahan
sebesar Rp85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal Aldi dengan
perhitungan sebagai berikut.
Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan untuk mengubah
bentuk usaha menjadi perseroan agar dapat memperoleh akses pendanaan ekuitas tambahan,
membatasi tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan pajak tertentu atau untuk
mencapai tujuan usaha lain yang cukup berat. Pada saat pembentukan perseroan, persekutuan
dihentikan, sedangkan aset dan kewajibannya direvaluasi menjadi sebesar nilai pasar.
Keuntungan atau kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan kepada akun modal para sekutu
sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi.
Modal saham dalam perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara proporsional
pada akun modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah persekutuan harus menutup catatan
akuntansinya dan perseroan, sebagai entitas baru, harus membuka catatan akuntansi yang baru
untuk mencatat penerbitan modal saham ke para sekutu persekutuan sebelumnya.
Neraca saldo Persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang ditunjukkan
sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan pengubahan persekutuan menjadi perseroan.
Misalkan para sekutu bersepakat untuk mengubah persekutuan menjadi perseroan, dan bukan
melakukan likuidasi sebagaimana yang dijelaskan dalam bab ini.
Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari persekutuan
menjadi perseroan, seluruh aset dan kewajiban harus diperiksa dan dinilai berdasarkan nilai
pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus didistribusikan kepada para sekutu sesuai
dengan rasio pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu. Misalkan, aset nonkas memiliki
nilai pasar sebesar Rp80.000.000. Kerugian nilai pasar sebesar Rp10.000.000 dialokasikan ke
dalam akun modal para sekutu sebelum pembentukan perseroan, sebagai berikut.
Tentu saja dalam praktiknya, akun aset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi umum
seperti aset nonkas. Keuntungan atas revaluasi aset juga dapat terjadi jika sebuah persekutuan
yang sukses memilih untuk berubah menjadi perseroan.
Aset neto persekutuan mempunya nilai wajar Rp48.000.000 (Rp90.000.000 aset
dikurangi Rp42.000.000 kewajiban). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa dengan
nilai par Rpl.000 per lembar untuk ditukar dengan aset dan kewajiban Persekutuan ABC. Ayat
jurnal yang dibuat PT Induk untuk memperoleh aset dan kewajiban persekutuan yang ditukar
dengan penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut.
Kewajiban 42.000.000
Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan.
Kewajiban 42.000.000
Kas 10.000.000
Aset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar dalam ayat jurnal (4) di atas.
Untuk mendistribusikan saham kepada para sekutu dan menutup buku persekutuan, ayat jurnal
final adalah sebagai berikut.
Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat otonomi.
Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai “agen” biasanya tidak
beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen penjualan dapat
memajang dan mendemostrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan mengatur pengiriman.
Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang penyediaan
jasa yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda dengan
perusahaan individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan mengarsip
pesanan pelanggan. Banyak perusahaan yang beroperasi melalui cabang-cabang. Hampir setiap
orang pernah mengunjungi cabang department store ternama seperti Matahari dan Sogo. Bank
secara khusus telah melakukan perluasan melalui pembukaan jaringan cabang bank secara
ektensif. Beberapa perusahaan manufaktur juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi operasi
yang dapat dibandingkan, biasanya disebut dnegan “pabrik”. Misalnya, PT Indofood
menjalankan proses produksi di berbagai pabrik di lokasi Jakarta, Bndung, Medan, Banjarmasin,
dan Makassar.
Sistem pengambilan keputusan manajemen pada agen penjualan kecil antara lain adalah
bahwa keputusan-keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi rutin.
Tingkat pengambilan keputusan manajemendi cabang biasanya lebih tinggi dibanding agen
penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.
Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi
terkait dengan agen terkait oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnak yang
dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen. Misalnya, kantor pusat
mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji, dan dokumen Voucher kas
kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat berdasarkan dokumen
sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke kantor pusat. Misalkan, perusahaan
yang memberikan jasa gas, listrik, air, dan telekomunikasi ke agen dapat mengirim tagihan
langsung ke kantor pusat.
Kantor pusat umumnya mencatat aset, pendapatan, dan beban tiap agen secara terpisah.
Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam
penilaian kinerja tiap agen.
Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, pada PT Cemara, sebuah perusahaan
manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta, yang membangun sebuah agen penjualan di
Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi khas agen penjualan di
pembukuan kantor pusat.
Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti biasa.
Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali bahwa mereka
turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun resiprokal antara
kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat dan kantor cabang selesai
dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat akan sama jumlahnya
namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun antarperusahaan di pembukuan cabang.
Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit sebuah akun antarperusahaan Rp 10.000.000,
akun terkait akan muncul di pembukuan kantor cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit.
Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di cabnag, sementara
akun resiprokal di pembukan cabang dinamakan Kantor pusat. Ketika suatu perusahaan memiliki
lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap cabang.
Penjelasan tntang akun investasi di Cabng dan Kantor Pusat, dan bagaimana pengaruhnya
terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini :
Pendirian Cabang
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat pleh
kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabnag mencatat transfer tersebut di
akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jya yang berlokasi di Jakarta, mendirikan sebuah
cabang di Medan, Sumatera Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang berupa kas
Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru senilai
Rp30.000.000. kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan ayat
jurnal berikut ini.
B(2) Kas 20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Toko 30.000.000
Kantor Pusat 55.000.000
(Transfer Aset dari kantor pusat)
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi di
Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo
resiprokal Rp55.000.000. neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah transfer
adalah seperti berikut :
Cabang Medan PT Jaya
Neraca
Aset: Kewajiban:
Kas Rp 20.000.000
Peralatan Kantor Rp 5.000.000
Peralatan Toko Rp 30.000.000 Kantor Pusat Rp 55.000.000
Total Rp 55.000.000 Total Rp 55.000.000
Jika laporan keuangan cabang disusun untuk tujuan pelaporan internal, maka laporan
keuangan eksternal merefleksikan aktivitas dan posisi perusahaan secara keseluruhan. Akun-
akun di pembukuan kantor pusat dan cabang digabungkan dalam penyusunan laporan keuangan
untuk merefleksikan suatu entitas tunggal yang terdiri atas kantor pusat dan cabang-cabangnya.
Klasifikasi penyajian akun Investasi di Cabang Medan dan akun Kantor Pusat bukanlah suatu hal
penting karena kedua akun akan dieliminisasi saat penyuunan lapotan keuangan untuk tujuan
eksternal.
Pengakuan Laba Cabang
Laba tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara normal seperti biasa. Cabang jarang
menhitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap cabang atau mencatat beban pajak
penghasilan atas laba di pembukuannya. Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan entitas legal
terpisah, pajak penghasilan atas laba dihitung sebagai kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
Beban pajak dapat dialokasikan ke setiap cabang oleh kantor pusat, namun hal ini tidak umum
dilakukan karena akan sedikit mengganggu pengendalian internal.
Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti cara biasa. Saldo
ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun Kantor
Pusat. Akun Kantor pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada pembukuan
cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor pusat untuk
mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di cabang.
Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit
Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi di tutup di buku Cabang Medan
dengan ayat Jurnal sebagai berikut:
B(3) Ikhtisar Laba Rugi 63.000.000
Kantor Pusat 63.000.000
(Menutup Ikhtisar Laba Rugi)
Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai
berikut:
H(4) Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Laba Cabang Medan 63.000.000
(mencatat laba cabang medan)
Ayat-ayat jurnal di atas menunjukkan hubungan resiprokal antara akun Investasi di Cabang
Medan dan akun Kantor Pusat. Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara
keseluruhan, akun Investasi di Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun Laba Cabang
Medan seluruhnya harus dieliminasi.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut.
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun cabang
harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang ditrasfer
diistilahkan sebagai harga transfer. Persediaan yang ditrasfer dari kantor pusat ke cabang dapat
dinyatakan sebesar nilai perolehan di kantor pusat ataupada suatu nilai yang melebihi nilai
perolehannya.
Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang
diperoleh dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat
jurnal berikut:
B(7) Persediaan 8.000.000
Kantor Pusat 8.000.000
(transfer persediaan dari kantor pusat)
Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai
keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang dan menagihkan
cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor pusat. Ketika di kantor pusat
timbul biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan persediaan pada harga lebih murah melalui
kuantitas pembelian atau memproduksi persediaan, perusahaan dapat memilih untuk
mengalokasikan atas laba penjualan persediaan antara kantor pusat dan cabang yang menjual.
Kantor pusat dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih antara biaya perolehannya
dengan harga transfer ke cabang. Selisih ini disebut laba antar perusahaan. Laba cabang dihitung
sebagai selisih antara harga transfer dengan harga jual ke pihak eksternal.
Walaupun perusahaan dapat menerapkan berbagai jenis system akuntansi
pertanggungjawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan persediaan
sebesar harga perolehannya (kecuali nilai pasar lebih rendah) dan tidak boleh memasukkan laba
samapi persediaan dijual ke pihak eksternal. Untuk tujuan laporan eksternal dalam
penyusunannya laba yang belum terealisasi harus dieliminasi. Proses ini dilakukan menggunakan
kertas kerja yang sama dengan yang digunakan dalam proses penyusunan laporan konsolidasi.
Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke cabang pada akun terpisah,
sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba dari penjualan antar perusahaan sampai
persediaan dijual ke pihak eksternal oleh cabang.
Berikut contoh perlakuan jika terjadi laba antar perusahaan dalam pengiriman persediaan
ke cabang, asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga Rp.12.000.000
dan mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar Rp.15.000.000. Kantor pusat
mencatat pengiriman persediaan sebagai berikut.
Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Alternatif lain perusahaan dapat menganggap bahwa laba antar perusahaan seharusnya
dialokasikan ke kantor pusat atas jasa yang telah diberikan. Untuk kasus tersebut, laba antar
perusahaan diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.
H(12a) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 2.400.000
Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang 2.400.000
(mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8
Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk pembelian asset tetap
cabang taupun penyusutan stelahnya atas asset tersebut. Sebaliknya jika asset tetap yang dibeli
kantor pusat untukcabang dan cabang mencatat asset tersebut pada bukunya, maka ayat jurnal
perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi kantor pusat PT Jaya membeli peralatan took senilai Rp.30.000.000
untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
H(13) Investasi di Cabang Medan 30.000.000
Kas 30.000.000
(membeli peralatan untuk cabang Medan)
Ketika asset tetap cabang dicatat hanya di buku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal yang
dicatat oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Miasalnya jika kantor pusat PT
Jaya membeli Rp.30.000.000 peralatan took untuk cabang Medan dan peralatan dicatat di
pembukuan kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian tersebut
sebagai berikut.
Jika cabang membeli asset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat
jurnal harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya cabang medan PT Jaya
membeli peralatan took senilai Rp. 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat oleh
kantor pusat. Cabang mencatat pembelian asset tetap sbagai berikut.
Pembagian Beban
Pengalokasian beban dapt dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar oleh kantor pusat
2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang
3. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat
Dalam beberapa kasus biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang dan
dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun sering kali cabang yang mendapat alokasi beban
diberitahutentang jumlah yang dialokasikan.
Sebagai contoh perlakuan alokaso biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat PT
Jaya berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang medan.
Beban utilitas (buaya terjadi di cabang Medan dan ditagih ke Rp 14.000.000
akun utama kantor pusat)
Beban Penyusutan (aset cabang Medan yang di catat di
pembukuan kantor pusat) Rp 3.000.000
Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan
penjualan bruto) Rp 8.000.000
Total Rp 35.000.000
Kantor pusat sudah mencatat beban-beban secara biasa, seolah-olah beban-beban terkait
dengan kantor pusat. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut setelah memberitau cabang
medan bebab yang dialokasikan sevbesar Rp.35.000.000
Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut
sebagai berikut.
B(19) Beban Utilitas 14.000.000
Beban Penyusutan 3.000.000
Beban Overhead Umum 18.000.000
Investasi di Cabang Medan 35.000.000
Laba antar perusahaan yang telah terealisai pada akhir tahun dialokasikan ke kantor pusat dan
dicatat pada pembukuan kantor pusat dengan akun yang bernama Laba Terealisasi Atas
pengiriman ke Cabang. Akun laba antar perusahaan belum terealisasi diurangi dengan nilai yang
sama, sehingga meninggalkan saldo sebesar Rp.1.600.000.
Pada 31 Desember 19X1, kertas kerja digunakn dalam penyusunan laporan keuangan PT
Jaya, ayat-ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.
E(20) Laba Cabang Medan 63.000.000
Kantor pusat sebelum saldo penutup 70.000.000
Investasi di Cabang Medan 133.000.000
(mengeliminasi akun antar perusahaan)
Ayat jurnal E(20) mengeliminasi akun-akun yang resiprokal sehingga laporan keuangan
menunjukkan laporan perusahaan sebagai entitas tunggal. Oleh karena yng disisipkan adalah
laporan keuangan lengkap, akun-akun individual pendapatan dan beban cabang digabung dengan
yang dimiliki oleh kantor pusat. Untuk menghindari dua kali perhitungan terhadap labai cabang,
maka laba cabang ang dicatat pada pembukuan kantor pusat harus dieliminasi. Oleh karena akun-
akun individual pendapatan dan beban cabang dilaporkan pada laporan keuangan , akun-akun
tersebut tidak dieliminasi.
Akibatnya ayat jurnal E(20) dapat dilihat dalam dua bagian. Bagian pertama mengeliminasi
laba cabang yang dicatat pada pembukuan kantor pusat sebesar nilai akun investasi yang
meningkat pada saat akntor pusat mengakui laba cabang.
E(20a) Laba Cabang Medan 63.000.000
Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Bagian kedua ayat jurnal E(20) mengeliminasi sisa saldo akun investasi terhadap saldo akun
resiprokal Kantor pusat di cabang sebelum penutupan
E(20b) Kantor pusat, sebelum saldo penutup 70.000.000
Investasi di Cabang Medan 70.000.000
Ayat jurnal ini mengeliminasi saldo-saldo yang terdapat di dua akun resiprokal jika tidak ada
laba cabang. Pendebitan akun kantor pusat sebelum dibuat jurnal penutup dapat dianalogikan
sebagai eliminasi saldo laba awal dalam ayat jurnlaeliminasi investasi untuk menyusun laporan
keuangna konsolidasi.
Ayat jurnal E(21) mengeliminasi akun yang digunakan oleh kantor pusat untuk mengakui
laba antar perusahaan dalam pengiriman ke cabang yang telah terjual ke pihak eksternal dan
mengurangi beban harga pokok penjualan yang divcatat oleh cabang.
Ayat jurnal E(22) Mengeliminasi laba belum terealisasi dari saldo akhir persediaan cabang,
sehingga membuat nilai persediaan kembali ke harga perolehan awal. Ayat jurnal E(23)
mengklasifikasikan seluruh persediaan dalam akun yang sama disbanding memisahkan yang
dikirim ke cabang dari kantor pusat.
PT Ultra Surabaya, Jawa timur, distributor peralatan kantor, mendirikan kantor cabang penjualan
di Denpasar, Bali. Kantor pusat menjual baik ke konsumen ritel maupun ke cabang bali dengan
laba atas penjualan antar perusahaan yang dialokasikan ke kantor pusat. Asumsi lainnya adalah
sebagai berikut :
a. PT Ultra mendirikan cabang denpasar pada tahun 19X1 dengan mentransfer kas
Rp.30.000.000. sebagai, tambahan kantor pusat juga mentransfer peralatan dan perabotan
kantor baru senilai Rp.100.000.000 ke cabang denpasar
b. Selama tahun 19X1, kantor pusat dan cabang denpasar membeli persediaan masing-
masing sebesar Rp.260.000.000 dan Rp.50.000.000 dari pihak ekternal
c. Selama tahun berjalan, kantor pusat mentransfer persediaan ke cabang denpasar dengan
total harga transfer Rp.110.000.000. harga perolehan persediaan kantor pusat senilai
Rp.70.000.000
d. Kantor pusat menjual persediaan Rp.254.000.000 ke pihak eksternal dengan harga
Rp.500.000.000 selama tahun berjalan dan piutang yang berhasil ditagih sebesar
Rp.480.000.000. cabang denpasar menjual persediaan senilai Rp.128.000.000 ke pihak
eksternal dengan harga Rp.200.000.000 dan berhasil menagih piutang sebesar
Rp.158.000.000. dari jumlah persediaan yang dijual cabang denpasar sebesar
Rp.38.000.000 dibeli daripihak eksternal
e. Cabang denpasar mengirimkan kas sebesar Rp.70.000.000 ke kantor pusat
f. Selama tahun berjalan beban operasi yang terjadi di kantor pusat sebesar Rp.133.000.000
sementara beban operasi yang terjadi di cabang denpasar sebesar Rp.34.000.000
g. Kantor pusat membayar utang sebesar Rp.390.000.000 selama tahun 19X1, sementara
cabang denpasar membayar utang Rp.77.000.000
h. PT Ultra mengumumkan dan membayar deviden sebesar Rp.50.000.000
i. Pada akhir tahun 19X1, kantor pusatmencatat penyusutan sebesar Rp.30.000.000,
sementara cabang denpasar mencatat penyusutan sebesar Rp.6.000.000
j. Pada akhir tahun 19X1, saldo persediaan cabang tersisa yang dibeli dari pihak eksternal
adalah senilai Rp.12.000.000. persediaan cabang yang tersisa yang berasal dari transfer
kantor pusat memiliki harga perolehan di kantor pusat senilai Rp.15.000.000 dan ditagih
ke cabang pada harga Rp.20.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat aktivitas ini ada pada pembukuan kantor pusat dan cabang
denpasar ditunjukan pada figure 18-2
Kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan PT Ultra tampak pada figure 18-3. Dua
kolom pertama adalah saldo akun-akun dari pembukuan kantor ppusat dan cabang
denpasar, dua kolom berikutnya adalah ayat jurnal kertas kerja yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi dan menyesuaikan saldo, kolom terakhir adalah total dari setiap pos akun.
sald
i
31 Desember 19X1, kertas kerja PT Ultra Laporan keuangan gabungan kantor pusat dan cabang
Pos Kantor pusat Cabang dps Eliminations Gabungan
Debit Kredit
Penjualan 500.000.000 200.000.000 700.000.000
Laba cbg dps 32.000.000 24)32.000.000
Laba telah
terealisasi atas
pengiriman ke 35.000.000 25)35.000.000
cbg 567.000.000 200.000.000 700.000.000
Kredit
254.000.000 128.000.000 25)35.000.000 347.000.000
Beban HPP
Penyusutan 30.000.000 6.000.000 36.000.000
Beban lainya 33.000.000 34.000.000 167.000.000
Debit (417.000.000) (168.000.000) (550.000.000)
150.000.000 32.000.000 67.000.000 35.000.000 150.000.000
Saldo laba 1
285.000.000 285.000.000
Januari
Kantro pusat
sebelum
penutupan 170.000.000 150.000.000
24)170.000.000
Laba neto dari 150.000.000 35.000.000 435.000.000
atas 67.000.000
435.000.000 32.000.000 (50.000.000)
Dividen (50.000.000) 202.000.00
diumumkan
Saldo laba 31 385.000.000 202.000.000 35.000.000 385.000.000
237.000.000
desember
dibawa
kebawah
Kas
Piutang dgang 47.000.000 41.000.000 88.000.000
Persediaan 75.000.000 42.000.000 26)5.000.000 117.000.000
Persediaan- 52.000.000 12.000.000 27) 15.000.000 27)15.000.000 79.000.000
dari kantor pst
20.000.000
Tanah
Bangunan dan 105.000.000 105.000.000
Bngnan dan 545.000.000 100.000.000 645.000.000
peralatan
Invet. cbg dps 202.000.000 24)202.000.000
Debit
1.026.000.000 215.000.000 1.034.000.000
Akumulasi 105.000.000 6.000.000 111.000.000
penyusutan
Utang dagang 31.000.000 7.000.000 38.000.000
Saham biasa 500.000.000 500.000.000
Saldo laba
(dan ktr pst)
dari atas 385.000.000 202.000.000 237.000.000 35.000.000 385.000.000
Labaantarperu
shaan blm 5.000.000 26) 5.000.000
terealisasi
Kredit
1.026.000.000 215.000.000 257.000.000 257.000.000 1.034.000.000
Laba belum terealisasidi persediaan awal cabang
Laba antaperusahaan yang termasuk dalam persediaan awal cabang diakui pada pembukiaan
awal kantor pusat sebagai laba terealisasi ketika persediaantelah dijual oleh cabang.
Perlakuannya sama seperti jika transfer terjadi saat periode berjalan.
PT Ultra
Laporan Laba Rugi
Untuk periode tahun 19X1
Penjualan Rp.700.000.000
Beban harga pokok penjualan (347.000.000)
Laba bruto Rp.353.000.000
Beban :
Penyusutan Rp.36.000.000
Beban lain 167.000.000 (203.000.000)
Laba neto Rp.150.000.000
PT Ultra
Laporan Perubahan Saldo Laba
Untuk periode tahun 19X1
PT Ultra
Neraca
31 Desember 19X1
Aset :
Kas Rp.88.000.000 Rp.88.000.000
Piutang dagang 117.000.000
Persediaan 79.000.000
Tanah 105.000.000
Bangunan dan
Peralata Rp.645.000.000 Saham biasa 500.000.000
Dikurangi: Saldo laba 385.000.000 885.000.000
akm.penyusutan (111.000.000) 534..000.000
Total aset Rp.923.000.000
Rp.923.000.000