Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
: 1 – 11
Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dianggap sebagai strategi yang tepat untuk diterapkan bagi situasi
perekonomian di Kota Semarang karena selain mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi juga dapat
mendorong kemandirian dan ketahanan ekonomi. Visi Kota Semarang menekankan peran sektor perdagangan
dan jasa dalam pembangunan ekonomi, untuk itu dibutuhkan kajian yang dapat mengidentifikasi sub sektor
perdagangan dan jasa sebagai penggerak ekonomi utama beserta gambaran daya saingnya. Daya saing sektor
perdagangan dianalisis pada variabel lingkungan usaha, dinamika usaha, inovasi usaha, dan efektifitas
pemerintah. Studi ini menemukan bahwa usaha dengan peringkat daya saing tertinggi terdapat pada
perdagangan batik, obat, consumer goods dan kerajinan kaligrafi. Peringkat daya saing yang cukup tinggi pada
perdagangan buku, kertas dan usaha foto copy. Hal ini membuka peluang bagi Kota Semarang untuk
meningkatkan perannya sebagai Kota Pendidikan atau Kota Perkantoran.
*)
Staf Pengajar Jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah Universitas Diponegoro Semarang
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan
yang lebih mendalam untuk menindaklanjuti antar daerah. Tidak saja implementasi pelayanan
harapan tersebut, terutama dalam rangka satu atap, tetapi juga perlunya koordinasi antar
memperjelas seperti apa daya saing sektor- instansi kementrian teknis yang membawahi
sektor ekonomi yang telah berkembang di Kota pengeluaran ijin untuk menghindari tumpah
Semarang pada saat ini, sehingga dapat tindih peraturan dalam pendaftaran usaha baru.
diperoleh panduan dalam penerapan kebijakan
Daya saing sektor perdagangan akan dianalisis
PEL secara nyata. Atas dasar inilah kegiatan
dengan sejumlah variabel yang telah dirumuskan
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor
oleh GTZ-red (2006)
Usaha dan Penerapan Kebijakan PEL
Kota Semarang perlu untuk segera dilakukan.
VARIABEL DAYA SAING
Konsep Daya Saing Usaha Lingkungan usaha, terkait dengan (i)prospek
Stern 2002 dalam ADB (2005) menyebutkan masa lalu (kondisi sub-sektor perdagangan
bahwa iklim investasi adalah semua kebijakan, sekitar dua tahun lalu), (ii) prospek masa
kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang depan (kondisi sub-sektor perdagangan pada
berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa yang akan datang), (iii) kesulitan
masa datang, yang bisa mempengaruhi tingkat rintangan usaha, (iv) masalah terkait dengan
pemasaran, distribusi, dan pengadaan, (v)
pengembalian dan resiko suatu investasi. Pola
masalah terkait dengan tenaga kerja, dan (vi)
umum yang terjadi jika iklim bisnis tidak
ketersediaan bergabung dengan asosiasi
kondusif maka akan terjadi penurunan investasi
bisnis perdagangan.
dan berujung pada penurunan pendapatan Dinamika Usaha, terkait dengan (i) pelaku
daerah. Sedangkan khusus untuk Indonesia bisnis pemula (% pengusaha yang masuk sub-
selama satu dasawarsa terakhir ini, angka sektor tersebut kurang dari 10 tahun), (ii)
pengangguran sepertinya tidak terpengaruh dan kapasitas pelibatan tenaga kerja (% usaha
terus tinggi. Iklim bisnis yang tidak kondusif dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang),
berarti menjadi kondisi yang akan turut (iii) produktivitas pemasaran, distribusi, dan
memperparah kondisi pengangguran di pengadaan (% usaha dengan omset diatas 500
Indonesia. juta), (v) keinginan menggunakan kredit, (vi)
kesediaan untuk mengajukan kredit, (vii)
Studi yang dilakukan oleh ADB (2005) telah
perbandingan modal dan utang, (viii) bentuk
menghasilkan sejumlah fakta-fakta yang terbukti hukum, (ix) kapasitas manajerial (% usaha
menghambat sektor bisnis di Indonesia. dengan pemilik lulus akademi dan universitas)
Mengingat bahwa studi tersebut menggunakan Inovasi Usaha, terkait dengan (i) inovasi
sampel yang representatif, sangat besar sekali dalam pemasaran atau promosi, (ii) inovasi
kemungkinan bahwa fakta-fakta tersebut dalam penjaminan kepuasan konsumen, (iii)
berlaku juga bagi sektor bisnis di Kota kemampuan dalam menggunakan jasa
Semarang seperti: konsultasi, pelatihan pemasaran,
hukum, akuntansi, manajemen yang
Studi mengenai iklim investasi di kota - kota di
merepresentasikan keinginan sektor usaha
Indonesia juga dilakukan oleh Lembaga dalam meningkatkan inovasi.
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Efektivitas Pemerintah, terkait dengan (i)
Indonesia (LPEM-UI). Berdasarkan studi konsistensi kebijakan sub-sektor perdagangan
tersebut dapat disimpulkan bahwa secara yang dibuat oleh pemerintah, (ii) korupsi/
keseluruhan, persepsi perusahaan dalam iklim pembayaran informal, (iii) kepastian hukum/
investasi di Indonesia selama kurun satu kepercayaan pada sistem hukum yang
semester terakhir (akhir 2005 hingga berlaku, (iv) tingkat atau derajat dampak
pertengahan 2006) untuk sebagian besar peraturan pada sub-sektor perdagangan, (v)
indikator makin menghambat dunia usaha. Hal formalisasi usaha (% usaha yang terdaftar),
ini berarti tekanan dalam perekonomian dari dan (vi) kesadaran tentang peraturan.
instabilitas nilai tukar, peningkatan inflasi dan
tingkat suku bunga, dan peningkatan harga BBM Sumber : GTZ-red (2006)
hanya sedikit menjadi perhatian dunia usaha.
Beberapa indikator mikroekonomi terkait
dengan dunia usaha makin memburuk.
Pengembangan Ekonomi Lokal
transportasi, listrik dan peraturan
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan
ketenagakerjaan dianggap makin menghambat.
urgensi/kebutuhan yang sangat diperlukan
Bagi usaha (perusahaan) baru, peraturan dan
secara nasional baik oleh daerah maju maupun
perijinan yang diperlukan untuk memulai suatu
daerah yang relatif tertinggal. Hal tersebut
usaha sangat membingungkan dan inkonsisten
dilatarbelakangi oleh adanya sistem
antara satu ijin dengan ijin lainnya, antara
pemerintahan yang terdesentralisasi sehingga
2
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11
3
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)
4
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11
Penilaian dari masing – masing variabel mengenai kondisi eksternal dikaitkan dengan
kemudian disimpulkan untuk didapatkan kebijakan pemerintah dalam peningkatan daya
peringkat komoditas masing – masing usaha saing dan kebijakan mengenai kebijakan
dalam subsektor perdagangan dan jasa di Kota pengembangan ekonomi lokal. Analisis kondisi
Semarang. internal terdiri dari analisis mengenai peringkat
daya saing dan analisis mengenai pengembangan
Proses analisis dalam studi ini terbagi dalam dua
ekonomi lokal.
item analisis utama yaitu analisis mengenai
kondisi internal dan kondisi eksternal. Analisis
5
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)
Tabel 1
Rumusan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal
No Kebijakan Kebutuhan Kenyataan
1. Pemangkasan proses Peningkatan peran swasta Perijinan Terkait Dukungan dalam Sektor
perijinan investasi (dunia usaha) dan masyarakat Perdagangan dan Jasa di Semarang Masih
melalui kerangka regulasi, Belum Efektif.
kerangka investasi dan
pelayanan publik
2. Peningkatan keterpaduan Melibatkan pemerintah, dunia Kerjasama antara pemerintah, dunia usaha,
antar lembaga pembina, usaha, masyarakat lokal, dan masyarakat, maupun organisasi masih belum
dunia usaha, dan masyarakat organisasi masyarakat madani terjalin koordinasi yang baik dan saling
untuk mengembangkan mendukung.
ekonomi pada suatu wilayah
tertentu
3. Pengembangan SDM sektor Peningkatan kandungan Peningkatan SDM pelaku usaha dalam
industri dan perdagangan lokal,masyarakat lokal dan subsektor perdagangan dan jasa dimaksudkan
secara intensif melalui dunia usaha lokal untuk meningkatkan daya saing produk. Akan
transformasi teknologi tetapi dalam pelaksanaannya, upaya
4. peningkatan daya saing peningkatan SDM masih belum tepat sasaran
produk UKM sehingga kegiatan yang dilaksanakan sia-sia
5. Pengembangan kawasan Pelibatan stakeholders secara Kerjasama antar daerah yang dijalin masih
Joglosemar (Yogyakarta, substansial dalam suatu belum mampu mengembangkan potensi lokal
Solo, dan Semarang) kemitraan strategis Kota Semarang.
6. Penciptaan iklim investasi Peningkatan ketahanan dan Iklim investasi yang ada di Kota Semarang
yang kondusif kemandirian ekonomi dapat dikatakan cukup bagus, tetapi kondisi
tersebut terganjal dengan proses perijinan
yang belum efektif.
7. Pembangunan kemitraan Penerapan kerjasama yang Pembangunan Kemitraan Dalam Upaya
tepat terutama dalam Pengembangan Lokal Kota Semarang telah
pengembangan jaringan dilakukan baik pengembangan jaringan antar
pemerintah dan pengusaha maupun antara
pemerintah dengan pengusaha. Pembangunan
kemitraan yang dijalin tersebut baik berupa
peningkatan SDM maupun sharing teknologi
8. Kebijakan penggalian potensi penciptaan investasi lingkungan Kebijakan penggalian potensi wisata guna
wisata yang baik dalam mendukung penciptaan lingkungan investasi yang
pengembangan lokal mendukung pengembangan lokal telah
dilakukan Kota Semarang. Akan tetapi upaya
tersebut kurang didukung dengan adanya
proses perijinan dan infrastruktur yang
mendukung.
9. Kebijakan dalam pemberian Peran pemerintah terkait Upaya pemberian bantuan modal di kota
bantuan modal dalam membuka pasar, semarang dilakukan melalui pemberian modal
10. Kebijakan bantuan pembangunan hubungan bergilir serta juga terdapat bantuan
pemasaran untuk membentuk rekanan pemasaran. Akan tetapi dalam pemasaran
dan akses pada bisnis produknya mengalami jalan di tempat karena
pelayanan pembangunan terkadang terkendala oleh kebijakan sepihak
(Business Development dari pengelola outlet.
Services), keuangan dan akses
pada pasar, dan menciptakan
lingkungan
Sumber : Analisis Penyusun, 2008
Lingkungan Usaha
Peringkat Daya Saing Sub Sektor Usaha Berdasarkan beberapa variabel yang terkait
Perdagangan dan Jasa dengan lingkungan usaha yaitu perkembangan
Simpulan penilaian karakteristik subsektor usaha, perkiraan perkembangan usaha di masa
perdagangan dan jasa di kota Semarang depan, penyerapan tenaga kerja serta partisipasi
didasarkan pada kompilasi keseluruhan variabel dalam asosiasi maka dapat dikategorikan
penilaian kondisi subsektor perdagangan dan jasa lingkungan usaha subsektor perdagangan dan jasa
yaitu dinamika usaha, lingkungan usaha, inovasi di Kota Semarang, yaitu rendah, sedang dan tinggi
serta keefektifan pemerintah. (perhitungan lihat di lampiran). Berdasarkan
6
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11
analisis mengenai lingkungan usaha dapat perdagangan dan jasa di Kota Semarang relatif
dikatakan bahwa subsektor perdagangan dan jasa kondusif meskipun belum menunjukkan
di Kota Semarang termasuk dalam kondisi lingkungan yang mendukung.
sedang. Kondisi ini dapat diartikan bahwa
perkembangan lingkungan usaha subsektor
Gambar 2
Kondisi Lingkungan Usaha
Berdasarkan diagram dapat disimpulkan bahwa serta peluang pengembangan usaha kedepan yang
lingkungan usaha subsektor perdagangan dan jasa kurang baik. Subsektor perdagangan dan jasa yang
di Kota Semarang memiliki potensi yang cukup memiliki lingkungan usaha yang baik diantaranya
baik untuk dikembangkan kedepannya. Hal buku, apotik, game online dan restoran
tersebut dapat terindikasi dari persentase jumlah dipengaruhi perkembangan dan peluang usaha
usaha yang memiliki lingkungan usaha sedang dan yang baik serta tingginya angka penyerapan tenaga
baik cukup banyak. Subsektor perdagangan dan kerja. Berdasarkan pemeringkatan yang telah
jasa yang termasuk lingkungan usaha buruk dilakukan, dapat disimpulkan bahwa usaha yang
diantaranya jasa penyedia angkutan, kerajinan memiliki lingkungan usaha yang baik untuk sektor
tangan dan perdagangan kaleng. Sebagian besar jasa adalah jasa hiburan game online dan taman
hal tersebut dipengaruhi perkembangan usaha hiburan, fotokopi, restoran serta perhotelan
Dinamika Usaha
Kondisi dinamika usaha subsektor perdagangan yaitu jasa restoran baik lokal maupun franchise,
dan jasa di Kota Semarang sudah relatif baik. perdagangan kertas, barang kerajinan maupun
Berdasarkan analisis (lihat lampiran), sebesar 29% consumer goods grosir. Beberapa hal yang
responden memiliki kondisi yang baik, 45% berpengaruh terhadap kondisi dinamika usaha
sedang dan 26% buruk. Berdasarkan diagram tersebut diantaranya promosi yang dilakukan,
disamping ini, dapat disimpulkan bahwa beberapa distribusi usaha serta upaya memperbesar usaha
usaha yang memiliki kondisi dinamika usaha baik melalui penambahan modal dengan kredit.
7
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)
8
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11
Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan merupakan usaha dengan komoditas lokal di
beberapa usaha dalam subsektor perdagangan Kota Semarang seperti batik, makanan dan
dan jasa yang menganggap bahwa efektivitas restoran. Sumber : Analisis Penyusun, 2008
pemerintah sudah baik sebagian besar
Gambar 7
Pemeringkatan Efektivitas Pemerintah Subsektor Jasa dan Perdagangan
Kesimpulan
Penelitian mengenai Analisis Peringkat Daya saat ini belum mendukung pengembangan
Saing Sektor Usaha dan Penerapan Kebijakan ekonomi lokal di Kota Semarang
Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Semarang khususnya terkait dengan pelayanan publik,
menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai infrastruktur serta kerjasama antar daerah.
berikut: Lingkungan Usaha, kondisi subsektor
Kebijakan pengembangan ekonomi perdagangan dan jasa di Kota Semarang
lokal, kebijakan pengembangan ekonomi termasuk dalam kondisi sedang. Kondisi ini
lokal yang ada belum mampu menjawab dapat diartikan bahwa perkembangan
kebutuhan pengembangan ekonomi lokal lingkungan usaha subsektor perdagangan
serta daya saing usaha subsektor dan jasa di Kota Semarang relatif kondusif
perdagangan dan jasa. Kebijakan yang ada meskipun belum optimal dalam
9
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)
10
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11
Kota Semarang juga berpeluang dalam Cluster Uggulan Jawa Tengah 25-26 April
meningkatkan perannya sebagai Kota 2007. Semarang.
Pendidikan atau Perkantoran. Hal ini Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2006: tentang
ditunjukkan oleh peringkat daya saing yang Paket Kebijakan Investasi dimana dalam
cukup tinggi dari perdagangan buku, kertas dan kebijakan tersebut dituangkan berbagai
usaha foto copy. hal yang harus diatur kembali agar iklim
Pengembangan peran Kota Semarang dari investasi di Indonesia dapat tumbuh dan
bertumpu pada perdagangan dan jasa ke bersaing di skala internasional. Disamping
peningkatan dan perkuatan peran sebagai Kota itu peraturan-peraturan daerah (Perda)
Wisata dan Pendidikan/Perkantoran tersebut yang sudah diterbitkan.
perlu didukung dengan kebijakan pengembangan Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri
yang bertumpu pada potensi lokal yang dimiliki Indonesia : Menuju Negara Industri Baru
oleh Kota Semarang. Hal ini penting agar 2030?. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
dampak ikutan yang timbul dapat meningkatkan Kristianto Lilik. 2006. Forum : Sinergi Joglosemar
perekonomian Kota Semarang. dan Pelayanan Publik. Kompas Cetak Edisi
Reformasi pelayanan publik menjadi penting Rabu, 24 Mei 2006.
dilakukan guna meningkatkan efektivitas http://www2.kompas.com/kompas-
pemerintah, agar daya saing Kota Semarang cetak/0605/24/jogja/24557.htm ( 7 Juli
dalam pengembangan ekonomi lokal juga 2008).
meningkat. Adapun pelayanan publik tersebut LPEM-UI. 2006. Ringkasan Eksekutif Survei Tahap
akan terkait pada peningkatan pelayanan dalam Ketiga Monitoring Iklim Investasi di
prosedur birokrasi dan perijinan, kulaitas dan Indonesia. Fakultas Ekonomi UI kerjasama
kapasitas infrastruktur serta kualitas SDM. dengan Woldbank
Penerapan tata kelola pemerintahan (Good Mangku. 2005. Kebijakan Ekonomi : Pemerintah
Governance) menjadi keharusan dalam Keluarkan Empat Langkah. Edisi Kamis, 1
mendorong pengembangan ekonomi lokal September.http://www.suarakarya-
maupun daya tarik investasi Kota Semarang, online.com/news.html?id=120014 (7 Juli
yaitu adanya transparansi, akuntabilitas, 2008).
partisipasi dan profesionalisme. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Selain itu, upaya pengembangan perekonomian http://www.jawatengah.go.id/framer.php?
lokal di Kota Semarang perlu didukung SUB=prog_pemb&SEKTOR=ekbang&DA
penyediaan infrastruktur yang baik untuk TA=ekbang_perdagangan_dan_industri
menstimulasi peluang pengembangan (7 Juli 2008).
kedepannya. Permendagri Nomor 33 Tahun 2007 tentang Tata
Rekomendasi lain terkait dengan adanya studi Cara Penyusunan Penelitian dan
lanjut yang perlu dilakukan terkait dengan Pengembangan di lingkungan Depdagri.
sektor usaha yang menjadi prioritas serta mata Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
rantai pengaruh yang mungkin ditimbulkan dari Kota Semarang Tahun 2000-2025.
aktivitas sektor lain yang juga berpengaruh di Shaoxing Municipal Government. 2005.
Kota Semarang sehubungan dengan peningkatan Shaoxing Economic Development Zone.
peran Kota Semarang sebagai kota wisata dan www.sx.gov.cv (7 Juli 2008).
juga pendidikan atau perkantoran. Sharma, Sameer. 2003. Creating Entrepreneurs
and Forming Networks in the Weaver
Cluster of Pochampalli.
Daftar Pustaka http://www.competitiveness.org:8080/file
ADB. 2005. Jalan Menuju Pemulihan: manager/download/333/sharma-weaver-
Memperbaiki iklim investasi di Indonesia, clusters.PDF (30 Mei 2008).
Economics and Research Department Undang-Undang No. 25 Tahun 2006 tentang
Development Indicators and Policy Investasi.
Research Division. Zaaijer, M. dan Sara L.M.1993. Local Economic
BPS Kota Semarang. 2006. Profil Kegiatan Development as an Instrument for
Ekonomi Hasil Sensus Ekonomi Kota Urban Poverty Alleviation. Third World
Semarang. Planning Review. Vol. 15,no.2, hal.127-
BPS Kota Semarang. 2006. Kota Semarang dalam 142.
Angka. Zuhal. 2008. Kekuatan Daya Saing Indonesia :
GTZ red. 2006. Survei Iklim Usaha Wilayah Mempersiapkan Masyarakat Berbasis
Subosukowonosraten.( Laporan Akhir). Pengetahuan. Jakarta: Penerbit Buku
Hariyoga, H. 2007. Kebijakan Pengembangan Kompas.
Ekonomi Lokal. Makalah Direktorat ------------, 2008. The Limpopo Local Economic
Perekonomian Daerah Bappenas pada Development (LED) Partnership : Reducing
Workshop Nasional dan Pameran Poverty Through Pro-poor Economic Growth.
www. Limpopoled.com (30 Mei 2008).
11
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)
12