Вы находитесь на странице: 1из 12

Riptek, Vol.3, No.1, Tahun 2009, Hal.

: 1 – 11

ANALISIS PERINGKAT DAYA SAING SEKTOR USAHA


DAN PENERAPAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL KOTA SEMARANG
Artiningsih dan Wiwandari Handayani *)
Abstrak

Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dianggap sebagai strategi yang tepat untuk diterapkan bagi situasi
perekonomian di Kota Semarang karena selain mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi juga dapat
mendorong kemandirian dan ketahanan ekonomi. Visi Kota Semarang menekankan peran sektor perdagangan
dan jasa dalam pembangunan ekonomi, untuk itu dibutuhkan kajian yang dapat mengidentifikasi sub sektor
perdagangan dan jasa sebagai penggerak ekonomi utama beserta gambaran daya saingnya. Daya saing sektor
perdagangan dianalisis pada variabel lingkungan usaha, dinamika usaha, inovasi usaha, dan efektifitas
pemerintah. Studi ini menemukan bahwa usaha dengan peringkat daya saing tertinggi terdapat pada
perdagangan batik, obat, consumer goods dan kerajinan kaligrafi. Peringkat daya saing yang cukup tinggi pada
perdagangan buku, kertas dan usaha foto copy. Hal ini membuka peluang bagi Kota Semarang untuk
meningkatkan perannya sebagai Kota Pendidikan atau Kota Perkantoran.

Kata kunci : sektor ekonomi, perdagangan dan jasa

Latar Belakang mendanai pelayan dasar masyarakat akan


Pertumbuhan ekonomi yang pesat pada saat ini kesehatan dan pendidikan (GTZ-red, 2006).
sangat diperlukan bagi pembangunan kota.
Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di
Masalah-masalah yang melekat dalam
Indonesia memiliki keragaman sektor usaha.
pembangunan kota seperti melimpahnya
Namun sejauh ini belum teridentifikasi diantara
angkatan kerja, sedikitnya lapangan kerja, dan
sektor usaha tersebut yang memiliki potensi
menjamurnya kemiskinan menjadi faktor
daya saing untuk ditindaklanjuti lebih nyata
pendorong bagi percepatan pembangunan
sebagai ikon PEL di Kota Semarang. Apabila visi
ekonomi. Walau demikian, tidak selalu
Kota Semarang sebagai ”Kota Metropolitan
pertumbuhan ekonomi akan mampu menjadi
Berbasis Perdagangan dan Jasa yang Religius”
strategi yang mampu mengatasi masalah-
ditinjau lebih lanjut maka sektor perdagangan
masalah klasik di atas. Pertumbuhan ekonomi
dan jasa merupakan sektor yang harus ditangani
yang mengandalkan potensi dan sumberdaya
dengan lebih baik. Pengembangan sektor ini juga
yang berasal dari luar (exogenous) akan
relevan dengan peran Kota Semarang sebagai
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi,
kota transit dalam jejaring hubungan wilayah di
namun sepertinya tidak menciptakan dampak
sepanjang Pantura Jawa dan dalam jejaring
bagi kemandirian dan ketahanan ekonomi
hubungan dengan Pulau Kalimantan, khususnya
secara mendasar.
di wilayah barat. Sub-sektor perdagangan dan
Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) jasa seperti hotel, rumah makan, restoran, dan
merupakan salah satu strategi yang dianggap kuliner merupakan dengan demikian merupakan
sebagai langkah yang tepat untuk menciptakan usaha-usaha yang harus dianalisis lebih lanjut
pertumbuhan ekonomi, dan pada saat yang sehingga akar usahanya dapat menyentuh
sama mampu mendorong kemandirian dan perkembangan ekonomi lokal.
ketahanan ekonomi. Disisi lain usaha kecil dan
Upaya penilaian daya saing sektor ekonomi bagi
menengah (UKM) sejauh ini dianggap sebagai
sektor usaha/ekonomi sangat relevan dengan
instrumen yang penting dalam menciptakan
agenda dan kebijakan Pemerintah Kota
lapangan kerja. UKM terdiri dari pengusaha
Semarang yang sedang menggalakkan
mikro (termasuk petani) hingga pabrikan lokal
percepatan pertumbuhan ekonomi dan selalu
merupakan inti pembangunan ekonomi lokal.
berusaha untuk meningkatkan pendapatan asli
Bahkan UKM secara nasional potensial untuk
daerah dan memperbaiki kesejahteraan
menyediakan lebih dari 90% pekerjaan,
ekonomi penduduk di Kota Semarang melalui
menyediakan barang dan jasa kebutuhan sehari-
PEL.
hari, dan dalam jangka panjang dapat digunakan
sebagai sumber pendapatan negara untuk

*)
Staf Pengajar Jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah Universitas Diponegoro Semarang
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)

Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan
yang lebih mendalam untuk menindaklanjuti antar daerah. Tidak saja implementasi pelayanan
harapan tersebut, terutama dalam rangka satu atap, tetapi juga perlunya koordinasi antar
memperjelas seperti apa daya saing sektor- instansi kementrian teknis yang membawahi
sektor ekonomi yang telah berkembang di Kota pengeluaran ijin untuk menghindari tumpah
Semarang pada saat ini, sehingga dapat tindih peraturan dalam pendaftaran usaha baru.
diperoleh panduan dalam penerapan kebijakan
Daya saing sektor perdagangan akan dianalisis
PEL secara nyata. Atas dasar inilah kegiatan
dengan sejumlah variabel yang telah dirumuskan
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor
oleh GTZ-red (2006)
Usaha dan Penerapan Kebijakan PEL
Kota Semarang perlu untuk segera dilakukan.
VARIABEL DAYA SAING
Konsep Daya Saing Usaha  Lingkungan usaha, terkait dengan (i)prospek
Stern 2002 dalam ADB (2005) menyebutkan masa lalu (kondisi sub-sektor perdagangan
bahwa iklim investasi adalah semua kebijakan, sekitar dua tahun lalu), (ii) prospek masa
kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang depan (kondisi sub-sektor perdagangan pada
berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa yang akan datang), (iii) kesulitan
masa datang, yang bisa mempengaruhi tingkat rintangan usaha, (iv) masalah terkait dengan
pemasaran, distribusi, dan pengadaan, (v)
pengembalian dan resiko suatu investasi. Pola
masalah terkait dengan tenaga kerja, dan (vi)
umum yang terjadi jika iklim bisnis tidak
ketersediaan bergabung dengan asosiasi
kondusif maka akan terjadi penurunan investasi
bisnis perdagangan.
dan berujung pada penurunan pendapatan  Dinamika Usaha, terkait dengan (i) pelaku
daerah. Sedangkan khusus untuk Indonesia bisnis pemula (% pengusaha yang masuk sub-
selama satu dasawarsa terakhir ini, angka sektor tersebut kurang dari 10 tahun), (ii)
pengangguran sepertinya tidak terpengaruh dan kapasitas pelibatan tenaga kerja (% usaha
terus tinggi. Iklim bisnis yang tidak kondusif dengan tenaga kerja kurang dari 20 orang),
berarti menjadi kondisi yang akan turut (iii) produktivitas pemasaran, distribusi, dan
memperparah kondisi pengangguran di pengadaan (% usaha dengan omset diatas 500
Indonesia. juta), (v) keinginan menggunakan kredit, (vi)
kesediaan untuk mengajukan kredit, (vii)
Studi yang dilakukan oleh ADB (2005) telah
perbandingan modal dan utang, (viii) bentuk
menghasilkan sejumlah fakta-fakta yang terbukti hukum, (ix) kapasitas manajerial (% usaha
menghambat sektor bisnis di Indonesia. dengan pemilik lulus akademi dan universitas)
Mengingat bahwa studi tersebut menggunakan  Inovasi Usaha, terkait dengan (i) inovasi
sampel yang representatif, sangat besar sekali dalam pemasaran atau promosi, (ii) inovasi
kemungkinan bahwa fakta-fakta tersebut dalam penjaminan kepuasan konsumen, (iii)
berlaku juga bagi sektor bisnis di Kota kemampuan dalam menggunakan jasa
Semarang seperti: konsultasi, pelatihan pemasaran,
hukum, akuntansi, manajemen yang
Studi mengenai iklim investasi di kota - kota di
merepresentasikan keinginan sektor usaha
Indonesia juga dilakukan oleh Lembaga dalam meningkatkan inovasi.
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas  Efektivitas Pemerintah, terkait dengan (i)
Indonesia (LPEM-UI). Berdasarkan studi konsistensi kebijakan sub-sektor perdagangan
tersebut dapat disimpulkan bahwa secara yang dibuat oleh pemerintah, (ii) korupsi/
keseluruhan, persepsi perusahaan dalam iklim pembayaran informal, (iii) kepastian hukum/
investasi di Indonesia selama kurun satu kepercayaan pada sistem hukum yang
semester terakhir (akhir 2005 hingga berlaku, (iv) tingkat atau derajat dampak
pertengahan 2006) untuk sebagian besar peraturan pada sub-sektor perdagangan, (v)
indikator makin menghambat dunia usaha. Hal formalisasi usaha (% usaha yang terdaftar),
ini berarti tekanan dalam perekonomian dari dan (vi) kesadaran tentang peraturan.
instabilitas nilai tukar, peningkatan inflasi dan
tingkat suku bunga, dan peningkatan harga BBM Sumber : GTZ-red (2006)
hanya sedikit menjadi perhatian dunia usaha.
Beberapa indikator mikroekonomi terkait
dengan dunia usaha makin memburuk.
Pengembangan Ekonomi Lokal
transportasi, listrik dan peraturan
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan
ketenagakerjaan dianggap makin menghambat.
urgensi/kebutuhan yang sangat diperlukan
Bagi usaha (perusahaan) baru, peraturan dan
secara nasional baik oleh daerah maju maupun
perijinan yang diperlukan untuk memulai suatu
daerah yang relatif tertinggal. Hal tersebut
usaha sangat membingungkan dan inkonsisten
dilatarbelakangi oleh adanya sistem
antara satu ijin dengan ijin lainnya, antara
pemerintahan yang terdesentralisasi sehingga

2
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11

tidak memungkinkan adanya pembangunan ARAH KEBIJAKAN PEL


ekonomi setiap daerah secara terpusat oleh  Pemantapan dan pengembangan kawasan
pemerintah pusat. Selain itu, keterbatasan agropolitan yang strategis dan potensial, terutama
kapasitas dan sumberdaya yang dimiliki oleh kawasan-kawasan di luar pulau Jawa dan Bali
pemerintah memerlukan strategi untuk  Peningkatan pengembangan usaha agribisnis yang
mengoptimalkan sumberdaya dan dana serta meliputi mata rantai subsektor hulu (pasukan
input), on farm (budidaya), hilir (pengolahan) dan
menggerakkan ekonomi lokal melalui jasa penunjang
peningkatan peran swasta (dunia usaha) dan  Penguatan rantai pasokan bagi industri perdesaan
masyarakat melalui kerangka regulasi, kerangka dan penguatan keterkaitan produksi berbasis
investasi dan pelayanan publik. Menurut sumber daya lokal
Zaaijer dan Sara, 1993, PEL merupakan proses  Pengembangan budaya usaha dan kewirausahaan
yang dilakukan oleh pemerintah lokal atau terutama bagi angkatan kerja muda perdesaan
 Pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi
kelompok masyarakat untuk mengatur sumber tepat guna dalam kegiatan usaha ekonomi
daya dalam kesepakatan kerjasama dengan masyarakat perdesaan
sektor swasta ataupun pihak lain sehingga  Pengembangan jaringan kerjasama usaha
mampu menstimulasi pembangunan ekonomi di  Pengembangan kemitraan antara pelaku usaha
daerahnya. Penekanan PEL terletak pada besar dan usaha mikro/rumah tangga
pembangunan kearifan lokal yang dimiliki  Pengembangan sistem outsourcing dan sub kontrak
dari usaha besar ke UMKM dan koperasi di
sebagai contoh kebijakan yang menggunakan kawasan perdesaan
potensi masyarakat lokal, institusi dan  Peningkatan peran perempuan dalam kegiatan
sumberdaya fisik. usaha ekonomi produktif di perdesaan
 Perluasan pasar dan peningkatan promosi produk –
Pengembangan ekonomi lokal merupakan suatu produk perdesaan
bentuk proses pembangunan masyarakat, yang  Peningkatan pelayanan lembaga keuangan
mencakup pembentukan institusi – institusi termasuk lembaga keuangan mikro, kepada pelaku
baru, pembangunan industri alternatif dan usaha di perdesaan
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk  Peningkatan jangkauan layanan lembaga penyedia
jasa pengembangan usaha (BDS providers) untuk
menghasilkan produk/jasa yang lebih baik,
memperkuat pengembangan ekonomi lokal
identifikasi pasar baru, alih iptek dan Sumber : RPJM Nasional
pengembangan usaha baru. Isu utama
pembangunan ekonomi dalam konsep
pengembangan ekonomi lokal merupakan
Pembelajaran Studi Kasus
formulasi kebijakan – kebijakan pembangunan
Pembelajaran dari beberapa studi kasus di
yang didasarkan pada kekhasan atau
negara lain dilakukan sebagai tolak ukur
karakteristik khusus yang dimiliki oleh daerah
keberhasilan maupun komparasi dengan kondisi
yang bersangkutan. PEL memiliki beberapa
Kota Semarang dalam upaya peningkatan daya
aspek utama yaitu proses manajemen,
saing sektor usaha dan penerapan kebijakan
kelompok sasaran, faktor lokasi, kesinergian
pengembangan ekonomi lokalnya. Studi kasus
dan fokus kebijakan, pembangunan
tersebut diharapkan dapat memberikan input
berkelanjutan, dan tata pemerintahan.
yang cukup signifikan baik dalam proses
identifikasi, analisis maupun penetapan
rekomendasi studi. Beberapa studi kasus yang
dijadikan pembelajaran diantaranya China,
Limpopo, Grimsby, serta India. Beberapa hal
yang dapat dijadikan pembelajaran terkait
dengan bagaimana proses inisiasi yang dilakukan
beberapa kota tersebut dalam membangun iklim
usaha dan mengoptimalkan potensi lokal yang
dimiliki. Selain itu beberapa kasus menekankan
Sumber: Hariyoga, 2007
pada pentingnya infrastruktur dalam
Gambar 1
pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan
Aspek Utama (Heksagonal) PEL
daya saing usaha, sementara disisi lain,
dukungan kebijakan pemerintah lokal juga
Arah kebijakan pengembangan ekonomi lokal
memiliki andil yang cukup besar disamping
terdapat dalam RPJM Nasional. RPJM Nasional
adanya inovasi teknologi.
memuat rencana pembangunan lima tahun
berdasarkan 3 (tiga) agenda pokok
pembangunan yang dijabarkan dalam bab-bab Tujuan Dan Sasaran
yang berupa isu-isu pokok pembangunan (issues Tujuan dari kegiatan ini adalah
based, bukan sectoral based). teridentifikasinya:

3
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)

 Sub-sektor perdagangan dan jasa sebagai (2) merekomendasikan langkah pengembangan


penggerak ekonomi utama yang ada di Kota PEL pada salah satu sektor usaha terpilih
Semarang dengan “resep-resep” yang telah ditetapkan
 Gambaran daya saing sub-sektor secara generik (lihat Bappenas, 2007) maka
perdagangan dan jasa di Kota Semarang pendekatan yang paling tepat bagi studi ini
 Sub-sektor perdagangan jasa di Kota adalah pendekatan positivistik. Pendekatan
Semarang yang potensial untuk ditetapkan positivistik adalah salah satu pendekatan
sebagai ikon PEL di Kota Semarang penelitian yang secara dominan menyandarkan
 Rekomendasi langkah-langkah kebijakan diri pada teori-teori relevan yang telah
PEL pada sektor usaha perdagangan jasa berkembang. Pendekatan positivistik berasumsi
terpilih pada butir (3) bahwa kondisi empirik yang menjadi fokus
Adapun sasaran kegiatan adalah : penelitian memiliki kesamaan atau homogenitas
 Tersedianya daftar (list) sektor usaha (pada dengan teoritisasi ilmiah yang terkait.
sub-sektor perdagangan jasa) yang Populasi yang dimaksud adalah himpunan pelaku
berkembang di Kota Semarang dan usaha dalam sub sektor perdagangan dan jasa di
instrumen untuk menilai keutamaannya Kota Semarang. Teknik Sampling yang
dalam konteks PEL. digunakan adalah random sampling dengan
 Tersedianya analisis daya saing sektor kriteria keterwakilan. Mengingat perlu ada
usaha. keterwakilan dari setiap kelompok usaha dalam
sub sektor perdagangan dan jasa. Dengan
 Tersedianya butir-butir rekomendasi bagi
demikian akan dapat diperoleh gambaran
pengembangan sektor usaha yang menjadi
karakteristik pelaku usaha secara lengkap.
ikon PEL Kota Semarang
Secara garis besar kategori atau strata
kelompok usaha akan dilihat berdasarkan jenis
Ruang Lingkup Studi komoditas perdagangan atau jasa yang
Lingkup spasial penelitian ini adalah wilayah dilakukan.
administratif Kota Semarang. Sedangkan secara
Interpretasi data dilakukan dengan metode
substansial, ruang lingkup studi ini adalah :
deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Analisis
 Dalam analisis ini sektor usaha/ ekonomi
deskriptif kuantitatif dilakukan melalui analisis
yang dikaji adalah sub-sektor perdagangan
distribusi frekuensi, antara lain untuk menggali
dan jasa sebagai pengerak ekonomi utama
informasi berdasarkan data dari kuesioner yang
yang sesuai dengan visi Kota Semarang,
disebarkan ke pelaku usaha. Variabel analisis
yang diantaranya adalah: (1) hotel, (2)
difokuskan pada daya saing yang akan meliputi
rumah makan dan restoran, (4) jasa
lingkungan usaha, dinamika usaha, inovasi usaha
hiburan, dan (4) jasa boga. Namun
serta efektivitas pemerintah.
demikian, sektor usaha ini masih tentative
dan akan disesuaikan dengan data-data yang Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan
relevan. analisis komparasi tiap variabel, melalui
 Kajian daya saing sektor usaha akan karakteristik potensi dan masalah serta skoring
dianalisis dari beberapa sudut pandang yang dalam pemeringkatan daya saing. Analisis
disesuaikan dengan apa yang telah dilakukan implikasi potensi dan masalah yang dihadapi
oleh GTZ-red (2006). Adapun daya saing pelaku usaha dan pemerintah dalam konteks
sektor dalam kajian ini merupakan skoring pengembangan ekonomi lokal disintesiskan
atas: dengan mengkaji keunggulan komoditas lokal,
a. Lingkungan usaha serta dorongan terhadap munculnya
b. Dinamika usaha pertumbuhan ekonomi akibat efek multiplier
c. Inovasi usaha baik dari aspek penyerapan tenaga kerja
d. Efektivitas pemerintah maupun peningkatan pendapatan masyarakat
 Rekomendasi PEL atas sektor ekonomi dan Kota Semarang.
terpilih dikontekstualisasikan menurut Teknik analisis yang digunakan menggunakan
koridor kegiatan-kegiatan pokok teknik skoring melalui penilaian jawaban
pengembangan ekonomi lokal yang telah responden menurut variabel lingkungan usaha,
dirumuskan oleh Bappenas (2007). inovasi usaha, dinamika usaha dan efektivitas
pemerintah. Penilaian masing – masing variabel
Metodologi tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan
Mengingat bahwa tujuan utama studi ini ialah dengan menggunakan skala guttman dan linkert.
untuk: (1) mengetahui kondisi daya saing melalui Skala guttman digunakan dalam jawaban yang
penilaian sub-sektor perdagangan dan jasa yang merepresentasikan ya dan tidak sedangkan skala
potensial melalui sejumlah variabel yang telah linkert digunakan dalam jawaban yang beragam
ditetapkan di awal (lihat GTZ red, 2006) dan

4
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11

Penilaian dari masing – masing variabel mengenai kondisi eksternal dikaitkan dengan
kemudian disimpulkan untuk didapatkan kebijakan pemerintah dalam peningkatan daya
peringkat komoditas masing – masing usaha saing dan kebijakan mengenai kebijakan
dalam subsektor perdagangan dan jasa di Kota pengembangan ekonomi lokal. Analisis kondisi
Semarang. internal terdiri dari analisis mengenai peringkat
daya saing dan analisis mengenai pengembangan
Proses analisis dalam studi ini terbagi dalam dua
ekonomi lokal.
item analisis utama yaitu analisis mengenai
kondisi internal dan kondisi eksternal. Analisis

Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal peraturan, perpajakan, sistem hukum, sektor


Pengembangan ekonomi lokal Kota Semarang keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan
perlu dukungan kebijakan lokal yang mampu keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan
menstimulasi pembangunan ekonomi daerah. trampil. Akan tetapi kondisi kebijakan
Kebijakan-kebijakan yang ada tersebut harus pemerintahan yang terdapat di Kota Semarang
sesuai dengan kebutuhan yang mendukung belum mampu mendukung mengembangkan
pengembangan lokal Kota Semarang itu sendiri ekonomi lokal yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat
sehingga sesuai dengan kandungan lokal yang dari hasil wawancara dengan beberapa
dimiliki. Dalam menciptakan kondisi yang responden terkait yang menunjukkan bahwa
mampu mendukung pengembangan lokal salah masih belum adanya koordinasi antar
satunya diperlukan kebijakan pemerintah yang pemerintah terkait.
didukung dengan kejelasan dan efektivitas

5
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)

Tabel 1
Rumusan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal
No Kebijakan Kebutuhan Kenyataan
1. Pemangkasan proses Peningkatan peran swasta Perijinan Terkait Dukungan dalam Sektor
perijinan investasi (dunia usaha) dan masyarakat Perdagangan dan Jasa di Semarang Masih
melalui kerangka regulasi, Belum Efektif.
kerangka investasi dan
pelayanan publik
2. Peningkatan keterpaduan Melibatkan pemerintah, dunia Kerjasama antara pemerintah, dunia usaha,
antar lembaga pembina, usaha, masyarakat lokal, dan masyarakat, maupun organisasi masih belum
dunia usaha, dan masyarakat organisasi masyarakat madani terjalin koordinasi yang baik dan saling
untuk mengembangkan mendukung.
ekonomi pada suatu wilayah
tertentu
3. Pengembangan SDM sektor Peningkatan kandungan Peningkatan SDM pelaku usaha dalam
industri dan perdagangan lokal,masyarakat lokal dan subsektor perdagangan dan jasa dimaksudkan
secara intensif melalui dunia usaha lokal untuk meningkatkan daya saing produk. Akan
transformasi teknologi tetapi dalam pelaksanaannya, upaya
4. peningkatan daya saing peningkatan SDM masih belum tepat sasaran
produk UKM sehingga kegiatan yang dilaksanakan sia-sia

5. Pengembangan kawasan Pelibatan stakeholders secara Kerjasama antar daerah yang dijalin masih
Joglosemar (Yogyakarta, substansial dalam suatu belum mampu mengembangkan potensi lokal
Solo, dan Semarang) kemitraan strategis Kota Semarang.
6. Penciptaan iklim investasi Peningkatan ketahanan dan Iklim investasi yang ada di Kota Semarang
yang kondusif kemandirian ekonomi dapat dikatakan cukup bagus, tetapi kondisi
tersebut terganjal dengan proses perijinan
yang belum efektif.
7. Pembangunan kemitraan Penerapan kerjasama yang Pembangunan Kemitraan Dalam Upaya
tepat terutama dalam Pengembangan Lokal Kota Semarang telah
pengembangan jaringan dilakukan baik pengembangan jaringan antar
pemerintah dan pengusaha maupun antara
pemerintah dengan pengusaha. Pembangunan
kemitraan yang dijalin tersebut baik berupa
peningkatan SDM maupun sharing teknologi
8. Kebijakan penggalian potensi penciptaan investasi lingkungan Kebijakan penggalian potensi wisata guna
wisata yang baik dalam mendukung penciptaan lingkungan investasi yang
pengembangan lokal mendukung pengembangan lokal telah
dilakukan Kota Semarang. Akan tetapi upaya
tersebut kurang didukung dengan adanya
proses perijinan dan infrastruktur yang
mendukung.
9. Kebijakan dalam pemberian Peran pemerintah terkait Upaya pemberian bantuan modal di kota
bantuan modal dalam membuka pasar, semarang dilakukan melalui pemberian modal
10. Kebijakan bantuan pembangunan hubungan bergilir serta juga terdapat bantuan
pemasaran untuk membentuk rekanan pemasaran. Akan tetapi dalam pemasaran
dan akses pada bisnis produknya mengalami jalan di tempat karena
pelayanan pembangunan terkadang terkendala oleh kebijakan sepihak
(Business Development dari pengelola outlet.
Services), keuangan dan akses
pada pasar, dan menciptakan
lingkungan
Sumber : Analisis Penyusun, 2008
Lingkungan Usaha
Peringkat Daya Saing Sub Sektor Usaha Berdasarkan beberapa variabel yang terkait
Perdagangan dan Jasa dengan lingkungan usaha yaitu perkembangan
Simpulan penilaian karakteristik subsektor usaha, perkiraan perkembangan usaha di masa
perdagangan dan jasa di kota Semarang depan, penyerapan tenaga kerja serta partisipasi
didasarkan pada kompilasi keseluruhan variabel dalam asosiasi maka dapat dikategorikan
penilaian kondisi subsektor perdagangan dan jasa lingkungan usaha subsektor perdagangan dan jasa
yaitu dinamika usaha, lingkungan usaha, inovasi di Kota Semarang, yaitu rendah, sedang dan tinggi
serta keefektifan pemerintah. (perhitungan lihat di lampiran). Berdasarkan

6
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11

analisis mengenai lingkungan usaha dapat perdagangan dan jasa di Kota Semarang relatif
dikatakan bahwa subsektor perdagangan dan jasa kondusif meskipun belum menunjukkan
di Kota Semarang termasuk dalam kondisi lingkungan yang mendukung.
sedang. Kondisi ini dapat diartikan bahwa
perkembangan lingkungan usaha subsektor

Gambar 2
Kondisi Lingkungan Usaha

Berdasarkan diagram dapat disimpulkan bahwa serta peluang pengembangan usaha kedepan yang
lingkungan usaha subsektor perdagangan dan jasa kurang baik. Subsektor perdagangan dan jasa yang
di Kota Semarang memiliki potensi yang cukup memiliki lingkungan usaha yang baik diantaranya
baik untuk dikembangkan kedepannya. Hal buku, apotik, game online dan restoran
tersebut dapat terindikasi dari persentase jumlah dipengaruhi perkembangan dan peluang usaha
usaha yang memiliki lingkungan usaha sedang dan yang baik serta tingginya angka penyerapan tenaga
baik cukup banyak. Subsektor perdagangan dan kerja. Berdasarkan pemeringkatan yang telah
jasa yang termasuk lingkungan usaha buruk dilakukan, dapat disimpulkan bahwa usaha yang
diantaranya jasa penyedia angkutan, kerajinan memiliki lingkungan usaha yang baik untuk sektor
tangan dan perdagangan kaleng. Sebagian besar jasa adalah jasa hiburan game online dan taman
hal tersebut dipengaruhi perkembangan usaha hiburan, fotokopi, restoran serta perhotelan

Sumber : Analisis Penyusun, 2008


Gambar 3
Pemeringkatan Lingkungan Usaha Subsektor Jasa dan Perdagangan

Dinamika Usaha
Kondisi dinamika usaha subsektor perdagangan yaitu jasa restoran baik lokal maupun franchise,
dan jasa di Kota Semarang sudah relatif baik. perdagangan kertas, barang kerajinan maupun
Berdasarkan analisis (lihat lampiran), sebesar 29% consumer goods grosir. Beberapa hal yang
responden memiliki kondisi yang baik, 45% berpengaruh terhadap kondisi dinamika usaha
sedang dan 26% buruk. Berdasarkan diagram tersebut diantaranya promosi yang dilakukan,
disamping ini, dapat disimpulkan bahwa beberapa distribusi usaha serta upaya memperbesar usaha
usaha yang memiliki kondisi dinamika usaha baik melalui penambahan modal dengan kredit.

7
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)

Berdasarkan pemeringkatan, dapat disimpulkan dinamika usaha untuk sektor perdagangan,


bahwa jasa yang memiliki dinamika usaha yang perdagangan barang kerajinan batik lokal dan
baik adalah jasa restoran baik lokal maupun kaligrafi menempati peringkat teratas.
franchise dan jasa perhotelan. Pemeringkatan

Sumber : Analisis Penyusun, 2008


Gambar 4
Pemeringkatan Dinamika Usaha Subsektor Jasa dan Perdagangan

Inovasi Usaha warnet dan fotokopi. Pemeringkatan inovasi


Kondisi inovasi usaha subsektor perdagangan dan usaha untuk sektor perdagangan, perdagangan
jasa di Kota Semarang relatif cukup baik. consumer goods (grosir) menempati peringkat
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan (lihat teratas
lampiran), sebesar 35% responden telah memiliki
inovasi usaha yang baik sedangkan 45% sedang
dan 23% relatif buruk. Berdasarkan diagram
disamping ini, beberapa usaha yang telah memiliki
inovasi usaha yang baik diantaranya jasa
perhotelan, restoran franchise, penyedia angkutan,
keramik, batik, obat dan buku. Kondisi inovasi
yang baik tersebut dipengaruhi adanya upaya
konsultasi usaha baik dalam bidang manajerial,
pemasaran serta adanya inovasi dalam
peningkatan SDM. Berdasarkan pemeringkatan
kondisi inovasi usaha dapat disimpulkan untuk
sektor jasa, komoditas yang memiliki peringkat
tinggi antara lain jasa perhotelan, game online,

Sumber : Analisis Penyusun, 2008


Gambar 5
Pemeringkatan Inovasi Usaha Subsektor Jasa dan Perdagangan

8
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11

Efektifitas Pemerintah buruk. Hal tersebut dipengaruhi oleh kesulitan


Berdasarkan simpulan mengenai efektivitas dalam perizinan yang cenderung berbelit – belit
pemerintah dalam mendukung perkembangan serta kurang adanya kebijakan yang mendukung
subsektor perdagangan dan jasa di Kota pengembangan subsektor perdagangan dan jasa
Semarang, sebanyak 81% responden di Kota Semarang.

mengatakan bahwa peran pemerintah masih


Gambar 6
Kondisi Efektivitas Pemerintah Subsektor Jasa dan Perdagangan

Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan merupakan usaha dengan komoditas lokal di
beberapa usaha dalam subsektor perdagangan Kota Semarang seperti batik, makanan dan
dan jasa yang menganggap bahwa efektivitas restoran. Sumber : Analisis Penyusun, 2008
pemerintah sudah baik sebagian besar

Gambar 7
Pemeringkatan Efektivitas Pemerintah Subsektor Jasa dan Perdagangan

Kesimpulan
Penelitian mengenai Analisis Peringkat Daya saat ini belum mendukung pengembangan
Saing Sektor Usaha dan Penerapan Kebijakan ekonomi lokal di Kota Semarang
Pengembangan Ekonomi Lokal Kota Semarang khususnya terkait dengan pelayanan publik,
menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai infrastruktur serta kerjasama antar daerah.
berikut:  Lingkungan Usaha, kondisi subsektor
 Kebijakan pengembangan ekonomi perdagangan dan jasa di Kota Semarang
lokal, kebijakan pengembangan ekonomi termasuk dalam kondisi sedang. Kondisi ini
lokal yang ada belum mampu menjawab dapat diartikan bahwa perkembangan
kebutuhan pengembangan ekonomi lokal lingkungan usaha subsektor perdagangan
serta daya saing usaha subsektor dan jasa di Kota Semarang relatif kondusif
perdagangan dan jasa. Kebijakan yang ada meskipun belum optimal dalam

9
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)

menunjukkan lingkungan yang mendukung. baik dalam bidang manajerial, pemasaran


Subsektor perdagangan dan jasa yang serta adanya inovasi dalam peningkatan
termasuk lingkungan usaha buruk SDM. Berdasarkan pemeringkatan kondisi
diantaranya jasa penyedia angkutan, inovasi usaha dapat disimpulkan untuk
kerajinan tangan dan perdagangan kaleng. sektor jasa, komoditas yang memiliki
Sebagian besar hal tersebut dipengaruhi peringkat tinggi antara lain jasa perhotelan,
perkembangan usaha serta peluang game online, warnet dan fotokopi.
pengembangan usaha kedepan yang kurang Pemeringkatan inovasi usaha untuk sektor
baik. Sedangkan subsektor perdagangan perdagangan, perdagangan consumer goods
dan jasa yang memiliki lingkungan usaha (grosir) menempati peringkat teratas.
yang baik diantaranya buku, apotik, game  Efektifitas Pemerintah, efektivitas
online dan restoran dipengaruhi pemerintah dalam mendukung
perkembangan dan peluang usaha yang perkembangan subsektor perdagangan
baik serta tingginya angka penyerapan dan jasa di Kota Semarang, sebanyak 81%
tenaga kerja. Berdasarkan pemeringkatan responden mengatakan bahwa peran
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan pemerintah masih buruk. Hal tersebut
bahwa usaha yang memiliki lingkungan dipengaruhi oleh kesulitan dalam
usaha yang baik untuk sektor jasa adalah perizinan yang cenderung berbelit – belit
jasa hiburan game online dan taman serta kurang adanya kebijakan yang
hiburan, fotokopi, restoran serta mendukung pengembangan subsektor
perhotelan sedangkan untuk sektor perdagangan dan jasa di Kota Semarang.
perdagangan adalah perdagangan barang Beberapa usaha dalam subsektor
kerajinan batik lokal, kaligrafi dan perdagangan dan jasa yang menganggap
handycraft bahwa efektivitas pemerintah sudah baik
 Dinamika Usaha, kondisi dinamika sebagian besar merupakan usaha dengan
usaha subsektor perdagangan dan jasa di komoditas lokal di Kota Semarang
Kota Semarang sudah relatif baik. seperti batik, makanan dan restoran.
Berdasarkan analisis sebesar 29%
responden memiliki kondisi yang baik, 45% Rekomendasi
sedang dan 26% buruk. Beberapa usaha Hasil penelitian mengenai peringkat daya saing
yang memiliki kondisi dinamika usaha baik usaha dan kebijakan pengembangan ekonomi
yaitu jasa restoran baik lokal maupun lokal, dapat digunakan sebagai upaya
franchise, perdagangan kertas, barang pengembangan perekonomian Kota Semarang
kerajinan maupun consumer goods grosir. melalui prioritas perhatian pada pengembangan
Beberapa hal yang berpengaruh terhadap sektor usaha perdagangan dan jasa yang
kondisi dinamika usaha tersebut memiliki peringkat daya saing yang tinggi.
diantaranya promosi yang dilakukan, Peringkat tertinggi tersebut harus
distribusi usaha serta upaya memperbesar dipertahankan, terutama pada perdagangan
usaha melalui penambahan modal dengan batik, obat, grosir consumer goods dan kerajinan
kredit. Berdasarkan pemeringkatan, dapat kaligrafi.
disimpulkan bahwa jasa yang memiliki Namun demikian, ada potensi dan peluang
dinamika usaha yang baik adalah jasa pengembangan perdagangan dan jasa yang dapat
restoran baik lokal maupun franchise dan menunjang peningkatan peran Kota Semarang
jasa perhotelan. Pemeringkatan dinamika sebagai Kota Wisata.
usaha untuk sektor perdagangan, Meskipun dalam pemeringkatan daya saing sub
perdagangan barang kerajinan batik lokal sektor perdagangan dan jasa yang dimaksud
dan kaligrafi menempati peringkat teratas. tergolong dalam kategori sedang atau pun
 Inovasi Usaha, kondisi inovasi usaha rendah, subsektor tersebut juga perlu
subsektor perdagangan dan jasa di Kota perkuatan dengan didorong pengembangannnya.
Semarang relatif cukup baik. Berdasarkan Hal ini mengingat peran subsektor perdagangan
analisis yang telah dilakukan (lihat dan jasa tersebut dalam memanfaatkan potensi
lampiran), sebesar 35% responden telah lokal yang tinggi. Adapun perdagangan dan jasa
memiliki inovasi usaha yang baik sedangkan yang dimaksud adalah perdagangan kuliner
45% sedang dan 23% relatif buruk. melalui restoran lokal dan franchise. Sementara
Beberapa usaha yang telah memiliki inovasi Batik, kerajinan dan keramik yang berdaya saing
usaha yang baik diantaranya jasa tinggi juga merupakan bagian dari kekayaan lokal
perhotelan, restoran franchise, penyedia Kota Semarang yang mendukung tidak saja
angkutan, keramik, batik, obat dan buku. usaha perdagangan namun juga usaha pariwisata.
Kondisi inovasi yang baik tersebut
dipengaruhi adanya upaya konsultasi usaha

10
Riptek, Vol.1, No.3, Tahun 2009, Hal.: 1 - 11

Kota Semarang juga berpeluang dalam Cluster Uggulan Jawa Tengah 25-26 April
meningkatkan perannya sebagai Kota 2007. Semarang.
Pendidikan atau Perkantoran. Hal ini Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2006: tentang
ditunjukkan oleh peringkat daya saing yang Paket Kebijakan Investasi dimana dalam
cukup tinggi dari perdagangan buku, kertas dan kebijakan tersebut dituangkan berbagai
usaha foto copy. hal yang harus diatur kembali agar iklim
Pengembangan peran Kota Semarang dari investasi di Indonesia dapat tumbuh dan
bertumpu pada perdagangan dan jasa ke bersaing di skala internasional. Disamping
peningkatan dan perkuatan peran sebagai Kota itu peraturan-peraturan daerah (Perda)
Wisata dan Pendidikan/Perkantoran tersebut yang sudah diterbitkan.
perlu didukung dengan kebijakan pengembangan Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri
yang bertumpu pada potensi lokal yang dimiliki Indonesia : Menuju Negara Industri Baru
oleh Kota Semarang. Hal ini penting agar 2030?. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
dampak ikutan yang timbul dapat meningkatkan Kristianto Lilik. 2006. Forum : Sinergi Joglosemar
perekonomian Kota Semarang. dan Pelayanan Publik. Kompas Cetak Edisi
Reformasi pelayanan publik menjadi penting Rabu, 24 Mei 2006.
dilakukan guna meningkatkan efektivitas http://www2.kompas.com/kompas-
pemerintah, agar daya saing Kota Semarang cetak/0605/24/jogja/24557.htm ( 7 Juli
dalam pengembangan ekonomi lokal juga 2008).
meningkat. Adapun pelayanan publik tersebut LPEM-UI. 2006. Ringkasan Eksekutif Survei Tahap
akan terkait pada peningkatan pelayanan dalam Ketiga Monitoring Iklim Investasi di
prosedur birokrasi dan perijinan, kulaitas dan Indonesia. Fakultas Ekonomi UI kerjasama
kapasitas infrastruktur serta kualitas SDM. dengan Woldbank
Penerapan tata kelola pemerintahan (Good Mangku. 2005. Kebijakan Ekonomi : Pemerintah
Governance) menjadi keharusan dalam Keluarkan Empat Langkah. Edisi Kamis, 1
mendorong pengembangan ekonomi lokal September.http://www.suarakarya-
maupun daya tarik investasi Kota Semarang, online.com/news.html?id=120014 (7 Juli
yaitu adanya transparansi, akuntabilitas, 2008).
partisipasi dan profesionalisme. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Selain itu, upaya pengembangan perekonomian http://www.jawatengah.go.id/framer.php?
lokal di Kota Semarang perlu didukung SUB=prog_pemb&SEKTOR=ekbang&DA
penyediaan infrastruktur yang baik untuk TA=ekbang_perdagangan_dan_industri
menstimulasi peluang pengembangan (7 Juli 2008).
kedepannya. Permendagri Nomor 33 Tahun 2007 tentang Tata
Rekomendasi lain terkait dengan adanya studi Cara Penyusunan Penelitian dan
lanjut yang perlu dilakukan terkait dengan Pengembangan di lingkungan Depdagri.
sektor usaha yang menjadi prioritas serta mata Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
rantai pengaruh yang mungkin ditimbulkan dari Kota Semarang Tahun 2000-2025.
aktivitas sektor lain yang juga berpengaruh di Shaoxing Municipal Government. 2005.
Kota Semarang sehubungan dengan peningkatan Shaoxing Economic Development Zone.
peran Kota Semarang sebagai kota wisata dan www.sx.gov.cv (7 Juli 2008).
juga pendidikan atau perkantoran. Sharma, Sameer. 2003. Creating Entrepreneurs
and Forming Networks in the Weaver
Cluster of Pochampalli.
Daftar Pustaka http://www.competitiveness.org:8080/file
ADB. 2005. Jalan Menuju Pemulihan: manager/download/333/sharma-weaver-
Memperbaiki iklim investasi di Indonesia, clusters.PDF (30 Mei 2008).
Economics and Research Department Undang-Undang No. 25 Tahun 2006 tentang
Development Indicators and Policy Investasi.
Research Division. Zaaijer, M. dan Sara L.M.1993. Local Economic
BPS Kota Semarang. 2006. Profil Kegiatan Development as an Instrument for
Ekonomi Hasil Sensus Ekonomi Kota Urban Poverty Alleviation. Third World
Semarang. Planning Review. Vol. 15,no.2, hal.127-
BPS Kota Semarang. 2006. Kota Semarang dalam 142.
Angka. Zuhal. 2008. Kekuatan Daya Saing Indonesia :
GTZ red. 2006. Survei Iklim Usaha Wilayah Mempersiapkan Masyarakat Berbasis
Subosukowonosraten.( Laporan Akhir). Pengetahuan. Jakarta: Penerbit Buku
Hariyoga, H. 2007. Kebijakan Pengembangan Kompas.
Ekonomi Lokal. Makalah Direktorat ------------, 2008. The Limpopo Local Economic
Perekonomian Daerah Bappenas pada Development (LED) Partnership : Reducing
Workshop Nasional dan Pameran Poverty Through Pro-poor Economic Growth.
www. Limpopoled.com (30 Mei 2008).

11
Analisis Peringkat Daya Saing Sektor Usaha
Dan Penerapan Kebijakan Pengembangan
Ekonomi Lokal Kota Semarang (Artiningsih dan Wiwandari Handayani)

-----------, 2008. Case Studies: Municipality of www.worldbank.org ( 7 Juli 2008).


Grimsby, Humberside, England.

12

Вам также может понравиться