Вы находитесь на странице: 1из 13

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN

PERAWATAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI


UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

Artikel

Oleh:

ASTRID KARTIKANINGRUM

NIM. 010114A011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2018
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel berjudul

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN


PERAWATAN DIRI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI
UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

Oleh :

Astrid Kartikaningrum

010114a011

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran, Maret 2018

Pembimbing Utama

Ns. Umi Aniroh, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0614087402

Page 2
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI
ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

Astrid Kartikaningrum*), Umi Aniroh**), Puji Purwaningsih***),

*) Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas


Ngudi Waluyo
**) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi
Waluyo
***) Dosen Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi
Waluyo

ABSTRAK
Latar belakang : Anak Tunagrahita merupakan suatu keadaan dengan keterbatasan
yang berhubungan dengan dua atau lebih area penerapan kemampuan adaptif salah satunya
ialah perawatan diri oleh karena itu menjadi alasan tingginya tingkat ketergantungan anak
tunagrahita terhadap keluarga sehingga perlu peran dari orang tuanya. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran orang tua dengan kemandirian perawatan
diri anak tunagrahita di SLB Negeri Ungaran Kabupaten Semarang.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 56
orang diambil dengan metode purposive sampling. Peran orang tua diukur dengan kuesioner
yang telah dibuat oleh peneliti terdiri dari 21 item pernyataan. Kemandirian perawatan diri
diukur dengan Pediatric Evaluation of Disability Inventory (PEDI) Edisi ke 2 dengan versi
Pompe-PEDI.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan peran orang tua dalam kategori baik sebanyak
30 orang dengan anak tunagrahita kemandirian perawatan diri tinggi sebanyak 29 orang
(96,7%). Hasil analisa data dengan uji pearson chi-square didapatkan p-value 0,000 <α
(0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua dengan kemandirian
perawatan diri anak tunagrahita di SLB Negeri Ungaran Kabupaten Semarang.

Kata Kunci : Peran orang tua, kemandirian perawatan diri, anak tunagrahita
Pustaka : 34 (2007-2017)

Page 3
The CorrelationBetween Parents’ Role and TheIndependence to do Self-Care of the
Chidren Suffering from Mental Retardationat the Ungaran Semarang State School for
Chidren with Special Needs

ABSTRACT

Background: Mental Retardation is a condition with limitations on two or more areas


in applying adaptive abilities such as self-care, therefore it becomes a reason for the high
level of dependence of children with mental retardation to the family so that it needs parents’
role. Objectives: The purpose of study was to find the correlation between parents’ role with
independence to do self-care of the chidren suffering from mental retardation at the Ungaran
Semarang State School for Chidren with Special Needs.
Methods: The study was cross-sectional with the samples of 56 people taken with
purposive sampling method. The parents’ role was measured by questionnaires made by the
researcher consisting 21 statements. Self-care independence was measured by Pediatric
Evaluation of Disability Inventory (PEDI) 2nd edition with Pompe-PEDI version.
Results: The results of this study showed that role of parents was in good category as
many as30 people, having children withhigh independent self care as many as 29 people
(96,7%). The result of data analysis with pearson chi-square test obtained p-value 0.000 <α
(0,05) which meant a significant correlation between parents’ role and independence of self-
care of children with mental retardation at the Ungaran Semarang State School for Chidren
with Special Needs.

Keywords : Parents’Role, Independence to do Self-Care, Chidren with


Mental Retardation
Bibliographies : 34 (2007-2017)

PENDAHULUAN Sedangkan di Indonesia diperkirakan 1


dari 3 % jumah penduduk menderita
Global Burden of Disease oleh tunagrahita (Maramis, 2009).
WHO tahun 2000-2015 melaporkan bahwa Anak Tunagrahita memiliki
terjadi peningkatan jumlah penyandang keterbatasan yang berhubungan dengan
retardasi mental dari 8,2% menjadi 12,6% dua atau lebih area penerapan kemampuan
(WHO methods and data sources for adatif seperti: ketrampilan komunikasi,
global burden of disease estimates, 2017). perawatan diri, tinggal di rumah,

Page 4
ketrampilan interpersonal atau sosial, bisa memakainya sehingga orang tua yang
ketrampilan akademik, penunjukan diri, memakaikan baju. Sebagai panutan, orang
pekerjaan waktu senggang dan kesehatan tua memberikan contoh sebelum makan
serta keamanan menjadi alasan tingginya membaca doa terlebih dahulu dan makan
tingkat ketergantungan anak tunagrahita menggunakan tangan kanan. Ketika makan
terhadap keluarga (Napolion, 2010). ada anak yang sudah bisa mandiri, tetapi
Penelitian yang dilakukan oleh ada juga yang masih disuapi oleh ibunya,
Ulfatulsholihat (2010) mendapatkan selain itu ada juga orang tua yang
kesimpulan bahwa anak tunagrahita membiarkan anaknya makan sendiri
mempunyai keinginan dalam dirinya untuk walaupun makanan berserakan dengan
dapat hidup mandiri dan tidak tergantung alasan sebagai latihan anak agar mandiri.
pada orang tua atau orang lain. Selain itu Dari hasil wawancara 10 orang tua anak
didapatkan pula bahwa terdapat keinginan tunagrahita didapatkan 6 belum mandiri
untuk sama dengan anak yang normal, hal dalam perawatan diri dan masih
tersebut ditunjukkan dengan keinginan membutuhkan bantuan seperti: ketika anak
selalu memiliki apa yang dimiliki oleh dibiarkan mandi sendiri ia hanya bermain
anak normal. Berbeda dengan penelitian air dan menumpahkan sampo ke bak
yang dilakukan oleh (Tork, H., Lohrmann, mandi, keramas menggunakan sampo
C., & Dassen, 2007) yang mendapatkan terkadang orang tua harus mengulangi
bahwa anak dengan Down Syndrom kembali karena kurang bersih, memakai
(Retardasi Mental) dapat melakukan baju berkancing belum bisa. Kemudian 4
kegiatan secara mandiri seperti eliminasi, sudah mandiri seperti: mandi sendiri,
perubahan posisi, mobilitas, dan hanya sudah bisa berpakaian sendiri tanpa
membutuhkan pengawasan minimal saat dibantu, makan sendiri.
berpakaian atau saat ke kamar mandi. Dari uraian diatas maka peneliti
Penelitian tersebut juga menyimpulkan tertarik untuk melakukan penelitian lebih
bahwa anak dengan disabilitas menjadi lanjut tentang bagaimana “ Hubungan
jumlah terbesar pada anak yang masih Peran Orang Tua Dengan Kemandirian
tergantung untuk melakukan perawatan Perawatan Diri Anak Tunagrahita Di SLB
diri, namun dengan memberikan Negeri Ungaran”
bimbingan dan latihan yang tepat baik
dirumah maupun disekolah, maka anak-
anak tersebut dapat dengan segera menjadi
mandiri untuk memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya. METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil studi 1. Desain Penelitian
pendahuluan yang dilakukan peneliti di Jenis penelitian ini menggunakan
SLBN Ungaran Kabupaten Semarang metode deskriptif korelasi dengan
tanggal 5 Oktober 2017, dari 204 jumlah variabel independen peran orang tua
siswa didapat 60 orang siswa SD dan variabel dependen kemandirian
dikategorikan tunagrahita. Dari hasil perawatan diri anak tunagrahita.
wawancara 10 orang tua Metode yang digunakan adalah
tunagrahita,beberapa mengatakan masih metode pendekatan waktu cross
mengajarkan dan mendampingi anaknya sectional.
ketika mandi karena jika dibiarkan mandi 2. Waktu dan tempat penelitian
sendiri anak hanya bermain air, tetapi Penelitian ini telah dilaksanakan
sebagian orang tua sudah membiarkan pada tanggal 5-7 Februari 2018 di
anaknya mandi sendiri karena sudah bisa. SLB Negeri Ungaran, Kabupaten
Kamudian untuk memakai baju yang Semarang.
berkancing ada anak yang masih belum 3. Populasi dan sampel

Page 5
Populasi dalam penelitian ini frekuensi. Sedangkan analisa bivariat
adalah seluruh orang tua siswa dan menggunakan uji korelasi chi-
siswi di SLB Negeri Ungaran dengan squaredigunakan untuk mengatahui
jenis tunagrahita sekolah dasar (SD) hubungan antara peran orang tua
sejumlah 60 orang. Teknik dengan kemandirian perawatan diri
pengambilan sampel yang digunakan anak tunagrahita di SLB Negeri
ialah purposive sampling dengan Ungaran Kabupaten Semarang.
jumlah sampel 56 responden.
4. Instrument penelitian HASIL PENELITIAN
Instrumen penelitian ini adalah 1. Analisi Univariat
kuesioner. Variabel peran orang tua a. Pengukuran skor peran
menggunakan kuesioner skala Likert orang tua terhadap kemandirian
yang terdiri dari 21 pernyataan dengan perawatan diri anak tunagrahita
penilaian jawaban (Tidak pernah : 1, Berdasarkan Gambar 1
Kadang-kadang : 2, Selalu : 3). dapat diketahui bahwa sebagian
Variabel kemandirian perawatan diri sebagian besar peran orang tua
Menggunakan kuesioner berisi dalam kemandirian perawatan diri
pertanyaan-pertanyaan tentang anak tunagrahita di SLB Negeri
kemampuan perawatan diri anak Ungaran ialah kategori baik yaitu
Tunagrahita berdasarkan dari The sejumlah 30 orang (53,6%).
Pediatric Evaluation of Disability
Inventory (PEDI) versi 2 Pompe-PEDI Gambar 1. Peran orang tua
terdiri dari 9 pertanyaan dengan dalam kemandirian perawatan diri
penilaian jawaban: (0: bantuan penuh, anak tunagrahita di SLB Negeri
1: bantuan maksimal, 2: bantuan Ungaran Kabupaten Semarang.
sedang, 3: bantuan minimal, 4:
diawasi, 5: mandiri, 6: tidak tersedia.
b. Pengukuran kemandirian
5. Teknik pengumpulan data perawatan diri anak
tunagrahita
Pengumpulan data dilakukan oleh
Berdasarkan Gambar.2
peneliti dengan cara menemui orang
menunjukkan bahwa kemandirian
tua secara langsung di SLB Negeri
perawatan diri anak tunagrahita di
Ungaran saat mengantar, menunggui,
SLB Negeri Ungaran sebagian
menjemput, dan ada yang door to
besar kategori tinggi sebanyak 35
door bersama dengan 3 asisten. saat
orang (62,5%).
mengisi kuesioner orang tua di
dampingi peneliti dan asisten supaya
Gambar 2. Kemandirian
dapat menjelaskan ketika responden
Berdasarkan Perawatan Diri Anak
mengalami kesulitan mengisi
Tunagrahita Di SLB Negeri
kuesioner, kecuali kuesioner yang
Ungaran Kabupaten Semarang.
dibawa pulang tidak dapat dikontrol.
Setelah semua kuesioner diisi, peneliti
2. Analisa Bivariat
mengumpulkan kembali semua Peran Kemandirian perawatan r p-
kuesioner yang telah disebarkan dan Orang diri Value
Tua rendah tinggi total
mengecek kembali semua data untuk f f f
diolah. Kuran 9 0 9 0,785 0,000
g
6.Analisa Cukup 11 6 17
Baik 1 29 30
Analisa univariat dalam penelitian Total 21 35 56
melalui prosentase dan distribusi

Page 6
Gambar 3. Menunjukkan penyandang tunagrahita untuk
hubungan orang tua dengan mengembangkan kemampuan
kemandirian perawatan diri anak kemandirian perawatan diri. Anak
tunagrahita di SLB Negeri Ungaran, tunagrahita mengalami keterbatasan
responden dengan peran orang tua didalam perkembangan, salah satunya
kurang sebanyak 9 orang sebagian mereka mengalami kesulitan untuk
besar memiliki anak kemandirian merawat diri sendiri dan cenderung
perawatan diri rendah secara tergantung dengan orang tua atau
keseluruhan. Responden dengan peran saudaranya (Napolion, 2010).
orang tua cukup sebanyak 17 orang Hasil penelitian didapatkan paling
sebagian besar mempunyai anak banyak peran yang dijalankan ialah
kemandirian perawatan diri rendah 11 peran orang tua sebagai teman
orang (64,7%). Responden dengan sebanyak 42 orang (75,0%). Hal ini
peran orang tua baik sebanyak 30 sesuai dengan penelitian Goswami
orang sebagian besar mempunyai anak (2013 The Parental Attitude of
kemandirian perawatan diri tinggi Mentally Retarded Children ,
sebanyak 29 orang (96,5%). melaporkan bahwa semua orang tua
Hasil uji statistik didapatkan nilai menyebutkan mereka (orang tua)
korelasi dengan pearson chi square memainkan peran penting untuk
sebesar r : 0,785 artinya kekuatan memenuhi perasaan emosional
korelasi kedua variabel yang kuat dan anaknya (Tunagrahita) sebagai prinsip
p value 0,000 < α (0,05), maka dapat pengasuhan, perlu berperan sebagai
disimpulkan bahwa ada hubungan teman dan membantu mengatur emosi
yang bermakna antara peran orang tua anak. Menjaga anak dari rasa
dengan kemandirian perawatan diri kesepian, karena anak-anak yang
anak tunagrahita di SLB Negeri normal jarang mau bermain dengan
Ungaran. anak tunagrahita. Sebagai orang tua
menemani bermain dan berbincang-
bincang ketika memiliki waktu luang
PEMBAHASAN dengan anak selain itu dengan
1. Gambaran Peran Orang Tua mengekspresikan cinta kasih kepada
Dalam Kemandirian Perawatan anaknya.
Diri Anak Tunagrahita Anak dengan tungrahita mengalami
Berdasarkan hasil penelitian gangguan dalam perkambangan fisik,
didapatkan pada tabel 4.1 perkembangan kognitif yaitu adanya
menunjukkan bahwa sebagian besar penurunan daya ingat dan kesulitan
peran orang tua dalam kemandirian mengorganisasikan bahan yang
perawatan diri anak tunagrahita di dipelajari, perkembangan bahasa juga
SLB Negeri Ungaran ialah kategori mengalami keterlambatan serta
baik yaitu sejumlah 30 orang (53,6%) gangguan emosi yang labil. Dari
dan kategori cukup sejumlah 17 orang karakteristik tersebut tentunya orang
(30,4%) serta kategori kurang tua memiliki kesabaran yang tinggi
sejumlah 9 orang (16,1%). Ini dalam mendidik, memberikan
menunjukkan bahwa sebagian besar penjelsan serta pelatihan dengan
orang tua memiliki peran yang baik. tlaten, pelan-pelan sesuai dengan
Peran orang tua sangat dibutuhkan kemampuan penangkapan anak, serta
dalam proses perkembangan anak. memiliki kesadaran bahwa mendidika
Tanggung jawab dan peran orang tua anak adalah tanggung jawab orang tua
sangat penting terhadap anak yang (Somantri, 2009).
mengalami retardasi mental atau

Page 7
2. Gambaran Kemandirian sebanyak 17 orang (30,4%). Hal ini
Perawatan Diri Anak Tunagrahita sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
di SLB Negeri Ungaran Sandra (2010) Anak tunagrahita lebih
Berdasarkan hasil penelitian banyak terjadi pada anak laki-laki
didapatkan pada tabel 4.3 dibandingkan pada anak perempuan,
menunjukkan bahwa kemandirian sebanyak 1,5 kali lebih besar.
perawatan diri anak tunagrahita di SLB Anak-anak berkebutuhan khusus
Negeri Ungaran sebagian besar biasanya kurang mampu dalam
kategori tinggi sebanyak 35 orang melakukan perawatan dirinya karena
(62,5%). adanya ketidakmampuan dalam
Kemandirian merupakan dimensi berinteraksi, komunikasi, dan perilaku.
yang berhubungan dengan perubahan Bagi anak berkebutuhan khusus tujuan
keterikatan hubungan emosional antara latihan membina diri adalah agar dapat
diri sendiri dengan orang lain. melakukan sendiri kebutuhannya
Kemandirian emosional didefinisikan sehari-hari, menumbuhkan rasa
sebagai kemampuan untuk tidak percaya diri dan meminimalkan
bergntung terhadap dukungan bantuan yang diberikan, memiliki
emosional orang lain. kebiasaan tertib dan teratur, dapat
Perawatan diri merupakan perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan
yang dilakukan atau dikerjakan badan, mampu beradaptasi dengan
individu atau walinya secara pribadi lingkungannya pada kondisi atau
untuk mempertahankan hidup situasi tertentu, serta mampu menjaga
kesehatan dan kesejahteraan. diri dan menghindari dari hal-hal yang
Perawatan diri sangat dipengaruhi oleh membahayakan (Ramawati, 2011).
pengalaman keluarga dalam mengatasi Domain perawatan diri anak
masalah, pendidikan keluarga, budaya, tunagrahita menurut Pompe-PEDI
pengetahuan, tumbuh kembang dan bagian 4 caregivers assitance meliputi:
pola asuh (Meleis, 2007). makan, berhias, mandi, mengenakan
Hasil penelitian didapatkan anak pakaian atas, mengenakan pakaian
tunagrahita di SLB Negeri Ungaran bawah, toileting, manajemen BAK,
usia 7-16 tahun. Semakin manajemen BAB.
bertambahnya usia akan semakin Kemampuan merawat diri akan
bertambah kemampuan anak dalam mengantarkan anak tunagrahita dapat
menguasai ketrampilan tertentu. menyesuaikan diri dengan lingkungan
Sandra (2010) menyatakan bahwa anak dan mencapai kemandirian. Dalam
tunagrahita degan usia yang lebih tua melakukan perawatan diri anak
akan menguasai ketrampilan perawatan tunagrahita masih mengalami kesulitan
diri dibandingkan anak tunagrahita sehingga mereka butuh diajarkan dan
yang berusia muda. Hal ini disebabkan memerlukan waktu yang lama, latihan
perkembangan mental anak tunagrahita dan bantuan yang lebih banyak serta
yang tidak sama denga anak normal pengajaran yang berualang-ulang.
pada umumnya, sehingga penguasaan
ketrampilan perawatan dii juga akan
lebih lambat dibandingkan anak 3. Hubungan Peran Orang Tua
normal yang seusia. Dengan Kemandirian Perawatan
Kemudian sebagian besar anak Diri Anak Tunagrahita Di SLB
tunagrahita yang ada di data peneliitian Negeri Ungaran
ini berjenis kelamin laki-laki sebesar Hasil penelitian menunjukkan
39 orang (69,9%) lebih banyak hubungan peran orang tua dengan
dibandingkan dengan perempuan kemandirian perawatan diri anak

Page 8
tunagrahita di SLB Negeri Ungaran kemandirian perawatan diri anak
diperoleh, responden yang menyatakan tunagrahita di SLB Negeri Ungaran.
peran orang tua baik memiliki anak Hasil penelitian ini menggambarkan
tunagrahita dengan kategori peran orang tua sangat dibutuhkan
kemandirian perawatan diri rendah anak tunagrahita dalam mencapai
sebanyak 1 orang (3,3%) dan tinggi kemandirian , baik peran orang tua
sebanyak 29 orang (96,7%). sebagai pendidik, pendorong, panutan,
Responden yang menyatakan peran pengawas, teman, konselor, dan
orang tua cukup memiliki anak komunikator.
tunagrahita dengan kategori Peran sebagai pendidik atau
kemandirian perawatan diri rendah pembimbing perlu menanamkan
sebanyak 11 orang (64,7%) dan tinggi kepada anak arti penting pendidikan
sebanyak 6 orang (35,3%). Sedangkan dan ilmu pengetahuan yang didapatkan
responden yang menyatakan peran dari sekolah dalam hal ini mengenai
orang tua kurang memiliki anak perawatan diri atau bina diri. Hasil
tunagrahita dengan kategori penelitian peran sebagai pendidik
kemandirian perawatan diri rendah dengan kategori baik dijalankan oleh
sebanyak 9 orang (100%). 42 orang (73,2%). Didukung oleh
Orang tua merupakan orang pertama penelitian yang dilakukan Veronica
yang memberikan pendidikan bagi (2016) “Hubungan Peran Orang Tua
anak-anaknya. keluarga juga sabagai sebagai Pendidik Terhadap
tatanan pertama yang mempunyai Kemandirian Personal Hygiene Anak
peran tidak sedikit dalam mengajarkan Retardasi Mental di SLB Negeri
kebiasaan-kebiasaan mengenai Ungaran” terdapat hubungan yang
perawatan diri. Anak tunagrahita akan signifikan dengan p value 0,000 < α
membutuhkan bantuan dalam (0,05).
meningkatkan ketrampilan Menurut Handayani (2009) dalam
perkembangan seperti hal merawat Ayu (2016), mengatakan hal pertama
dirinya sendiri. yang perlu diberikan anak dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan tunagrahita adalah kepercayaan diri
penelitian dari Aquari (2017) tentang dalam melakukan sesuatu. Caranya,
hubungan peran orang tua dengan diantaranya orang-orang terdekat harus
kemnadirian anak retardasi mental di selalu memberikan pujian atas apa
SLB Tunagrahita Karya Ibu yang telah dilakukan, meskipun
Palembang. Hasil analisis data hasilnya belum sempurna. Dengan
menunjukkan bahwa ada hubungan begitu anak akan merasa yang dia
signifikan peran orang tua dengan lakukan sudah benar. Sehingga timbul
kemandirian anak retardasi mentak rasa percaya diri, berani tampil didepan
dengan p value 0,003 < α (0,05). orang lain . Hasil penelitian
Hasil uji statistik untuk mengetahui menunjukkan bahwa peran orang tua
hubungan peran orang tua dengan sebagai pendorong kategori baik
kemandirian perawatan diri anak sebanyak 28 orang (50%).
tunagrahita di SLB Negeri Ungaran Sebagai panutan orang tua perlu
digunakan uji Pearson Chi-Square memberikan contoh dan teladan, baik
didapatkan hasil p-value 0,000 < dalam menjalankan nilai-nilai dan
α(0,05) maka Ho ditolak dengan nilai norma yang berlaku dimasyarakat.
korelasi 0,785. Dari perhitungan Peran orang tua yang baik akan
tersebut dapat diambil kesimpulan mempengaruhi kepribadian anak.
bahwa ada hubungan yang signifikan Perilaku modeling atau meniru
antara peran orang tua dengan merupakan perilaku individu terhadap

Page 9
perilaku model yang ditiru yang konselor kategori baik sebanayak 31
memanfaatkan proses belajar melalui orang (55,4%). Menurut Sihabudin
pengamatan atau proses menirukan (2015) orang tua harus berupaya
tingkah laku orang lain (Gunarso, melakukan sesuatu seperti bagaimana
2008). Hal ini bisa dipraktikan dalam bertindak sebagai orang tua untuk
hal perawatan diri agar anak mampu menumbuhkan dan membangkitkan
mengurus dirinya sendiri. Dengan kepribadian yang sesuai dengan
kegiatan rutin orang tua yang akan harapan mereka. Apapun harus
lebih sering dilihat oleh anak dilakukan untuk menggali potensi
tunagrahita, karena dengan berbagai konseling yang dimiliki oleh orang tua,
pengulangan-pengulangan akan lebih bagaimana orang tua berupaya menjadi
mudah tersimpan dimemori anak. Hasil konselor yang baik dihadapan anak-
penelitian menunjukkan bahwa peran anak.
orang tua sebagai panutan dengan Peran orang tua sebagai
kategori baik sebanyak 27 orang komunikator perlu menciptakan
(48,2%), peran ini paling sedikit suasana harmonis dan saling
dijalankan dibandingkan dengan peran memahami antara orang tua dan anak,
lainnya. Sebaiknya orang tua dapat menciptakan komunikasi yang
meningkatkan perannya sebagai baik. Orang tua perlu membicarakan
panutan karena sikap dan perilaku segala topik secara terbuka dan arif.
orang tua termasuk cara orang tua Hasil penelitian bahwa peran orang tua
menerapkan aturan, mengajarkn nilai sebagai komunikator kategori baik
atau norma, memberikan perhatian dan sebanayak 28 orang (50%). Penelitian
kasih sayang, serta menunjukkan sikap lain dilakukan oleh Mufidah (2007)
dan perilaku yang baik akan dijadikan “Komunikasi Antara Orang Tua
contoh atau panutan untuk anaknya. dengan Anak dan Pengaruhya
Menurut Ayu (2016) orang tua Terhadap Perilaku Anak Studi Kasus
sebagai pengawas melakukan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta
pengawasan anak tunagrahita Selatan” didapatkan korelasi positif
merupakan bagian terpenting yang antara komunikasi orang tua terhadap
harus dilakukan oleh setiap orang tua. anak yang berpengaruh pada perilaku
Perhatian dan pengawasan tersebut sehari-hari.
meliputi rutinitas kegiatan anak di Anaktunagrahita membutuhkan
rumah, pemanfaatan waktu senggang bimbingan dan pelatihan tidak hanya di
anak, kedisiplinan waktu belajar anak, pendidikan formal saja melainkan
gangguan dan hambatan yang dialami orang tua atau keluarga juga
anak, pergaulan anak dengan merupakan orang-orang terdekat yang
temannya, serta prestasi belajar anak. mampu memberikan dampak positif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi anak tunagrahita untuk merawat
peran orang tua sebagai pengawas diri.
kategori baik sebanayk 32 orang
(57,1%). 4. Keterbatasan Penelitian
Orang tua sebagai konselor Penelitian ini tidak dapat
dapat memberikan gambaran dan terlepas dari keterbatasan. Adapun
pertimbangan nilai positif dan negatif keterbatasan dari penelitian ini yang
sehingga anak mampu mengambil terjadi saat pengambilan data pada
keputusan yang terbaik mengenai responden yaitu kurangnyapengamatan
masalah menjalankan kegiatan sehari- langsung pada responden
hari merawat dirinya. Hasil penelitian mengenaiperan nya
bahwa peran orang tua sebagai terhadapkemandirianperawatandirianak

Page 10
tunagrahita. Kemudian kuesioner yang mengobservasi secara langsung di
diisi dirumah kurang bisa dikontrol sekolah maupun dirumah terkait
untuk pengisiannya. kemandirian perawatan diri anak
tunagrahita.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


1. Kesimpulan Ayu, T. (2016). Peran Keluarga dalam
a. Peran orang tua pada anak Memandirikan Anak Retardasi
tunagrahita di SLB Negeri Ungaran Metal di Aceh, 1–8.
sebagian besar kategori baik
sebanyak 30 orang (53,6%). BKKBN. (2008). Peran Orang Tua Dalam
b. Kemandirian perawatan diri anak Pembinaan Remaja.
tunagrahita di SLB Negeri
BP2KLK. (2017). Kebudayaan, Balai
Ungaran sebagian besar kategori
Pengembangan Pendidikan Khusus
tinggi sebanyak 35 orang (62,5%).
dan Layanan Khusus Dinas
c. Ada hubungan peran orang tua
Pendidikan Dan Tengah, Jawa.
dengan kemandirian perawatan diri
Retrieved from
anak tunagrahita di SLB Negeri
http://www.bp2klk.org/v2/index.ph
Ungaran dengan p value
p?page=slb
0,000<α(0,05).
2. Saran Depkes. (2017). Anak dengan tunagrahita
a. Bagi orang tua perlu pendekatan khusus, 1–2.
Sebaiknya orang tua memainkan
peran secara seimbang dari ke Goswami, S. (2013). The Parental Attitude
tujuh peran yang ada. Hasil of Mentally Retarded Children,
penelitian peran yang paling sedikit 13(6).
ialah peran panutan, sebaiknya
orang tua meningkatkan perannya Jhonson, R.-L. (2010). Keperawatan
sebagai panutan karena sikap dan Keluarga. Yogyakarta: Nata
perilaku orang tua termasuk cara Medika.
orang tua menerapkan aturan, Karasavvidis, S. (2011). Mental
mengajarkan nilai atau norma, Retardation and Parenting Stress,
memberikan perhatian dan kasih 4(1), 21–32.
sayang, serta menunjukkan sikap
dan perilaku yang baik akan Kemenkes. (2014). Infodatin.
dijadikan contoh atau panutan
untuk anaknya. Lafferty, A., Taggart, L., & Bavel, B. Van.
b. Bagi perawat (2016). Family Carers ’
Bagi tenaga keperawatan Experiences of Caring for a Person
komunitas diharapkan dapat with Intellectual Disability,
memberikan asuhan keperawatan (October).
kepada orang tua sehingga dapat
Maramis, W. F. (2009). Catatan Ilmu
membantu anak tunagrahita
Kedokteran Jiwa (Edisi Kedu).
membentuk kemanpuan perawatan
Surabaya: AUP.
diri yang baik.
c. Bagi peneliti berikutnya Meleis. (2007). Theoretical Nursing :
Sebaiknya bagi peneliti berikutnya Development & Progress.
yang ingin melakukan penelitian Philadelphia: Williams & Wilkins.
sejenis diharapkan meningkatkan
cakupan penelitian dengan Muhith, A. (2015). Pendidikan

Page 11
Keperawatan Jiwa Teori dan Pemberdayaan Masyarakat.
Aplikasi. (M. Benetu, Ed.) (Edisi Perdana Publishing.
1). Yogyakarta: Andi.
Tork, H., Lohrmann, C., & Dassen, T.
Napolion, K. (2010). Pengalaman (2007). Care Depency among
Keluarga dalam Merawat Anak children, 9, 142–149.
Tunagrahita di Kelurahan
Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Ulfatulsholihat, R. (2010). Peran Orang
Barat Kota Bogor 2010: Studi Tua dalam Penyesuaian Diri Anak
Fenomenologi. Thesis Tidak Tunagrahita.
diterbitkan. Depok. Fakultas Ilmu
Verawati, M. K. (2016). Disusun oleh:
Keperawatan Universitas
MELISA KIKI VERAWATI
indonesia.
201210201041.
Nelson. (2011). Ilmu Kesehatan Anak
WHO methods and data sources for global
Esensial (edisi 6). elsevier.
burden of disease estimates.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi (2017), (January).
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Widiastuti. (2010). Pengaruh Terapi
Rineka Cipta.
Kelompok Supportif Terhadap
Pratiwi, D. (2013). Cerita Tunagrahita. Kemampuan Keluarga dalam
Melatih Self-Care Anak Tunanetra
Ramawati. (2011). Faktor-faktor Yang Ganda di SLB Rawinala di Jakarta.
Berhubungan Dengan Kemampuan DEPOK: FK UI.
Perawatan Diri Anak Tunagrahita
Di Kabupaten Banyumas Jawa Wong, C. L., Ip, W. Y., Choi, K. C., &
Tengah. FAKULTAS ILMU Lam, L. W. (2015). Examining Self-
KEPERAWATAN UI. Care Behaviors and Their
Associated Factors Among
Rizqi, H. (2016). Studi Deskriptif Adolescent Girls With
Kemampuan Interaksi Sosial Dysmenorrhea : An Application of
Analak Tunagrahita Ringan, 1–16. Orem ’ s Self-Care Deficit Nursing
Theory.
Soejiningsih, & Ranuh, G. (2013). https://doi.org/10.1111/jnu.12134
Tumbuh Kembang Anak (edisi 2).
Jakarta : EGC. Wulandari, P., & Dkk. (2016). Hubungan
Tingkat Pendidikan Orang Tua
Somantri, S. (2009). Psikologi Anak Luar dengan Tingkat Kemandirian
Biasa. Bandung: Rafika Aditama. Remaja Putri yang Mengalami
Retardasi Mental dalam Personal
Sugiyono. (2007). Metodologi Penelitian
Hygiene Saat Menstruasi di SLB N
Pendidikan. Bandung : Alvabeta.
Kendal, 14–23.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Yang, X., Byrne, V., & Chiu, M. Y. L.
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(2016). Caregiving Experience for
Bandung: Alfabeta.
Children with Intellectual
Supartini, Y. (2008). Buku Ajar Konsep Disabilities among Parents in a
Dasar Keperawatan Anak. Developing Area in China, 46–57.
Jakarta : EGC.
Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan
Syafaruddin. (2013). Pendidikan & Anak dan Remaja. Bandung :
Rosda.

Page 12
Yvnonne, L. (2010). Supporting the
Student with Down Syndrome in
YourClassroom Educator Manual

Page 13

Вам также может понравиться