Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru
lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi
pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang
terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum?
2. Bagaimanakah tata laksana dari Asfiksia Neonatorum ?
3. Bagaimanakah askeb Asfiksia Neonatorum ?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,cara menilai serta cara mencegah
asfiksia pada neonatus).
2. Dapat mengetahui tata laksana dari Asfiksia Neonatorum.
3. Dapat memahami askeb Asfiksia Neonatorum.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswi
Dapat memahami dan menambah pengetahuannya mengenai penyulit yang
sering terjadi pada bayi baru lahir yaitu asfiksia, diharapkan mahasiswi dapat
menanganinya dalam lingkungan masyarakat.
2. Bagi Pengajar
Dapat memberi masukan atau wawasan terbaru dan luas kepada mahsiswi
mengenai penyulit pada bayi baru lahir.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat melakukan proses persalinan dengan penuh hati-hati, yaitu untuk
mengurangi asfiksia pada neonatus ketika bayi lahir.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertia Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat
asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul
(Wiknjosastro, 2002).
3
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c. Kelainan bawaan (kongenital)
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4
terjadi bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan
metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada
tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan (Buku Ajar
IKA ,2005).
D. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia
/ hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu (Wiknjosastro, 2008) :
1. Denyut jantung janin
5
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his,
dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
3. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah
ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat
janin mungkin disertai asfiksia.
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
6
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan
tekanan positif (VTP).
Skor 0 1 2
7
4. Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara
aktif, dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka
perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat
badan, dan cairan glukosa 40% 1-2ml/kg berat badan, diberikan via vena
umbilika. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada.
Perempuan 16 (52)
18 (56)
8
Kadar Kreatini Hari ke
4 (mg/dL)
1,09±0,5 0,89 ± 0,5
9
e. Kompresi dada.
f. Pengobatan
G. Persiapan Resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif,
kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi
dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi
atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan
intrapartum
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minimum antara lain :
a. Alat pemanas siap pakai
b. Alat penghisap
10
d. Oksigen
e. Alat intubasi
f. Obat-obatan
11
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama
sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan
berikutnya ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan
siap pakai.
I. Langkah-Langkah Resusitasi
Menurut Sarwono (2002), Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur
yang diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernafas secara spontan.
1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi
dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang
datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah
bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan
mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasan, jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama
6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit
jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen.
Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui
ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi
tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke
mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik,
hasil kalikan 10.
12
7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV
sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin
1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV
10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis
diatas tiap 3 – 5 menit.
12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hipotermi beri bikarbonat dengan dosis 2
MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
No.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
14
Bayi lahir tidak segera menangis, gerak lemah, warna kulit kebiruan.
Bayi lahir ditolong oleh bidan di BPM dengan kala II memanjang selama 1 jam
dikarenakan ibu kelelahan sehingga tidak kuat mengedan. Bayi lahir pukul 08.55 WITA
jenis kelamin laki-laki.
DATA OBJEKTIF
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan bayi tidak segera menangis dan gerak lemah
serta warna kulit kebiruan.
ANALISIS
Diagnosa Kebidanan : Bayi H Lahir usia 0 hari dengan asfiksia
Masalah : Bayi tidak menangis dan bernafas spontan
PENATALAKSANAAN
Tgl/ jam Penatalaksanaan Paraf
10-01-2018 1. 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada orang tua bahwa bayi tidak menangis
09.00 WITA dan bernafas spontan. Orang tua paham dan mengerti
2. Melakukan informed consent. Orang tua bayi setuju
3. Melakukan penanganan awal:
Jaga bayi tetap hangat, Bayi sudah diselimuti
Atur posisi bayi, Posisi kepala bayi semi ekstensi dan badan bayi terlentang
Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan dee-lee. Lendir sudah
dikeluarkan
Mengeringkan bayi dan rangsangan taktil, menepuk dan menyentil telapak
kaki serta menggosok punggung. Rangsangan taktil telah dilakukan, bayi
belum menangis
Mengatur kembali posisi bayi dan mengganti kain yang basah. Bayi sudah
hangat
Melakukan penilaian bayi. Bayi masih megap-megap dan belum menangis
spontan
4. Penanganan lanjut yaitu VTP:
Pasang sungkup, perhatikan lekatan
Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air. Dada bayi mengembang
Melakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik. Bayi
menangis, pernafasan normal
Penilaian akhir. Bayi menangis dan bernafas spontan (RR: 40x/menit)
4. Memberikan bayi kepada ibu untuk diberikan ASI. Bayi mau menyusu
15
5. Melakukan observasi kondisi bayi (Heart rate dan Respirasi). Heart rate dan
respirasi normal
Mengetahui Denpasar,
PembimbingRuangan PembuatLaporan,
................................................. .................................................
NIP NIM
Menyetujui
PembimbingInstitusi
NIP.................................................
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam laporan ini, kami menggambil kasus bayi dengan asfiksia ringan pada
Bayi ‘‘H‘‘ usia 0 hari, lahir pada tanggal 11 Januari 2018 pukul 08.55 WITA dengan
cara normal spontan belakang kepala di BPM. Bayi lahir dengan UK 39 minggu 3
hari, Tidak segera menangis, tonus otot lemah, kulit kebiruan. Dilakukan tindakan
penanganan awal dan melakukan ventilasi. Berikut adalah hasil pembahasan dari
kelompok kami:
S : Berdasarkan dari hasil anamnesa yang dilakukan sebelumnya pada Ny ‘‘H‘‘ tidak
ada ditemukan penyebab yang dapat memicu terjadinya asfiksia dari ibu selama
masa kehamilan seperti riwayat preeklamsia dan eklamsia, pendarahan abnormal
(plasenta previa atau solusio plasenta), demam selama kehamilan Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV), kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
O: berdasarkan teori yang dikategorikan Asfiksia adalah APGAR skor 4-6, pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan
resusitasi serta pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal . Berdasarkan
dari data objektif yang diperoleh dari pengamatan dan pemeriksaan ditemukan
penilaian awal yang mengarah pada terjadinya asfiksia sedang yaitu bayi tidak segera
mengangis gerak/ aktivitas gerak lemah, warna kulit kebiruan, turgor tidak ada, dan
penilaian APGAR Skor : 4-6
A: analisa ditentukan berdasarkan dari data subjektif dan objektif yaitu Bayi ‘H’ usia
0 hari dengan asfiksia sedang
P: Penatalaksanaan yang diberikan pada bayi “H” sesuai dengan teori yang ada yaitu
penanganan awal berupa: Menjaga bayi tetap hangat, Mengatur posisi bayi, posisi kepala
bayi semi ekstensi, Membersihkan jalan nafas dengan menggunakan dee-lee, Mengeringkan
bayi dan rangsangan taktil, Mengatur kembali posisi bayi dan mengganti kain yang basah,
17
Melakukan penilaian bayi. (apabila belum menangis spontan dilakukan penanganan lanjut
berupa VTP). Penanganan lanjut yaitu VTP: Pasang sungkup, perhatikan lekatan,Ventilasi 2
kali dengan tekanan 30 cm air. Melakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam
30 detik. Penilaian akhir. Bayi menangis dan bernafas spontan (RR: 40x/menit). Memberikan
bayi kepada ibu untuk diberikan ASI. Melakukan observasi kondisi bayi (Heart rate dan
Respirasi). Heart rate dan respirasi normal.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2012)
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi institusi
pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa
yang akan datang.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan keilmuan dan
pengalaman serta keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan pada
pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
3. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat mengetahui dan mengerti asuhan yang diberikan
kepada bayinya serta pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir dengan
asfiksia berat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
WHO, 2010. World Health Statistics. www.who.int. Diakses pada tanggal 02
September 2012.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Edisi III. Penerbit Yayasan Bina Pustaka.
Jakarta
Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR, Maternal & Neonatal
Care, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002
20