Вы находитесь на странице: 1из 14

TUGAS

Kompetensi Pembelajaran
“Model Instruksional”

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Anggi Hermawan (5115152147)


Rizky A.K (511515)

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks.Tidak setiap orang pun, yang pernah
mengurus 20 orang anak yang berbeda-beda di kelas-kelas SD atau SL, dapat membantah
pernyataan itu.
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak bisa lepas dari berbagai macam
problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang dinamis. Guru sebagai pendidik dan
pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering menemukan problema-problema yang dari
waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau
kemasyarakatan, maka keaneaan problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika
tersebut datang dari implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup
manusia menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri. Akan
tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai sumber-sumber
penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak terselesaikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai banyak problema yang
terkait dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran, dan tuntutan umum yang
lainnya.Dari berbagai dinamika dan problem-problem diatas, guru masih dituntut untuk
bersikap professional, walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak, jadi disini kerja
guru ekstra atau harus bekerja secara optimal.
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk
pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama
meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di
antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem
instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional,
pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer
yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan
padanan dari istilah “instructional development”.Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah
merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for
Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.
Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang; dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu
periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar lagi.
Atas dasar itulah Gustafson (dalam Sadiman, 1986:13) membedakan adanya tingkatan atau
level pengembangan sistem instruksional, yakni: (a) tingkatan kelas, (b) tingkatan sistem, (c)
tingkatan produk, dan (d) tingkatan organisasi. Setiap tingkatan tersebut memiliki fungsi dan
model-model yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Di Indonesia, pengembangan sistem pembelajaran merupakan hal yang relatif baru.
Pertama kali digunakan pada tahun 1972 oleh Badan Pengembangan Pendidikan (sekarang:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan) dengan nama populernya
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Bahkan perguruan tinggi kita baru
mengenal dan menggunakan model pengembangan sistem instruksional ini pada tahun
1976.Sejak saat itu pengembangan dan penggunaan model-model pengembangan sistem
intruksional sangat berkembang pesat sampai saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan system intruksional ?
2. Bagaimanakah model-model dari pengembangan system intruksional ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengembangan system intruksional.
2. Untuk mengetahui model-model dalam pengembangan system intruksional.

BAB II

KERANGKA TEORI

Ada banyak sekali konsepsi dasar tentang pengembangan sistem intruksional yang
dapat kita jumpai dalam berbagai kepustakaan, yang rumusannya saling berbeda. Untuk
memperoleh pengertian yang komprehensif, berikut ini diberikan beberapa konsepsi dasar
yakni:

 AECT (1979: 20) mendefenisikan sebagai berikut:


Pengembangan pembelajaran adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam desain,
produksi, evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap termasuk komponen-
komponennya dan contoh manajemen penggunaannya.

 AETT (dalam Miarso, 1988: 8) mendefenisikan bahwa:


Pengembangan instruksional adalah pengembangan sumber-sumber belajar secara
sistematik agar dapat terjadi perubahan perilaku.

 Ely (1978: 4) mendefenisikan bahwa:


Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitas
dan praktis bisa dilaksanakan.
Dari beberapa konsepsi dasar tentang pengembangan sistem instruksional, maka dapat
ditarik kesimpulan.Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang
sistematis dalam menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta
menggunakan komponen-komponen sistem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media,
metode, dan evaluasi) demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan system Intruksional


3.1.1 Pengertian Pengembangan Sistem Intruksional
Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system design) dan disain
instruksional (instructional design) sering dianggap sama. “disain” berarti membuat sketsa atau
pola atau outline atau rencana pendahuluan “mengembangkan” berarti membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya.
Pengembangan Sistem Instruksional ialah suatu proses menentukan dan menciptakan
situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa
sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya (Carey, 1977).
Sedangkan menurut Ely : Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses secara
sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan
pemecahan yang teruji validitas dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979).
Pengembangan sistem intruksional ialah proses menciptakan situasi dan kondisi tertentu
yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perilaku dan mempelajari
problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitas dan praktis
bisa dilaksanakan. Pengembangan ini senantiasa didasarkan pada pengalaman.Pengamatan
yang sesama dan percobaan yang terkendali.
Ada dua proses pengembangan, pertama ialah pendekatan secara empiris yang
menggunakan dasar-dasar teori, bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman
pengembang. Pendekatan kedua ialah dengan pendekatan model. Dalam penyusunan
rancangan pengajaran ada langkah-langkah secara sistem : cara mencapainya dipilihkan cara-
cara tertentu, kondisi tertentu, dan perubahan tertentu. Hasil uji coba memberi informasi
tertentu yang dapat dijadikan bahan penilaian perihal tingkat kesulitan suatu program.
Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang
terdiri atas empat komponen yang secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini
menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan sesudah pengajaran
dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu
model “prosedur mengajar” pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik
dalam bentuk perilaku siswa.Kedua mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan
siswa pada saat ini dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut.Dan ketiga
menilai pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.
a. Penentuan tujuan-tujuan yang spesifik
Tujuan-tujuan instruksional didalam model-model komponen ini harus dirumuskan
secara spesifik dalam bentuk perilaku akhir siswa. Hampir setiap pendidik mengakui
pentingnya penentuan tujuan, tetapi akhir-akhir inipun hanya sedikit yang menganjurkan
perlunya dirumuskan tujuan itu secara jelas, yaitu tujuan : bagaimana seharusnya siswa
berperilaku pada akhir pengajaran. Model instrusional ini menuntut agar tujuan-tujuan tersebut
dirumuskan secara jelas dan tegas dalam bentuk perilaku siswa.
b. Penilaian pendahuluan
Langkah kedua dalam model instruksional ini menuntut agar guru memeriksa perilaku
mula siswa. Istilah penilaian “pendahuluan“ digunakan sebagai pengganti dari “tes-awal”
hanya karena “penilaian pendahuluan” mencakup macam prosedur penilaian yang lebih banyak
dari pada hanya dari pada tes ter tulis. Satu keuntungan nyata dari penilaian pendahuluan ialah
bahwa guru dapat mengetahui sudahkah siswanya memiliki perilaku yang hendak
dikembangkannya.Sangat mungkin kemampuan siswa lebih besar dari pada yang diduga
guru.Kalau itu terjadi waktu berminggu-minggu terbuang sia-sia karena siswa-siswa
“diajarkan” hal-hal yang sudah mereka ketahui. Dalam arti yang sama, sering pengetahuan
mereka jauh lebih sedikit dari apa yang diduga oleh guru.
c. Pengajaran
Setelah guru mengadakan penilaian pendahuluan, dan barangkali mengubah tujuan-
tujuan instruksional, langkah berikutnya yaitu merencanakan program pengajaran yang
diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Perencanaan ini memang
rumit sekali, namun demikian, sesudah ada pernyataan yang jelas tentang tujuan apa yang
dikehendaki, maka masalah itu menjadi jauh lebih mudah.
d. Penilaian
Langkah keempat dalam model instrusional ini adalah menilai taraf pencapaian tujuan-
tujuan instruksional oleh para siswa. Pada waktu inilah guru menentukan sudahkah siswa-
siswanya seperti yang direncanakan ketika ia merumuskan tujuan-tujuan. Masalah
pengembangan prosedur penilaian tertentu, seperti siapan suatu tes, sebagian besar pastilah
terpecahkan, jika tujuan telah dirumuskan secara spesifik.Tidak jarang tujuan yang sangat
spesifik juga memuat pernyataan tentang prosedur penilaian. Pada hakikatnya tujuan dan
penilaian seharusnya sama; yaitu butir-butir tes seharusnya disusun sesuai dengan jenis
perilaku yang ditentukan dalam tujuan. Penilaian yang dimaksudkan disini bukanlah mengenai
siswa, melainkan ketetapan keputusan-keputusan yang diambil oleh guru. Kita tidak berusaha
menentukan bahwa ali mendapat “A” atau “B” tetapi hendak menentukan sudah tepatkah
program pengajaran guru dan pelaksanaannya.

3.1.2 Dasar-Dasar Pengembangan Sistem Instruksional


Untuk memahami dasar-dasar pengembangan sistem instruksional, perlu diketahui terlebih
dahulu apakah yang dimaksud dengan "Pengajaran" (instruction). Menurut Merril (1971, p.
10), "pengajaran" adalah suatu kegiatan di mana seseorang dengan sengaja diubah dan
dikontrol, dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku atau bereaksi trrhadap kondisi tertentu.
Pengajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan kegiatan mengajar. Termasuk di
dalamnya adalah menyiapkan pengalaman yang siap dipakai, mengerjakan tugas-tugas
administrasi, mengadakan pende¬katan terhadap siswa,dan sebagainya. Pengajaran berbeda
dengan pengembangan kurikulum.Pengem¬bangan kurikulum meliputi penyusunan disain
suatu bidang studi (sub¬ject matter) dari suatu tingkat sekolah atau lembaga pendidikan
tertentu.Pengajaran lebih menekankan pada aspek bagaimana (how to), sedang pengembangan
kurikulum lebih menekankan pada aspek "apa" (what to).Keputusan yang berkenaan dengan
kurikulum berorientasi kepada isi atau materi (content oriented), sedang putusan yang berkenan
dengan pengajaran adalah berorientasi kepada proses (process oriented). Pengajaran erat
berkait dengan belajar namun tak persis sama. Belajar merupakan suatu proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan makhluk hidup. Pengajaran hanya berlangsung manakala
usaha tertentu telah dibuat untuk mengubah suatu keadaan sedemikian rupa, sehingga suatu
hasil belajar tertentu dapat dicapai.Dengan demikian "kesenga¬jaan" merupakan karakteristik
dari suatu pengajaran.
Apakah yang dimaksudkan dengan Pengembangan Sistem lnstruksio¬nal?Dihubungkan
dengan pengertian "Instruction" seperti tersebut di atas, maka definisi pengembangan sistem
instruksional adalah "suatu.proses menentukan dan menciptakan situasi dari kondisi tertentu
yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di
dalam tingkah lakunya" (Carey, 1977, p. 6). Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut
meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para
penyusun disain instruksional dapat menilai efektifitas suatu disain. Pengembangan sistem
instruksional senantiasa didasarkan atas pengalaman empiris, dan prinsip-prinsip yang telah
teruji kebenarannya, dalam arti telah ditentukan berdasar prosedur yang sistematis,
peng¬amatan yang tepat, dan percobaan yang terkontrol. Hal ini berbeda dengan metode atau
cara mengajar yang diperoleh se¬cara tradisional dan dikembangkan melalui pengalaman
semata-mata.
Apakah yang dikerjakan oleh para pengembang sistem dan disain instruksional? Kegiatan
pokok bagi para pengembang sistem dan disain instruksional meliputi:
1. Menentukan hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang bisa diamati dan diukur (learning
outcomes).
2. Identifikasi karakteristik siswa yang akan belajar.
3. Berdasar 1 dan 2 tersebut, memilih dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar bagi para
siswa.
4. Menentukan media untuk kegiatan tersebut.
5. Menentukan situasi dan kondisi, dalam mana responsi siswa akan diamati dan dipandang
sebagai salah satu contoh dari tingkah laku yang diharapkan.
6. Menentukan kriteria, seberapa prestasi siswa telah dianggap cukup.
7. Memilih metode yang tepat untuk menilai kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan
tingkah laku seperti tersebut pada angka 1.
8. Menentukan metode untuk memonitor responsi siswa- sewaktu
9. Berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi.
10. Mengadakan perbaikan yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar bila ternyata responsi
siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan.

3.1.3 Proses Pengembangan Sistem Instruksional


Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa
meliputi dua cara:
1. Dengan pendekatan secara empiris
Proses ini dilaksanakan tanpa menggunakan dasar-dasar teori secara sistematis. Di sini paket
atau bahan pengajaran disusun berdasar pengalaman si pengembang, siswa disuruh
mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, materi
pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusunan paket (materi) penga¬jaran diulang.
Adapun pendekatan semacam ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya :
a. Setiap pengembang harus mulai dari awal untuk mencari atau menemukan semua langkah dan
dasar yang diperlukan untuk mengembangkan suatu materi pengajaran.
b. Berulang kalinya pembuatan materi (paket) pengajaran baru. Hal ini berarti menghendaki
berulang kau uji coba, dan ini berarti kurang efisien.
2. Dengan mengikuti atau membuat suatu model (paradigm approach).
Menurut pendekatan ini, hasil belajar yang diharapkan, bisa diklasi¬fikasikan sesuai dengan
tipe-tipe tertentu.Untuk, tiap tipe tujuan khusus (objective) dapat dipilihkan cara-cara tertentu
untuk menca¬painya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa dicip-takan, dan
perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.Di dalam penyusunan disain instruksional,
diadakan langkah-langkah secara sistematis, sehingga uji coba secara empiris terhadap suatu
program dapat mendorong untuk adanya informasi mengenai efektifitas suatu program, yang
sekaligus bisa untuk menguji model tersebut.

3.1.4 Tujuan Pembelajaran (PAI) Dengan Sistem Instruksional


Tujuan instruksional yang dikembangkan pada saat ini adalah tujuan instruksional ganda,
dalam artian bahwa tujuan instruksional ini memiliki dua komponen yaitu Tujuan Instruksional
Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan instruksional umum ini merupakan tujuan dari kurikuler, ialah tujuan
pendidikan secara umum menjadi tujuan khusus dan operasional, sebab pada dasarnya tujuan
pendidikan hanya dapat mungkin di capai bila tujuan itu di rumuskan ke dalam rumusan
yang khusus dan operasional.
Dalam kurikulum SLTP 1975 bidang studi agama islam, dapat dilihat bahwa tujuan
kurikuler bidang studi agama islam di SMP yang berjumlah empat belas itu di jabarkan
sehingga menjadi delapan puluh tujuan instruksional umum (TIU).
b. Tujuan instruksional khusus
Tujuan ini adalah langkah yang paling akhir dalam upaya membuat rumusan tujuan
pendidikan yang paling khusus dan operasional.tujuan instruksional khusus (TIK) dapat di
artikan sebagai rumusan tujuan yang berisi kualifikasi khusus yang di harapkan di miliki siswa
setelah selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar tertentu. Tujuan instruksional khusus
adalah tujuan yang hendak di capai guru setiap kali mengajar.
Maksud dari kedua tujuan instruksional ini adalah upaya untuk mengembangkan tujuan
pendidikan secara universal yaitu tujuan pendidikan umum berfokuskan pada semua mata
pelajaran yang ada disetiap sekolah dan madrasah, sedangkan tujuan instruksional khusus
adalah tujuan pembelajaran yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung (proses
pembelajaran), atau komponen-komponen yang akan dipaparkan untuk mengajar haruslah
dikutip atau disajikan dalam berbentuk lembaran sebelum pelajaran itu berlangsung.
Contohnya SAP ( Satuan Acara Perkuliahan) atau silabus perkuliahan yang disajikan oleh
tenaga pengajar.

3.1.5 Implementasi (Penggunaan) Sistem Instruksional


Penggunaan sistem instruksional dalam pembelajaran didalam kelas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tahap.
a. Tahap awal
Tahap pembelajaran awal ini adalah langkah pertama sebelum materi pembelajaran
berlangsung, yaitu memberikan pencerahan terhadap pola piker siswa tentang apa yang ingin
diajarkan, diberikan bayangan sebelum memasuki tahap yang serius, tahap awal ini memiliki
banyak teori dan metode yang bisa digunakan diantaranya adalah mengatur tatanan kelas yang
nyaman dan epektif seperti group resume (resume kelompok) prosedurnya dibentuk seperti :
 Bagilah peserta kedalam beberapa kelompok, terdiri dari 3 sampai 6 anggota.
 Beritahukan kepada mereka bahwa kelas memiliki kesatuan bakat dan pengalaman yang
sangat hebat.
 Memberikan motivasi kepada setiap kelompok agar aktif dan bervariasi dalam menela’ah
materi.
b. Inti
Pada tahapan ini pengajar menguraikan materi yang diajarkan kepada siswa dengan
menggunakan metode dan teknik yang nyaman dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga
siswa tidak mudah jenuh dan tidak cepat merasa bosan seperti yang ada dalam bukunya Mel
Silberman yang menawarkan metode aktif dan variable salah satunya adalah Listening Team
(tim pendengar)
 Buatlah kelas menjadi empat kelompok
 Masimg-masing kelompok diberi tugas, kelompok pertama sebagai penanya, kelompok kedua
sebagai orang yang setuju, kelompok yang ketiga sebagai orang yang tidak setuju, sedangkan
yang terakhir sebagai pemberi contoh.
 Sampaikan pelajaran yang didasarkan dengan pelajaran
 Suruhlah tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat dan sebagainya.
c. Tahap Akhir
Setelah materi diberikan kepada siswa dan waktu telah hamper habis untuk
pembelajaran maka tahapan yang paling akhir ialah bagaimana siswa belajar agar tidak lupa
tentunya dengan berbagai strategi yang bisa digunakan salah satunya adalah Reviewing
Strategies (meninjau ulang).
Salah satu cara paling meyakinkan untuk menjadikan belajar tepat adalah menyertakan
waktu untuk meninjau apa yang telah dipelajari. Materi yang telah ditinjau (review) oleh
peserta didik mungkin disimpan lima kali lebih banyak dari materi yang tidak ditinjau. Hal itu
karena peninjauan memudahkan peserta didik untuk mempertimbangkan informasi dan
menemukan cara-cara untuk menyimpannya dalam otaknya.

3.2 Model Pengembangan Intruksional


3.2.1 Pengertian Model Intruksional
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewu¬judkan suatu proses,
seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23).
Sedangkan Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional systems development) dan
disain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak
dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan
antara "disain" dan "pengembangan". Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau
outline atau ren¬cana pendahuluan".Sedang "mengembangkan" berarti "membuat tumbuh
secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya."
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan sistem istruksional adalah suatu proses sedara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji
validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979, p.4).
b. Sistem instruksional adalah semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam praktek
yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker; 1971, p: 16).
c. Disain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta
pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengem-bangan paket pelajaran, kegiatan menga-jar,
uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979, p. 20).
d. Disain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan
pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua
komponen sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain
dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih
dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979, p. XXI).
Sesuai dengan pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan model
pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
melaksanakan pengembangan sistem instruksional.

3.2.2 Model-Model Pengembangan System Intruksional


Ada beberapa model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan
instruksional model Banathy,model Gerlach & Ely, PPSI, model Kemp, model Briggs, model
IDI (Instruksional Development Institute), dan lain-lainnya.
1. Model Bela H. Banathy
Pengembangan Instruksional model Banathy ini dapat diinformasikan dalam enam langkah
sebagai berikut:
 merumuskan tujuan (Formulate objectives)
 mengembangkan test (develop test)
 menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task)
 mendesain struktur instruksional (design system)
 melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (Implement and test output)
 mengadakan perbaikan (change to improve)
2. Model Gerlach dan Elly.
Model desain intruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) ini
dimaksudkan untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurut Gerlach dan Ely (1971),
langkah-langkah dalam pengembangan desain intruksional terdiri dari :
1. Merumuskan tujuan instruksional.
2. Menentukan isi materi pelajaran.
3. Menentukan kemampuan awal peserta didik.
4. Menentukan teknik dan strategi.
5. Pengelompokan belajar.
6. Menentukan pembagian waktu.
7. Menentukan ruang.
8. Memilih media intruksional yang sesuai.
9. Mengevaluasi hasil belajar.
10. Menganalisis umpan balik.
3. Model Briggs
Model Brigs ini berorientasi pada rancangan sistim dengan sasaran dosen atau guru yang
akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan
instruksional yang susunan anggotanya meliputi: dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli
evaluasi, ahli media dan perancang instruksional (Mudhoffir, 1986 : 34)
Brigs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar mengajar dapat diterapkan
untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan.Karena itu dia berpendapat bahwa
model ini juga sesuai untuk pengembangan program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada
program-program akademis saja.Di samping itu, model ini dirancang sebagai metodologi
pemecahan masalah instruksional.
Dalam pengembangan instruksional ini berlaku prinsip keselarasan antara tujuan yang akan
dicapai, strategi pencapaiannya dan evaluasi keberhasilannya, yang ketiganya merupakan tiang
pancang desain instruksionalnya Briggs.
4. Model Kemp
Pengembangan instruksional yang dikembangkan oleh Kemp (1977) ini juga disebut sebagai
Desain Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah.
a. Penentuan tujuan instruksional umum (TIU); yaitu tujuan yang ditetapkana menurut masing-
masing pokok bahasan.
b. Menganalisis karakteristik siswa; dalam analisis ini memuat hal-hal yang berkenaan dengan
latar belakang pendidikan siswa, sosial budaya yang memungkinkan dapat mengikuti program
kegiatan belajar, serta langkah-langkah apa yang perlu ditetapkan.
c. Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK); yakni tujuan yang ditetapkan secara
operasional, spesifik dan dapat diukur. Dengan demikian siswa dapat mengetahui apa yang
akan mereka lakukan, bagaimana melakukannya dan apa ukuran yang digunakan bahwa
mereka dapat mencapai tujuan belajar tersebut.
d. Menentukan materi pelajaran;yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah
ditetapkan.
e. Mengadakan penjajakan awal (preassesment); langkah ini sama halnya dengan test awal yang
fungsinya untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, apakah telah memenuhi syarat
belajar yang ditentukan ataukah belum.
f. Menentukan strategi belajar dan mengajar yang relevan; sebagai patokan untuk memilih
strategi yang dimaksud, Kemp menentukan 4 kriteria;
 Efisiensi;
 Keefektifan;
 Ekonomis;
 Kepraktisan.
Dalam memilih strategi belajar-mengajar tersebut harus melalui analisis alternatif.
g. Mengkoordinasi sarana penunjang yang dibutuhkan, meliputi:
 Biaya;
 Fasilitas;
 Peralatan;
 Waktu dan
 Tenaga
h. Mengadakan evaluasi; hasil evaluasi tersebuut digunakan untuk mengontrol dan mengkaji
sejauhmana keberhasilan suatu program yang telah direncanakan mencapai sasaran yang
diinginkan. Hasil evaluasi merupakan umpan balik untuk merevisi kembali tentang; program
instruksional yang telah dibuat, instrument tes, metode strategi yang dipakai dan sebagainya.
5. Model IDI
Pengembangan instruksional model ID (Instruksional Development Institute) merupakan
suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan
Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).
Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan
Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan
model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan model
pendekatan sistim yang meliputi tiga tahapan, yakni;
a. Tahap pembatasan (define)
Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau yang disebut need
assesment. Pada dasarnya need assisment ini berusaha menemukan suatu perbedaan
(descrypancy) antara apa yang ada dan apa yang idealnya (yang diinginkan). Karena banyaknya
kebutuhan pengajaran, maka perlu diadakan prioritas mana yang didahulukan dan mana yang
dikemudian.
b. Tahap Pengembangan
Identifikasi tujuan; tujuan instruksional yang hendak dicapai perlu diidentifikasikan
terlebih dahulu, baik tujuan instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan
Terminal Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang disebut Enabling Objectives.
TIK adalah penjabaran yang lebih rinci dari TIU, maka TIK dianggap penting sekali dalam
pengembangan instruksional, disamping itu TIK perlu karena;
1. Membantu siswa dan guru untuk memahami secara jelas apa-apa yang diharapkan sebagai
hasil kegiatan instruksional;
2. TIK merupakan building blocks dari pengajaran yang diberikan
3. TIK merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan oleh siswa sesuai dengan
kegiatan instruksional yang diberikan.
 Penentuan metode;
1. Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perlu ditempuh suatu cara, dalam hal ini
metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkn tersebut.
2. Bagaimanakah urutan isi/ bahan yang akan disajikan?
3. Bentuk instruksional apakah yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dalam situasi dan
kondisinya? Apakah dipakai metode ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas
individual dan lain-lainnya?
c. Tahap penilaian
1. Tes uji coba;
Setelah prototipa program instruksional tersebut disusun, maka langkah berikutnya harus
diadakan uji-coba.Uji-coba ini dapat dilakukan pada sampel audien untuk menentukan
kelemahan dan kebaikan serta efesiensi dan keefektifan suatu program yang dikembangkan.
2. Analisis hasil
Hasil uji coba yang dilakukan perlu dianalisis terutama yang berkenaan dengan;
a. Apakah tujuan dapat dicapai, bila tidak atau belum semuanya, dimanakah letak kesalahannya?
b. Apakah metode atau teknik yang dipakai sudah cocok denganpencapaian tujuan-tujuan
tersebut, mengingat karakteristik siswa yang telah diidentivikasi?
c. Apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi?
d. Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang seharusnya perlu dievaluasi?
6. Model PPSI
PPSI merupakan singkatan dari prosedur pengembangan sistem intruksional. Istilah sistem
instruksional mengandung pengertian bahwa PPSI menggunakan pendekatan sistem dimana
pembelajaran adalah suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan
terpadu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan
pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan
secara efektif dan efisien (Harjanto, 2008 : 75).
Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:
a. Perumusan tujuan/kompetensi
Merumuskan tujuan/kompetensi beserta indicator ketercapaiannya yang harus
memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
1. Menggunakan istilah yang operasional
2. Berbentuk hasil belajar
3. Berbentuk tingkah laku
4. Hanya satu jenis tingkah laku

b. Pengembangan alat penilaian


1. Menentukan jenis tes/intrumen yang akan digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan
2. Merencanakan pertanyaan (item) untuk menilai masing-masing tujuan
c. Kegiatan belajar
1. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
2. Menetapkan kegiatan belajar yang tak perlu ditempuh
3. Menetapkan kegiatan yang akan ditempuh
d. Pengembangan program kegiatan
1. Merumuskan materi pelajaran
2. Menetapkan model yang dipakai
3. Alat pelajaran/buku yang dipakai
4. Menyusun jadwal
e. Pelaksanaan
1. Mengadakan pretest
2. Menyampaikan materi pelajaran
3. Mengadakan posttest
4. Perbaikan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya yaitu :
1. Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam
menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-
komponen sistem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi)
demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewu¬judkan suatu proses, seperti
penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23)
3. Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model
Bela H.Banathy, MPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI
(Instruksional Development Institute), dan PSSI

DAFTAR PUSTAKA

Popham W James, dkk. 2003. Teknik Mengajar Secara sistematis. Rineka cipta. Jakarta.
http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2012/01/model-pengembangan-instruksional.html
http://dony.blog.uns.ac.id/2010/05/31/persamaan-dan-perbedaan-model-pengembangan-
instruksional/
http://joko1234.wordpress.com/2010/03/18/model-sistem-instruksional-pembelajaran/
http://satriadholan.blogspot.com/2011/04/model-model-pengembangan-sistem.html
http://uehdud.wordpress.com/2011/11/02/model-model-pengembangan-instruksional/
http://wulandhary.blogspot.com/2012/05/model-pengembangan-sistem-instruksional.html

Вам также может понравиться