Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Halusinasi
1
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar (Maramis, 2005).
2.2 Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a.faktor predisposisi
1) biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang maladaftif
baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai berikut:
a) penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofren
b) beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
c) pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia.
2) Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) sosial budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan, perang,
kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi
b.faktor presipitasi
secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan
kekambuhan (kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) biologis
2
ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
3
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang. Biasanya
klien mendengarkan suara orang yang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal.
2. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya,
gambaran, geometrik, gambar kartun dan panorama yang kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikkan seperti darah,
urin, faces. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, faces.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah vena atau
arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
4
d. fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
5
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra
(pendengaran, penglihatan,penghidu,pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulul panca indra walaupun sebenarnya stimulas itu
tidak ada.
6
frekuensi terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat
dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Tindakan Keperawatan
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut
meliputi :
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau ini
bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
7
yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian
pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain
tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami
banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
yang mengalami halusinasi bisa membantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara
beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam
seminggu. Tahapan intervensi sebagai berikut :
d) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih.
Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh
hari dalam seminggu. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
8
4) Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit
seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan.Bila
kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu
pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini
tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
a) Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
b) Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
c) Jelaskan akibat bila putus obat
d) Jelaskan cara mendapatkanm obat/ berobat
e) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5B (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, dan benar dosis).
3. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Perawat lakukan
b. Pasien mau menceritakan masalah yang dia hadapai kepada perawatnya, bahkan
c. Pasien mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang perawat tawarkan
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada obyeknya dan merupakan
9
d Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
1) Menghardik halusinasi.
3) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur
pada malam hari selama tujuh hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal
Daulay, 2009).
10