Вы находитесь на странице: 1из 23

5

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.


PTBA mengawali kegiatan eksplorasi pada tahun 1916 sampai tahun 1919
dan mulai berproduksi pada tahun 1919. PTBA adalah Badan Usaha Milik Negara
yang didirikan pada tanggal 2 maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
42 Tahun 1980 dengan Kantor Pusat di Tanjung Enim Sumatera Selatan.
Lembaga-lembaga yang mengurus Tambang Batubara Bukit Asam (PT. Bukit
Asam (persero) Tbk, 2017) adalah:
1. Tahun 1919 1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2. Tahun 1942 1945 oleh Pemerintah Militer Jepang.
3. Tahun 1945 1947 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4. Tahun 1947 1949 oleh Pemerintah Belanda (Agresi I).
5. Tahun 1949-sekarang oleh Pemerintah Republik Indonesia.
6. Tahun 1959 1960 oleh Biro Urusan Perusahaan Tambang Negara (BUPTAN).
7. Tahun 1961 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU) Perusahaan Tambang
Batubara.
8. Tahun 1968 -1980 oleh PN. Tambang Batubara.
9. Tahun 1981-sekarang oleh PT. Bukit Asam (Persero).
Pemerintah Indonesia membuat Proyek Pengembangan Pertambangan dan
Pengangkutan Batubara (P4BA), yang meliputi beberapa kegiatan diantaranya
(PT. Bukit Asam (persero) Tbk, 2017) sebagai berikut :
1. Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA).
2. Pengembangan Pelabuhan Batubara (PTBA)
3. Pengembangan Angkutan Darat (Perumka).
4. Pengembanagan angkutan laut PANN/ PT Pelayaran Bahtera Adhiguna)
5. Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA)
6. Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA
7. Pengembangan Pelabuhan Batubara (PTBA).
6

8. Pengembangan Angkutan Darat (Perumka).


9. Pengembangan Angkutan Laut (PT PANNI PT Pelayanan Bahtera Adhiguna)

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT Bukit Asam (Persero), Tbk.
di Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Propinsi
Sumatera Selatan dengan jarak ± 191 km dari pusat kota Palembang (Gambar
2.1). Lokasi penambangan di PT. Bukit Asam (persero), tbk ada tiga yaitu lokasi
penambangan banko barat, lokasi penambangan air laya, lokasi penambangan
muara tiga besar (Gambar 2.2).

Sumber: www.google maps.com, 2012

Gambar 2.1 Peta Lokasi dan Kesampaian PTBA Tanjung Enim

2.2.1 Lokasi Penambangan Banko Barat


Lokasi penambangan Banko Barat berjarak sekitar 7 km dari Tanjung
Enim kearah timur. Daerah operasional penambangan Banko Barat memiliki Izin
Usaha Pertambangan seluas 4.300 Ha. Sungai yang mengalir di daerah ini adalah
Sungai Enim di sebelah timur dengan cadangan terukur batubara di Banko Barat
sebesar 560 juta ton. Secara administratif lokasi penambangan Banko Barat
7

berada di kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera


Selatan tepatnya pada koordinat 9.577.000 Utara sampai 9.585.000 Utara dan
367.000 Timur sampai 372.000 Timur. Jarak dari kota Palembang ke Tanjung
Enim sekitar ± 191 km, yang melewati jalan raya beraspal Startigrafi dan Litologi
Daerah Tambang Banko (Gambar 2.3, Gambar 2.4, dan Gambar 2.5) (PT. Bukit
Asam (persero) Tbk, 2017)
2.2.2 Lokasi Penambangan Air Laya
Pada lokasi tambang air laya (TAL), PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
terdapat dua sistem penambangan utama yaitu continuous mining menggunakan
BWE metode(Bucket wheel excavator) dan conventional mining (menggunakan
excavator bachoeanddump truck). Pada metode BWE sistem ini sepenuhnya
dilaksanakan oleh pihak PTBA sedangkan pada metode Excavator bachoe and
dump truck dilaksanakan oleh pihak ketiga (kontraktor) dan sebagian dilakukan
sendiri (Swakelola).
Sistem penambangan continuous mining menggunakan BWE system ini
merupakan sistem yang sering di gunakan di PTBA karena PTBA perusahaan
pertambangan yang satu-satunya memiliki alat BWE ini di Asia Tenggara, yang di
beli dari Jerman. Semua hasil penggalian batubara dari TAL dan MTB akan di
tampung di stockpilelalu kemudian dikirim ke TLS (Train Loading Station) 1 dan
2. Melalui TLS ini kemudian batubara di muat ke gerbong untuk di pasarkan
melalui pelabuhan Tarahan (Lampung) dan Kertapati (Palembang). lalu batubara
akan di proses kembali di stockpile pelabuhan Tarahan (Lampung ) serta
Kertapati (Palembang) (PT. Bukit Asam (persero) Tbk, 2017).
2.2.3 Lokasi Penambangan Muara Tiga Besar
Pada tambang ini, di operasikan dengan menggunakan conventional dan
continous mining. Pada Muara Tiga Besar dibagi menjadi dua yaitu Muara Tiga
Besar Utara dan Muara Tiga Besar Selatan, dimana pada Muara Tiga Besar utara
digunakan metode penambangan continous mining yang di gunakan tidak untuk
memproduksi batubara tetapi hannya mengumpan atau membantu memberaikan
matrial yang selanjutnya akan di teruskan dengan Excavator dan truck dan sistem
penambangan ini dikelola oleh pihak PT Bukit Asam (Persero),Tbk dan Muara
8

Tiga Besar Selatan dikelola sepenuhnya oleh PT Pama Persada Nusantara. Yang
sebagai salah satu prusahaan contractor terbesar di indonesia (PT. Bukit Asam
(persero) Tbk, 2017).

Sumber: Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PT Bukit Asam Tanjung Enim 2012

Gambar 2.2 Peta IUP PTBA Tanjung Enim

2.3 Kondisi Geologi, Stratigrafi dan Lapisan Batubara


2.3.1 Kondisi Geologi dan Stratigrafi
Lapisan batubara di daerah Izin Pertambangan PTBA Unit Pertambangan
Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan sumatera selatan,
dimana cekungan ini merupakan bagian dari cekungan sumatera tengah dan
selatan. Lapisan batubara pada daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan
batubara yang terdiri dari lapisan tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan
Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung (hanging seam).
Secara regional wilayah penambangan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
termasuk dalam sub-cekungan palembang yang merupakan bagian dari cekungan
sumatera selatan dan terbentuk pada zaman tersier. Batuan pra-tersier, yang terdiri
atas batuan malihan dan batuan beku berumur mesozoikum, diduga merupakan
dasar / alas dari cekungan tersier tersebut. Satuan batuan ini telah mengalami
pensesaran, perlipatan dan penerobosan.
9

Lapisan batubara di daerah IUP PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.Unit


Penambangan Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan sumatera
selatan (Coster, 1974 dan Harsa, 1975). Cekungan ini merupakan bagian dari
cekungan sumatera tengah dan selatan. Daerah penambangan PTBA termasuk
dalam zona fisiografis cekungan sumatera selatan dan merupakan bagian dari
antiklinorium muara enim dari cekungan sumatera selatan. Litologi utama yang
dijumpai adalah Formasi Muara Enim sebagai pembawa batubara yang
didominasi batuan lempung, lanau dengan umur mio - pliosen.
Struktur geologi yang terdapat di PTBA adalah antiklin yang membentuk
kubah, sesar normal, sesar - sesar minor dengan pola radial, dan sesar yang tidak
menerus sampai bagian bawah dari lapisan batuan yang ada. Hal ini terjadi
sebagai akibat dari intrusi andesit di daerah cadangan, adapun selain intrusi batuan
beku andesit, struktur geologi pada Tambang Air Laya juga dipengaruhi adanya
gaya tektonik pada zaman pliosen dengan arah utama utara - selatan.
Geologi regional daerah PTBA termasuk kedalam sub-cekungan palembang yang
merupakan bagian dari cekungan sumatera selatan dan terbentuk pada zaman
tersier. Sub-cekungan sumatera selatan yang diendapkan selama zaman
kenozoikum terdapat urutan litologi yang terdiri dalam 2 (dua) kelompok, yaitu
Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang. Kelompok Telisa terdiri dari
Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi
Gumai.Kelompok Palembang terdiri dari Formasi Air Benakat, Formasi Muara
Enim dan Formasi Kasai dan harus kita ketahui juga mengenai stratigrafi
cekungannya (PT. Bukit Asam (persero) Tbk, 2017).
Adapun formasi batubara yang terdapat di Sumatera Selatan (PT. Bukit
Asam (persero) Tbk, 2017) sebagai berikut :
1. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar pada sub cekungan jambi terdiri dari batulanau,
batupasir, dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal
hingga transisi. Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur
oligosen akhir hingga miosen awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi
Lahat. Bagian bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan
10

batubara. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan


serpih. Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m – 850 m.
2. Formasi Baturaja
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar dengan
ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari batugamping,
batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih
gampingan dan napal kaya foraminifera, moluska, dan koral. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan litoral-neritik dan berumur Miosen Awal.
3. Formasi Gumai
Diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana formasi ini
menandai terjadinya transgresi maksimum di cekungan sumatera selatan. Bagian
bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan batugamping,
napal dan batulanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara
batupasir dan serpih. Ketebalan formasi ini secara umum bervariasi antara 150 m -
2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Gumai berumur
Miosen Awal - Miosen Tengah.
4. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai dan
merupakan awal terjadinya fase regresi. Formasi ini terdiri dari batulempung putih
kelabu dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu hitam kebiruan,
glaukonitan setempat mengandung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan
sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan Formasi Air
Benakat bervariasi antara 100-1300 m dan berumur Miosen Tengah - Miosen
Akhir. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
5. Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier.
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada
lingkungan laut dangkal, dataran delta dan non marin. Ketebalan formasi ini 500 –
1000 m, terdiri dari batupasir, batulempung, batulanau dan batubara. Batupasir
pada formasi ini dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Pada formasi
ini terdapat oksida besi berupa konkresi-konkresi dan silisified. Sedangkan
11

batubara yang terdapat pada formasi ini umumnya berupa lignit. Formasi Muara
Enim berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal.
6. Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim
dengan ketebalan 850 – 1200 m. Formasi ini terdiri dari batupasir tuffaan dan
tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuff pumice kaya kuarsa,
batupasir, konglomerat, tuff pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan
tuff berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan
tipis lignit serta kayu yang terkersikkan. Fasies pengendapannya adalah fluvial
dan alluvial fan. Formasi Kasai berumur Pliosen Akhir - Pleistosen Awal.
7. Alluvial
Alluvial adalah endapan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua, terdiri
dari lumpur, pasir lepas, kerikil, kerakal dan boulder. Endapan alluvial ini
menutup diatas formasi batuan-batuan yang lebih tua dengan batas bidang erosi.
Formasi yang ada di sumatera selatan yaitu formasi muara enim, terdiri dari
batulempung, batulanau dan batupasir.
Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (De Coster, 1974)

Sumber: Unila (2016)

Gambar 2.3 Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan(De Coster, 1974)


12

2.3.2 Lapisan Batubara


Lapisan batubara di Banko Barat pit 3 Timur PT Bukit Asam (Persero),
Tbk. terdiri dari lapisan batubara dan tanah penutup,lapisan batubara (PT. Bukit
Asam (persero) Tbk, 2017) sebagai berikut :
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Tanah penutup terdiri dari endapan sungai tua (pasir dan kerikil),
batulempung dan lapisan lanau yang silisified, juga terdapat iron stone nodules
serta lapisan gantung (hanging seam). Dapat dijelaskan bahwa lapisan ini
merupakan lapisan yang terdiri dari tanah liat, bentonite, dan campuran lumpur
serta batupasir halus, pada bagian ini dapat dijumpai nodul-nodul clay ironstone
yang berbentuk cakram pada gantung batubara dengan ketebalan rata-rata diatas
0.3 m sampai 3.0 m.
2. Lapisan Batubara A1 (Mangus Atas)
Umumnya lapisan batubara ini dapat dicirikan dengan adanyamaterial-
material pengotor berupa tiga lapisan tanah liat yang disebut dengan clayband,
adapun ketebalan dari lapisan batubara A1 adalah 6,5 – 9 m.
3. Lapisan Interburden A1 – A2
Lapisan ini dicirikan oleh adanya material Tufaan berwarna putih dan abu-
abu.Secara keseluruhan lapisan ini memperlihatkan adanya struktur graded
bedding dengan batupasir konglomerat pada bagian dasar, batulanau, dan
batulempung.Terdiri dari batulempung dan batupasir tufaan dengan ketebalan
lapisan 2 – 4 meter.
4. Lapisan Batubara A2
Lapisan batubara yang kedua ini memiliki ketebalan 7,5 – 11,5 m, dengan
kalori batubara yang sama dengan lapisan batubara yang lainnya.
5. Lapisan Interburden A2 – B1
Lapisan ini dicirikan dengan batulempung, serta sisipan batupasir.
Batulempung (tanah liat) adalah salah satu jenis batuan sedimen yang terdiri dari
material yang kaya alumunium dan silica. Material penyusun batulempung sangat
kecil, merupakan material yang aktif secara elektrokimia, sedangkan batupasir
merupakan batuan endapan yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir
13

atau berukuran batuan, sebagian besar batupasir terbentuk oleh kuarsa dan
feldsfar.
6. Lapisan Batubara B1
Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan 9,1 – 14,1 m dan terdapat sisipan
batulempung.
7. Lapisan Interburden B1 – B2
Lapisan ini mengandung batulempung dan batulanau yang tipis.
Batulempung dan batulanau ini merupakan salah satu material pengotor batubara,
dan dapat mempengaruhi nilai kalori dari batubara jika tidak dipisahkan dengan
ketebalan 2 – 5 m.
8. Lapisan Batubara B2
Lapisan Batubara ini merupakan lapisan keempat batubara, nilai kalori dari
batubara sama dengan lapisan yang lainnya memiliki ketebalan 4,35 – 5,55 m.
9. Lapisan Interburden B2 – C
Lapisan ini mengandung batulanau, batupasir, dan sisipan batulanau
sertaterdapat mineral Glaukonitan dan ketebalan lapisan pengotor berkisar 38 – 44
m.
10. Lapisan Batubara C
Lapisan Batubara ini memiliki ketebalan11meter dengan sisipan tipis
batulempung dan dibawahnya terdapat batulempung dan batulanau. Pada lapisan
C banyak dijumpai lensa-lensa batulanau atau siltstone terkadang bersifat silikaan
dan warnanya mirip batubara.Lapisan ini merupakan lapisan tunggal dan di
jumpai adanya. Lapisan batubara PT. BA Tanjung Enim.

2.4 Struktur Organisasi


Dalam menjalankan bisnisnya PT Bukit Asam (Persero), Tbk. memiliki
dewan direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur Pengembangan Usaha,
Direktur Operasi/Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Niaga dan Direktur
Sumber Daya Manusia Umum. Pada bagian Operasi Produksi, terdapat empat unit
General Manager yang mengurusi bagian yang berbeda satu sama lain antara lain:
Analisis, Evaluasi dan Optimasi Produksi: Unit Pertambangan Tanjung Enim;
14

Unit Pertambangan Ombilin dan Proyek Pembangunan Sarana Produksi. Pada


Unit Pertambangan Tanjung Enim, aktifitas penambangan batubara di tugaskan
kepada Senior Manager. Satuan kerja penambangan yang ada di banko barat yaitu
Satuan Kerja Penambangan Swakelola, Satuan Kerja Penambangan Elektrifikasi
Dan Satuan Kerja Supporting Elektrifikasi (Gambar 2.6).

Sumber : Satuan Kerja Ekplorasi Rinci PTBukit Asam Tanjung Enim 2013

Gambar 2.4 Startigrafi dan Litologi Daerah Tambang Banko


.. ….
S at. endapan s ungai tua, Gravel o
.. …o
o
o
. . .
o .

pas ir, lanau, lempung . . . . .


. . . . . . . . .
Interval di atas A.1 , batupas ir . . . . . . . . . Lapis an batubara Gantung (Hanging )
. . . . . . . . . .
dijumpai adanya nodul clay . . . . . . . . . dengan tebal 0,3 - 3,0 meter.
ironstone. . . . . . . . . . .
v - v - v - v - v - v
. . . . . . . . . .
v - v - v - v - v - v
Pita Pengotor (batulempung tufaan/
Batubara A.1, dijumpai adanya tuffaceous clays tone) dengan tebal
lapis an pengotor s ebanyak 2 - 3
A1U v - v - v - v - v - v
1 - 15 cm.
lapis dan dibagian " bas e" kadang-
kadang dijumpai lens a-lens a batu-
lanau. Mengalami pemis ahan men- . -_-.-_- .- _
- -
. _
- . Dijumpai lens a-lens a batulanau/s ilt-
. _ . _ . _ . _ .
jadi A.1U (4 m) dan A.1L (3 m). . _ . _ . _ . _ . s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
v - v - v - v - v - v
pos is i 1 meter dari " bas e"
Tebal lapis an ini 6, 5 - 9 meter. A1L dengan tebal 2 - 15 cm.
v - v - v - v - v - v
Interval A.1 - A.2 , berupa - v - v - v - v - v -
batulempung / batupas ir tufaan. v . v . v . v . v . v .
Tebal 2 - 4 meter.
Batubara s ilikaan (s ilicified coal)
s angat keras , tebal 20 - 40 cm.

Batubara A.2, dijumpai adanya - - - - - - - - Pita pengotor (batulempung karbon-


batubara s ilikaan pada bagian an / carbonaceous clays tone)
" top" dan kadang-kadang dijum- A.2 Tebal 2 - 15 cm.
pai pita pengotor batulempung
karbonan s erta dijumpai lens a- Dijumpai lens a-lens a batulanau/s ilt-
lens a batulanau. s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
Tebal 7,5 - 11,5 meter. 1 - 2 meter dari " bas e" dengan
tebal 1 - 15 cm.
Interval A.2 - B.1 , perulangan . -_-.-_- .- _
- -
. _
- .
batupas ir dan batulanau dengan s i- . . . . . . . . . . " Suban Marker" berupa batubara /
s ipan tipis batubara / batulempung
- - - - - - - - batulempung karbonan dengan
karbonan (" S uban Mark er" ). . _ . _ . _ . _ . tebal 15 - 40 cm.
. . . . . . . . . .
Tebal 15 - 20 m. - - - - - - - -
. _ . _ . _ . _ . Pita pengotor (batulempung lanauan
Batubara B.1 , dijumpai adanya karbonan/carbonaceous s ilty clay-
lapis an pengotor s ebanyak 2 - 3 . _ . _ . _ . _ . 1 - 15 cm.
lapis berupa batulempung lanauan
karbonan. B.1 . _ . _ . _ . _ .
Tebal 9,1 - 14,1 meter. Dijumpai lens a-lens a batulanau / s ilt-
s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
1 - 2 meter dari " bas e" dengan
tebal 2 - 15 cm.

Interval B.1 - B.2 , s elang - s eling . -_-.-_- .- _


- - - .
. _
batulempung dan batulanau. - - - - - - - -
Tebal 2 - 5 meter. . _ . _ . _ . _ .
Batubara B.2 , dijumpai adanya Pita pengotor (batulempung lanauan
pita pengotor berupa batulempung B.2 . _ . _ . _ . _ . karbonan/carbonaceous s ilty clay-
lanauan karbonan kadang-kadang . . . . . . . . . . s tone) dengan tebal 2 - 8 cm dengan
dalam bentuk lens a. . _ . _ . _ . _ . pos is i 0,8 - 1, 0 meter dari " bas e" .
Tebal 4,35 - 5,55 meter. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . Dijumpai lens a-lens a batulanau / s ilt-
. _ . _ . _ . _ . s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
Interval B.2 - C, perulangan . . . . . . . . . .
batupas ir dan batulanau. . . . . . . . . . 1 - 2 meter dari " bas e" dengan
. _ . _ . _ . _ . tebal 2 - 15 cm.
Tebal 38 - 44 meter. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. _ . _ . _ . _ . Pita pengotor (batulempung / clay-
Batubara C / C1 , dijumpai adanya 1 - s tone atau batulanau / s lts tone yang
2 lapis pita pengotor berupa batu- - - - - - - - - karbonan) dengan tebal 2 - 10 cm.
lempung / batulanau karbonan. C
Tebal 11 meter. Dijumpai lens a-lens a batulanau / s ilt-
s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
0.6 - 1,1 meter dari " bas e" dengan
tebal 2 - 15 cm.
. . . . . . . . . .
Interval di bawah C, batupas ir . . . . . . . . .
dengan tebal > 2 meter. - - - - - - - -
. . . . . . . . .

. Sumber : Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PTBukit Asam Tanjung Enim 2013

Gambar 2.5 Lapisan Batubara PTBA Tanjung Enim


15

Sumber: ptba.co.id (2017)


Gambar 2.6. Struktur Organisasi PTBA
Senior Manager Penambangan membawahi 5 Manager, yaitu Manager
Banko, Manager TAL, Manager MTB, Manager EPP, dan Manager Banko
Tengah. Manager Penambangan Banko membawahi 3 Assisten Manager yaitu
Ass. Man. Pit-1 Utara, Ass. Man. Pit-1 Timur, dan Ass. Man. Pit-3 Timur, yang
mana masing-masing Ass. Man. tersebut membawahi 4 (empat) Supervisor, serta
Supervisor membawahi Pengawas Penambangan. Satuan kerja swakelola berperan
penting dalam melakukan produksi batubara ataupun tanah penutup (overburden)
serta (interburden) di Pit-3 Timur. (Gambar 2.7, Gambar 2.8 dan Gambar 2.9).

PENAMBANGAN
SWAKELOLA

PENAMBANGAN SUPPORTING
ELEKTRIFIKASI ELEKTRIFIKASI

Sumber: Ass.Man Banko Barat (2017)


Gambar 2.7 Penambangan Swaklola
16

Sumber: Ass.Man Banko Barat (2017)


Gambar 2.8 Penambangan Elektrifikasi
17

SUPPORTING
ELEKTRIFIKASI

PERAWATAN SUPPORTING TYRE PERENCANAAN


ELEKTRIFIKASI & UNDERCARIAGE SUPPORTING

PERAWATAN TYRE REPAIR &


LISTRIK DAN FMS MAINTENANCE

FIELD EQUIPMENT
UTILITAS TYRE
GROUP A-D

POWER
DISTRIBUTION DAN PERAWATAN MESIN
FMS GROUP A-D

PERAWATAN MSF

Sumber: Ass.Man Banko Barat (2017)


Gambar 2.9. Struktur Organisasi Supporting Elektrifikasi

Dalam menjalankan tugas sebagai karyawan PT Bukit Asam (Persero), Tbk.


Seluruh karyawan diwajibkan mematuhi peraturan kerja, yaitu :
1. Memakai pakaian tugas/dinas karyawan PT Bukit Asam (Persero), Tbk. selama
bekerja.
2. Untuk karyawan tambang diwajibkan memakai helm untuk menjaga
Keselamatan Kerja Karyawan (K3).
Di PT Bukit Asam (Persero), Tbk. Terdapat pembagian jam kerja, yaitu :
1. Tenaga staf, hari kerja senin sampai jumat.
18

2. Tenaga Penunjang, 3 shift kerja dengan grup A,B,C dan D, waktu kerja untuk
setiap shift adalah 8 (delapan) jam dengan rincian sebagai berikut :
a. Shift 1 (malam), pukul 23.00 WIB s.d. pukul 07.00 WIB.
b. Shift II (pagi), pukul 07.00 WIB s.d. pukul 15.00 WIB.
c. Shift III (siang), pukul 15.00 WIB s.d. pukul 23.00 WIB.

2.4.1 Satuan Kerja Penambangan Swakelola


Satuan kerja mempunyai peranan penting dalam melakukan produksi
batubara ataupun tanah penutup (overburden) serta (interburden). Satuan kerja
ini mempunyai kerja sama dengan perusahaan kontraktor PTBKPL (Bangun
Karya Pratama Lestari) untuk menyewa alat berat milik PTBKPL tersebut.
Swakelola melakukan aktifitasnya mulai dari menambang (Eksploitasi) hingga
pengangkutan batubara sampai dengan Temporary Stock atau langsung ke
Stockpile. Satuan kerja ini hanya melakukan pengawasan terhadap pihak PTBKPL
(Bangun Karya Pratama Lestari) serta turun langsung ke lapangan untuk
memberikan arahan serta informasi terkait dengan produksi yang dilakukan.
Batubara hasil penambangan dari beberapa site akan dikirim ke pelabuhan
Tarahan di Lampung menggunakan kereta api, selanjutnya batubara dikirim ke
PLTU Suralaya dan diekspor menggunakan kapal laut.
2.4.1.1 Satuan Penambangan Elektrifikasi
Satuan kerja elektrifikasi adalah salah satu,satuan kerja yang diatasi oleh
swakelola,elektrifikasi sendiri adalah satker baru yang ada di PT.BA elektrifikasi
satu-satunya satker yang ada di PT.BA yang menggunakan shovel PC-3000 & HD
Belaz dengan menggunakan bahan bakar utama tenaga listrik,yang dihasilkan dari
PLTU Bukit Asam itu sendiri,untuk menghemat biaya pengeluaran.
2.4.1.2 Satuan Supporting Elektrifikasi
Satuan supporting elektrifikasi adalah satuan kerja penunjang yang
bertujuan untuk membantu satuan kerja elektrifikasi agar dapat berjalan sesusai
dengan yang direncanakan,sesuai dengan organisasi struktur satuan supporting
elektrifikasi dibagi menjadi tiga (3) bagian antara lain:
1. Perawatan elektrifikasi
19

a. Perawatan listrik dan FMS


b. Field equipment group A-D
c. Power distribution dan FMS group A-D
2. Supporting type & undercarriage
a. Type repair & undercarriage
b. Utilitas tyre
c. Perawatan mesin
d. Perawatan MSF
3. Perencanaan supporting

2.5 Sumberdaya dan Cadangan Batubara


2.5.1 Sumberdaya Batubara
Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui memberikan nama
serta membuat batasan-batasan kelas menurut Fix carbon yang dimiliki batubara
tersebut.Klasifikasi batubara yang umum digunakan adalah klasifikasi menurut
ASTM (American Standard for Testing Materials). Klasifikasi ini didasarkan atas
analisa proksimat batubara, yaitu berdasarkan derajat perubahan selama proses
pembatubaraan mulai dari lignit sampai antrasit. Untuk itu, diperlukan data
karbon tertambat(fixed carbon), zat terbang (volatile matter) dan nilai kalor.Merek
produk (brand) Batubara di PTBukit Asam (Persero), Tbk.
Klasifikasi kualitas batubara bertujuan untuk mengetahui variasi mutu
batubara. Klasifikasi batubara yang umum digunakan oleh PT Bukit Asam
(Persero), Tbk. adalah berdasarkan analisa proksimat batubara dan kalori batubara
dengan mine brand adalah nama produk hasil keluaran dari penambangan yang
belum mengalami proses pengolahan dan market brand adalah nama produk yang
siap untuk dipasarkan.Data pengklasifikasian batubara PTBA (UPTE) secara
umum termasuk kelas sub-bituminous sampai antrasit.
Berikut adalah merek produk batubara (coal brand) di PT Bukit Asam
(Persero), Tbk. antara lain (Tabel 2.1, Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).
1. Mine Brand PTBA
Banko Barat
20

 BB – 46 (4600-4900 kkal/kg, ar)


 BB – 50 (4901-5200 kkal/kg, ar)
 BB – 52 (5201-5500 kkal/kg, ar)
2. Market Brand PTBA
 Bukitasam - 45(4400-4600 kkal/kg, ar)
 Bukitasam - 50 (4900-5100 kkal/kg, ar)
 Bukitasam - 55 (5400-5600 kkal/kg, ar)
 Bukitasam - 64 (6300-6500 kkal/kg, ar)

Tabel 2.1 SpesifikasiMine Brand Batubara Produksi PTBA Banko Barat

Mine TM IM Ash VM FC TS
CV (Kkal/Kg,ar)
Brand (%, ar) (%, adb) (%, ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)

26,10 - 0,21 -
BB-46 4600 – 4900 13,39 - 17,91 6,84 - 9,48 28,91 - 33,06 32,60 - 34,73
28,91 1,50
23,11 - 0,21 -
BB-50 4900 – 5200 12,45 - 18,73 4,68 - 8,08 31,70 - 34,02 35,73 - 37,49
25,19 1,10
20,64 - 0,18 -
BB-52 5200 – 5500 10,50 - 16,35 2,64 - 5,65 34,14 - 36,61 36,82 - 39,46
24,07 1,20
Sumber: Satker PAB PTBA (2016)

Tabel 2.2 Spesifikasi Market Brand Batubara Produksi PTBA


Market CV TM IM Ash VM FC TS
Brand (Kkal/Kg,ar) (%, ar) (%, adb) (%, ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)

0,25 -
BA-45 4400 - 4600 26,00 - 35,00 10,00 - 17,00 4,00 - 10,00 31,00 - 37,00 28,00 - 34,00
1,20
0,30 -
BA-50 4900 - 5100 20,00 - 30,00 10,00 - 14,50 3,00 - 8,00 31,00 - 36,00 30,00 - 37,00
1,20
0,18 -
BB-52 5400 - 5600 17,00 - 26,00 10,50 - 16,35 2,64 - 5,65 34,14 - 36,61 36,82 - 39,46
1,20
0,40 -
BA-64 6300 - 6500 13,00 - 17,00 3,00 - 7,00 4,00 - 8,00 33,00 - 40,00 42,00 - 49,00
1,20
Sumber: Satker PAB PTBA (2016)
21

Tabel 2.3Penggolongan Kualitas Batubara PTBA UPTE Berdasarkan ASTM


PERINGKAT
KELAS KETERANGAN
NO.URUT NAMA

Antrachit 1 Meta Antrachite -


e
2 Antrachite Suban

3 Semi-Antrachite Air Laya

Bituminus 1 Low Volatile Bituminus -

2 Medium Volatile Bituminus -

3 High Volatile Bituminus CoalA Air Laya dan Bukit


Kendi
4 High Volatile Bituminus CoalB
-
5 High Volatile Bituminus CoalC

Sub- 1 Sub Bituminus Coal A Air Laya


Bituminus
2 Sub Bituminus Coal B MTB

3 Sub Bituminus Coal C Banko Barat

Sumber: Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PTBukit Asam Tanjung Enim 2016
Cara pengklasifikasian batubara dapat dijabarkan sebagai berikut :
Untuk batubara dengan kandungan (VM) kurang dari 31 %, klasifikasi didasarkan
padafixed carbon (FC), yaitu :
 Meta anthracite coal FC > 98%
 Anthracite coal 98% >FC>92%
 Semi anthracite coal 92%>FC>86%
 Low volatile bituminous coal 86%>FC>78%
 Medium volatile bituminous coal 78>FC>69%
22

2.5.2 Cadangan Batubara


Jumlah cadangan batubara yang terdapat pada lokasi PTBA-UPTE
berbeda-beda pada setiap wilayahdengan total cadangan terukur secara
keseluruhan sebesar 1,99 miliyar ton, dengan cadangan yang tertambang sebesar
1,59 miliyar ton. Jumlah cadangan terukur (measured reserves) Tambang Banko
Barat secara keseluruhan adalah 560 juta ton batubara ( Tabel 2.4).
Tabel 2.4 Potensi Batubara Di Daerah Konsesi PT. Bukit Asam Tanjung
Enim Sumatera Selatan
Cadangan (juta ton)
Nama Daerah Terukur Terindikasi Tereka
Jumlah
(Measured) (Indicated) (Inferred)
Air Laya 138 - - 138
Arahan Utara - 180 50 230
Arahan Selatan - 226 73 299
Air Selero - 73 - 73
Banko Barat 560 - - 560
Banko Tengah - 308 570 878
Banko Selatan - 580 - 580
Banjar Sari - 95 800 895
Bukit Bunian - 18 - 18
Bukit Kendi 14 53 154 221
Kungkilan - 36 - 36
Muara Tiga Besar Utara 371 - - 371
Muara Tiga Besar - 86 100 186
Selatan
Sukamerindu - 32 - 32
Suban Jeriji Timur - 325 - 325
Suban Jeriji Utara - 502 95 597
Total 1.083 2.514 1.842 5.439
Sumber : Satuan Kerja Geologi PTBA, 2015
23

2.6 Iklim dan Curah Hujan


Iklim yang dimiliki oleh Tambang Banko Barat sama dengan iklim yang
ada di Indonesia pada umumnya. Untuk daerah tambang ini memiliki iklim tropis
basah dengan kelembaban dan temperatur yang berkisar antara 230C sampai
dengan 36,50C. Kelembaban udara rata – rata berkisar 57% sampai dengan 85%
dengan kelembaban relatif maksimum berkisar 98% terjadi pada pagi hari dan
kelembaban relatif minimum berkisar 35% terjadi pada siang hari. Dan memiliki
dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April dan musim
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Berikut adalah
data curah hujan tahun 2017 (Lampiran-A).

2.7 Aktivitas Pertambangan


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Berdasarkan pada
kegiatan diatas tersebut, maka tahapan kegiatan pertambangan dapat diuraikan
seperti (Gambar 2.8).
2.7.1 Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum adalah suatu kegiatan penyelidikan, pencarian untuk
menemukan endapan-endapan mineral berharga. Penyelidikan ini dapat dilakukan
dipertemukan dalam bentuk pemetaan geologi dan penyelidikan geofisika
(didaratan dan foto udara) untuk menginterpretesikan adanya bahan galian dan
pengambilan sampel (traching float / stream sediment ; grab sampling / chip
sampling) yang hasilnya akan mengetahui penyebaran bahan galian yang
mempunyai arti ekonomis.
Kuasa pertambangan (KP) yaitu tambang batubara tahun 2008 di Tanjung
Enim dengan luas mencapai 66.414 hektar meliputi Kabupaten Muara Enim dan
Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan dan IUP eksplorasi 5.640 hektar.
24

2.7.2 Eksplorasi
Eksplorasi adalah salah satu kegiatan pertambangan untuk mengetahui efek,
penyebaran, bentuk, kadar dan cadangan dari suatu endapan bahan galian.
Berdasarkan contoh yang diperoleh maka eksplorasi dibagi dua yaitu eksplorasi
langsung dan eksplorasi tidak langsung. Eksplorasi langsung adalah didalam
aktifitasnya langsung memperoleh contoh seperti kegiatan pengeboran, sumur uji,
parit uji, pembuatan lubang bukaan, sedangkan eksplorasi tidak langsung adalah
aktifitasnya tidak langsung memperoleh contoh seperti penyelidikan geofisika.
Selain itu untuk mendapatkan penyebaran dan ketebalan bahan galian,
dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah
penutup. Tahap eksplorasi ini juga sangat berperan pada tahap reklamasi nanti,
melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen
ekosistem yang ada sebelumnya. memiliki sumberdaya batubara sebanyak 292
juta ton dan cadangan (mineablel) sebesar 109 juta ton.
Lapisan batubara di daerah Izin Pertambangan PTBA Unit Pertambangan
Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan sumatera selatan,
dimana cekungan ini merupakan bagian dari cekungan sumatera tengah dan
selatan. Lapisan batubara pada daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan
batubara yang terdiri dari lapisan tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan
Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung (hanging seam). Dengan
ketebalan
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden) ketebalan rata-rata diatas 0.3 m sampai
3.0 m.
2. Lapisan Batubara A1 (Mangus Atas) ketebalan dari lapisan batubara A1 adalah
6,5 – 9 m.
3. Lapisan Interburden A1 – A2 dengan ketebalan lapisan 2 – 4 meter.
4. Lapisan Batubara A2 ini memiliki ketebalan 7,5 – 11,5 m
5. Lapisan Interburden A2 – B1 memiliki ketebalan 8,2 – 10,5 m
6. Lapisan Batubara B1 memiliki ketebalan 9,1 – 14,1 m
7. Lapisan Interburden B1 – B2 dengan ketebalan 2 – 5 m.
8. Lapisan Batubara B2 memiliki ketebalan 4,35 – 5,55 m.
25

9. Lapisan Interburden B2 – C berkisar 38 – 44 m.


10. Lapisan Batubara C merupakan lapisan tunggal dan di jumpai adanya.
Sedangkan kualitas batubara dapat dilihat Penggolongan Kualitas Batubara
PTBA UPTE Berdasarkan ASTM pada Tabel 2.3.
2.7.3 Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelayakan suatu tambang berdasarkan hasil eksplorasi (teknis) dan disertai dengan
pertimbangan ekonomi dan lingkungan (Amdal atau UKL/UPL). izin usaha
pertambangan (IUP) operasi dan produksi seluas 3.145 hektar dengan rata-rata
hitungan stripping ratio (SR) sebesar 4,16. Dengan AMDAL dengan SK Amdal
Pengembangan UPT Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No.
574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004 tentang Kelayakan
Lingkungan Hidup Pengembangan Unit Pertambangan Tanjung Enim PT.
Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. Di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten
Lahat Sumatera Selatan
2.7.4 Development
Sebelum dilakukan pekerjaan eksploitasi maka dilakukan persiapan
(development) pengadaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan
eksploitasi, misalnya: Kantor Tambang, Workshop atau Bengkel Utama,
pembuatan jalan tambang, pembuatan jenjang untuk produksi, masjid, lapangan
olahraga, Taman. perumahan dan fasilitas lainnya. Sehingga aktifitas
penambangan dapat berjalan dengan baik.
2.7.5 Eksploitasi
Eksploitasi adalah suatu kegiatan pekerjaan yang dilakukan untuk
melepaskan endapan bahan galian seperti alluvial, batubara dan lain-lain.
Kemudian membawanya ke permukann bumi atau ke suatu tempat untuk
dimanfaatkan. Kegiatan eksploitasi / penambangan dilakukan setelah evaluasi
hasil eksplorasi, menunjukkan bahwa bahan galian tersebut layak di tambang dari
segi teknis, ekonomis serta lingkungan. Pada tahapan eksploitasi ini, kegiatan
umumnya adalah :
26

1. Pembongkaran / penggalian, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk


membebaskan bahan galian dari batuan induknya.
2. Pemuatan, yaitu kegiatan yang bertujuan mengangkat material (bahan galian)
ke atas alat angkut dengan menggunakan alat muat seperti loader.
3. Pengangkutan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat bahan galian
dari front penambangan ke tempat penampungan (stockpile) atau lokasi
pengolahan.
Kegiatan Eksploitasi Lebih Jelas Akan dibahas Di Bab 3 Tinjauan Khusus.
2.7.6 Pengolahan
Pengolahan adalah suatu pekerjaan untuk meningkatkan mutu bahan galian
sesuai permintaan konsumen. Proses pengolahan dapat dilakukan dengan proses
kering (tanpa menggunakan air) ataupun proses basah, yaitu menggunakan air
sebagai media pemisah. Dari proses konsentrasi (pemisahan) akan didapatkan
bahan galian yang berharga disebut konsentrat dan bahan galian yang tidak
berharga disebut tailing yang tahapannya meliputi pengecilan ukuran,
pengayakan, pemisahan..
Pengolahan Batubara yang ada di PT. Bukit Asam meliputi : PLTU,
Briket,Blending, Crusher, Pencairan Batubara (kokas) dan lainnya.
2.7.7 Pemasaran
Kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan.
Tujuan pemasaran digunakan untuk pembangkit listrik, juga digunakan untuk
produk semen serta industri umum lainnya, baik dipasar domestik maupun pasar
global. Mayoritas penjualan batubara ditunjukkan kepada negara-negara Korea,
Taiwan dan Malaysia, serta Jepang India, Thailand, Filipina dan negara-negara
Asia lainnya.
27

Penyelidikan Umum
1. luas 66.414 hektar, 2. IUP eksplorasi 5.640 hektar

Eksplorasi
1. 1.Sumberdaya batubara 292 juta ton, 2. Cadangan sebesar 109 juta ton
2. 3. Lapisan Petai, Lapisan Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung
(hanging seam), 4. Kualitas antrasit, sub-bituminus, bituminus

Studi Kelayakan
1.Izin usaha pertambangan (IUP) operasi dan produksi seluas 3.145 hektar,
2. Stripping Ratio (SR) sebesar 4,16, 3. AMDAL dengan SK Amdal
Pengembangan UPT Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No.
574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004

Menguntungkan atau
Menguntungkan Tidak
Tidak menguntungkan

Development Arsip
1. Kantor Tambang, 2.Workshop atau Bengkel Utama,
3. Pembuatan jalan tambang, 4. Pembuatan jenjang untuk
produksi, 5. Masjid,6. lapangan olahraga, 7. Taman.
8. Perumahan .

Eksploitasi
1.Land clearing, 2.Pengupasan Top Soil, 3. Pengupasan OB,
4. Pengangkutan OB, 5. Pengupasan Batubara, 6. Pengangkutan
Batubara.

Pengolahan
1.PLTU, 2. Briket, 3.Blending, 4. Crusher, 5. Pencairan
Batubara (kokas)

Pemasaran
1.Pasar Domestik, 2.Pasar Global

Sumber: PT Bukit Asam (Persero)Tbk. 2016


Gambar 2.8 Flowchart Aktivitas Tahapan Kegiatan Pertambangan

Вам также может понравиться