Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Gout adalah suatu kumpulan gejala yang timbul akibat adanya deposisi kristal monosodium urat
pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Istilah tersebut perlu
dibedakan dengan hiperurisemea, yaitu peninggian kadar asam urat serum lebih dari 7,0 mg/dL pada
laki-laki dan 6,0 mg/dL pada perempuan. Hiperurisemea adalah gangguan metabolisme yang mendasari
terjadinya gout.
Disebut artritis gout apabila serangan inflamasi terjadi pada artikular atau periartikular seperti
bursa dan tendon. Tingginya kadar asam urat serum juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal,
deposisi pada jaringan lainnya, serta berkaitan dengan kejadian dan mortalitas kardiovaskular.
Epidemiologi
Prevalensi artritis gout di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per
1000 perempuan. Prevalensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di Amerika hingga 10,3%
di Selandia Baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya hidup,
peningkatan kasusu obesitas dan sindrom metabolik.
Faktor Risiko
1. Genetik;
2. Lingkungan: obesitas, konsumsi alokohol, psoriasis, gagal ginjal kronis, gangguan hematologi,
hipertensi, keganasan, riwayat transplantasi organ.
Patogenesis
Saturasi asam urat di tubuh terjadi pada konsentrasi 6,4-6,8 mg/dL pada kondisi tertentu,
dengan batas maksimal kelarutan adalah 7 mg/dL. Sekresi asam urat berkorelasi dengan konsentrasinya
karena sedikit peningkatan pada konsentrasi serum berakibat peningkatan drastis sekresi urat.
Hiperurisemia dapat timbul karena penurunan ekskresi (underexcretor), peningkatan produksi
(overproducer), atau kombinasi keduanya.
Serangan artritis gout tidak hanya karena kadar asam urat yang terlalu tinggi, namun juga terjadi
saat penurunan kadar asam urat, misalnya pada penggunaan alopurinol. Pelepasan kristal monosodium
urat dari depositnya di dalam tofus (crystal shedding) akan memicu inflamasi yang berujung gejala nyeri
hebat.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada artritis gout dibedakan atas empat stadium, yaitu:
1. Stadium artritis gout akut. Serangan pertama artritis gout, ditandai dengan peradangan
monoartikular (unilateral) yang timbul mendadak disertai eritema, nyeri hebat, dan peningkatan
suhu di sekitar sendi yang terkena sehingga pasien sulit berjalan. Selain itu, dapat ditemukan
tanda-tanda peradangan pada sendi yang terkena dan timbul gejala sistemik berupa demam,
menggigil, dan malaise.
a. Lokalisasi umumnya pada metatarsofalangeal-1 (podagra) yang dapat mengenai sendi lain
antara lain pergelangan tangan/kaki, siku, jari tangan, lutut, ankle, subtalar, dan midfoot.
b. Faktor pencetus serangan akut: trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres,
tindakan operasi, pemakaian diuretik (khususnya golongan loop diuretic dan tiazid), atau
penurunan dan peningkatan asam urat.
2. Stadium Interkritikal, merupakan periode asimtimatik, tidak didapatkan tanda-tanda radang
akut. Namun, pada aspirasi sendi dapat ditemukan kristal monosodium urat. Periode ini
berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun.
3. Stadium artritis gout kronis. Timbul serangan artritis gout akut berulang, tidak ada gejala di
antara dua fase serangan akut. Interval serangan akut makin lama makin memendek, lama
serangan makin lama memanjan, serta jumlah sendi yang terserang semakin banyak.
4. Stadium artritis gout kronis bertofus. Serangan poliartikular dan ditemukan tofus (deposit
kristal natrium urat pada jaringan), terutama pada sendi yang sering mengalami serangan. Pada
tofus yang pecah dapat timbul infeksi sekunder. Pada stadium ini sering disertai batu saluran
kemih sampai penyakit ginjal menahun.
Diagnosis
Penegakan diagnosis didasarkan atas kriteria di bawah ini (American College of Reumatology 1977):
Peningkatan kadar asam urat tanpa adanya manifestasi klinis yang khas, bukan kriteria diagnosis artritis
gout.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
1. Artropati kristal lainnya: calcium pyrophosphate dihydrate disease (CPPD), kalsium apatite:
2. Monoartropati akut akibat infeksi maupun trauma.
Tata Laksana
2. Terapi Non-medikamentosa
1. Penurunan berat badan hingga tercapai berat badan ideal:
2. Pengaturan diet rendah purin. Makanan dan minuman yang harus dihindari antara lain;
daging merah, bayam, dan alkohol;
3. Mengistirahatkan sendi yang terkena. Olahraga ringan diperkenankan untuk menjaga
kebugaran tubuh;
4. Jika mampu, menghindari obat-obatan yang mengakibatkan terjadinya hiperurisemia
(misalnya: loop diuretic, diuretik tiazid, salisilat dosis rendah, siklosporin, niasin, etambutol,
dan pirazinamid).
Komplikasi
1. Tehupeiory ES. Artritis piral (artritis gout). Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF,
penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing: 2014.
2. Gout and othercrystal-associated arthtropaties. Dalam: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL,
Loscalzo J, penyunting. Harrison`s principles of internal medicine. Edisi ke-18 New York: McGraw-hill; 2012.
3. Wallace SL, Robinson H, Masi AT, dkk. Preliminary criteria for the classification of the acute artritis of primary gout.
Artritis Rheum. 1977;20(3):895-900.
4. Albar Z, Gout: diagnosis and management. Med J Indones, 2007;16:47-54.
ssssssss