Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


(CONGENITAL HEART DISEASE)

A. Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan
jantung yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir.
Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberI gejala segera setelah bayi lahir;
tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau
bahkan beberapa tahun (Ngastiah,2002)

B. Etiologi
Penyebab terjadinya CHD belum dapat diketahui secara pasti tetapi, beberapa factor
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian CHD.
Faktor tersebut adalah ;
1. Faktor Prenatal
kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan
pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan perkembangan mungkin disebabkan :

a) Penyakit Rubella, influenza atau chicken fox.


b) Alkoholisme : Kebiasaan buruk seperti ini yang biasanya dialami orang
tuanya,sehingga berdampak buruk pada janin anaknya.
c) Umur ibu > 40 tahun karena diusia tersebut seseorang banyak mengalami berbagai
penurunan fungsi organ dan hormon sehingga rentan terhadap timbulnya berbagai macam
penyakit.
d) Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e) Ibu merokok. Jika ibu yang sedang hamil merokok, racun – racun yang ada dalam
tubuh dapat menular pada janin tersebut dan dapat mengakibatkan kelainan jantung pada
anaknya.
f) Ibu menderita infeksi (infeksi ibu selama trimester pertama)
2. Faktor Genetik

a) Kelainan jantung pada anak yang lahir sebelumnya


b) Ayah dan Ibu menderita penyakit jantung bawaan
c) Kelainan kromosom seperti sindrom Down
d) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Madiyono, Bambang, dkk.2005)
C. PATOFISIOLOGI

Nutrisi ibu hamil tidak adekuat/factor keturunan


(penyakit jantung)/infeksi trimester I / Ibu Diabetes
Nutrisi kurang dari
mellitus/Radiasi/obat-obatan/Alkohol
kebutuhan

Kurang pengetahuan
ibu tentang keadaan Kelainan Konginetal Nutrisi tidak adekuat
anaknya

Septal antar ventrikel gagal Daya hisap menurun


menutup

Gangguan Aliran balik dari ventrikel Intoleransi Aktivitas Kelemahan


perfusi jaringan kiri ke kanan

Penurunan
Tekanan ventrikel kanan Cardiac

meningkat Output

Aliran darah perifer dan


Pulmonal Hypertension otak tidak adekuat

Beban jantung kanan Edema Paru


meningkat Pucat/Akral dingin Kompensasi

Media berkembangnya jantung :

Hipertrofi miokard Bakteri HR meningkat


Otot bantu
Infeksi
pernafasan
Cardiomegali
bekerja
Peradangan

Nyeri Akumulasi sekret


Pola nafas tidak efektif

ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
D. Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang
sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta
vaskuiarisasi paru, menurut (Mansjoer Arif:1999) :

1. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah,
misalnya defek septum (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus
arteriousus persisten (DAP)

2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini
termasuk
stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta

3. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang
paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)

4. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar
(TAB)

 PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah Terdapak detek pada septum
ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada
dibagian kanan.
1. Defek septum ventrikel (DSV)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya
darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.

2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini
termasuk stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koarktasio aorta

3. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang
paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)
4. Pjb sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri
besar (TAB)

 PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah .Terdapak detek pada septum
ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada
dibagian kanan.
1. Defek septum ventrikel (DSV)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya
darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.

2. Defek septum atrium


Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau
pada septum atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan
pada sisi kanan jantung meningkat.

3. Duktus Arteriosus Persisten


DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri
pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal
arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab
DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas

E. Gejala Klinis

1. INFANTS :
1. Dyspnea
2. Kesulitan Bernafas
3. Nadi lebih dari 200x/menit
4. Infeksi pernafasan berulang
5. Gagal pertambahan berat badan
6. Murmur jantung
7. Cyanosis
8. Cerebrovasculer accident
2. ANAK – ANAK :
1. Dyspnea
2. Perkembangan fisik yang buruk
3. Penurunan toleransi latihan
4. Infeksi pernafasan berulang
5. Murmur dan getaran jantung
6. Cyanosis
7. Pendek
8. Clubbing of fingers and toes (jari tangan dan kaki)
9. Peningkatan Tekanan Darah
(Haq, dkk, 2008)

F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan
terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data
yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini
adalah:
- Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.
- Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
- Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .
- Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum,
selaintrakostal dan region epigastrium.
- Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
- Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
- Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,
tacipnea dan retraksi.
- Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum,
- Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan dari pada
kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan
femoral.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
b. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
d. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)

H. Diagnosa
1. Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan kontraktilftas
jantung, perubahan tekanan jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menyusui
dan makan
3. Nyeri; dada b.d Iskemia miokard
4. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer
5. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan resistensi vaskuler paru
6. Resiko terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d tidak adanya reflek batuk
dan produksi sekret yang banyak
7. Intoleran aktivitas b.d kelelahan
8. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya infomasi

I. Terapi / tindakan penanganan


1. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
2. Pembedahan : Operasi penutupan defek, Pemotongan atau pengikatan duktus.
dianjurkan saat berusia 5-10 tahun
3. Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien dengan
resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.
4. Pemotongan atau pengikatan duktus.
5. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung.
(Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

J. Komplikasi
1. Endokarditis
2. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
3. CHF
4. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
5. Enterokolitis nekrosis
6. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner)
7. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
8. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
9. Aritmia
10. Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Riwayat keperawatan:
1. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab
lain adalah rubella, influenza atau chicken pox.
2. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan
ketergantungan pada insulin.
3. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan
tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
4. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama
proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran
atau ibu harus dilakukan SC.
5. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang
juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang
menunjang.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang
dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara
spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung
congenital ini adalah:Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.Anak
terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.Diameter dada
bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .Tanda yang menojol adalah nafas
pendek dan retraksi pada jugulum, selaintrakostal dan region epigastrium.Pada anak
yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.Anak mungkin sering
mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,
tacipnea dan retraksi.Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan
kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang
terdengar pada batas kiri sternum, Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah
lebih tinggi pada lengan dari pada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi
lemah pada popliteal dan femoral.

B. Diagnosa keperawatan dan intervensi


1. Penurunan Cardiac Output b.d (berhubungan dengan) penurunan
kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.
Tujuan : pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan
curah jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah
jantung sehingga kekeadaan normal.
Intervensi:
1. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada
tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi
meningkat, peningkatan tekanan darah, semuanya cepat dideteksi untukpenangan
lebijh lanjut.
2. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat
Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat
mempertahankan energi yang ada.
3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.
Rasional: meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk
melawan efek hipoksia/iskemia
4. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional: pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap
ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
5. Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas
Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap
penurunan curah jantung.
6. Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin
Rasional: mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan
kekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan
menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV
untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menyusui dan makan
Tujuan: anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan
selama terjadi perubahan status nutrisi tersebut
Intervensi:
1. Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering
Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak
2. Jika anak menunjukan kelemahan akibat ketidak adekuatannya nutrisi yang masuk
maka pasang iv infuse
Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutria yang tidak dapat dipenuhi
melalui oral
3. Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi
sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi
Rasional: meningkatan intake, dan mencegah kelemahan.
4. Observasi selama pemberian makan atau menyusui
Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak crtau
tersedak.

3. Nyeri; dada b.d Iskemia miokard


Tujuan : Menyatakan nyeri hilang
Intervensi:
1. Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau
sering menangis
Rasional: perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.Perilaku
dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan
pasien.
2. Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan
Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau
menurun dengan penggunaan nitrat.
3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan
Rasional: aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja
tiba-tiba, stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.
4. Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak
Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri
yang dirasakan.

4. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena, penurunan fungsf ginjal
Tujuan : menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil, tanda-
tanda vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.
Intervensi:
1. Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan, timbang berat
badan anak setiap hari
Rasiona!: penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan
terapi diuretic. Keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat
menujukan makin buruknya gagal jantung.
2. Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,
ronchi, penambahan berat badan
Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.
3. Secara kolaborasi berikan diuretic contoh furosemid sesuai indikasi
Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang menigkatkan eksresi cairan dan
menurukan kelebihan cairan total tubuh. Berikan batasan diet natrium sesuai
indikasi
Rasional: menurunkan retensi natrium.

5. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan
adekuat.
Intervensi :
1. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu (camas, bingung,
letargi, pinsan).
Rasional: Perfusi serebral secara langsung berhubungan dengan curah jantung,
dipengaruhi oleh elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
2. Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, catat kekuatan nadi
perifer.
Rasional: Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi.
3. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema.
Rasional: Indikator adanya trombosis vena dalam.
4. Dorong latihan kaki aktif/pasif.
Rasional: Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan
menurunkan resiko tromboplebitis.
5. Pantau pernafasan.
Rasional: Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun
dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru.
6. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi
abdomen, konstipasi.
Rasional: Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi
GI, contoh kehilangan peristaltik.
7. Pantau masukan dan perubahan keluaran urine.
Rasional: Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan
penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ.

6. Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru


Tujuan ; tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.
Intervensi:
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya pernafasan
Rasional: pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal dapat mencegah
komplikasi.
2. Observasi penyimpangan dada, selidiki penurunan ekspansi paru atau
ketidaksimetrisan gerakan dada
Rasional: udara atau cairan pada area pleural mencegah akspansi lengkap
(biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi
3. Kaji ulang laporan foto dada dan pemeriksaan laboratorium GDA, hb sesuai
indikasi
Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan atau catat terjadinya
komplikasi.
4. Minimalkan menangis atau aktifitas pada anak
Rasional: menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.

7. Resiko terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d tidak adanya reflek
batuk dan produksi sekret yang banyak
Tujuan : Setelah dirawat tidak terjadi sumbatan jalan nafas, stridor (-),
dyspnoe (-), sekret bersih
1. Auskultasi bunyi nafas tiap 2 jam
Rasional: Memantau keefektifan jalan nafas
2. Lakukan suction jika terdengar stridor/ ronchi sampai bersih.
Rasional: Jalan nafas bersih, sehingga mencegah hipoksia, dan tidak terjadi
infeksi nasokomial.
3. Pertahankan suhu humidifier 35-37,5 derajat
Rasional: Membantu mengencerkan sekret
4. Monitor status hidrasi klien
Rasional: Mencegah sekret mengental
5. Lakukan Nebul/Penguapan pada anak
Rasional: Memudahkan pelepasan sekret

6. Lakukan fisiotherapi nafas


Rasional: Memudahkan pelepasan sekret
7. Kaji tanda-tanda vital sebelum dan setelah tindakan
Rasional: Deteksi dini adanya kelainan

8. Intoleran aktivitas b.d kelelahan


Tujuan anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya
kelemahan.
Intervensi:
1. Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak
Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan
energi lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.
2. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya
Rasional: teknik penghematan energi
3. Support dalam nutrisi
Rasiona!: nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan
meningkatan produksi energi

9. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya infomasi


Tujuan : ibu tidak mengalami kecemasan dan megetahui proses penyakit dan
penatalaksanaan keperwatan yang dilakukan
Intervensi:
Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit serta
gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan
Rasional: informasi akan meningkatan pengetahuan ibu sehingga cemas yang dialami
ibu melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.
DAFTAR PUSTAKA

Haq, Ahmad Iqqamatul, dkk.2008. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Congenital
Heart Diseases (Chd). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah : Banjarmasin
Madiyono, Bambang, dkk.2005. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta
Mansjoer Arif:1999: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit:penerbit buku kedokteran: Jakarta
Betz, L.C. & Sowden, A.L. (2002). Keperawatan Pediatric: alih bahasa, Yan Tambayong;
editor edisi bahasa Indonesia, Sari Kurnia Ningsih. Monica Este, Jakarta: EGC
Aline, Prasasty.2015. Laporan Pendahuluan PJB (Online). Available at
https://www.scribd.com/document/61747139/LP-PJB. Di unduh pada tanggal 1 April
2017

Вам также может понравиться